Balas Review! :D

StrideRyuuki: Ya ya ya... Ini udah lanjut... -w-/

RosyMiranto18: Ya, seperti itulah...

Salem: *death glare Luthias.*

Luthias: "Apa salahku?" =w="

Zen: "Arie juga pernah begitu kok! Waktu dia ngunjungin Tumma dulu!"

Arie: "HEH!"

Molf: "Sepertinya semua jenis soda bisa memicu alergiku." ._.

Gluaria: "Tidak tidak. Aku sudah bersuami, mana mungkin aku menyukai keponakanku? Aku hanya gemas melihatnya pertama kali tersenyum setelah sekian lama."

Thanks for Review. :D

Happy Reading! :D


Chapter 162: Drabble Collections (RandoMajestic)


Di depan Mansion Keluarga Avelon...

"Katanya para cowok di squad-mu pada lari pagi ya?" tanya Jioru.

Ikyo menyeruput teh-nya. "Iya, kenapa emang?"

Kemudian lewatlah kerumunan cowok Garuchan dan Reha yang berjalan ala pasukan paskibra sambil menyanyikan lagu 'Bad Romance' dari Lady Gaga.

'Itu lari pagi atau parade? Lagunya nggak elit banget pula.' batin mereka berdua sweatdrop setelah melihat kerumunan nista itu melewati Mansion.


Sementara itu...

"Mari kita belajar tentang rambut lalu lintas." Paman Grayson memperlihatkan sebuah rambu dengan huruf 'S' yang dicoret. "Nah, rambu ini apa artinya?"

"Dilarang selingkuh?"

Webek, webek...

Beberapa anak berusaha menahan tawa setelah mendengar jawaban polos Chilla barusan.

Naya menghampiri anak itu dan menepuk pundaknya. "Chilla, itu artinya dilarang berhenti."

"Salah ya?" tanya Chilla agak bingung.

"Sudah sudah, mari kita lanjutkan!" sela Paman Grayson sambil mengeluarkan rambu dengan huruf 'P' yang dicoret. "Kalau yang ini apa artinya?"

"Dilarang pacaran?"

Beberapa anak langsung tertawa mendengarnya.

Itu saja intro-nya.


Drabble kali ini akan sangat panjang... -w-/


1. Rivalry Misunderstanding (Lanjutan dari Chapter 'Quality Time Share' bagian 'Another Cat Boy'.)

Sekarang Harith sedang mencari Tsuchi, dan dia menemukannya sedang duduk di bangku taman. Begitu dia mendekatinya, Tsuchi langsung menggeram marah pada Harith.

"He-hey, aku bukan musuh, oke? Aku hanya ingin bicara."

Tsuchi bergeser sedikit untuk berbagi tempat dengan Harith, tapi sambil melipat tangan dan memalingkan wajah kecutnya. Harith pun duduk di sebelahnya.

"Kau marah padaku?"

"Nyaw!"

"Kau cemburu?"

"Nyaw!"

"Bahkan jika aku tak punya hubungan apa-apa dengan Marinka?"

Tsuchi melirik Harith.

"Dengar. Aku memang tak punya hubungan apa-apa dengan gadis itu, jadi tolong jangan terbawa emosi."

Tsuchi kembali memalingkan wajah.

"Jika kau memang ingin aku pergi, akan kulakukan. Tapi tolong pikirkan kesalah pahaman ini, oke?"

Harith pun meninggalkan Tsuchi.


2. Overworking Technician

"Urgh... Terlalu banyak kerjaan..." keluh Alpha yang melirik jam di atas meja. "Hm? Oh, masih jam empat pagi. Aku masih punya wa- PUKUL EMPAT PAGI?!"

"Tidak heran kenapa aku mengantuk. Sepertinya aku akan istirahat sebentar dan melanjutkan ini nanti."

Ketika Alpha baru berdiri, tiba-tiba kepalanya terasa pusing. Kemudian dia jatuh pingsan.


"Ayah, aku mau pipis."

Sang ayah hanya tersenyum pada putranya. "Sebaiknya kamu keluar dan pergi mencari toilet, mumpung lampunya belum hijau."

"Iya." Alpha kecil keluar dari mobil dan mencari toilet terdekat.

Ketika Alpha baru selesai dari toilet, dia langsung shock begitu melihat mobil orangtua-nya yang tertabrak sebuah truk.

"Ayah! Ibu!"


Alpha langsung terbangun dengan wajah pucat dan berkeringat banyak.

'Kenapa mimpi itu muncul lagi?' batinnya sambil memegangi kepalanya yang pusing.

"Dapat mimpi buruk?"

Begitu dia menengok ke sumber suara...

"Wi-Wiona?! Ke-kena- Se-sejak ka- Bagaimana kau bisa ke sini?! Bu-bukannya kau di kamar Lisa?!" tanya Alpha kaget.

"Aku sangat khawatir denganmu, karena itu aku ke sini. Pintu kamarmu tidak dikunci, jadi aku bisa masuk, tapi aku malah menemukanmu pingsan di lantai." jelas Wiona. "Kau juga cukup ringan saat diangkat, apa kau tidak makan hari ini?"

"Aku... Hanya... Tidak selera..." balas Alpha pelan.

"Ngomong-ngomong, aku ingin bertanya sesuatu."

"Apa itu?"

"Apa yang terjadi dengan orangtua kandungmu? Lisa bilang kalian hanya saudara angkat dan kau diadopsi orangtua-nya."

"Soal itu..." Alpha memalingkan wajah. "Aku tidak bisa menjelaskannya sekarang..."

"Aku mengerti, lagipula aku juga tidak akan memaksa." Wiona tersenyum kecil. "Sebenarnya, aku... Ingin menceritakan masa lalu-ku."

Pemuda itu meliriknya. "Hmm, baiklah. Aku mendengarkan."

"Sejak kecil aku dirawat ayahku, ibuku sudah meninggal saat aku masih bayi jadi aku tidak tau wajahnya. Ayahku orang yang baik dan perhatian, dia selalu meluangkan waktu luang untukku di tengah kesibukannya meneliti beberapa hal. Penampilannya mirip denganmu, tapi dengan rambut hijau dan kacamata." Wiona menghela nafas sesaat sebelum melanjutkan. "Tapi... Pada suatu hari, dia meninggal akibat kelelahan. Kemudian beberapa jam setelahnya, sekumpulan orang membawaku pergi... Dan mengurungku di 'tempat itu'."

Alpha melihat air mata yang menetes dari manik hijau gadis itu, kemudian tangannya terulur untuk mengusap wajah Wiona. "Kau khawatir padaku, karena teringat apa yang terjadi pada ayahmu?"

Wiona mengangguk pelan. "Aku takut. Aku tidak mau kehilanganmu seperti saat aku kehilangan ayah. Aku tidak mau kehilangan orang yang kucintai dua kali. Aku..."

Alpha mengusap rambut hijau itu untuk menenangkannya. "Jangan menangis, oke?"

Kemudian dia menyibak poni Wiona dan mengecup keningnya. "Kau gadis yang kuat, karena itu aku sangat mencintaimu."

Wiona langsung terisak dan langsung memeluk Alpha sambil menangis sesegukan. "Terima kasih, Alpha... Tolong, tetaplah di sisiku..."

Alpha tersenyum lembut dan mengusap punggung gadis itu. "Ya, aku janji."


Di luar jendela, ada sesosok roh pria yang menyerupai Alpha dengan rambut hijau dan kacamata sedang tersenyum melihat itu.

"Jagalah Wion untukku, Alpha. Aku percayakan dia padamu." gumam roh itu sebelum akhirnya menghilang.


"Ngomong-ngomong, sepertinya aku harus minta jatah liburan pada Kaichou. Semua pekerjaan ini membuatku lelah." celetuk Alpha tiba-tiba.

Wiona terkejut. "Eh? Tapi..."

"Kau bisa ikut denganku jika kau mau."

"Umm, baiklah."


3. A Silent Girl who Try to Befriend Someone

Pada suatu hari di sebuah Plaza...

"Gar, kenalan sama temen gue nih!" Hibatur memperkenalkan temannya. "Namanya Georgewt. Nama aslinya sih... Antonio Banderas."

"Biji!" sembur temannya. "Namaku George sih, tapi panggilannya Will."

"George of The Jungle." celetuk Hibatur jahil.

"Biji kuda!"

Hibatur hanya ketawa dengan reaksi temannya barusan.

Girl-chan menghela nafas. "The name is Ra, Ra-Ra."

"Ra? Hmm..." George berpikir sejenak. "Seperti nama dewa di Yugioh."

"Ketua juga mau kenalan sama lu, Gar. Tapi nggak ingat terus." celetuk Hibatur lagi. "Betewe soal Yugioh, Yugi masuk di game 'Jump Force'."

"Wadaw."

Hibatur dan temannya pun membicarakan hal tersebut, sementara si ketua Garuchan hanya diam karena nggak mau tau.


Setelah George pergi karena suatu alasan, gadis itu menghela nafas lagi. "Gue kan bukan dewa Mesir."

"Ane aja baru nyadar, pas dia nyebut." balas Hibatur seadanya.

"Padahal gue cuma mau bercanda ala James Bond doang lho."

"Bagus tuh!"


Beberapa minggu kemudian... (Bagian ini rada lupa-lupa ingat karena chat-nya nggak sempat di-screenshot, urgh... =w=)

"Gar, ketua mau kenalan nih!" Hibatur mendorong seseorang yang merupakan ketua guild mereka, Kamigusa Arisu (cmiiw).

"Siapa yang bilang begitu?!" sembur orang itu sewot.

"Udah kenalan aja!"

Dia pun meringis. "Jadi, ketua Garuchan, aku sebagai ketua guild NiteRaid pengen kenalan sama salah satu anggota-nya. Jadi, namamu siapa ya?"

Gadis itu menghela nafas. "Rara, aslinya."

"Hmm." Orang itu berpikir sejenak. "Aku Putra, salken ya."

"Ya."

Hibatur pun minggat sebentar untuk membiarkan kedua orang itu mengobrol.

Obrolan mereka terkesan biasa-biasa saja, karena si ketua Garuchan hanya diam menyimak dan menjawab seadanya.


4. Repair Machine

"Ya? Qinary di sini."

"Aku tidak tau harus bilang apa, tapi ini penting."

"Ada apa, Alexia? Katakan saja."

"Be-begini... Garcia korslet karena tercebur di kolam renang kemarin, dan Alpha... Sekarang dia sedang istirahat di rumahnya selama sebulan, Kaichou bilang dia minta libur karena kelelahan."

"Bawalah dia kemari, aku akan memperbaikinya."

"Baik."


Setelah itu...

"Nah, sudah." Profesor Qinary menekan sebuah tombol di komputernya. "Tinggal menunggu loading selesai dan dia akan kembali seperti semula."

Kemudian dia menyadari sesuatu pada Alexia. "Apa kau sedih?"

"Ya." Alexia menghela nafas. "Aku hanya memikirkan jika hubungan kami tidak akan abadi. Android memang bisa hidup abadi, tapi bukan tidak mungkin kerusakan berat bisa menghancurkannya. Sementara aku... Aku tidak yakin bisa hidup lama, apalagi dengan penyakit jantung yang bisa membunuh sewaktu-waktu."

Profesor Qinary ikut menghela nafas, kemudian dia mengusap kepala pemuda itu. "Tidak ada yang tau seberapa lama seseorang akan tetap hidup, tapi jangan sampai hal itu membuatmu jadi pesimis."

Kemudian pria itu tersenyum. "Aku sudah menambahkan program armor anti air pada Garcia, jadi kau tidak perlu khawatir insiden itu tidak akan terulang lagi."

Alexia mengangguk pelan. "Iya, Profesor."


Sepulangnya...

"Bagaimana?" tanya Lucy.

Alexia menghela nafas. "Profesor sudah memperbaikinya, tapi Garcia masih harus tinggal untuk beberapa penyesuaian."

"Baguslah!" Lucy menepuk punggung adiknya. "Kamu juga jangan sedih lho! Dia memang bukan Garcia yang dulu, tapi bersyukurlah kalian masih bisa bersama."

Pemuda itu mengangguk. "Terima kasih, Kak."


5. Ants on Food? Yuck!

Baiklah, ini benar-benar keterlaluan!

Mathias tau kalau Zen senang menjahili orang, tapi yang dilakukannya kali ini sangat kurang ajar.

Alasannya sederhana: Zen menaburkan kumpulan semut di atas piring tempe untuk si ketua squad.

Tapi masalahnya, dia tidak tau kalau gadis itu paling alergi dengan semut di atas makanan.

Karena itulah Mathias langsung murka dan segera menyambangi Zen yang sedang meditasi di koridor lantai dua.

"SHIIINEEEEEEEE!"

Zen pun mengalami luka tebasan kapak disertai patah tulang karena dilempar Mathias ke bawah setelah dihajar sampai babak belur.


Sementara itu...

"Hm? Ada apa, Kaichou?" tanya Paman Grayson ketika melihat si ketua squad terlihat sedang tidak nafsu makan.

"Nggak selera, Paman. Tadi ada semut di tempe-ku, jadinya harus kubuangin satu-satu, itu pun nggak semua yang bisa dibersihin." Gadis itu mulai mual setelah menceritakan apa yang terjadi.

Paman Grayson hanya prihatin mendengarnya.


6. Manggil

"Monika, lihat deh aku beli apa!" panggil Rina sambil membawa sebuah barang.

Tapi dia dicuekin Monika yang sedang serius memperhatikan film di laptop-nya.

"Moniiikaaaa!"

Monika (sok-sok'an) tetap fokus dengan tontonannya.

"MoniKaa-chaaaaan~"

"Apa hah?" Monika langsung berbalik ke arah Rina. "Jangan pernah manggil gue pake sebutan itu lagi, iyuh!"


7. Menghindar

"Thias, kok PM gue nggak dibales?" tanya Raimundo.

"Errr, gue lagi nggak main FB dulu." balas Mathias gelagapan.


"Vience, kok PM gue nggak dibales?" tanya Raimundo.

"HP gue rusak, kemaren abis dimakan sama Jeronium!" jawab Vience ngeles.


"Gar, kok Mathias sama Vience kayak lagi menghindari sosmed gitu ya?" tanya Raimundo pada Edgar karena bingung dengan kelakuan dua orang yang ditanya sebelumnya.

"Coba liat timeline FB lu deh!" usul Edgar.

"Oalah..." Raimundo langsung cengo ketika melihat salah satu status di timeline-nya yang ternyata berisi tentang sebuah event.

"Daripada gue liat figure baru terus nanti auto PO, entar dompet gue rata lagi..." gumam Edgar risih.


8. Pameran

"Anjir, pamerannya penuh banget!" keluh Salem saat mengantri bareng Eris di sebuah event.

"Maklumlah, event gede ini." balas Eris datar.

"Gue takut ujung-ujungnya bakalan ada bau barang hilang nih!"

"Udahlah, entar juga diumumin sama panitia."

Kemudian terdengarlah sebuah pengumuman. "Bagi yang merasa kehilangan dompet, harap hubungi panitia!"

"Tuh kan."

"Selain itu ditemukan poster, gantungan kunci, stiker, dan cover dakimakura yang ditemukan dalam kantung plastik yang sama!"

"Eh bujug! Udah dompet hilang, barang khilaf-nya ikutan hilang pula! Miris amat!" komentar Salem cengo.


9. Magnum Opus

"Selamat siang semua, akan saya keluarkan magnum opus karya terbaik saya." ujar Eudo yang memegang sebuah gitar di depan para cowok Garuchan sebagai penontonnya. "Saya pakai gitar Y4m4h4 CPEKS1203III seharga 20 juta untuk membawakan lagu ini."

"C A Minor D Minor ke G ke C lagi~"

"Sekian dari saya, terima kasih."

Para penonton langsung tepuk tangan.

"Wow, masterpiece!"

"Beautiful!"

"Imba!"

"OP OP!"


10. Nonton Konser

"Aitakattaaa! Yes!"

"Yey, dorong dorong!"

"Woy, ini konser Idol! Ngapain pada Moshing?" tanya salah satu penonton konser itu.


Di tempat lain...

"WUOOOOOOOOOOORGH!"

"OI! OI! OI! OI! Lars Ulrich Oshi-ku!"

"Sejak kapan konser Death Metal banyak Wota ngidol gini?" tanya Primarin bingung. "Besok-besok konser Anisong pada dangdutan lagi."


11. Karaoke Time (Again)

Ada empat cowok yang sedang berada di sebuah tempat karaoke.

"Ware wa Meikai no Nushi, Jigoku wo horobosu mono." Edgar menyanyikan lagu 'Master of The Hellish Yard'.

"Permisi, ini minumannya!" Seorang pelayan membawakan empat gelas soda untuk mereka.


"Baby baby-by I love you! Saraba omoidasenai you na!" Salem menyanyikan lagu 'Mad Head Love'.

"Sal, sejak kapan lu demen lagu si Yonezu?" tanya Edgar bingung.


"Koyoi midareshi PIE PIERO, kankyaku no nai yoru no SAAKASU!" Edward dan lagu 'The Fifth Pierrot'.

"Mas, mau nambah jam lagi?" tanya pelayan tempat karaoke.

"Ah iya, nambah dua jam lagi!" balas Edgar.


"Nagarete iku garasu no kobin, negai wo kometa messeeji." 'Regret Message'?

"Please deh, Rendy! Gue tau lu lagi stress, tapi jangan lagu itu juga yang dinyanyiin!" sembur Salem.


12. Biji

Federico sedang minum milkshake ketika mendengar sebuah percakapan yang ambigu.

"Hey, bro! Apa kabar lu nih?"

"Hampir baik, bro."

"Eh, ngomong-ngomong, biji lu ada berapa?"

"Ada enam dong! Lu berapa?"

"Cuma empat, tapi gede-gede."


Ketika Federico mengecek sumber suara itu, dia langsung meremas gelas milkshake-nya sampai remuk dengan kesal karena ternyata...

Di depannya terdapat sepasang apel raksasa dengan kumpulan biji kecil di atas meja mereka.


13. Shooter

"Mari kita buktikan siapa penembak terbaik di sini dayo!"

"Oke, siapa takut?"

"Baik, aku juga akan lebih serius!"

Lho, ada apa ini?

"Hiaaaaaat! Tembak!"

DOR DOR!

"Ah, payah banget dayo! Nih, liat tembakanku!"

DUAR DUAR!

"Cih, dasar anak bawang! KALIAN TIDAK ADA APA-APANYA DIBANDINGKAN DENGANKU! RASAKAN INI!"

JEGER JEGER!

Mereka lagi ngapain sih? Ribut banget!

SYUUUUUUUUUNG! BLETAK! BLETAK!

Sepasang sepatu langsung melayang mengenai Alexia dan Musket, sementara Daren yang tidak terkena hanya bisa cengo.

"Aduh, siapa yang gangguin sih?!" tanya Alexia sambil mengelus kepalanya.

"Ganggu kata lu?!" tanya seseorang yang ternyata...

"LU BERTIGA MAIN GAME TEMBAK BEBEK RIBUTNYA KAYAK MAU PERANG! BERISIK! NGGAK USAH PAKE TERIAK BISA NGGAK?! GUE JADI NGGAK BISA TIDUR NIH!" teriak Tumma membentak mereka bertiga.

"Maaf, dayo! Habisnya seru banget sih!" kata Musket agak risih.

"Désolé pour vous garder distrait (Maaf membuatmu terganggu), soalnya lagi semangat adu skor nih..." balas Daren pelan.

"Sorry Tum, mumpung bebeknya banyak jadi keasikan deh!" ujar Alexia sambil menggaruk kepala.


14. Drink

Edgar sedang berada di dapur untuk membuat kopi. Tapi karena masih mengantuk setelah tidur siang, dia tidak melihat apa yang dimasukkannya.

Begitu menyadari dia telah salah memasukkan garam ke dalam kopi, Edgar pun terdiam sesaat, kemudian tangannya melakukan pose seperti di 'film ninja' dan...

"Suiton no jutsu!" Edgar pun menyemburkan apa yang baru dia minum dari mulutnya.

"Huwanjer!" seru Vience dan Tartagus yang kaget melihat itu.

Oke fix, sepertinya Edgar kebanyakan nonton 'film ninja'.

Tapi moncong-moncong, sejak kapan kedua orang itu ada di sana?


15. Strong Girl

"Flore, coba patahkan ini deh!" pinta Ney sambil memberikan sebuah ranting besar.

"Hmmm, oke!" Flore mengambil ranting itu. "Hiat!"

KRAK!

"Kalau yang ini?" Ney memberikan sebuah batang kayu.

"Mungkin tidak mudah, tapi... Hiat!"

KRAAAK!

"Wah, hebat!" puji Ney kagum. "Hey, coba pohon di sebelah sana!"

"Sepertinya sulit, tapi akan kucoba! Hiat!"

KRAAAAAK! BRUK!

"Keren!" ujar Ney terkesan. "Oh oh, coba tiang besar di jalan itu!"

"Agak mustahil, tapi baiklah! Hiat!"

KRAAAAAAAAAAAK! BRUUUUUK!

"Woooooow!" seru Ney berbinar-binar.


'Hari ini selalu damai seperti biasanya.' batin Estes yang melihat kedua makhluk itu dari kejauhan.


16. Komik Saphire

Lisa yang mengunjungi kamar Alpha langsung skeptis ketika melihat betapa berantakannya kamar sang 'kakak' dan yang bersangkutan sibuk mencari sesuatu. "Kak Al ngapain sih? Kok kamar jadi kayak kapal pecah begini?"

"Lisa, kamu liat komikku nggak?" Alpha nanya balik.

Lisa langsung kebingungan. "Hah? Kenapa bertanya padaku? Aku kan nggak suka baca komik."

"Tapi aku udah janji sama Saphire mau balikin nanti siang!" jelas Alpha.

"Salah sendiri naruhnya nggak bener." balas Lisa. "Nanti kalau udah selesai kamarnya beresin lagi!"

"Iya, Lis."

Setelah Lisa pergi meninggalkan kamar Alpha, sang pemilik kamar pun berpikir sejenak. 'Hmm, kayaknya aku simpan di suatu tempat deh. Apa jangan-jangan...'


Setengah jam kemudian...

"Permisi, Alpha-nya ada?" tanya Saphire di depan rumah keluarga Kikuni.

"Oh, ada kok! Sebentar ya!" jawab Lisa sambil berbalik untuk memanggil Alpha. "Kak Al, Saphire dateng nih!"

"Sebentar!" Alpha pun langsung keluar kamar.

"Al, mana komik yang waktu itu kau pinjam?" tanya Saphire.

"A-anu, sebenarnya, ini..." Alpha memberikan komiknya yang udah lepek.

"Lho, kok jadi begini? Kau apakan komiknya?" tanya Saphire yang bingung melihat komiknya berubah seperti itu.

"Kemarin aku nggak sengaja masukin komikmu ke saku celanaku, terus komiknya ikut kecuci sama celananya, jadinya aku keringin aja sambil nungguin kau dateng!" jelas Alpha watados.

"... Kau ini ada-ada saja, Al." komentar Saphire sweatdrop.


17. Sepatu

"Psst, Luthias! Lapor!"

"Apaan? Cepetan, aku mau rapat lagi nih!"

"Anu, sepatunya udah kuambil. Tapi aku bingung mau ambil yang mana, yang bau kotoran hewan, yang alasnya sobek, atau yang high heels. Jadi kuambil tiga-tiganya saja."

"PARAH KAMU! Yang punya Bornlock tuh yang bau kotoran hewan, yang alasnya sobek mah punya Køben, yang high heels malah punya Ratu Denmark! Balikin sana!"

"Ba-baik."


"Pe-permisi, a-aku ada urusan." Victor dengan canggung segera meninggalkan ruangan.

Sang Ratu Denmark baru saja hendak mendiskusikan masalah lain dengan Andersen ketika mereka mendengar teriakan dari luar.

"KALAALLIT NUNAAT! BALIKIN SEPATU GUE!"

"NGGAK MAU! SEPATU LU BAU BUSUK!"

"APA LU BILANG?! ASAL LU TAU YA, TUH SEPATU HADIAH DARI ZEA-TAN! NGERTI NGGAK?!"

"NGGAK PAHAM! TUH SEPATU BARU KELUAR TAHUN KEMARIN!"

"LUTHIAS OERSTED! ITU TIDAK LUCU!"

"LUCU BANGET LHO, BORNLOCK!"

"BALIKIN SEPATU GUE!"

"MINTA SENDIRI SAMA CYCLOPS, ITU PUN KALAU BELUM DILOAKIN!"


18. TTS

"Bang, beli TTS!" panggil Alisa pada seorang penjual koran keliling yang lewat di depan markas.

"Mau model apa, mbak?" tanya penjual koran itu.

"Memangnya ada model apa aja, bang?" tanya Rina bingung.

"Ada model dari lokal, dari mancanegara, bahkan dari kampung saya juga ada!" jelas penjual koran itu.

"Ya elah, bang! Itu mah bukan model TTS, tapi cover-nya doang! Wong paling isinya juga sama!" balas Alisa sewot sambil mengambil sebuah TTS dengan cover yang nggak terlalu norak.

"Nah, harganya pun tergantung model! Yang lokal seribu Peso, yang mancanegara lima ribu Peso, dan yang dari kampung saya tuh agak mahal, dua puluh ribu Peso!"

"Lha, kok yang model kampung mahal banget?" tanya Elwa heran.

"Soalnya mereka difotonya langsung jadi, beda sama yang udah beken dan banyak bajakan fotonya." jelas si penjual koran. "Tapi yang lebih penting itu isinya, dijamin bisa mengasah otak!"

"Buktinya?" tanya Rina penasaran.

"Di kampung abang, orang yang suka ngisi TTS ini, otaknya bisa ngiris daging lho!"

Ih, nggak masuk akal banget deh!


Tapi ketika mereka mau membayar...

"Nggak ada kembalian, mbak! Gimana kalau saya nyanyi aja sebagai kembaliannya?" tawar si penjual koran yang udah mau nyanyi.

"Stop, stop! Kembaliannya buat abang aja! Kami ikhlas, bang! Udah sana!" usir Elwa dengan sadisnya.

"Makasih, mbak! Semoga amalnya dibalas berlipat ganda!" balas si penjual koran sambil mengangkat tangan.

"Amin!" sahut mereka semua serentak.

Si penjual koran pun pergi.


Ketika mereka mengisi TTS yang dibeli barusan, ternyata susah banget! Ngisi satu aja mesti pake nguras banyak pikiran dan nanya sana-sini!

Tapi, mereka nggak sengaja menemukan satu pertanyaan yang lucu: Apa warna pakaian dalam yang dipakai abang Kaichou? (Nah lho?)


19. Boredom

Apa yang dilakukan sebagian penghuni Garuchan di saat kebosanan melanda?

"Gue bosen nih!" keluh Hikari sambil merenggangkan tubuhnya di sofa.

Mira mengangguk setuju dengan wajah yang menyiratkan kebosanan luar biasa. "Sama!"

Alexia mulai membuka lemari DVD untuk mencari film yang terlewatkan untuk mereka nikmati. Lucy duduk tenang di sofa dan sibuk memperhatikan adiknya yang mengobrak-abrik isi lemari.

"Bagaimana kalau kita main sesuatu?" usul Mathias yang sama bosannya dengan mereka semua.

"Main apa?" tanya Luthias yang mulai merasa was-was dengan isi kepala kakaknya yang seringkali nista dan tak bisa ditebak.

Mathias hanya tersenyum sambil membuka laci di samping sofa dan mengeluarkan sebuah kotak tipis berbentuk persegi panjang, permainan yang entah dari zaman kapan. "Ini namanya 'monopoli', sebuah permainan multiplayer yang dirancang untuk mengembangkan sense berbisnis dan mengatur uang ditambah sedikit faktor keberuntungan."

"Jangan yang mikir-mikir gitu ah, otak gue lagi buntu!" tolak Hikari. "Lagipula, kalau game yang berurusan dengan manajemen mah pasti lu yang menang! Carilah game yang seimbang dan kita semua bisa punya kesempatan yang sama untuk menang, tarik tambang misalnya!"

"Seimbang dari Kanada?!" semprot Alexia sewot. "Kalau kita bikin lomba tarik tambang Minotaur (atau Belerick) versus Grock, itu baru seimbang!"

"Terus, lu sendiri punya saran apa?" tanya Hikari datar.

Alexia berpikir sebentar. "Hmm, kalau main kartu gimana? 41 atau apalah itu!"

"Jujur, sampai sekarang aku masih nggak ngerti sama sekali dengan konsep 41 dayo." ujar Musket mengakui.

"41 pada hakikatnya adalah sebuah permainan kartu dengan konsep 'draw and discard' alias 'tarik dan buang'. Tujuannya adalah mengumpulkan kartu sejenis dengan poin sebanyak-banyaknya. Poin maksimal yang bisa didapatkan adalah empat puluh satu poin, yang terdiri dari kartu As, kartu King, Queen, dan Jack atau sepuluh." jelas Garcia tanpa diminta dengan nada yang bisa membuatnya dipecat jika bekerja sebagai pelayan restoran.

Mereka semua berusaha menahan diri untuk tidak mijit kening mendengar itu. Mira sudah mulai membuka mulut untuk bertanya, tapi Luthias keburu menahannya dengan sebuah gelengan karena enggan mendengarkan ronde kedua.

"Moncong-moncong soal kartu, bagaimana kalau kita main... Umm, apa itu namanya? Ah iya, tepok nyamuk! Yang cepet-cepetan nepok kartu itu!" usul Lucy antusias.

"Tolong jangan! Terakhir kali kami main tepok nyamuk, kami kalah telak dari Teiron, dan jariku mati rasa beberapa jam!" tolak Mathias.

Yah, hampir semua orang di squad sudah tau betapa mengerikannya Teiron dalam permainan itu. Dan lupakan soal mati rasa, bahkan jari-jari lawannya pun bisa dibuat retak semua olehnya seorang.

"Aku setuju dengan Mathias dayo! Lagipula, kalau cepet-cepetan begitu kasihan Mira, dia kan yang refleks-nya paling lambat." timpal Musket.

Mereka pun kembali terdiam dan berusaha mengorek pikiran untuk mengingat kembali memori masa lalu yang lama terlupakan. Permainan apa yang sekiranya cukup adil untuk dimainkan mereka semua.

"Garcia, lu ada ide permainan yang seru nggak?" tanya Hikari sambil menoleh ke arah Garcia karena siapa tau saja si android punya jawaban yang bisa menyelesaikan masalah mereka.

"Permainan ya? Ada spesifikasinya?" Mata Garcia menerawang pertanda mulai mengakses dunia maya.

"Multiplayer!" timpal Lucy cepat. "Yang pakai kartu, mengingat itu satu-satunya benda yang kita punya sekarang ini. Sebenernya aku punya congklak di kamar, tapi mager ngambilnya."

"Siapa juga yang mau main congklak?! Merinding gue bayanginnya!" Alexia bergidik ngeri ketika membayangkan mereka semua berjongkok mengelilingi papan congklak dengan wajah jumawa. "Yang lebih ngandelin skill dan luck daripada kecepatan deh! Kalau cepet-cepetan, bisa-bisa kita semua bakalan di-pwned!"

"Yang nggak bikin berkeringat!" tambah Mira sebelum menoleh ke arah Musket. "Ngomong-ngomong, nii-chan, pwned itu apa?"

Musket mulai canggung. "Errr... Mungkin akan aku jelaskan nanti, dayo."

"Garcian sudah menemukan permainan yang cocok dengan kriteria kalian semua." ujar Garcia (yang sudah selesai menerawang) mengalihkan perhatian teman-temannya.

"Apa itu?" tanya Luthias yang percaya kalau si android semestinya bisa memberikan jawaban yang brilian.

'Semestinya' menjadi kata kuncinya.

"Strip poker."


20. Food and Letter

Tok tok tok!

"Sushi-nya dateng, dayo!" Musket berdiri dan berjalan untuk membuka pintu.

"Ini sushinya, harganya dua belas ribu Peso!" ujar si gadis pengantar berjubah merah.

Musket pun membawanya ke altar persembahan, alias meja makan.

"HAJAR!" teriak Hikari yang udah nggak sabar pengen makan dan langsung digaplok Luthias dengan tuna segar yang baru diambil dari laut. (Kapan ke lautnya?)

"Moncong-moncong, boleh minta tuna-nya nggak?" tanya gadis itu.

"Untuk apa?" tanya Luthias sambil memberikan tuna segar itu pada si gadis berjubah merah.

"Untuk... INI!"

Dia melempar tuna yang diberikan Luthias ke atas dan langsung mengeluarkan sebuah pedang untuk mengiris ikan itu menjadi sashimi.

Semua orang yang melihatnya hanya tepuk nyamuk (?).

"ELESIS! KYAAA! ADA ELESIS! FOTO DONG!" jerit beberapa orang yang numpang lewat.

Tapi ada sesosok pemuda berambut merah spiky yang membawa satu paket berisi makanan. "Langkahi dulu mayat gue!"

"Yaaah, ada Elsword lagi..." keluh Zen.

"Memangnya kenapa?" tanya Mira penasaran.

"Nggak suka aja..." balas Zen.

Mereka semua sweatdrop.

"Ah, sudahlah! Ini paket donat kalian! Lima ribu Peso!" Elsword menaruh paket donat di sebelah piring besar untuk sushi. "Kak, bawa kertasnya kan?"

Elesis hanya mengangguk dan memberikan kertas koran (?) kepada Alexia.

"Lho? Kok kertas koran?" tanya Alexia sambil menyerahkan kembali kertas koran itu.

Elesis hanya nyengir sambil mengambil kertas koran itu lagi dan memberikan sepucuk surat pada Alexia.

"Tolong dibaca ya, dan terima kasih telah memesan makanan di ElesiSushi dan ElsworDoughnut!" Elesis menyeret Elsword pergi.

Semua orang hanya bisa sweatdrop mendengar nama jasa katering tempat mereka pesan makanan barusan.

Alexia pun membuka kertas itu dan membacanya.


Untuk kalian semua, saya punya lima pesan untuk kalian semua!


Yang lainnya hanya manggut-manggut, sementara Alexia melanjutkan membaca surat itu.


1. Orang yang tadi kalian lihat itu ilusi.


Mereka semua hanya sweatdrop.


2. Makanan yang kalian pesan juga ilusi.


Mereka langsung panik. XD


3. Padahal saya bohong.


Mereka mulai menyiapkan berbagai macam barang untuk dilempar ke arah 'seseorang'.


4. Percaya aja kalian dengan trik saya yang nggak pake trik apa-apa.


Mereka hanya jawdrop di tempat.


5. Buat Hikari dan Lucy, kalian bukan lesby kan?


Alexia sang pembaca surat malah semakin sweatdrop dengan apa yang dibacanya.

"Huweee! Kami bukan lesby!" rengek Hikari dan Lucy sambil pelukan kayak Teletubbies di pojokan dan sukses membuat para penontonnya sweatdrop.


Salam dari ketua kalian. Eits, jangan timpuk saya!


"WOY, KAICHOU SIALAN! SINI LU!" pekik mereka semua (kecuali Mira dan Garcia).

"Udah deh, makan dulu yuk!" ajak Mira yang udah kelaperan.


21. Selebricat

Mathias yang berniat mengambil makanan memergoki adiknya sedang memberi makan Kopen. Dia pun bersembunyi di balik tembok dan menyiapkan handphone untuk merekam 'obrolan' yang biasa dilakukan Luthias ketika kucingnya sedang makan.

"Kemarin Teiron bertanya padaku apa kau juga mau jadi selebricat setelah menemukan video Smoothie yang diedit dengan lagu Vitas." Luthias mengusap punggung Kopen. "Aku tidak tau harus jawab apa, soalnya kau itu kucing yang dipelihara negara. Bukannya aku tidak suka, tapi entah kenapa itu meragukan."

Mathias mengulum senyum mendengar itu, dan dia berniat menyebarkan rekamannya ke grup chat squad.


Setelah itu...

"Haaah... Si Batur sibuk kerja, Reha sibuk kuliah, sementara gue hanya cewek nolife pemalas yang nggak suka emaknya nonton drama India di pagi hari." keluh Girl-chan sambil menopang dagu.

Kling!

Sang ketua squad segera mengecek chat yang masuk di handphone-nya. Gadis itu mengerutkan kening dengan apa yang dilihatnya.


Mathias: Kalau Kopen jadi selebricat, kalian dukung nggak? :D

Mathias: (Video Luthias mengobrol dengan Kopen.)

Teiron: Kalau itu sangat kudukung! XD

Arta: Di bagian dia bilang 'kucing yang dipelihara negara' itu apa maksudnya? 'w'a

Tumma: Hey, aku jadi ingin tau video Smoothie yang dia maksud.

Teiron: Cek PM Tum! Aku punya link-nya!

Arta: Lu move on ke Smoothie, Ron?

Teiron: Sembarangan! Gue masih suka Luna Rose tau!


Sang ketua squad memilih untuk mengabaikan chat itu dan men-charger handphone-nya karena baterai-nya tinggal 30 persen.


22. Jasa Membunuh, Sushi, dan Dompet

Karena merasa bosan, Girl-chan pergi keluar markas untuk sekedar jalan-jalan sore dan tak sengaja berpapasan dengan seseorang di tengah jalan.

"Lho, Yamagi? Mau kemana?"

"Aku harus buka kedai, mau mampir?"

"Mungkin nanti malam. Oh ya, mumpung kau di sini, aku mau bilang sesuatu."

"Apa itu?"

"Kalau kau butuh 'Jasa Membunuh Valir', aku bisa menyediakannya dengan gratis." Gadis itu memasang senyuman manis tapi disertai aura hitam di tubuhnya.

Yamagi hanya speechless. "Ehmm... Mungkin lain kali."


Pada malamnya...

"Yo Reha!" sapa si ketua Garuchan.

"Lha, tumben kemari." balas Reha yang dari tadi sudah ada di kedai sushi Kunihiro bersaudara.

"Tadi sore ketemu Yamagi terus ditawarin mampir, jadinya ya terima aja deh." Gadis itu duduk di sebelah Reha. "Sekalian mau nyoba makan sushi."

"Terserah." Reha memanggil pelayan.

"Mau pesan apa?"

"Minta Valir atraksi api di kolam ikan satu ronde." pinta gadis itu.

"Hah?"

"Bercanda." Girl-chan mengibaskan tangan. "Sushi yang murah aja deh."

Reha mengangkat alis. "Emang lu mau bayar pake apa? Bukannya lu biasanya nggak punya duit?"

Gadis itu merogoh saku celananya dan mengeluarkan sebuah dompet. "Kebetulan Mathy lupa bawa dompet saat pergi meeting, jadi kuambil saja. Tenang aja, entar kuganti kok."

Reha hanya sweatdrop mendengarnya.


Sementara itu, Mathias sedang kelabakan karena lupa bawa dompet, padahal dia mau bayar utang ke Arthur.

"Aduh, dompet gue ketinggalan nih! Gimana dong?" tanya Mathias.

"Nggak mau tau! Nggak bayar gue kutuk lu jadi kambing beneran!" ancam Arthur.

"Iye iye!" balas Mathias seadanya.


Back to duo leader...

"Ini sushi-nya."

"Arigatou!" balas Girl-chan senang setelah sushi pesanannya datang. "Well, sejujurnya aku nggak begitu bisa pake sumpit, tapi baiklah..."

Gadis itu mencoba menggunakan sumpit sebisanya dan memakan sushi-nya.

"Oh ya, ngomong-ngomong..." Reha teringat sesuatu. "Selama lu main pake EM, lu pernah dikira cheat nggak?"

Girl-chan menelan makanannya sebelum menjawab. "Pernahnya dikira NC pas main di rumah pake laptop."

"Enak deh. Gue dikira cheat mulu gara-gara skill cepet (karena stat)." keluh Reha.

"Gue sih seringnya dikatain beban." balas gadis itu.

"Sama sih. Suka paling bawah mulu." Reha menghela nafas. "Tapi mau gimana lagi? Team musuh pake Unique (dan Hero mainstream lainnya), temen pake Hero apaan tau."

"Ya." Girl-chan manggut-manggut.

"Meh. Itu sih biasa."

Gadis di sebelahnya hanya angkat bahu dan kembali melanjutkan makannya.


Setelah makanannya habis, dia merogoh dompet(colongan)nya.

"Gue balik dulu ya. Entar kasih ke Yamagi, kembalinya ambil aja." Si ketua Garuchan menaruh beberapa lembar uang dan segera pergi.

"Dia pulang?" tanya Hayabusa yang mendatangi Reha.

"Yap." balas Reha singkat.

Hayabusa mengambil uang yang ditaruh Girl-chan dan mengerutkan kening. "Kenapa dia membayar dengan mata uang Denmark?"

Yamagi yang mendengar itu langsung menghampiri dan ikut melihatnya, kemudian menatap Reha.

"Oh itu? Katanya dia nyolong duit si Kambing." jelas Reha santai.

Mereka berdua hanya sweatdrop mendengarnya.


23. Notebook, New Hairstyle, and Sword Throw

"Hendry, kau sedang apa?"

"Hanya menyampuli buku diary yang kemarin dengan sisa kertas kado, biar nggak malu-maluin."

"Rendy~"

Yang bersangkutan menengok dan mendapati...

Ilia dengan gaya rambut single braid.

"Bagaimana menurutmu?"

Jleb!

Panah cupid menusuk dada-nya dan wajahnya sedikit merona.

"Ehmm..." Rendy speechless.

Hendry membuka buku yang dipegangnya dan menulis sesuatu. 'Kau sungguh cantik.'

"Kenapa ada buku melayang di sebelahmu?" tanya Ilia bingung.

Rendy langsung canggung. "A-ah! Itu hanya Hendry."

Hendry kembali menulis. 'Hanya mencoba sarana baru untuk mengobrol.'

"Heeeh? Begitu." balas Ilia seadanya.

Kling!

Rendy memeriksa pesan yang masuk. "Oh, aku harus pergi."

Hendry menulis lagi. 'Aku juga. Sampai nanti.'

"Ya, sampai jumpa." Ilia melambaikan tangan ketika mereka berdua pergi.


Setelah itu...

"Jadi, ada urusan kau memanggilku?"

"Gampang. Adu kekuatan sama dia." Alucard menunjuk seorang pria berambut coklat dengan potongan rapi dan wajah ala artis Korea (?).

'Serius? Yang bener aja gue harus lawan Gusion?' batin Rendy skeptis. "Terus, kita harus ngapain?"

"Kayak trend Pak Eko itu lho!"

"Oh, ngerti ngerti."

"Hah?" Hendry kebingungan, rupanya dia nggak tau trend apa yang dimaksud.

"Kau akan mengerti jika melihatnya, Hendry." bisik Rendy pelan. "Kau bisa mulai duluan.

"Baik."

Lima pisau belati (cmiiw) dikeluarkan Gusion dan langsung dilemparkan ke papan target yang membentuk garis lurus ketika tertancap.

"Masuk Mas Gusion!"

"Ooh..." Hendry langsung mengerti.

"Giliranmu."

"Ya."

Tiba-tiba kumpulan pedang terbang muncul di belakang Rendy dan segera melayang menuju papan target, posisi pedang yang menancap pun membentuk pola segilima dengan bintang di dalamnya.

"Masuk Mas Rendy!"

Hendry dan Gusion langsung speechless melihatnya.


"Kemampuanmu boleh juga."

"Makasih." Rendy menenggak soda kalengan yang dibelinya. "Yang tadi juga bagus kok."

"Ngomong-ngomong..." Gusion menunjuk sesuatu. "Kenapa ada kaleng melayang di sebelahmu?"

Hendry sedikit terbatuk mendengar pertanyaan deja vu barusan.

"Itu... Roh saudaraku, dia nggak bisa dilihat orang biasa." jelas Rendy seadanya.


24. Terrible Drunk

Vience pernah mabuk empat kali.

Pertama, saat Mathias menukar air minumnya dengan vodka.

Kedua, saat dia menantang Tartagus lomba minum wine (dan berakhir pingsan).

Ketiga, saat Raimundo tak sengaja menukar kopi dengan 'Irish'.

Dan yang keempat...


Saat itu tanggal 8 Agustus, dua hari sebelum ulang tahun 'sepupu'-nya.

Vience sedang stress berat karena tidak mau memikirkan apapun tentang Tartagus, jadi Mathias, Raimundo, dan Edgar mencoba membantunya untuk rileks dengan mengajaknya minum bersama.

Yang sayangnya malah berujung pada kejadian buruk.

Vience berakhir mabuk berat karena kebanyakan minum. Dia pun langsung menyambar Raimundo dan berdiri di atas kepalanya.


Lalu dia kabur ke ruangan lain dan menari 'balet' di atas meja.


Ketika berada di kamarnya, dia membalik kalender untuk menunjukkan tanggal 10 dan membakarnya tepat di depan Tartagus yang hanya terdiam, setelah itu melempar kalender yang terbakar ke sembarang tempat.


Kemudian dia naik ke atap markas dan terjun bebas tanpa bisa dicegah keempat temannya, sampai akhirnya dia jatuh dengan tidak elitnya ke kolam ikan dan sukses membuat keempat orang yang melihatnya hanya speechless.


25. Kepergok

Di kediaman Kikuni...

Lisa berniat ke kamar 'kakak'-nya untuk meminjam gunting, tapi...

Dia malah menangkap basah Alpha dan Wiona sedang 'nganu'.

Alpha masih pakai baju, baju Wiona terbuka sebagian sampai dada-nya kelihatan, dan mereka nggak pakai celana sama sekali.

"Tu-tunggu dulu, Lisa! A-aku bisa jelaskan! Jangan beritahu Ayah dan Ibu soal ini!" pekik Alpha panik.

"Aku tidak lihat apa-apa." balas Lisa dengan wajah suram selagi mengambil gunting dari dalam laci meja dan langsung pergi.


To Be Continue, bukan Them By Cen (?)...


Panjang hah? Ya gitu deh. -w-/

Review! :D