Balas Review! :D
SR: *lempar betadine ke kepala.*
Salem: "Ya maaf, saya memang orang lemah." -3-/
Ini udah lanjut... -w-/
RosyMiranto18: Well, bagian intro itu kepikiran dari status Reha di FB yang bingung pengen beli CN di LS atau Codex di AOV. Dan aku diseret buat ikut belanja promo pemilu (aku buat bagian itu pas masih musim pemilu)... -w-a
Molf: "Tongkat sihirku bentuknya panjang dengan ujung berbentuk bola yang mengeluarkan lingkaran rantai di sekitarnya."
Hikari: "Sebenarnya aku mau saja berpisah dengan Federic, tapi resiko-nya cukup besar."
Rendy: "Ya. Tapi anehnya, setiap kali kami pergi ke pantai, tidak ada yang menyadari hal itu. Padahal aku tidak memakai baju apapun untuk menutupi leher (tapi celana masih pakai lho ya)."
Salem: "Aku tau..." =w=a
Elwa: "Begitulah..."
Arie: "Aku tidak terlalu suka ikan, dan kami lebih senang makan di tempatnya langsung."
Thanks for Review.
Happy Reading! :D
Chapter 191: AnoScreen for Fun
Setelah selesai makan sushi, mereka pulang jalan kaki.
Jangan ditanya kemana vespa-kereta tadi.
"Sepertinya kita kemalaman, jam berapa sekarang?"
Tidak ada yang menjawab karena tidak ada yang membawa jam.
Zen yang merasa dapat ide mengeluarkan sebuah terompet (yang entah dapat dari mana) dan meniupnya sekeras mungkin. Kemudian...
"SIAPA YANG MEMAINKAN TEROMPET PADA JAM TIGA PAGI?!"
"Oh, sekarang jam tiga pagi." celetuk Zen tanpa dosa.
Semua orang yang melihat kelakuannya barusan (kecuali Ney dan Molf) hanya sweatdrop berjamaah.
Note: Mereka berada di dekat sebuah daerah perumahan dan terdapat Avelon Mansion di sana, jadi... Silakan tebak sendiri siapa yang teriak barusan.
Oke, itu saja intro-nya.
~Lucky's Lesson: Fake Friendly Hunters~
Percakapan ini terjadi setelah insiden di maid cafe pada empat Chapter sebelumnya.
"Hey Lucky-pyon, boleh bertanya sesuatu?"
Lucky merasa risih mendengar Giro memanggilnya seperti itu, tapi dia memilih untuk mengabaikannya. "Tentu."
"Aku heran dengan perkataanmu soal 'fake friendly hunters', itu maksudnya apa ya?"
Lucky hanya menghela nafas. "Sebenarnya ini sangat rumit, tapi akan kujelaskan sebisanya. Jadi..."
Lucky membuka sebuah buku tebal (yang entah dapat dari mana) berjudul 'Daily Life in Oletus Manor'. "Mereka adalah orang-orang yang berpura-pura menjadi 'hunter baik'. Biasanya mereka melakukan itu karena tidak mau repot-repot mengejar suvivors agar mendapat kemenangan instan."
"Jadi maksudmu mereka itu 'bermuka dua'?" tanya Giro menyimpulkan.
Lucky mengangguk. "Begitulah."
~Naib of Naive?~ (Sambungan dua Chapter sebelumnya.)
"Hey Lucky! Teman baru? Kenalin ke kita dong!" sapa seorang pria dengan seragam atlet rugby bersama seorang pria bertudung hijau dan seorang pria bertudung hitam yang membawa burung hantu.
"Gabung aja, mereka agak sibuk sendiri soalnya." Lucky melirik Trio T dengan wajah risih.
"Hey orang luar!"
Thundy yang awalnya berniat menghajar Tumma karena kejadian sebelumnya dan Teiron yang berusaha melerai kedua temannya langsung menengok ke arah sumber suara.
"Ayo kenalan sama kita!" ajak si atlet rugby. "Aku orang terkuat di divisi 'Survivor', William Ellis."
"Namaku Eli Clark, salam kenal." sambung si pria dengan burung hantu.
"Burung hantumu bagus." puji Teiron.
"Terima kasih. Dia sudah lama bersamaku dan banyak membantu dalam beberapa hal."
Si pria bertudung hijau hanya melipat tangan. "Aku Naib Subedar, hanya itu."
"Naib? Tapi tampangmu tidak senaif namamu." komentar Teiron tanpa dosa.
"Hah?!"
"Pfffft!" William langsung menahan tawa.
Eli hanya kebingungan, Lucky sweatdrop (lagi), sementara Thundy... Dia berusaha membungkam Tumma agar tidak tertawa saat itu juga.
Setelah kejadian itu, akhirnya Trio T memutuskan untuk pulang ke markas.
"Huh, aku tak menduga kalau mengajak mereka adalah ide buruk." keluh Lucky yang sedang duduk di ruang makan manor.
"Tapi kau tau, setidaknya mereka tidak tau sisi gelap para penghuni manor." timpal seorang pria berkacamata dengan gigi kelinci (?) dan pakaian ala orang kantoran yang menaruh dua buah cangkir di atas meja. "Mau teh?"
Lucky hanya menghela nafas dan mengambil salah satu cangkir. "Terima kasih, Freddy."
~Kevin's Fail Flirt~
"Serius deh, kenapa sih aku disuruh pake ginian?" gerutu Giro dengan rambut tergerai yang memakai baju sailor dan rok pendek warna biru sambil bersender di pohon dan melipat tangan.
Sementara itu, William sedang jalan-jalan dengan seorang pria berpakaian koboi.
"Eh liat tuh! Ada cewek cakep!" William menunjuk Giro.
Si pria koboi langsung berbinar. "Godain ah!"
William merasa ragu. "Yakin? Entar kalau ternyata dia punya pacar malah digampar lagi."
"Udah tenang aja." Pria koboi itu pun mendekati Giro.
Giro yang melihat seseorang mendekatinya merasa risih. 'Kayaknya gue punya firasat buruk sama nih orang.'
"Cewek!" Pria itu bersiul. "Kenalan dong!"
Giro semakin risih. 'Duh, Luthias-pyon mana ya? Gue nggak mau digodain sama om-om aneh ini.'
Pria itu malah memasang pose kabedon dan sekarang Giro mulai tidak tahan.
DUAK!
Pria itu meringis setelah selangkangannya ditendang Giro, disusul pukulan siku di perut dari Luthias.
"Kau tidak apa-apa, Giro?" tanya Luthias.
Dia mengangguk. "Ya."
"Lagian kamu ngapain sih pake rok?"
"Gara-gara kakak gue nih! Cowok kok disuruh pake ginian?!"
"Ya sudah, jalan aja yuk."
Dan mereka berdua pun pergi.
William pun menghampiri si pria yang tersungkur di tanah sambil menahan tawa.
"Selamat ya, Kevin. Godain cowok cantik malah dihajar. Wkwkwkwkwkwk!" William langsung kabur.
"Awas kau, William!" umpat Kevin kesal.
~Norton's Friendship Magnet~
'Namaku Norton Campbell. Hari ini aku ingin berkenalan dengan orang luar yang diajak Lucky waktu itu.'
Seorang pria dengan pakaian ala penambang sedang memperhatikan keadaan luar Oletus Manor dari semak-semak yang berada tidak jauh dari gerbang.
Dia melihat Lucky yang sedang mengobrol dengan pemuda berambut merah.
'Kalau tidak salah, William bilang dia orang yang membuat lelucon tentang Naib. Sepertinya dia tipe yang periang.'
Kemudian Lucky meninggalkan pemuda itu di depan gerbang.
'Sekarang saatnya!'
Teiron melihat sesuatu berbentuk donat berwarna merah tergeletak di tanah, dia pun mengambil benda itu. "Benda apa ini?"
Sebuah benda dengan bentuk yang sama tapi berwarna biru muncul dari balik semak-semak. Entah kenapa ada semacam penghubung antara kedua benda itu dan...
"Woaaah!"
Benda merah itu secara ajaib menariknya ke benda biru, tapi...
BRUUUK!
Teiron malah menimpa Norton.
Hening...
Hening...
Jangan ciuman please, Teiron udah punya pacar.
Hening...
Hening...
Akhirnya pemuda merah itu segera menjauh dan panik seketika.
"Ma-ma-ma-ma-maaf! Aku tidak tau bagaimana itu bisa terjadi! Aku hanya memunggut sebuah benda dan aku seperti ditarik sesuatu yang tak terlihat! Aku tidak tau apa-apa!"
"Tenanglah." balas Norton. "Lagipula ini salahku. Aku menarikmu dengan magnetku."
"Eh?" Teiron terdiam sesaat. "Magnet?"
"Iya." Norton menunjukkan magnet miliknya. "Aku memilikinya setelah mengalami kecelakaan di pertambangan."
"Apa luka di mata kirimu juga karena itu?"
Norton tertawa kecil. "Itu benar."
"Hey!"
Oh, rupanya ada Lucky.
"Kau tidak takut dicari mereka?"
"Ah, benar juga!" Teiron langsung berdiri dan lari menuju gerbang. "Aku harus pulang! Sampai jumpa!"
Norton hanya melambaikan tangan ketika pemuda merah itu sudah keluar dari Oletus Manor.
'Oh iya, aku lupa mengajaknya berkenalan. Mungkin lain kali saja.'
~The Sad Story about Twins with Joseph and Rendy~
"Kau mau kemana, Joseph?" tanya Jack pada seorang pria berambut putih, bermata biru, memakai baju bangsawan berwarna biru dengan motif kuning yang sedang membawa kamera model lama.
"Hanya ingin mencari model foto baru di luar manor." jelas Joseph.
Ketika Jack pergi, Joseph pun berseringai.
"Lebih tepatnya, korban baru untuk kameraku."
Setelah itu...
"Hey, lihat itu. Sepertinya dia tukang foto keliling."
"Aku tidak yakin, Hendry."
"Coba saja, Rendy. Siapa tau saja hasilnya bagus."
"Baiklah..."
Mereka pun mendatangi Joseph yang sedang menyiapkan kameranya.
"Oh, apa kau mau berfoto?"
"Ya. Berapa harganya?"
"Ini gratis kok."
'Tapi bayarannya adalah jiwamu sebagai koleksiku.' lanjut Joseph dalam hati.
Kemudian...
Rendy yang melihat hasil foto Joseph terlihat bingung ketika mendapati Hendry di belakangnya.
"Wah, kameranya ajaib ya. Padahal aku tidak terlihat pada hasil foto dari kamera biasa lho." ujar Hendry kagum. "Tapi, kenapa aku merasa tidak enak ya?"
Mereka berdua mendapati Joseph yang pundung karena ketakutan.
'Sepertinya kita harus menjelaskan semuanya pada orang itu.'
Hendry pun mendekati Joseph. "Bisa kita bicara sebentar?"
Keduanya menceritakan masa lalu mereka pada Joseph, dan sekarang giliran dia yang akan menceritakan tentang dirinya.
"Namaku Joseph. Aku dari keluarga bangsawan. Setelah aku kehilangan saudara kembarku dan pindah ke negara lain, aku mulai terobsesi dengan seni dan foto." Joseph mengusap kameranya. "Kamera ini tidak hanya untuk memotret, tapi juga menyerap jiwa seseorang ke dalamnya."
Mereka berdua hanya terdiam mendengar cerita itu.
"Tapi aku tidak akan menyerap jiwa kalian. Masa lalu kita hampir sama, tapi dihadapi dengan cara yang berbeda."
Suasana pun hening.
"Hey, Joseph."
"Ya?"
Hendry menjabat tangan Joseph. "Kita bisa berteman, kami akan mendukungmu jika kau membutuhkannya."
Rendy mengangguk setuju.
Joseph tersenyum. "Terima kasih."
Kemudian mereka berpisah.
"Hey, apa kita bisa mengunjunginya?"
Rendy masih memperhatikan foto pemberian Joseph. "Kita tidak tau dia tinggal dimana, kau juga tidak bertanya padanya soal itu."
Hendry hanya menggaruk kepala. "Yah, maaf..."
"Sudahlah, sebaiknya kita tidur. Besok pagi kita ada misi yang harus dilakukan."
Rendy sudah tidur di kasurnya, sementara Hendry menatap jendela.
'Semoga kita bertemu lagi, Joseph.'
Di Oletus Manor...
'Mereka berdua hampir sama denganku.'
Joseph menatap langit malam dari balkon atas.
'Mereka beruntung masih bisa bersama, walaupun salah satunya menjadi hantu.'
Dia mengingat kembali masa lalu, dan air mata pun mulai mengalir.
'Apa aku bisa bertemu lagi dengan mereka?'
Dia menghela nafas panjang.
'Rendy, Hendry, aku akan selalu mengingat kalian.'
~Having Pun Jokes without 'Him'~
Di saat mereka gabut di markas, ada aja ide permainan yang tak terduga.
"Bagaimana kalau main 'pun joke quiz'?" usul Saphire.
"Terserah, asal si Tum-Tum nggak ikutan. Bisa-bisa tuh anak malah ketawa terus sampe nggak bisa berhenti." balas Alexia.
"Oke, jadi..." Saphire berpikir sejenak. "Kalau Leo Beck pensiun jadi Hunter terus jualan snack, apa nama merek-nya?"
Semua orang di perpus berpikir keras.
"Umm..." Zen mengangkat tangan. "Leo keripik kentang?"
"Betul!"
"Berikutnya..." Kali ini giliran Federico yang bertanya. "Jack apa yang bawa lentera?"
"Jack'o Lantern." ujar semua orang.
"Kalau itu mah ketebak banget." timpal Alexia. "Gini aja deh. Kalau Joseph ganti kelamin, namanya berubah jadi apa?"
"Josephine!" Kemudian mereka ngakak berjamaah.
Dan biarkan mereka bersenang-senang untuk saat ini.
~Camping Riot~
Hari ini Tsuchi, Flore, Ney, Nigou, Della, Frans, Harith, Nana, Cyclops, dan Diggie sedang berkemah di dekat rumah pohon Marinka.
"Tau nggak, dulu kemah pertama kami nggak lancar lho." ujar Nigou.
"Oh iya? Memangnya kenapa?" tanya Della penasaran.
"Soalnya..."
-Flashback-
Setelah perjuangan membujuk orang tua (plus kakak untuk Ney), akhirnya mereka bertiga diizinkan untuk berkemah sendiri. Walaupun tempatnya tidak jauh dari rumah Harada, tetap saja pemandangan dan areanya lumayan luas.
Untuk persiapan makan, Nigou membawa bumbu kare dan bermacam-macam daging, Flore membawa berbagai macam ikan kalengan (dari tuna sampai sarden), sementara Ney membawa beras dan alat memasak.
Mereka pun bagi-bagi tugas. Nigou memasak kare, Flore memasak nasi, Ney memancing untuk ikan bakar.
"Asik, kare-nya matang!" seru Flore ketika melihat kare-nya sudah mulai kental, dia mulai mengambil saputangan di sebelahnya.
"Flore, hati-hati ya bawanya." ucap Nigou yang sedang memasak nasi.
"Tenang Nigou, serahkan padaku."
Flore mulai mengangkat panci itu untuk ditaruh di atas batu. Tapi saat berjalan, dia tak sengaja tersandung dan kare-nya tumpah berserakkan.
'Aduh! Nigou pasti marah nih!' batin Flore panik.
Flore mulai mencari benda untuk menutupi kare yang tumpah dan menemukan sebuah koran, tapi ketika dia ingin menutupnya...
Terasa aura jahat dari belakang.
Dia pun berbalik dan melihat Nigou benar-benar mengeluarkan aura jahat.
"Tu-tunggu, Nigou! Aku masih ada cadangan! Ikan ka-kalengan ma-mau?"
"APA-"
"Nigou, i-"
"Apa warna-"
"Hiiiiiiii!"
"Apa warna darahmu memangnya haaaaaaaaaaah?!"
Nigou tak sengaja tersandung batu saat akan mengejar Flore.
Flore berbalik dan panik melihat nasi yang mereka masak jatuh semua, Nigou pun ikut panik.
"Kita makan apa sekarang!?"
"Aku masih ada ikan kalengan!"
"Itu untuk darurat!"
"Ah!"
Mereka melihat Ney yang masih asik memancing, ternyata dia dapat ikan dari pancingannya.
"Ney dapet ikan!" seru Nigou.
"Penyelamat kita!" timpal Flore.
Tapi...
"Dadah ikan." Ney dengan polosnya melepaskan ikan itu ke sungai.
"NEEEEEEEEEEYYYYYYYYY!"
Mereka terpaksa pergi ke rumah Harada.
"Lho, nggak jadi?"
Nigou dan Flore tidak menjawab pertanyaan Harada, mereka malah pundung di pojokan dengan aura suram.
-Flashback End-
"Begitulah..."
Kemudian angin berhembus dan suasana mulai hening.
Meramera to, yaki tsukuse
sumi kara sumi made sono gouka de
atokata mo nokoranu you ni
tamashii made mo yaki tsukuse
Tiba-tiba semua orang langsung merinding.
Meramera to, yaki tsukuse
ware no yobikake ni, kotae ima
orokanaru monodomo wo
guren no honoo de yaki tsukuse
'Itu siapa yang nyanyi?!'
(Santara ba~dra winza~na~ wonpa~to~rana intrakantera
Santa ba~dra winza~na~ wonpa~to~rana intrakantera)
Diggie melirik Cyclops yang biasa-biasa saja.
Meramera to, yaki tsukuse
sumi kara sumi made sono gouka de
atokata mo nokoranu you ni
tamashii made mo yaki tsukuse
'Buat apaan coba nyanyi lagu begituan?' batin Diggie risih.
(Mitero yo...!
Ore no osoroshi sa wo omoishiraseru tame ni zenryoku de norotte yaru!
Haruka naru chi yori shoukan suru! Saa, ideyo!)
Burung itu menepuk pundak Harith dan menunjuk si mata satu.
Meramera to, yaki tsukuse
ware no yobikake ni, kotae ima
orokanaru monodomo wo
guren no honoo de yaki tsukuse
Mereka semua langsung menatap Cyclops dengan wajah suram.
"Tolong hentikan, itu mengerikan." nasihat Diggie datar.
Note: Cari saja lagu 'England's Evil Summoning Song'.
~Small Question~
"Flore."
"Ya, Frans?"
"Aku punya pertanyaan."
"Apa itu?"
"Kamu kan kucing, Nigou kan anjing, kok kalian bisa temenan?"
Kedua anak itu saling melirik sesaat.
"Yah..." Flore menggaruk pipi. "Awalnya aku takut sama dia, tapi aku mencoba membiasakan diri, jadi kami bisa lebih dekat."
'Walaupun sebenarnya aku masih takut anjing sungguhan...' lanjut Flore dalam hati.
Semua orang di sana hanya ber-'oh' ria mendengarnya.
~Serangga di Bubur Kacang Hijau~
Alpha, Lisa, dan Wiona sedang menikmati bubur kacang hijau di rumah. Tapi...
"Hmmm..."
Alpha melirik gadis di sebelahnya yang memasang wajah risih. "Kenapa, Wiona?"
"Ini." Wiona menyendok seekor serangga yang entah sejak kapan berada di dalam gelasnya.
"Oooh itu? Mungkin itu dari gula merah yang dibeli Ibu." jelas Lisa seadanya.
Note: Ini beneran kejadian lho. Saat itu aku dapet lebah yang tenggelam di dalam bubur kacang hijau.
~Fish Stealer~
Ikyo, Jioru, dan Yorei sedang main game bareng di ruang tengah ketika...
"Kyo! Ada dua kucing gede banget nih! Usir dong!"
Ikyo pun beranjak ke dapur. "Emangnya kucing apaa-"
Dia hanya terdiam melihat Eira menunjuk Tsuchi dan Flore yang sedang makan ikan sarden di dapur.
Note: Ini kepikiran setelah dikatain kucing sama emak gara-gara gadoin ikan kalau lagi pengen. Sebenarnya aku nggak suka makan ikan, kecuali jika sedikit (kalau nggak bisa dibilang 'tidak ada') tulangnya.
~Drunk Shooter~
Suasana di taman markas hari ini cukup kacau.
Maurice tiarap, Giro berlutut sambil menutup telinga, Tumma terbaring di kursi taman, Thundy tergeletak di semak-semak dengan pantat tertusuk ranting (#poorThundy), dan Teiron memainkan pistol sambil menyanyikan lagu 'Ievan Polkka'.
Kok bisa?
-Mini Flashback-
Teiron melihat sebotol minuman berwarna ungu di atas meja dapur. "Wah, ada minuman nganggur nih! Cobain ah!"
-Flashback End-
Sekarang dia sedang memainkan dua pistol di tangannya.
BOOM!
Tiba-tiba Luthias muncul dengan kepala menancap di tanah layaknya torpedo.
Setelah itu Teiron jatuh pingsan.
"Hey, Exoray."
"Kenapa, Mundo?"
"Saudara lu lagi latihan di taman? Kok kayak ada suara tembakan gitu ya?" tanya Raimundo penasaran. "Sampe ada ledakan pula."
Exoray mengangkat alis. "Nggak deh kayaknya."
BRAK!
Tiba-tiba Arie membanting pintu perpus dengan keras.
"Siapa yang baru saja meminum wine sepupuku?!"
Tidak ada yang menjawab, tapi kedua orang tadi menyadari satu hal.
'Kayaknya ada yang mabuk nih...'
~Who's Singing?~
Beberapa anak berkumpul di ruang tengah markas.
"Jadi ayahku memberitahu mereka: 'Tidak ada yang, seterkenal apa pun orangtua mereka, tidak ada yang diizinkan untuk memanjat dinosaurus.' Tapi tentu saja itu 'masuk kuping kanan keluar kuping kiri'." Mira menceritakan pengalaman liburannya.
Edward terlihat senang. 'Aku suka bagaimana dia begitu perduli tentang sesuatu. Jika aku menyipitkan mata, aku bisa berpura-pura kalau dia adalah ibuku.'
'Oh bagus, kisah dinosaurus yang lain.' Jean merasa bosan. 'Kapan mereka akan punah?'
Rina terlihat antusias. 'Jika aku adalah seorang pahlawan super yang bisa terbang dan tidak terlihat, itu akan menjadi yang terbaik.'
'Apa yang dilihat Edward dari gadis itu?' Stella mendatangi Edward dan mengusap kepalanya. 'Aku suka Edward. Aku berharap dia suamiku.'
'Dum daradadum dadadadum.' Chilla menggerakkan kepalanya dengan wajah ceria. 'Dum daradadum dadadaDAAAM.'
Steve kebingungan. 'Siapa yang bernyanyi?'
~Six times Three Meme~
(Peringatan: Ini future-verse ya.)
Seorang gadis berambut biru dengan mata coklat dan kacamata hijau hanya menghela nafas saat melihat pekerjaan rumahnya.
Arta yang baru pulang terheran-heran melihat gadis itu. "Ada apa?"
"Tugas matematika."
"Oh, aku bisa membantumu. Coba kulihat." Arta mengambil buku tugas anaknya. "Baik, umm... Ini yang mudah. Berapa enam kali tiga?"
"Umm..."
"Enam kali tiga."
"Aku tidak tau!"
"Enam kali tiga!"
"Aku tidak-"
"ENAM KALI TIGA!"
"AKU BENAR-BENAR TIDAK TAU!"
"Enam tiga kali!"
"Aku tidak tau! Apa itu?"
"Apa itu?!" Arta terdiam sesaat. "Panggil ibumu."
"Kenapa?"
"Iris!"
Iris langsung datang. "Ada apa?"
"Pekerjaan rumah." Arta menyerahkan buku tugas pada Iris.
Iris melihat buku tugas itu. "Berapa enam kali tiga?"
"Aku tidak tau."
"Enam kali tiga!"
"Aku tidak tau!"
"Berapa enam tambah enam?"
"Oh, dua belas!"
"Sekarang tambah enam."
"Aku tidak tau! Apa itu?"
"Apa itu?!" Iris terdiam sesaat. "Panggil guru matematikamu."
"Siapa?"
"FREDDY RILEY!"
"BOOM!" Tiba-tiba sang guru muncul. "Apa?"
"Pekerjaan rumah." Iris memberikan buku tugas.
Freddy melihat buku tugas itu. "Aku sudah mengajarimu ini! Berapa enam kali tiga?!"
"Aku tidak tau!"
"Lihat! Jika Johnny punya enam kali tiga sabun pencuci piring, berapa jumlah sabun yang dia punya?!"
"Berapa?"
"Berapa?!"
Semua orang di ruangan itu pun terdiam seketika.
~Moto Moto Meme~
Giro dan Mathias sedang berada di pinggir kolam renang.
Mathias menyikut Giro dan menunjuk sejumput rambut putih yang menyembul dari dalam kolam. "Look at that, I think Moto Moto likes you."
Giro yang melihat ke arah yang ditunjuk langsung memerah seketika.
Rupanya pemilik rambut putih itu sudah keluar dari kolam, memamerkan bentuk tubuhnya yang menawan setelah berenang. Entah kenapa ada seseorang yang menyanyikan sebuah lagu.
I like them big, I like them chunky
(Chunky)
I like them big, I like them plumpy
(Plumpy)
I like them round, with something, something
(Something)
They like my sound, they think I'm funky
(Funky)
Dan si cowok cantik pun langsung tepar dengan wajah merah padam dan kepala berasap.
"Maaf Aniki..." gumam Luthias merasa bersalah.
~Tomato Song Meme~ (Silakan putar lagu 'The Delicious Tomato Song' untuk bagian ini, aku sudah menyediakan liriknya. -w-/)
Di bagian awal, terlihat Zen yang meminta Arie membawakan tomat.
("Oi, Supein! Kotoshi mo tomato ga takusan toreta zo, kono yaro!")
Buono! Tomato buono! Tomato
Buono buono oo! Tomato!
Aka agete midori sagete!?
toma- toma- tomato. Hn!
Arie memperhatikan ibunya yang membawa keranjang tomat dan Yima yang sedang memotong tomat, kemudian memperhatikan ayahnya yang menarik gerobak tomat.
Arie memperhatikan Ney yang sedang memakan potongan tomat, tapi Ney mulai gelisah karena tomat yang harus dimakannya malah bertambah banyak di keranjang.
Pasta ni wa tomato daro
Pizza ni mo tomato daro
Miwaku no akai tesoro
Tomato daisuki
Arie menunjukkan tomat pada Arta yang sedang makan spaghetti.
Arie menunjukkan tomat dan pizza pada Alpha.
Arie bersama Marlie yang melayang di atas kepalanya, tapi kucing itu malah berubah menjadi manusia dan menimpanya sampai terjatuh.
Demo
Wurst ya jagai mo nanka jadou da
Otouto mo tabedashite muki- muki- muki- mu
Napolitan wa nihon ryouri nanda kono yaro!
"Hyaaaa! France da! Mamore! Kon chikushou me!"
("Hitori ni suru na yo kono yaro!")
Arie memasang wajah suram saat melihat Thundy yang memegang kentang dengan tatapan tajam dan Emy yang memegang sosis sambil menyeringai.
Arie manyun ketika melihat Molf yang buka baju dan menampakkan tubuhnya yang berotot.
Arie memperhatikan Iris yang sedang makan.
Naya, Ilia, dan Chilla berusaha menghindari Arie yang membuat hujan tomat, kemudian dia berakhir dihajar Salem, Edgar, dan Rendy karena mengganggu pasangan mereka.
Kimi ni mo hitotsu ageru
Kireina no wo hitotsu ageru
Oishii tomato tabete
Boku to odorou (Amore!)
Arie jejelin tomat ke mulut Teiron.
Maurice ikut dijejelin tomat.
Luthias berusaha menghalangi Arie agar tidak jejelin tomat ke Giro, tapi malah dia yang dijejelin.
Arie kabedon Tumma karena pengen jejelin tomat padanya.
Buono! Tomato buono! Tomato
Buono buono oo! Tomato!
Chi vediamo a romano
Minami Itaria
Giro juga berakhir jadi korban jejelan tomat setelah 'pacarnya'.
Arie menempelkan tomat di kepala Ikyo yang sedang bersama Adelia.
Arie melihat ke arah kamera, kemudian menempelkan tomat ke kamera.
Dan pada bagian akhir, terlihat Elwa yang sedang makan sup tomat dengan tampang pokerface.
To Be Continue, bukan Tide Borrowed Cipher (?)...
Lima bagian pertama cross dengan Identity V (silakan cari sendiri seperti apa game-nya) dan tiga bagian terakhir berasal dari meme yang kutemukan di Youtube... -w-/
Well yeah, ini masih absurd seperti biasanya, jadi biarlah... ~(-w-)~
Spoiler Chapter depan: Sleepwalking edition.
Review! :D
