Happy Reading! :D


Chapter 200: A Long Absurd Day


Di sebuah restoran...

"Haaah... Hidup ini tidak adil!" gerutu Saphire.

"Hmm... Kamu kenapa?" tanya seorang koki di restoran itu.

"Tadi ada event gacha rate up di sebuah game, aku sudah menggunakan hampir semua gem-ku, tapi isinya ampas semua!" jelas Saphire kesal. "Buat apa rate up kalau hasil gacha-nya tetap jelek?"

"Bagaimana kalau aku yang mencobanya?" Seorang pria tiba-tiba muncul di sebelah sang koki.

"K-kau yakin, Lucky?" tanya sang koki ragu.

"Tentu saja, Spada! Saatnya menguji keberuntunganku!" seru Lucky yakin.

Saphire memeriksa handphone-nya. "Tapi, gem-ku tinggal lima ratus."

Lucky mengambil handphone Saphire. "Tidak apa-apa! Karena aku, adalah pria paling beruntung, di alam semesta!"

Saphire menghela nafas. "Terserah deh."


Kemudian...

Lucky menunjukkan hasil gacha-nya yang ternyata berisi SSR semua. "Bagaimana?"

Saphire hanya terdiam. "Kok bisa?"

(Note: Sedikit crossover dengan Kyuranger, tolong dimaklumi.)


Di markas...

"Aku pulang!"

"Wah, Paman Exoray sudah kembali ya? Bawa oleh-oleh nggak?"

"Ada dong!"


"Oleh-oleh apa? Ikan besar? Sarden tuna? Sushi?" tanya Flore penasaran.

"Lebih baik dari itu." Exoray merogoh kantung belanjanya dan menunjukkan sebuah benda kecil panjang.

"Umm... Paman, bukannya memberikan rokok pada anak kecil itu tidak boleh ya?" tanya Flore.

"Ini bukan rokok. Bentuk kemasannya saja yang mirip, tapi isinya bubuk cokelat lho. Benda ini sangat langka, tadi aku menemukannya di sebuah toko kecil." jelas Exoray. "Nah, kamu boleh ambil semuanya, tapi jangan langsung dihabiskan ya."

Flore hanya terdiam dan berkeringat dingin karena...

Dia melihat Lisa yang berada di belakang Exoray sambil mengangkat kursi dan mengeluarkan aura hitam yang sangat mengerikan.


Pada malam yang membosankan, seorang Alexia tengah begadang sendirian.

Mau tau apa yang dia lakukan?

Ngenet, nyebar pic-pic yaoi dan yuri plus fanservice di web-web R18, dan menggambar doujin.

Tapi, malam itu menjadi malam paling menegangkan ketika ada seorang pengirim misterius yang mengirim mail untuk Alexia.


MrSarden97(sisanya format e-mail): please check and give the critics: http – www – ndl532 – net (Ini palsu lho. -_-/)


"Hmm? Apa ini?" gumam Alexia penasaran.

Alexia pun meng-klik link itu. Setelah loading, monitor laptop-nya teralihkan ke sebuah web dan melihat sejumlah list doujin yang pengirim misterius itu buat.

Ketika matanya memperhatikan judul-judul, tiba-tiba dia tertarik pada salah satu doujin yang dirasanya berbau yaoi. Dia buru-buru meng-klik doujin itu dan...

Di sana gambarnya DEWA BANGET, bahkan sampai mengalahkan doujinka professional.

Mata coklat itu melotot parah membaca page itu dan pikirannya langsung kosong mendadak.


Ketika page berikutnya di-klik, dia mendadak mimisan.

Page berikutnya, dia mulai mengalami anemia parah karena mimisan yang tak bisa dihentikan.

Page berikutnya, dia mendadak ngompol di kursinya sendiri.

Page berikutnya, tangannya mendadak gemetar parah dan memukuli meja dengan ganasnya. Wajahnya memerah karena kecanduan.

Page berikutnya, dia sudah 'sakaw' dan tewas di kamarnya.

Satu orang telah gugur dari serbuan doujin yaoi hard dan DEWA yang dikirimkan pengirim misterius itu.


Keesokan harinya, klub fujodan sedang heboh-hebohnya tentang berita pengirim misterius yang sangat hebat itu.

"Lex, lu tau nggak soal e-mail itu?!" Hikari menepuk-nepuk bahu Alexia (yang sudah sangat lemas karena e-mail sialan itu) dengan keras dan penuh semangat.

Alexia meresponnya dengan satu anggukan saking lesunya.

Hikari kebingungan dengan wajah lesu sohibnya. "Lex, lu kenapa?"

"Hikari, kau sudah baca e-mail sialan itu?" tanya Alexia lirih.

Hikari hanya menggelengkan kepala selagi menggotong Alexia yang sudah sangat lemas. "Aku belum tuh. Katanya anggota klub kita mendadak masuk rumah sakit karena kekurangan darah setelah membaca doujin itu. Apa mereka terkena mimisan yang nggak berhenti ya? Banyak yang kena lho."

Hening...

"Hikari, mending lu periksa e-mail lu malam ini."


Hikari membuka sambungan internet di laptop-nya dan setelah membaca doujin itu, dia terpaksa dibawa ke UGD karena kekurangan darah secara drastis plus sakaw.


Di suatu tempat yang tidak dikenal...


Message received: 0


Seorang pemuda berambut hitam yang waras tapi nggak waras (?) hanya menghela nafas setelah mengamati message yang kosong melompong di handphone-nya.

Cowok ini ternyata sedang menanti sobat resmi tak resminya (?) yang tanpa dia ketahui sedang dirawat di rumah sakit karena terkena sesuatu.

"Padahal aku sudah mengirimkan link berisi web yang kubuat dayo." gumam pemuda itu. 'Apa aku perlu menyembunyikan sisiku yang penggila anime dan gila menggambar? Aku takut mereka akan melakukan sesuatu yang buruk pada doujin-ku! Aku harus bagaimana?'

Kok kayaknya ada yang salah ya? Ya sudah, lupakan saja.


Keesokan harinya di sebuah rumah sakit tempat para anggota klub fujodan yang dirawat...

"HAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAH?!"

"WHAT THE HELL!?"

Seisi tempat itu langsung heboh seketika.

Bukan karena ada ancaman dari musuh atau semacamnya, tapi...

Hanya karena omongan yang keluar oleh seorang cowok berpucuk yang ahli komputer dan sebangsanya, Alpha Scalion.

Nah, cowok ini telah menyebabkan seisi lantai tiga rumah sakit itu heboh.


Alasannya?

Karena...

Dia telah mengetahui sosok sebenarnya dari sang 'MrSarden' yang sudah menggegerkan seisi klub fujodan.

Bukan lewat ramalan Mama Lauren(sia) ya, tapi lewat satelit.

Pada hari setelah situs itu muncul, Alpha iseng meng-hack situs itu dan sangat terkejut setelah mengetahui siapa pemiliknya.


"Iya, gue nggak bercanda. Si pemilik web itu emang Musket." jelas Alpha santai.

Hening...

"MUSKET TERNYATA SEORANG FUDANSHI! KOK GUE YANG TEMENNYA NGGAK DIKASIH TAU!? ASDFGHJKL!" (Alexia)

"TERNYATA DIA PELAKUNYA! MARI KITA MINTA PERTANGGUNGJAWABAN DIA DAN PAKSA MUSKET MASUK KLUB INI! BUAT DIA JADI LEBIH NISTA DARI SEBELUMNYA!" (Hikari)

"BENER, MBAK HIKA! AYO KITA MINTA PERTANGGUNGJAWABAN DARI DIA!" (Iris)

"HUWOOOOOH!"

"Te-tenanglah semuanya."

"DIAM AJA LU!"

Tanpa diduga, klub fujodan itu dinyatakan sembuh secara misterius, serentak, dan tidak wajar oleh sang dokter yang kebingungan melihat kerusuhan yang terjadi di ruangan mereka. Bahkan Alpha sampai dijadikan samsak tinju dari amukan klub abnormal itu dan malah berakhir masuk ICU.


Malam ini sedang terjadi hujan lebat disertai petir yang menyambar, saat ini ada pesta piyama di rumah Arie.

"Gila, dingin banget cuy!" celetuk Teiron sambil merapatkan selimutnya kayak kepompong.

"Iya nih. Malam ini dingin banget, udah gitu hujan lebat lagi." timpal Tumma agak menggigil.

JEGER!

Petir pun menyambar kencang dan tiba-tiba listrik langsung mati.

"Siapa nih yang memeluk tanganku? Udah hangat, empuk lagi!" tanya Glinea.

"Oh, bagus! Gue nggak jadi nyusu (?) dan kaki gue ada yang megangin, merinding nih!" sahut Yubi gemetar.

"Tunggu sebentar!" Thundy memunculkan bola listrik untuk menerangi ruangan.

"Wah, terang lagi nih!" celetuk Ney.

Karena cahaya dari bola listrik Thundy, terlihat jelas semua yang terjadi saat gelap.

"Etto, Arie..." Arta menunjuk apa yang dilakukan Arie.

"Hoo, Glinie. Dari tadi kau sengaja kan?" tanya Yubi jahil.

"Apa yang kulakukan tadi gelap tau!" bantah Glinea sewot.

"Terangnya kurang, TETAP GELAP!" seru Teiron yang masih berselimut.

Arie yang menyadari kalau dia memeluk tangan Glinea langsung menampar gadis itu.

"Aku tidak melakukan apapun, kenapa malah aku yang disalahkan?!" tanya Glinea kesal karena nggak terima ditampar.

"Gelap gelap, kenapa gelap sekali?" tanya Zen yang memeluk kaki Yubi dari tadi.

Glinea yang melihat itu berseringai. "Hooo, Yubi... Ternyata kau juga sama ya..."

"Apa maksudmu?! Aku tidak tau apa maksudnya!" bantah Yubi nggak mau kalah.

"Udah udah, tidur aja! Enaknya kan tidur!" usul Elwa.

Mereka semua pun setuju.


Di sebuah kamar...

"Wajahku kena tampar, udah gitu sakit banget lagi!" Glinea curhat pada Yubi.

"Rasain! Lu kan tau sendiri Arie tuh kayak gimana." balas Yubi.

"Yah, tapi lumayan! Aku jadi tau bagaimana sifatnya kalau mati lampu mendadak, kan bisa dapat pelukan gratis~" ujar Glinea santai.

"Ya ya, terserah. Paling juga ditampar lagi." Yubi menyelimuti badannya.

"Yubi, dingin banget nih! Pelukan yuk, biar hangat!" canda Glinea iseng.

"Ogah! Emangnya gue lesby?! Lagian gue juga udah punya cowok!" balas Yubi marah-marah.

"Oh, kau sudah punya pasangan ya? Siapa?" tanya Glinea.

"Gue jadian sama Tum-Tum, masalah buat lu?" Yubi menjulurkan lidah.


Di kamar lain...

"Moncong-moncong, lu kan udah nikah sama Emy, terus si Alucard lu kemanain?" tanya Zen.

Thundy mengangkat alis. "Alucard kan pacaran sama Haytham, kok lu nggak tau sih? Lu belum dikasih tau sama Tumma?"

Zen nyengir. "Kirain lu masih deket sama Alucard, gue liat lu berdua mesra banget!"

"Mesra bapak lu disantet Vodoo Doll?! Mesra mah nggak, nyebelin sih iya!" omel Thundy kesal.

(Note: Mereka ngomongin Alucard yang Valient.)

JEGER!

Tiba-tiba petir kembali menyambar dan...

"GYAAAAA!"

BRAK!

Ada yang teriak sambil mendobrak pintu kamar mereka.

"Siapa nih yang dobrak?! Udah gitu masih gelap lagi!" tanya Zen sewot.

"Huweee! Biarkan aku tidur di sini!" seru Teiron yang langsung masuk selimut.

"Eh, rupanya si Tei."

"Umm, sepertinya aku salah masuk kamar... Apalagi di luar gelap, jadi di sini saja..."

"Tunggu, aku mendengar suara Molf!"

"Molf?"

"MOLF?!" seru Zen dan Thundy kaget.


"Nggak apa-apa nih kamu mau tidur di sini? Di sini kan ada dua cewek." tanya Glinea.


"Terserah! Asal jangan di samping gue, entar dikira selingkuh lagi!"


"Maksudmu, Molf tidur di sampingku gitu?" tanya Zen bingung, kemudian...

"WHAT THE HELL?!" pekik Zen kaget.


"Kalau kalian tidak mau aku keluar saja." balas Arie datar.


"Yah, terserah deh."


'Kayaknya aku nggak bisa tidur nih!' batin Zen sambil melihat Molf yang tertidur di sampingnya.

Kalau dia balik badan, terdapat sepasang cowok yang tampangnya sangat tidak enak dilihat.

Sementara itu, Teiron malah memeluk Thundy dan sukses membuatnya tidak bisa tidur.

JEGER!

Petir kembali menyambar dengan keras.


Glinea mencoba menggenggam tangan Arie yang tertidur lelap dan merasakan tangannya menjadi hangat, kemudian dia ikut tertidur.


Pagi yang cerah telah tiba.

Arta yang tertidur di lantai terbangun lebih dulu, begitu juga dengan Yubi di atas kasur. Kemudian mereka melihat Glinea dan Arie yang (bisa dibilang) sedang pelukan mesra atau tidur mesra atau 'terserah mau disebut apa'.

"Arta, bawa kamera nggak?" tanya Yubi iseng.

Arta memberikan kamera pada Yubi.

"Senyum..." Yubi pun memotret mereka berdua. "Ini akan menjadi seru, ayo tinggalkan mereka."

Yubi dan Arta pun pergi keluar kamar.


Sementara itu...

Tumma terbangun dan merasakan kedua lengannya berat. Rupanya ada Ney dan Elwa yang memeluk tangannya.

'Sejak kapan mereka tidur di sini?' batin Tumma bingung.


"Hoaaam~" Zen terbangun sambil menguap. "Tidurku nyenyak. Tapi tunggu! Apa yang semalam itu mimpi atau memang nyata?"

Ketika Zen menengok ke samping, dia langsung menutup mata dan berdoa dalam hati. 'Oh Tuhan! Jika ini mimpi, bangunkan aku! Tapi jika tidak, jadikan ini mimpi saja!'

"Umm... Tidurku nyenyak..." Molf terbangun dan duduk.


"Hei, tidurmu pulas?"


"Ya begitulah... Tapi sepertinya aku bermimpi tidur di kamar cewek semalam..." balas Arie yang masih belum sadar.

"Itu bukan mimpi, tapi nyata..." ralat Glinea.

Dia langsung tersadar dan melihat sekitar.


"Ummm... Terima kasih telah membuat tidurku nyenyak semalam..."

"Aku boleh cium kamu nggak?" tanya Zen dengan bodohnya.

'Asamtoge (?), aku keceplosan!' batin Zen panik.

Molf hanya mengangguk tanpa banyak bicara.

"Benarkah?"

"Lakukan saja, nanti dilihat orang."

Zen pun mencium Molf dan dilihat oleh teman-teman mereka yang berada di depan pintu.

"SEJAK KAPAN KALIAN ADA DI SINI?!"


To Be Continue, bukan Totol Bentol Cicak (?)...


Ya sudah, itu saja... -w-/

Review! :D