Balas Review! :D

JustReha: Entahlah, gue pengen aja nistain Zilong... Apalagi kalau nonton animasi ML buatan 'tomiatoe' di Youtube, ngeliat dia apes mulu rada gimana gitu. :p

Daren: "Gue cuma kaget anjir." =_= *dia nggak suka trap (alias masih normal).*

Makasih Review-nya.

StrideRyuuki (serah lu mau singkat atau nggak): Makasih, sekarang udah baikan kok. 'v'/

Teiron: "Dilarang menyentuh Flore, PEDO KAMPRET!" *keluarin bazzoka colongan dari Alpha dan langsung tembak Hibatur.*

Ini udah lanjut... -w-/

RosyMiranto18: Sebenarnya, itu wasabi.

Salem: "Sebenarnya itu pas lagi puasa bulan lalu..." =w=

Thanks for Review.

Note: Makasih link-nya, tapi aku hanya pakai sebagian, tak apa kan?

Happy Reading! :D


Chapter 150: The Terrible Food Eater


Saat ini Zen sedang menunggu makanan yang akan dibawakan Mathias untuknya di halaman belakang markas.

"Katanya makanannya akan datang setengah jam lagi." ujar Luthias setelah mengecek chat dari kakaknya.

"Kelamaan!" keluh Zen yang menaruh kepalanya di atas meja.

"Hey Zen, selagi menunggu makananmu datang, bagaimana kalau kau bernyanyi saja?" usul Luthias.

"Oh, ide bagus!" Zen langsung berdiri dengan antusias. "Dan aku baru saja menemukan lagu yang cocok untuk acara makanku saat menjelajahi Youtube!"

"Lagu apa itu?" tanya Giro.

Zen hanya nyengir lebar selagi memutar lagu yang dimaksud.

"Saa, nokosazu ni tabenasai"

"Wait, itu lagu Conchita kan?" tanya Giro memastikan.

"Sepertinya..." jawab Luthias seadanya.

Fushuu tadayou haitoku no yakata

Kyou mo hajimaru saigo no bansan

Mi no ke mo yodatsu ryouri no kazukazu

Hitori kuiasaru onna no egao

Kanojo no namae wa BANIKA KONCHIITA (Banica Conchita)

Katsute kono yo no bishoku wo kiwameta

Sono hate ni kanojo ga motometa no wa

Kyuukyoku ni shite shikou no akujiki

(Uyamaitataeyo

Warera ga idai na KONCHIITA

Kono sekai no shokumotsu wa

Subete ga anata no tame ni aru)

Kuraitsukuse kono yo no subete

Ibukuro ni wa madamada aki ga aru

Aojiroku kagayaku moudoku

MEIN DISSHU (Main Dish) no SUPAISU (Spice) ni saiteki

Hone no zui made shaburitsukuse

Tarinakereba sara ni mo kaburitsuke

Shitasaki wo kakemeguru shifuku

Bansan wa madamada owaranai

"Harus kuakui kalau tema lagu itu sedikit cocok dengan acara makannya, mengingat temanya rada..." Luthias menggantung sesaat. "Menjijikkan..."

Kotoshi ni haitte juugoninme no

O-kakae KOKKU (Cook) ga kou itte kita

"Sorosoro o-hima wo moraemasen ka?"

Mattaku tsukaenu yatsura bakari ne

(Uyamaitataeyo

Warera ga idai na KONCHIITA

Uragirimono ni wa

Mukui wo ukete itadakimashou)

Kuraitsukuse kono yo no subete

Kyou no MENYUU (Menu) wa tokubetsusei na no

Aojiroku kagayaku mouhatsu

OODOBURU no SARADA (Salad) ni choudo ii

Hone no zui made shaburitsukuse

Tarinakereba "okawari" sureba ii

Chotto soko no meshitsukai-san

Anata wa donna aji ga suru kashira?

"Kapan dia datang?"

"Masih lama."

"Entah kenapa aku juga stress nungguinnya."

"Sama."

Itsu shika yakata wa monuke no kara ni

Nani mo nai shi dare mo mou inai

Sore de mo kanojo wa motometsuzuketa

Kyuukyoku ni shite shikou no akujiki

"Nokoshitara, okorarechau mono"

Kuraitsukuse kono yo no subete

Kanojo wa mizukara no migite wo mite

Soshite shizuka ni hohoenda

"MADA TABERU MONO ARU JA NAI"

KONCHIITA no saigo no akujiki

Shokuzai wa sou kanojo jishin

Shoku wo kiwameta sono karada no

Aji wo shiru mono wa sude ni inai

"Ngomong-ngomong soal lagu, kalian sudah denger opening anime Persona 5 yang baru?" tanya Alpha yang udah nongol entah sejak kapan.

"Yang 'Dark Sun'? Aku kurang sreg." jawab Luthias.

"Sama, enakan yang 'Break In to Break Out'." balas Alpha.

"Emang sih..." sahut Giro tidak tertarik.

"Kayaknya lagunya bagus buat dinyanyiin!" timpal Zen yang sudah selesai bernyanyi. "Kasih tau dong!"


Di tempat lain...

"Kenapa kami disuruh bawa ini, Aniki?"

"Aku nggak bisa angkut semuanya sendirian, jadi kupanggil kalian saja."

"Tapi kenapa isinya makanan aneh semua?"

"Kau tanya saja sama Zen, orang dia yang minta begituan!"

Yah, ternyata Mathias agak lama mengantar karena harus minta bantuan dulu.


Back to Zen...

Zen sudah terlalu lama menunggu. Dia sudah bernyanyi lima lagu, main catur dengan Arie, bantuin Daren nyiram tanaman, mainin gameboy Alpha sampai tombolnya mendem semua ("Ganti rugi woy!" protes Alpha setelah mendapati gameboy-nya dirusak Zen.), baca buku yang dibawa Luthias, dandanin Giro pake daster, bahkan sampe berantem dengan Alucard dan Zilong yang kebetulan lewat di depan markas saat sedang berkeliling untuk menghilangkan bosan.

"Laaaaammaaaaa~"

'Kenapa Aniki belum datang juga? Pasti ada yang tidak beres.' batin Luthias cemas. "Sepertinya aku perlu menyusul Aniki."

Kemudian dia segera pergi.


Luthias baru keluar dari gerbang markas saat melihat kakaknya datang bersama kedua saudara lainnya sambil membawa kotak besar.

"Kenapa lama sekali?"

"Ceritanya panjang, Greeny."


Setelah itu...

"Akhirnyaaaa~" ujar Zen lega ketika mendapati makanannya telah tiba.

"Maaf lama, tadi ada kendala di jalan."

Kemudian Mathias, Andersen, dan Victor menaruh kotak yang mereka bawa di meja terpisah.

"Ayo cepat hidangkan, perutku sudah kelaparan!" seru Zen tidak sabaran.

"Iya, sabar."

"Kau sudah puasa berapa hari untuk ini?" tanya Arie.

"Aku meditasi selama seminggu di gudang." jawab Zen watados.

"Pantesan gue nggak bisa buka gudang dari kemaren!" gerutu Daren.

"Hidangan pertama." Mathias menaruh sebuah piring berisi... Mata ikan?

Semua penonton di sana langsung menatap horror mata itu.

"Siapa juga yang demen makan mata ikan?" tanya Alpha skeptis.

"Setauku mata ikan tuna biasa dijual di Jepang." bisik Giro risih.

"A-apa?" Alpha langsung shock mendengar itu.

"Tunggu sampai kalian melihat yang lebih aneh lagi." ujar Andersen sambil meletakkan hidangan kedua yang berupa beberapa telur.

Daren mengerutkan kening. "Ini biasa saja bagiku."

"Coba pecahkan cangkangnya dan lihat apa isinya."

Daren melakukan apa yang dikatakan Andersen dan ternyata...

"Ugh..." Wajahnya memucat, kemudian dia menutup mulut dan meletakkan kembali telur yang dipegangnya, setelah itu langsung kabur ke semak-semak terdekat dan muntah di situ.

"Wajar saja dia muntah." Arie menatap telur tadi dengan wajah datar. "Siapa yang nggak jijik liat ayam belum netes direbus hidup-hidup?"

"Sebenarnya, itu embrio bebek." ralat Andersen.

Arie hanya angkat bahu. "Bebek atau ayam sama saja bagiku."

Victor membawa hidangan ketiga berupa...

"Mein Gott! Itu apaan lagi?!" pekik Giro histeris.

"Escamol, lebih dikenal dengan 'kaviar serangga'. Terbuat dari larva dan pupa semut yang dapat dimakan, serta dipanen dari tequila atau tanaman mezcal." jelas Andersen. "Yah, biasanya yang paling banyak makan serangga itu orang Afrika."

Giro langsung bergidik ngeri.

Alpha melihat Daren yang kembali ke kerumunan. "Udahan muntahnya?"

"Yah..." Daren mengangguk dengan wajah pucat. "Kuharap tidak ada lagi menu dari telur yang menjiji-"

"Sayangnya masih ada..." Mathias menaruh hidangan keempat. "Namanya sih 'Telur Seabad', tapi itu hanya nama. Diawetkan dengan campuran tanah liat, abu, dan kapur selama beberapa bulan, kuning telur berubah menjadi hijau atau bahkan hitam, putih telur menjadi jelly transparan berwarna coklat, serta baunya akan tercium seperti campuran sulfur dan amonia."

Alpha segera menyiapkan kantung muntah untuk Daren yang muntah lagi, sementara ketiga orang lainnya hanya memasang tatapan prihatin.

"Kau tau, sebenarnya tidak ada yang lebih buruk daripada memakan sesuatu mentah-mentah." celetuk Giro. "Yah, seperti sebagian makanan Jepang."

Luthias mengangguk. "Yap. Aku pernah dengar tentang Fugu, makanan itu terbuat dari daging ikan buntal yang jika tidak diolah dengan baik akan sangat beracun untuk dikonsumsi."

"Aku juga pernah dengar tentang Odori Don dan Dojo Tofu, keduanya dibuat dengan cara menyiksa hewan. Maksudku... Antara cumi yang dipotong kepalanya untuk disajikan dengan saus kecap, atau tahu yang berlubang karena perjuangan para belut kecil untuk menghindari panasnya minyak yang menggoreng mereka, mana yang lebih parah?"

Daren yang sudah selesai muntah juga ikut berbicara. "Di Prancis juga ada kok makanan yang dibuat dengan menyiksa hewan, pernah dengar burung ortolan?"

Mereka semua menggeleng.

"Burung itu dikenal memiliki suara merdu, tapi... Sayangnya mereka ditangkap bukan untuk dijadikan hewan peliharaan, tapi dijadikan bahan makanan. Kalau setauku sih... Burung malang itu ditusuk matanya, dipaksa makan sampai berat badannya mencukupi, ditenggelamkan ke dalam tong Armagnac, dan setelah mati akan direbus selama sepuluh menit." jelas Daren panjang lebar. "Banyak yang mengecam makanan ini karena 'katanya' populasi burung ortolan semakin langka."

"Kasihan juga ya..." gumam Luthias prihatin.

Daren mengangguk. "Yap. Sebenarnya masih ada satu lagi makanan yang kuketahui dibuat dengan menyiksa hewan, namanya Foie Gras. Biasanya para angsa yang akan diambil hatinya untuk bahan makanan ini akan dipaksa makan terus-menerus sampai mati kekenyangan."

"Ren, mending lu cobain ini deh." Mathias memberikan sebutir telur rebus yang ditusuk garpu pada Daren.

Dia mengambil telur itu dan memakannya, tapi entah kenapa ekspresinya langsung berubah seketika. "Ugh, asem banget!"

"Itu telur yang didiamkan dalam toples cuka, seperti saat membuat acar." jelas Mathias.

"Siapapun pembuat telur acar ini, setidaknya ini tidak separah kedua makanan sebelumnya." Daren hanya pasrah dan menghabiskan telur itu dengan ekspresi kecut. "Bleh!"

"Bicara soal menyiksa hewan, ada beberapa negara di Asia yang memakan kucing dan anjing, bahkan ada juga yang makan monyet." ujar Arie.

Luthias langsung memasang tatapan horror. "Jangan sampai squad sebelah mendengar ini, pasti akan ada yang mengamuk di sana."

Zen yang sejak tadi asik makan menyela pembicaraan. "Kalian asik banget ngobrolnya, nggak ikut makan?"

"Nggak, makasih! Perut kami masih normal!" tolak keempat orang itu. (Sebenarnya Arie juga pengen ikut makan, tapi dia lebih memilih untuk jaim saja.)

"Bukannya kau pernah makan daging hiu fermentasi, Grønland?" tanya Victor iseng.

Luthias langsung men-death glare saudaranya. "Kau sendiri bukannya pernah keracunan daging ikan paus?"

Lalu mereka berdua langsung gelut.


Note: Dari yang kubaca di sebuah artikel, katanya daging ikan paus mengandung berbagai macam racun (salah satunya merkuri) yang bisa menyebabkan gagal organ dan kegilaan.


"Kalian pernah dengar makanan yang dibuat dari alat kelamin hewan?" tanya Arie mengabaikan mereka berdua.

"Tolong jangan, aku tidak berani membayangkannya!" pekik Alpha histeris sambil memeluk pohon terdekat.

"Baiklah, lupakan saja." balas Arie datar.

Daren terkejut ketika melihat Andersen membawa sebuah makanan yang dikenalinya. "Itu kan..."

"Oh, kau tau ini?" tanya Andersen.

"Ya, kurang lebih. Escargot dibuat dari siput yang dimasak di dalam saus anggur putih, bawang putih, mentega, dan peterseli serta disajikan dalam cangkangnya." jelas Daren seadanya.

"Kelihatannya cukup mewah." komentar Zen ketika escargot itu disajikan di depannya.

"Yah, banyak yang bilang rasanya seperti kerang bertekstur kenyal. Tapi yang jelas, hanya orang tidak normal yang memakan siput bersama cangkang- nya?" Daren langsung mangap begitu melihat Zen benar-benar memakan escargot itu lengkap dengan cangkangnya.

'Oke fix, Zen memang tidak normal!' batin semua orang yang melihat itu (kecuali Arie) sweatdrop.

"Makanan utama sudah, sekarang tinggal hidangan penutupnya." ujar Zen.

Andersen menghidangkan sepiring keju. "Ini dikenal dengan 'keju belatung'. Hidangan tradisional Sardinia ini adalah keju susu domba yang terkenal karena mengandung larva serangga hidup. Belatung kecil yang menggeliat di dalamnya berguna untuk meningkatkan rasa, tapi cenderung melompat ketika panik, jadi harus hati-hati."

Victor yang sudah selesai gelut dengan Luthias segera menghidangkan sebuah piring berisi beberapa biskuit, tapi...

"Biskuit macam apa ini?!" pekik Giro frustasi setelah mendapati keberadaan serangga di dalam biskuitnya.

"Kalau boleh kuberitahu, serangga di dalamnya merupakan tawon penggali dan sengatnya sangat menyakitkan." jelas Mathias datar.

Zen tanpa pikir panjang langsung melahap biskuit itu. Tapi anehnya, mulut dan lidahnya masih baik-baik saja.

'Dia benar-benar mirip Conchita.' batin mereka semua risih.


Beberapa menit kemudian...

"Makasih makanannya! Kapan-kapan bawain lebih banyak lagi ya!" ujar Zen senang.

"Aku nggak jamin." balas Mathias skeptis.


Special Bonus: Five Screen

Lima kejadian, hanya itu yang bisa kujabarkan.


1. Glasses

Tumma sedang mengendap-endap menuju kamarnya sambil membawa sebuah kotak kecil dan begitu sampai, dia segera masuk dan menutup pintu.


Dia menaruh kotak itu di atas meja dan membukanya, kemudian mengeluarkan sebuah kacamata.

"Aku harap tidak ada yang melihat ini." gumam Tumma sambil memakai kacamata itu, kemudian membuka sebuah buku di atas meja. "Tidak buruk."

"Tumma-kun!"

Tumma yang panik buru-buru melepas kacamatanya dan kembali memasukkannya ke dalam kotak, kemudian menyembunyikan kotak itu di dalam laci meja.

Pintu kamarnya terbuka dan Yubi masuk ke dalam. "Tumma-kun?"

Yang bersangkutan bersender di belakang laci meja. "Ha-ha-hai! Se-sedang apa kau di sini?"

"Aku hanya ingin mencarimu saja." jawab Yubi watados.

"O-oh, begitu."

"Ya sudah, aku mau pergi lagi." Yubi berjalan keluar dari kamar.

Tumma menghela nafas lega, kemudian kotak itu dikeluarkan dari laci meja dan dia mengeluarkan kembali kacamatanya.

"Baiklah, saatnya ke per- Waaaaah!" Tumma langsung kaget setelah mendapati Yubi sudah muncul di depannya dan segera menyembunyikan kacamatanya di balik punggung. "Kenapa kembali lagi?!"

"Habisnya, tampangmu tadi mencurigakan!" Kemudian Yubi menyadari kalau Tumma menyembunyikan sesuatu. "Kamu sembunyikan apa sih?"

Yubi mencoba melihat dan Tumma berusaha mencegatnya. Tapi pada akhirnya Yubi berhasil merebut kacamata itu dari tangan Tumma dan sedikit terheran-heran. "Hm? Sejak kapan kamu butuh kacamata?"

Tumma mengambil kembali kacamatanya dan memalingkan wajah. "Jangan beritahu siapa-siapa soal ini, oke?"

Yubi memiringkan kepala dengan wajah bingung. "Baiklah."

Tumma menghela nafas pasrah. "Sebenarnya... Belakangan ini aku kesulitan membaca, kemungkinan karena latihan memanahku. Maurice menyarankanku untuk memeriksa mata, jadi dia dan Paman Grayson membawaku ke dokter mata kemarin. Dokter bilang akan mengirimkan kacamata yang sesuai untukku, tapi harus menunggu sehari."

"Jadi itu kacamata baca?" tanya Yubi.

Tumma mengangguk.

"Lalu kenapa disembunyikan?"

"A-aku tidak mau membahasnya."

Yubi kembali merebut kacamata Tumma dan memakaikannya. "Kamu terlihat lebih keren seperti itu."

Tumma menunduk malu dengan wajah memerah. "Um, terima kasih..."

Yubi tersenyum manis dan mencium bibirnya, Tumma sedikit kaget dan hanya membalasnya.

Tapi mereka berdua tidak menyadari kalau ada yang melihat kejadian itu sambil menempel di langit-langit kamar dengan posisi terbalik disertai tampang pokerface.


2. Guardian Spirit and His New Power

Ketika Hendry mendapati saudaranya pergi melakukan misi berbahaya sendirian, dia memutuskan untuk mengikuti Rendy sampai ke hutan.

Sekarang dia sedang bersembunyi di balik pohon sambil melihat pertarungan saudaranya.


Rendy terdesak dengan banyaknya monster yang menyerang dan mengalami luka yang cukup parah.

Hendry ingin membantunya, tapi dia tidak punya kekuatan untuk bertarung dan tidak bisa berbuat apa-apa.

Di tengah kegelisahan dan khawatir dengan kondisi saudaranya, dia mendengar suara yang memanggilnya. Suara itu menawarkan kekuatan padanya dan Hendry segera menerimanya dengan penuh keyakinan demi menyelamatkan saudaranya.


Di saat Rendy sangat terdesak karena senjatanya terlepas dari tangan dan tubuhnya terhempas sampai menabrak pohon terdekat, tiba-tiba sekumpulan benda berwarna putih muncul dan menyerang semua monster yang ada. Sebelum sempat menerka apa yang terjadi, Rendy tidak sadarkan diri karena lukanya.


Ketika terbangun, Rendy sudah berada di kamarnya dengan tubuh terbalut perban.

"Hey, sudah bangun?"

Dia menengok dan mendapati Hendry menyapanya dari jendela sambil memainkan sesuatu di tangannya.

"Hendry? Ba-bagaimana aku bisa di sini? Apa yang sebenarnya terjadi?"

Hendry hanya tertawa kecil. "Ceritanya panjang, kau tidak akan percaya jika mendengarnya."

Kemudian Rendy baru menyadari sesuatu di tangan saudaranya. "Dari mana kau dapat itu?"

"Ini?" Hendry memperlihatkan benda di tangannya. "Ada yang memberikannya saat aku melihatmu... Hampir mati."

"Ja-jadi kau mengikutiku dan saat aku sekarat, kau mendapatkan kekuatan untuk-" Rendy terdiam sesaat. "Kau ingin bertarung demi aku?"

"Aku tidak bisa membiarkanmu menghadapi bahaya sendirian." Hendry menghampiri Rendy dan duduk di sebelah saudaranya, kemudian mengusap rambutnya dengan lembut. "Aku memang tidak punya kekuatan sebelum sekarang, tapi aku punya keberanian. Jika kau dalam bahaya, aku bertanggung jawab untuk melindungimu. Sekarang aku punya kekuatan dan aku akan menggunakannya untuk terus melindungimu."

"Hendry..." Rendy hanya menunduk sedih, kemudian tersenyum kecil. "Terima kasih telah menolongku.

"Apapun untukmu, Rendy."


Tapi mereka tidak menyadari para pengintip di balik pintu.

"Momen saudara yang so sweet ya?" (Zen)

"Ya, aku setuju." (Tumma)

"Aku ikut pendapat kalian saja." (Arie)


3. I Need New Hair Style

"Apa sebaiknya aku perlu ganti gaya rambut?"

Elwa yang sedang membaca buku terlihat mengerutkan kening. "Untuk apa ganti gaya rambut?"

Ilia yang sedang menopang dagu hanya menghela nafas. "Aku hanya ingin saja. Lagipula aku juga tidak nyaman dengan Donna, gaya rambut kami hampir sama."

"Ngomongin apa nih?" tanya Girl-chan yang nimbrung di tengah-tengah dan mereka berdua langsung melirik ke arahnya.

"Potong rambut lagi?" tanya Elwa.

"Yah, begitu deh..." jawab si ketua squad sambil menyisir rambut barunya dengan jari. "Entah kenapa rambutku kali ini mengingatkanku pada 'seseorang'."

"Siapa?" tanya Ilia penasaran.

"Dengan E dan K, dari P2EP."

'Kenapa jadi main tebak-tebakan?' batin Elwa sweatdrop.

Ilia mulai murung. "Sepertinya aku perlu potong rambut juga..."

"Kurasa tidak perlu."

"Hm?"

"Lebih baik kau pikirkan gaya rambut yang lain, jadi itu bisa membuatmu terlihat berbeda."

"Begitu..." Ilia mulai tersenyum. "Makasih ya Kaichou, aku akan pikirkan nanti."


4. Birthday Gift for Her

Ulang tahun Ilia semakin dekat, dan mereka berdua masih bingung harus menghadiahkan apa padanya.

"Sekarang bagaimana?" tanya Hendry was-was.

"Aku juga tidak tau." jawab Rendy lesu. "Aku sudah bertanya apa yang dia suka, tapi dia tidak mau bilang."

Hendry hanya menghela nafas. "Sepertinya ini akan sulit..."


Pada hari H-nya...

"Rendy!" Ilia menghampiri Rendy yang sedang jalan-jalan di koridor lantai lima.

Yang bersangkutan menengok ke belakang. "Oh, Ilia."

"Bisa bicara sebentar?" pinta Ilia.

Rendy mengangguk. "Tentu. Tapi jangan di sini."


Di atap...

"Hendry sudah pernah memberitahumu tentang ulang tahunku kan?"

"Ya. Sayangnya kami tidak punya apa-apa untuk hadiah."

"Itu tidak masalah bagiku, tapi..." Ilia menunduk sesaat. "Boleh aku minta sesuatu?"

"Apa itu?" Rendy bertanya balik.

Ilia mengucapkan sebuah kalimat tanpa suara dan Rendy yang membaca gerakan mulutnya sedikit terkejut.

"Ilia, kau sudah tau kalau aku bukan Hendry. Aku tidak ingin membuatmu kecewa." Rendy menghela nafas. "Tapi... Jika itu memang keinginanmu, akan kulakukan."

Wajah mereka mulai saling berdekatan dan Ilia hanya menutup mata, kemudian Rendy memberikan ciuman di pipinya.

"Aku sudah bilang kalau aku bukan Hendry, jadi aku hanya menciummu di pipi. Lagipula itu sama saja kan?"

Ilia meraba pipinya dan tersenyum. "Iya, terima kasih."

Kemudian Ilia pergi meninggalkan Rendy.


Malam harinya, Ilia sedang tertidur ketika ada yang mengetuk jendela kamarnya. Suara ketukan itu membuatnya terbangun.

Hendry membuka jendela kamar Ilia dan masuk ke dalam. Begitu mendapati Ilia yang setengah terbangun, dia hanya tersenyum dan mendekatinya, kemudian mencium bibirnya dengan lembut.

"Selamat malam, Ily."

Setelah Hendry membisikkan kalimat itu ketika Ilia kembali tertidur, dia pun meninggalkan kamarnya melalui jendela.


5. After Incident

Setelah insiden Hato mengamuk, Teiron lebih memilih untuk mengurung diri di kamar.


"Dia nggak mau keluar dari kemarin?" tanya Tumma.

Alpha yang dari tadi berada di depan kamar Teiron hanya mengangguk. "Tingkat phobia-nya sudah mencapai tahap depresi. Jika ini terus berlanjut, bukan tidak mungkin dia akan BD saat kita tidak sadar."

Tumma bergidik ngeri. "Kenapa harus berhubungan dengan BD?"

"Karena kebanyakan kejadian BD itu berasal dari depresi." Alpha melipat tangan. "Kau sudah mencoba membujuknya untuk minta maaf?"

Tumma hanya menghela nafas. "Percuma, dia tetap keras kepala. Bahkan dia sampai bilang begini..."


-Mini Flashback-

"Kau tidak mengerti! Ini lebih dari sekedar trauma! Jika kalian terus memaksaku, lebih baik aku mati daripada minta maaf padanya!"

-Flashback End-


Alpha hanya geleng-geleng kepala. "Sepertinya ini akan semakin panjang..."

Kemudian dia teringat sesuatu. "Oh iya, dari dulu aku penasaran kenapa dia bisa trauma dengan anjing. Sebaiknya kita tanyakan Bibi Rilen."

"Aku sudah pernah menanyakan itu, tapi dia tidak mau cerita." celetuk Tumma datar. "Lebih baik kita tanyakan saja pada adiknya, mungkin dia lebih tau."

Alpha hanya angkat bahu. "Ya sudah, tapi kau saja yang bertanya."

Tumma mengangkat alis. "Kenapa?"

"Adeknya Teiron tuh loli! Gue nggak mau diciduk pasukan anti lolicon kalau disuruh nanya sendirian! Semenjak si Batu Nisan menyerang, gue jadi nggak berani jemput Flore pulang sekolah!" jelas Alpha frustasi.

Tumma menahan tawa. "Bukannya kau trauma gara-gara digebukin kakeknya Iris setelah cubitin Iris yang jadi chibi gara-gara ramuan Emy?"

"Elah, tau aja lu yang itu!" sembur Alpha.

Tumma hanya cengengesan sebagai balasannya.


Warning: Teiron beneran mau bunuh diri jika terus dipaksa minta maaf sama Hato, jadi sebaiknya main aman saja. Karena kalau dijabarkan seperti ini: Orang yang keras kepala + depresi tingkat tinggi = kombinasi mengerikan yang dijamin akan susah dibujuk, bahkan dengan hal favoritnya sekalipun.


To Be Continue, bukan Thumbelina Biscuit Crumble (?)...


Yah, butuh waktu lama untuk ini... -w-/

Review! :D