Balas Review! :D

JustReha: Setidaknya kau beruntung tidak digigit Black Jack jika harus mengambil pensil dari dalam tas (karena Flore tidak tau apa dan cara kerja tempat pensil), dan untungnya dia nggak 'pup' di dalam tas.

Luthias: *keringat dingin.* "Untung nggak ngeliat."

Makasih Review-nya.

SR: Yah, menurutmu aja deh. Ini udah lanjut... -w-/

RosyMiranto18: Bisa kurang sih, tergantung kondisi... .w.a

Rendy: "Aku tidak yakin (ken)apa kucing betina juga perlu disterilkan, biasanya yang paling sering itu kucing jantan." ._.

Luthias: "Kurasa tidak, mereka sama-sama betina. Bicara soal Oskar, yang kutau dari fanpage-nya, dia mati karena serangan jantung."

Alpha: "Itu hanya jaga-jaga agar mereka masih bisa dilacak jika menghilang."

Thanks for Review.

Happy Reading! :D


Chapter 158: (Mis)Fortune in (Twin) Birthday


"Rendy, kau tau besok hari apa?"

"Minggu." Yang bersangkutan membalas tanpa minat karena sibuk merapikan barang-barang di dalam sebuah kotak.

Hendry yang sedang mengusap Miss Mist di pangkuannya menghela nafas. "Baik, kuganti pertanyaanku. Kau tau besok tanggal berapa?"

Rendy melirik kalender di tembok sebelah. "Tanggal 9 bulan 9."

"Kau tidak lupa kan?"

Rendy menggeleng cepat untuk membantah pertanyaan Hendry. "Tidak, memangnya kenapa?"

"Besok ulang tahun kita, Rendy. Kau benar-benar tidak ingat?"

Rendy hanya menghela nafas, lebih baik dia jujur saja. "Ya, sedikit. Aku sedang banyak pikiran belakangan ini."

"Kau ini." Hendry menurunkan Miss Mist dari pangkuannya dan berdiri, kemudian menghampiri saudaranya. Dia pun mencubiti pipi Rendy dengan wajah sebal. "Mau sampai kapan kau seperti ini terus? Bisa-bisa wajahmu menua lebih cepat dariku."

Hendry melepaskan cubitannya dan menatap Rendy dengan wajah serius. "Dengar, aku tidak ingin kau sampai terbawa stress, jadi sebaiknya kau perlu mendinginkan kepala dengan kegiatan ringan, misalnya jalan-jalan."

Kring!

Rendy mengecek pesan yang masuk dan setelah membacanya, dia pun kembali menghela nafas. "Ayo kita pergi ke rumah Adel besok, sekalian jalan-jalan."

Hendry memasang senyum kemenangan. "Tentu!"


Keesokan harinya...

Sekarang mereka berdua sedang menuju ke rumah Adelia.

Rendy terus berlari dalam tempo yang tidak bisa dibilang lambat. Dia sedang butuh berlari untuk mendinginkan kepala.

Jernihnya aroma embun pagi membuat Rendy dapat merasakan bagaimana angin dingin menerpa wajahnya dengan belaian lembut. Mentari pagi turut menyapa dengan seberkas sinar yang menyapu lembut helai rambut peraknya. Burung-burung pun tak mau ketinggalan, mereka memulai paduan suara untuk menyanyikan lagu yang terdengar begitu manis di telinga Rendy.

Dalam sekejap, dia merasakan segalanya seolah begitu sempurna. Suasana pagi ini ternyata berniat membantunya mendinginkan kepala.

"Rendy."

Dia benar-benar merasa damai untuk saat ini.

"Hey, Rendy!"

Sedikit lagi, sebentar lagi pikirannya akan benar-benar jernih.

"Rendy! Stop!"

Sesaat lagi, kepalanya akan benar-benar dingin.

"Rendy, berhenti! Di depan ada-"

BYUUUR!

"Lubang."

Di tengah jalan ada salah satu lubang saluran air yang kehilangan tutupnya, dan Rendy tercebur dengan indahnya ke dalam lubang tersebut karena Hendry terlambat memperingatkan saudaranya akan bahaya lubang terbuka itu.

Sekarang kepala Rendy benar-benar dingin, dalam makna denotasi.

Rendy bersumpah akan menyumpel mulut orang yang membiarkan lubang itu terbuka, dengan sampah bekas ramen cup yang mengambang di sebelahnya saat ini.


Rendy mendelik tajam dan Hendry berusaha menahan tawa sekuat tenaga.

Seharusnya mereka pulang dulu untuk (paling tidak) mengganti pakaian Rendy yang telah basah kuyup karena air selokan bawah tanah, tapi tidak bisa.

Hari ini Ikyo sudah meminta mereka (dan beberapa orang lainnya) untuk datang pada jam yang telah ditentukan. Mereka diminta untuk datang jam delapan, dan sekarang sudah jam delapan kurang sepuluh menit.

Rendy tidak berani kembali ke markas karena itu artinya dia akan datang terlambat, dan jika dia terlambat, bisa dipastikan akan ada cakar yang melayang. Rendy belum mau mati muda, jadi dia memilih untuk setengah menggigil dalam balutan sweater basah.

Dan ternyata Rendy belum memikirkan bahwa mungkin saja Ikyo sengaja mengundangnya untuk pesta kejutan atau semacamnya.


Di saat 'kepala dingin'-nya nyaris meledak, dia mendapat cobaan baru.

"Rendy! Hendry!"

Si biang kerok baju kuning datang menghampiri mereka.

Hendry membalas panggilan si baju kuning, Tumma, dengan lambaian ceria, sementara Rendy memasang ekspresi sangar.

Warna baju Tumma membuatnya teringat akan sebuah benda berwarna sama yang tadi sempat mengambang di tengah selokan bawah tanah tempatnya terjatuh. Ramen cup, tepatnya. (Untungnya bukan t41.)

"Tidak kusangka kita akan bertemu di jalan!"

Tumma bahkan tidak menyadari kalau dari tadi ada tetesan air yang jatuh dari rambut (dan seluruh tubuh) Rendy.

Hendry dan Tumma mengobrol sambil meneruskan perjalanan, sementara Rendy hanya diam saja di sebelah mereka.

Mungkin bukan hal aneh jika mereka bisa cepat akrab. Sebenarnya yang paling aneh itu adalah cerita di mana Hendry bisa akrab dengan Shiki yang (katanya) galak and ganas.

Ya, itu sangat aneh.

Percakapan random dari kedua orang itu terus berlanjut untuk beberapa saat, sebelum akhirnya Tumma menyadari ada yang berbeda dari Rendy hari ini. Bukan, bukan karena mata yang melotot sangar, tapi karena Rendy yang saat ini terlihat sangat basah.

"Rendy, keringatnya banyak sekali. Habis lari pagi ya?" tanya Tumma watados.

Rendy melotot semakin tajam dan Hendry yang panik mulai mengalihkan topik pembicaraan.

'Nggak, tadi gue habis keliling perumahan jualan doujin R18 lu threesome sama Thundy dan Teiron!' balas Rendy dalam hati.


Setelah mereka sampai di Mansion Keluarga Avelon, orang pertama yang menyapa mereka bertiga adalah Zen.

'Anjrit!' Rendy mulai misuh-misuh dalam hati.

Orang inilah makhluk nomor satu yang paling tidak ingin dia temui hari ini, karena nomor dua sudah dipegang oleh Tumma.

"Yo, Zen!" Tumma datang menghampiri Zen dan merangkul punggungnya, sementara yang bersangkutan hanya menepuk kepalanya.

Rendy mengangkat alis, sementara Hendry malah tersenyum nista melihat mereka. (Jangan bilang kalau dia fudanshi?!)

Ketika Zen melihat Rendy, kedua matanya memicing. Sebagai seorang iblis, dia memiliki insting yang cukup tajam. Dan yang membuat Rendy penasaran, sepertinya Zen baru saja mendapati sesuatu setelah menatapnya.

Dengan ekspresi seolah sedang berpikir, Zen mulai mendekatkan wajahnya pada Rendy. Jarak antara dua tubuh tinggal sepuluh senti dan waktu seperti terhenti seketika. Tidak ada yang sanggup bergerak di antara keempat orang itu, bahkan mengambil nafas pun tak sanggup.

"Sepertinya benar..." gumam Zen yang masih menatap pemuda perak itu. "Rendy... Kau..."

"Bau ramen cup rasa ayam bawang campur telur yang sudah basi tiga hari, ditambah bau got yang samar-samar."

PLAK!

Rendy langsung melempari wajah Zen dengan sepatunya.

Yah, bukan berarti omongan Zen tidak benar sih...


Rendy mengejar Zen di seluruh penjuru mansion yang sialnya memakan waktu hingga belasan menit karena mansion itu terlalu besar dan Zen lari(atau terbang)nya terlalu cepat.

Zen kabur terbirit-birit dan masuk ke dalam sebuah ruangan, dan begitu Rendy ikut membuka pintu untuk mengejar Zen...

PLOK!

Sebuah telur mendarat di wajahnya. Tidak lama kemudian, tepung terigu, mentega, dan tomat juga mendarat di wajah dan tubuhnya.

"Selamat ulang tahun, Rendy!"

Puluhan kertas warna-warni dari confetti menghujani tubuh Rendy yang hanya terbengong-bengong.

Ternyata di dalam ruangan ini ada sebuah meja besar yang di atasnya ada kue ulang tahun, lengkap dengan dekorasi dan kehadiran teman-temannya. Semua orang yang hadir di ruangan tersebut memberinya ucapan selamat ulang tahun.

Oh iya, hari ini dia ulang tahun.

Di sudut ruangan, Zen ngos-ngosan sambil menggerutu, "Kenapa harus aku yang disuruh memancing dia ke sini!?"

Arie hanya tertawa ringan sambil mendengarkan gerutuan saudaranya dengan sabar, Teiron melambaikan tangan pada Rendy (dan Hendry yang berhasil menyusul saudaranya) dengan mulut penuh kue (khusus tamu), Adelia tersenyum lembut, Ikyo tetap berekspresi datar seperti biasanya, sementara sisanya sibuk membersihkan ruangan itu dari bekas perbuatan mereka (karena nggak mau diamuk massa oleh Ikyo).

Tumma nyengir lebar sambil memasang tanda 'peace' dengan jarinya di belakang orang yang berulang tahun.

Rendy hanya terdiam beberapa saat, dia pun menghela nafas dan tersenyum tipis pada mereka.

"Terima kasih semuanya. Aku tak akan melupakan hari ini." Rendy mengatakan itu dengan tenang, walaupun sedikit jengkel karena badannya lengket oleh campuran telur, tepung, mentega, dan tomat. Apalagi dia belum ganti baju setelah insiden 'tercebur' sebelumnya.


Setelah menyelesaikan pesta kejutan, Rendy dan Hendry beranjak pulang ke markas dengan 'oleh-oleh' berupa baju ganti yang dipakai Rendy.

"Itu baju lama Kak Eiuron." kata Adelia yang 'meminjamkan' baju untuknya.


Di tengah jalan, Hendry tertawa terbahak-bahak sampai membuat saudaranya kebingungan.

"Kenapa kau tertawa?"

"Ahahahaha... Habisnya, aku iri melihatmu dikerjai seperti itu."

Kemudian mereka berdua terdiam sesaat.

"Ngomong-ngomong, nanti hadiahnya kita bagi dua ya! Aku kan juga ultah!" pinta Hendry.

Rendy hanya angkat bahu. "Ya sudah."


Di markas...

Ketika membuka pintu, tau-tau mereka dihadapkan dengan kumpulan kado di kamar mereka. Mereka pun mulai membuka semua kado itu satu per satu.

Rendy membuka bungkusan dengan warna coklat muda dengan pita hijau, pasti dari Teiron.

Dan isinya dua lusin pocky, jelas ini dari Teiron.

Rendy meletakkan hadiah (absurd) itu dan bergegas membuka hadiah lainnya. Kali ini dengan bungkusan warna putih berpita kuning, pasti Tumma.

Ternyata isinya syal, dirajut dengan baik dan warnanya abu-abu.

Selanjutnya hadiah dari Mathias yang kertas kado-nya warna merah dengan pita putih. Dari cara membungkus kado-nya sih, bisa ditebak kalau hadiahnya berisi buku. Dan benar saja, Rendy mendapat sebuah buku dari dalam bungkusan itu.

Sebuah buku diary warna pink dengan gambar Barbie.

Hendry langsung tertawa melihat kado itu.

Please deh, untuk apa Mathias menghadiahkan benda nista itu pada mereka!?

Tadinya Rendy mau marah dan mengamuk, tapi setelah menyadari Mathias sedang tidak ada (karena udah pulkam sejak kemarin), amarahnya mereda seketika.

Nanti saja marahnya, kalau Mathias sudah pulang.

Rendy dengan penuh amarah merobek sadis bungkusan kado warna pink dari Lisa. Sepertinya dia mulai sensi dengan warna pink setelah melihat diary yang dihadiahkan Mathias.

Untung saja Lisa memberinya kado yang normal, sebuah photoframe.

Rendy terharu, akhirnya ada kado yang benar-benar normal.

Sisanya silakan tebak sendiri.


Rendy menghela nafas lelah, begitu juga dengan Hendry.

Kado dari teman-teman mereka hampir 90 persen absurd dan ambigu. Kalau saja tadi ada yang menghadiahkan sebuah topi renang, pasti tingkat keambiguan kado-nya mencapai seratus persen.

Tapi mereka tidak (akan) pernah membenci ataupun mengabaikan hadiah-hadiah yang diberikan, karena keduanya tau betul bagaimana teman-teman mereka berusaha mencarikan kado terbaik.

Mereka tidak akan bisa membuang perasaan berharga itu.

Suatu perasaan janggal datang menghampiri pikiran Rendy.

Rasanya ada sesuatu yang kurang. Hari ini Rendy sudah melewati banyak hal. Lupa ulang tahun sudah, berlari sampai tercebur selokan sudah, datang ke rumah Ikyo sudah, mendapat berbagai ucapan selamat dan hadiah ambigu pun juga sudah.

Hadiah?

Tunggu dulu.

"Hendry, kita belum bertukar kado kan?"

Rendy baru ingat kalau dia dan Hendry sering bertukar kado di hari ulang tahun saat mereka masih kecil.

Saudaranya hanya tersenyum. "Tidak perlu."

"Hah?"

"Melihatmu bahagia sudah menjadi hadiah bagiku." Hendry mengusap kepala saudaranya. "Lagipula, aku sudah menganggap Miss Mist sebagai hadiah ulang tahunku darimu. Itu sudah cukup kok."

Rendy tersenyum kecil mendengar itu, kemudian mereka berdua berpelukan.

Yah, hari ini merupakan hari yang tidak akan dilupakan oleh mereka berdua.


Special Bonus: Weird Gift

Apa hadiah paling aneh yang pernah diterima?

Inilah jawaban sebagian anggota squad.


Edgar: "Hadiah paling aneh yang pernah gue terima adalah bunga papan dari temen-temen sableng gue setelah nikahan gue sama Naya."


Edgar sedang dalam perjalanan pulang dari altar tempat pernikahannya diadakan ketika handphone-nya bergetar, rupanya panggilan dari Vience.

"Edgy! Nikahannya udah selesai? Maaf ya nggak bisa datang, jalanan dari rumah gue macet banget soalnya!"

"Nggak apa, tadi Mathias juga udah cerita."

"Oh iya, kami sama para cowok di Reha Squad ngirim bunga papan ke rumahmu lho!"

"Emangnya gue udah mati?" tanya Edgar heran.


Dan begitu sampai di depan rumah, sebuah bunga papan sudah bertengger di pagar rumahnya.


Isinya seperti ini:

TURUT BERDUKA CITA

atas kepergian

EDGAR RAZORFALL LAMMERMOOR

dari masa bujangnya

~Para anggota cowok Garuchan dan Reha~


Edgar pun hanya bisa geleng-geleng kepala.


Salem: "Hadiah kampret dari Ethan, mau kujelaskan detailnya?"


"Salem, nih hadiah. Namanya Jack in The Box, tau kan boneka yang kalau diputer tiba-tiba muncul itu." Ethan memberikan sebuah kotak.

"Ya ya, gue tau... Makasih, biarpun gue bukan bocil lagi sih." balas Salem sambil memutar mata.


Malamnya...

"Penasaran gue, coba puter ah." gumam Salem sambil memutar tuas di samping kotak tersebut.

Tiba-tiba Rendy masuk. "Sal, itu Jack in The Box dari siapa?"

"Dari Ethan. Tuh orang ngasih gue ginian, padahal gue kan bukan bocil lagi." jawab Salem yang masih memutar tuasnya.

Ternyata yang keluar di luar dugaan. Ethan sudah mengganti badut lucu menjadi sebuah patung kepala zombie yang wajahnya hancur dan benda itu sukses membuat Salem dan Rendy pingsan di tempat sampai pagi.


Giro: "Ada tiga hadiah konyol yang kudapat saat ulang tahunku beberapa bulan yang lalu."


Kado pertama, dengan bungkusan warna coklat tua gambar kuda. Dari Alexia.

Bungkus kado-nya norak.

Ketika Giro ingin berkomentar, dia sudah merasa kasihan dengan wajah tegang Alexia.

Ah sudahlah, langsung dibuka saja.

Isinya bantal. Bentuk kue lapis.

"Ehmm... Bagian-bagian dari bantal itu bisa dipisah seperti kue sungguhan." jelas Alexia yang enggan menatap Giro.

Pemuda berambut panjang itu mempraktekkan apa yang didengarnya dan ternyata setiap lapisan bantal kue-nya memang bisa dilepas.

Oh, oke.

Kemudian Giro membuka hadiah dengan bungkus kado hitam bermotif kotak-kotak putih, dari Edgar. Sekotak penuh bola ping-pong.

Hadiahnya sih normal, kalau saja warna bolanya tidak coklat kayu dengan gambar kucing.

"Karena namamu 'Cat'lite dan warna kesukaanmu coklat, aku sengaja mencarikan yang warna coklat dan gambar kucing." Edgar membela diri dengan begitu tenangnya.

Sialan, ternyata dia sengaja!

Dan please deh! Coklat sih boleh, tapi jangan coklat kayu juga kali!

Tapi mengingat itu hadiah dari Edgar, Giro mengucapkan terima kasih dengan sopan (salah-salah bisa kena penggal sabit Grim Reaper).

Berikutnya kado warna coklat susu dengan gambar kupu-kupu, dari Emy.

Ternyata motif bungkus kado Emy sama noraknya dengan kado Alexia.

Giro tau betul kalau kado yang satu ini pasti isinya sesuatu yang nista.

Dan benar saja, doujin yaoi.

Dan bukan hanya itu, ternyata Emy menambahkan sebuah bonus pada bingkisannya: kumpulan video R18 yang dibalut dalam sebuah kaset CD.

Giro langsung mengamuk seketika dan segera melemparkan hadiah 'cantik' itu ke wajah Emy.


Maurice: "Kupon belanja dan kupon susu gratis saat ulang tahunku tahun lalu..."


"Ini untukmu."

Maurice hanya menatap hadiah yang diterimanya dengan wajah bingung. "Vience, apa yang bisa kugunakan dari kupon belanja ini?"

"Hitung-hitung sebagai tambahan dan lucky item."

Tentu saja tidak sepenuhnya benar. Vience hanya melupakan hal yang paling krusial pada hari ulang tahun seseorang: hadiah. Untungnya setelah menggali saku celananya, dia menemukan kupon belanja itu. ("Aku punya kupon itu bukan berarti aku suka belanja seperti ibu-ibu.")

"Hadiah dariku!"

Maurice mengerutkan kening disertai aura hitam di tubuhnya. "Zen, kau mau mengejekku atau apa?"

Ternyata hadiah dari Zen di tangannya adalah sebuah kupon susu gratis selama setengah tahun.

"Aku memenangkannya dari sebuah lucky draw, dan setelah berpikir agak lama, ada baiknya aku berikan padamu, siapa tau kau bisa tambah tinggi dengan program itu." jawab Zen seadanya.

Maurice hanya bisa menghela nafas mendengar itu.


Maurice: "Tapi itu masih mending sih, daripada Paman Grayson yang pernah dihadiahi kupon untuk totok aura gratis dari Mathias. Padahal dia benci totok aura."


"Yang biru muda dariku, yang coklat tua dari Giro, yang hijau dari Wiona, yang coklat muda dari Teiron, yang merah tua dari Elwa, dan-" Perkataan Maurice terputus saat menyadari ada yang belum memberi hadiah. "Mana hadiahmu, Luthias?"

"Ah maaf, aku lupa." Luthias mengeluarkan kotak yang dibungkus kertas berwarna ungu dengan motif belang-belang dan sebuah amplop, kemudian menaruhnya di tumpukan hadiah. "Oh iya, Paman, amplop itu hadiah dari Aniki."

Karena penasaran, Paman Grayson langsung membuka hadiah dari Mathias. Tapi tiba-tiba...

"Luthias, tolong sampaikan terima kasih pada kakakmu." Aura hitam yang keluar dari sang paman membuat semua orang di ruangan itu langsung merinding.

"Me-memangnya apa yang diberikan Mathias?" tanya Maurice agak ketakutan karena baru pertama kali melihat pamannya (terkesan) marah.

"Kupon untuk totok aura gratis." jawab Paman Grayson sambil memasang senyuman angker yang sukses membuat semua orang di sana ingin kabur saat itu juga.

Sepertinya Luthias memang harus mengingatkan Mathias untuk tidak berpikir terlalu kreatif.


Kurasa segitu aja. Untuk yang lainnya silakan pikirkan sendiri. *kabur.*


To Be Continue, bukan Twitch Box Checkmate (?)...


9 September, ultah si kembar super nyesek. Yah, bawaannya emang gini deh... -w-v

Dan gara-gara Chapter khusus ultah ini, bonus-nya malah jadi bahas kado ultah (walaupun kasus Edgar dan Salem nggak termasuk sih)... -w-a

Review! :D