Balas Review! :D
SR: Masbuloh gitu?
Rendy: "Apaan? Gue cuma nyanyi bentar pake direkam..." =w=
Ini udah lanjut... -w-/
RosyMiranto18: Aku udah kelewat bingung bikin judulnya... -w-a
Alpha: "Maksudku typo yang kemaren itu lho, jadinya kubilang 'salah orang'..." =w=a
Bagian tisu itu parodi dari urban legend sebenarnya... 'w'a
Ney: "Yah, aku suka sesuatu yang panas saja."
Jangan tanya, kau tak akan mau tau jawabannya. Daren itu sensitif lho.
Teiron: "Aku tak bisa menjelaskannya, rumit sekali..." .w./
Thanks for Review.
Note: Kalian nggak ada yang serius buat jawab siapa para penarinya nih?
Happy Reading! :D
Chapter 165: Couple Daily Sections
Jadi inti dari Chapter ini adalah: Keseharian dua pasangan di Garuchan yang sudah menikah dan akan punya anak.
Part One: ThunEmy
Yah, walaupun baru sebulan, tapi tetap saja...
1. Similar
"Cepatlah lahir, nak!"
"Kak, berhenti mengelus perutku! Geli tau! Dia akan lahir delapan bulan lagi, jadi bersabarlah!"
"Oh ayolah, aku tidak sabar ingin melihat anak yang akan mirip denganmu nanti!"
"Kuharap dia juga memiliki kesamaan dengan Thun-kun."
"Asal jangan Tsundere-nya saja."
"..."
Albert bersumpah dia baru saja merasakan aura keji yang berkoar-koar di belakangnya, tepatnya dari tubuh sang 'adik' ipar, setelah mengucapkan kata tabu barusan.
2. Pregnancy Warning
"Dengar baik-baik! Ini demi janin di perutmu, jadi pastikan jaga kesehatan! Makan yang bergizi dan istirahat yang cukup!"
"Hmm!"
"Jangan terlalu banyak beraktivitas, kerjakan hal ringan saja sudah cukup! Oh, dan yang terpenting, jangan minum alkohol!"
"Hmmhm!"
"Kelihatannya kau begitu serius mengurus kehamilan Emy."
Thundy langsung blushing mendengar perkataan Albert. "A-aku hanya memastikan bayinya tidak lahir cacat atau malah keguguran."
"Thun, mumpung Emy lagi hamil nih ya, gue cuma mau nyaranin sesuatu." Ikyo melipat tangan. "Hati-hati aja kalau dia udah ngidam. Kalau yang normal dan mudah didapat sih masih mending, tapi kalau udah yang aneh-aneh atau yang susah dapetinnya itu yang jadi masalah. Terus, kalau bisa manjain dia pas lagi mood swing, soalnya kita nggak bakalan tau dia mau ngapain."
Thundy hanya manggut-manggut.
"Enak ya ngomongin masalah cewek hamil, mentang-mentang udah nikah." keluh Salem.
"Halah, kakak lu aja masih belum hamil tuh." sindir kedua orang itu sinis.
JLEB!
Ups, critical hit!
'Sebenarnya gue juga ogah punya keponakan...' batin Salem nyesek.
Dan dia sangat berharap kehamilan kakaknya nanti akan berjalan normal tanpa dibayangi hal yang aneh-aneh.
3. Child-Face Husband
"Thun-kun, temenin belanja dong!"
"Dih, ogah!"
"Please~ Nee-chan lagi kerja, Kak Albert juga sibuk."
"Serah!"
Sebenarnya Thundy ogah temenin Emy belanja dengan alasan yang begitu sepele.
"Neng, itu yang ikut belanja adiknya ya?"
"Oh, bukan bu, ini suami."
"Masa sih? Kok tampangnya kayak anak-anak ya?"
"Dia cuma awet muda aja kok."
Dan setelah pulang belanja, dia langsung mengeluarkan aura suram dan segera masuk kamar sambil membanting pintu.
"Apa ada yang salah dengannya, Emy?"
"Oh itu? Tadi ada ibu-ibu yang nggak percaya kalau Thun-kun itu suamiku."
4. A Lonely Boy with Gloomy Past who Need Family and Happiness
"Emy pernah cerita kalau kamu sering merasa kesepian. Benar begitu?"
Thundy hanya terdiam mendengar pertanyaan sang kakak ipar ketika sedang membantu mencuci piring. Dia ingin mengutuk Emy karena mengumbar masalahnya, tapi dia juga ingin menangis karena teringat masa lalunya yang kelam.
"Kalau kamu tidak mau cerita juga tidak apa-apa, aku bisa mengerti."
"Meine ganze Familie ist weg und ich kann nur in der Ewigkeit allein leben."
Air mata mulai menetes dari manik birunya.
Izca memang tidak mengerti Bahasa Jerman, tapi dia bisa memahami apa yang dirasakan Thundy. "Sepertinya hidup sendirian untuk waktu yang lama sudah membuatmu cukup menderita."
Dia hanya mengangguk pelan.
Masa lalunya sangat kelam, bagaikan mimpi buruk yang tak bisa dilupakan. Kenangan menyakitkan itu terus menghantui dan membayangi kehidupannya. Keputus asaan sudah menemaninya sejak lama. Semua hal itu membuatnya kehilangan harapan akan masa depan yang cerah.
"Masa lalu dan masa depan, sinergi kehidupan. Jangan biarkan penderitaan yang didapat dari masa lalu menghalangimu untuk mendapatkan kebahagiaan di masa depan." Izca mengusap rambut biru pemuda itu dengan lembut tanpa memperdulikan tangannya yang basah. "Kami sudah menganggapmu sebagai bagian dalam keluarga, jadi kamu bisa minta bantuan jika membutuhkannya. Jika kamu punya masalah, jangan ragu untuk menceritakan semuanya."
Ya, dia sangat membutuhkannya. Dia sangat ingin memiliki keluarga kedua. Keluarga yang bisa menerima dirinya apa adanya. Keluarga yang mau memahami semua masalahnya.
Thundy menghapus air matanya, kemudian memeluk kakak iparnya. "Danke... Aku memang sangat membutuhkannya..."
Izca membalas pelukan pemuda itu dengan dekapan lembut.
Untuk saat ini, dia mencoba bahagia dengan keluarganya yang sekarang, sebelum akhirnya kehilangan semua itu pada waktunya.
5. Jealous
"Kalau dipikir-pikir, mungkin aku tidak ingin anak ini lahir..."
"Hah?! Apa maksudmu?! Kau baru sebulan mengandung! Kenapa mengatakan hal itu?!"
"Woah woah! Tenang dulu, Thun-kun! Aku hanya berpikir."
"Eh?"
"Kalau anak ini lahir, berarti aku harus membagi kasih sayangmu dengannya. Bagaimana jika nanti aku lebih menyayangi anak kita daripada kamu? Kamu tidak cemburu?"
Wajah Thundy langsung merona merah setelah mendengar perkataan Emy barusan. "Bodoh..."
Part Two: KyoAdel
Ada yang kangen mereka? Nggak? Ya udah. *plak!*
6. Useless
"Aku tidak berguna!"
"Eh?!"
"Aku tidak bisa membantumu!"
"Hey hey!"
"Aku tidak sang-"
"Cukup Kyo, cukup! Taruh kursi itu dan lihat mataku, Kyo! Kau sangat dibutuhkan, oke? Sekarang hapus air matamu dan mari kita jalani semua ini bersama."
Ikyo yang sesenggukan langsung memeluk istrinya dan berusaha menghilangkan seluruh pemikiran negatif di dalam benaknya.
7. Kids
"Kyo, bersabarlah sedikit."
"Bagaimana aku bisa sabar jika mereka terus menggangguku dari tadi?!"
"Oh ayolah. Mereka hanya anak-anak, nanti kau juga akan mengurus seorang anak."
"..."
"Jadi tenanglah sedikit, oke?"
Ikyo hanya menghela nafas panjang dan menjatuhkan tubuhnya ke sofa terdekat. Dia bersumpah tidak akan pernah membesarkan anaknya seperti 'anak-anak tertentu'.
8. Panic
"Kyo! Kyo!"
"Ada apa, Jioru?"
"Anaknya sudah lahir!"
"APA?!"
"Hehehe! Bercanda! Aku hanya ingin menjahilimu saja kok!"
"Sialan! Itu tidak lucu, bodoh!"
Kalau saja mereka tidak sedang menelepon saat ini, mungkin Ikyo sudah melempar Jioru ke jurang karena telah membuatnya panik ketika sedang berada di markas.
9. Voice
"Kyo..."
"Tahan sedikit, sayang."
"Aku tidak bi- AH!"
"Se-sedikit lagi, santai saja."
"U-ugh... Ah... Kyo..."
"Adel, tolong hentikan suara menjijikkan itu. Orang-orang memperhatikanmu."
Setelah menyadari belasan pasang mata memperhatikan mereka, Adelia memutuskan untuk menutup mulut dan melanjutkan kembali gerakan senam hamilnya.
10. When
"Kapan?"
"Hm?"
"Kira-kira kapan dia akan lahir, Adel?"
"Hmm... Menurut perkiraan... Mungkin sebulan ke depan, Kyo."
"Tidak terasa ya, sudah hampir sembilan bulan kita menjalani kehidupan sebagai suami istri."
Yah, waktu memang berjalan begitu cepat.
Bonus:
"Cieee yang fic 'GSS'-nya udah dua tahun, kita bakar-bakar yuk!" Alexia menyalami si ketua squad.
"Aduh, gimana ya? Gue nggak yakin deh." balas gadis itu sambil menggaruk rambutnya.
Tapi beberapa menit kemudian...
"Oy oy, yang bener aja lu pada!" teriak Girl-chan sewot karena...
"Masa gue yang dibakar sih?!"
Ternyata dia diikat di sebuah kayu dan terdapat api unggun di bawahnya.
"Karena bakar-bakar biasa udah mainstream." balas Thundy yang megang garpu, sementara Alexia sibuk ngasah pisau.
To Be Continue, bukan Tove Boun Clove (?)...
Yah, begitulah... -w-/
Review! :D
