Balas Review! :D
RosyMiranto18: Tongli itu, sejenis obat kuat... '-'a
Salem: "Aku mimpi udah mati pas Kak Naya hamil, serem banget anjir!"
Molf: "Banyak yang sering menceritakannya di tempat asalku."
Thanks for Review.
Happy Reading! :D
Chapter 202: HyPersOnce
Ya ya, langsung saja... -w-/
~Unexpected Pervert Girl~
Sebagian besar cewek di Garuchan nggak normal semua. Yang waras sih dikit, entah antara masih polos atau emang nggak mau perduli dengan kegilaan di sekitar mereka.
Bahkan ketuanya pun juga bisa bertingkah konyol jika dia mau, misalnya saat di grup chat hari ini...
GaruKaichou: Ketika nyari doujin hentai snake girl, malah nemu doujin Ragna dan Hazama. Rasanya kupengen teriak di depan markas sebelah.
Beberapa menit kemudian...
Mathias: Ngaku mesum jangan di sini juga keles... -_-
~Some Challenge for Her~
Bubble Tea Challenge, trend ini tengah dipraktekkan beberapa cewek. Walaupun ujung-ujungnya berakhir konyol.
Emy dan Iris yang seharusnya menyeimbangkan gelas minuman di dada mereka malah berlomba menghabiskan minuman masing-masing.
Ney dan Flore menggunakan cara yang kelewat aneh untuk mengikuti trend itu, mereka menggunakan ekor untuk memegang gelas minuman (dan ternyata diketahui bahwa Glinea yang telah mengajari mereka).
Tapi di antara semua itu...
Ada Elwa yang duduk di atas kursi dengan kaki masuk ke dalam baju dan lutut yang mengapit gelas minuman sebagai pengganti dada.
Alhasil, apa yang dilakukannya malah menjadi bahan tertawaan para cowok.
Saat ini Elwa sedang gondok karena kejadian sebelumnya, bahkan dia sampai curhat pada (calon) pacarnya.
"Pfft..." Cullen menahan tawa setelah mendengar cerita Elwa. "Jadi kau mencoba melakukannya juga?"
"Yaaah, aku kan iri pada mereka yang bisa..."
"Tapi kan, emm... Kau tau-"
Elwa manyun. "Aku tau aku ini datar, bukan menggembung."
Cullen hanya tersenyum kecil. "Setidaknya di sini normal, tidak seperti di markasku."
Elwa mengangkat alis. "Lha, emangnya di sana kenapa?"
"Well, kau bisa lihat ini..." Cullen menunjukkan beberapa foto.
Setelah melihat foto-foto itu, hasrat Elwa untuk melakukannya langsung hilang seketika. "Makasih Cullen, aku jadi tidak mau melakukannya lagi."
"He-heeh?"
Di sisi lain...
"Itu Elwa sama Cullen kan? Mereka pacaran?" tanya Arta bingung.
"Mungkin..." balas Tumma dengan senyuman penuh arti.
-Flashback-
Beberapa minggu sebelumnya...
"Ayolah! Kita tidak akan tau jika kau tidak mencobanya!"
Teiron dan Tumma sedang menarik Elwa ke markas sebelah.
"Tapi aku tidak bisa!" pekik Elwa.
"Kau bisa, jika mau berusaha!" balas Teiron.
"Ayolah, katakan saja apa yang kau pendam, oke?" usul Tumma.
Elwa hanya menghela nafas pasrah, dia melepaskan diri dari pegangan kedua temannya dan memberanikan diri untuk mendekati kerumunan para cowok di sana.
Gadis itu menelan ludah ketika melihat targetnya sedang bersama saudaranya. Saat dia melirik ke belakang, kedua cowok yang berada di semak-semak malah mengancungkan jempol dan hal itu sukses membuatnya kesal.
Tapi dia tidak punya pilihan.
"Aku menyukaimu, Cullen!"
Webek webek...
Semua orang langsung menatap Elwa dan suasana mulai hening.
Merasa tidak ada gunanya, Elwa langsung pergi dari situ.
"Dia serius mengatakan itu?"
"Berani juga dia."
"Bagaimana menurutmu, Cullen?" tanya Sarah.
"Aku akan bicara dengannya." Cullen segera menyusul Elwa.
Sisanya silakan tebak sendiri. *ditabok.* *bilang aja nunggu lanjutan dari Reha!*
-Flashback End-
"Sebaiknya kita jangan ganggu mereka, ayo pergi." Tumma menarik Arta pergi dari tempat itu.
~Celebrate the Good Grade~
Ney menatap tidak percaya kertas ulangannya.
Pasalnya, hari ini dia berhasil mendapatkan nilai 80 di ulangan Matematika.
"Wah, selamat Ney, dapet 80 untuk pertama kalinya." ujar Nigou.
"Iya, makasih! Aaaah, aku senang!" seru Ney bahagia.
'Aku akan beritahu ini pada mereka.'
Di rumah...
Tiga manik abu-abu itu terlihat tidak percaya dengan apa yang ada di hadapan mereka.
Tiga? Yah, soalnya Arie matanya ketutup satu. *ditabok.*
"Ney, ini beneran?"
"Iya."
"Nggak nyontek kan?"
"Ya nggak lha!"
Zen dan Arie saling berpandangan.
"Kalau ini beneran, kita rayakan saja."
"Kebetulan Ibu baru saja belanja banyak makanan." timpal Gluaria di belakang mereka sambil membawa dua bungkus barang belanjaan.
"Asik, makan-makan!" Ney langsung pergi untuk memberitahukan teman-temannya.
"Nah, kalian makan yang banyak ya." ujar Gluaria.
"Makasih Bibi!" balas Ney senang.
Mereka semua mengambil makanan masing-masing.
Acara makan-makan di sana berlangsung tenang, walaupun terkadang berujung heboh. Seperti saat Molf nekat menambahkan saus cabe pada makanannya padahal dia nggak kuat pedas, Flore yang memakan semua ikan goreng tanpa sisa, Zen yang berusaha menahan Arie agar tidak menghajar Glinea yang diam-diam menghabiskan minumannya, dan masih banyak lagi.
"Makasih ya Ney udah ngajakin makan!" ujar Della.
Keempat teman Ney langsung pulang ke rumah masing-masing setelah selesai makan. Molf membantu Gluaria membersihkan meja makan, sementara sisanya berada di ruang tengah.
"Jujur saja, aku terkesan saat tau Ney bisa dapat nilai bagus." ujar Glinea.
Arie mengangguk. "Yap. Tapi, kau harus belajar lebih giat agar nilaimu seperti itu terus."
"Iya, Kak." balas Ney.
Zen tersenyum dan mengusap kepalanya.
~Two Half-Cats in School~
Arthur Jackrison, murid baru di kelas yang ditempati grup Flore. Di hari pertamanya bersekolah, tidak ada yang menduga kalau dia adalah anjing serigala.
Saat ini Arthur sedang mengintip sepasang anak yang terlihat lebih tua darinya. Dia tak pernah melihat mereka sebelumnya. Awalnya Arthur pikir mereka itu kakak kelas biasa, tapi...
Dia mencurigai sesuatu yang berbeda dari mereka.
Anak pertama seorang pemuda berambut kecoklatan dengan telinga dan ekor kucing berwarna hitam. Ekornya pendek dan melingkar di ujungnya.
Anak kedua seorang gadis berambut abu-abu dengan telinga dan ekor kucing berwarna sama. Ekornya panjang dan lebat.
Arthur berniat menghampiri mereka, tapi bel masuk berbunyi dan dia segera kembali ke kelas.
"Flore, kamu kenal cowok kucing berambut kecoklatan nggak?"
Flore memiringkan kepala. "Tau sih, cuma aku nggak yakin orang yang kamu lihat itu orang yang kukenal. Dia punya ekor pendek melingkar nggak?"
Arthur mencoba mengingat-ingat. "Aku nggak lihat jelas ekornya karena dia sedang duduk."
"Kalau cara bicaranya?"
"Yang kudengar sih kayak meongan doang."
"Oh." Flore memasang wajah datar. "Sudah kuduga."
"Hah?"
"Dia memang kakakku, namanya Tsuchi." jelas Flore. "Tapi kamu harus hati-hati, dia nggak suka ketemu anjing yang nggak dikenal atau orang yang terlalu dekat dengan Kak Marinka."
"Marinka?"
"Kamu lihat cewek kucing berambut abu-abu yang bersama Kak Tsuchi kan? Dia Kak Marinka." Flore menghela nafas. "Yang jadi pertanyaanku, kenapa dia bisa ada di sekolah? Setauku Papa tidak pernah menyekolahkannya."
"Lalu kamu sendiri disekolahkan siapa?"
"Nenek Rilen."
Webek webek...
"Baiklah..."
~Beli~
Ada seorang penjual keliling yang lewat di depan sebuah rumah.
'Tanktop sama bra-nya lucu, beli nggak ya?' batin Alisa di depan pintu.
"Maaas!" Tiba-tiba neneknya muncul dari belakang Alisa dan berlari menghampiri penjual itu.
Kemudian Kivosya menunjukkan kedua benda yang dimaksud Alisa. "Beli tiga ya, Alisa? Yang lucu nih!"
"Iya, lucu ini!" timpal si penjual.
"Diskon lho!"
"Senin harganya naik lho!"
'Sial!' umpat Alisa yang langsung masuk rumah.
~Sleep on Shoulder~
"Bagus kan, Kak?" Ney menunjukkan hasil gambarnya pada Arie yang duduk di sofa.
"Yah, cukup ba-"
Tiba-tiba Arie merasakan sesuatu yang berat, rupanya ada Glinea yang meletakkan kepala di pundaknya.
"Glinea?!"
"Beri aku sepuluh menit..." gumam gadis itu lirih.
"Kau baik-baik saja?" tanya Arie.
"Ya, hanya butuh istirahat sebentar..." balas Glinea yang mulai tertidur.
Arie menghela nafas panjang. "Baiklah..."
Dia meletakkan tangannya di kepala gadis itu dan menutup mata. "Jangan terlalu memaksakan diri, oke?"
Tapi ketika Arie membuka mata...
"Heeeeeh?!"
Dia kaget karena ternyata sudah ada beberapa orang di depannya.
"Tetap seperti itu!" seru Teiron yang sedang menggambar mereka.
"Jangan pikirkan kami~" ujar Tumma dan Zen dengan cengiran jahil.
"Ambil foto yang banyak!" timpal Arta sambil memotret mereka dengan handphone.
Ney dan Molf hanya tersenyum manis melihatnya.
~How to Steal Kiss~
Maurice sedang membaca buku dengan santai, kemudian Monika muncul dan tiba-tiba memegangi wajahnya.
"Monika?"
"Tunggu sebentar, ada sesuatu di wajahmu."
Chuu~
"Itu aku." Monika tersenyum manis.
Wajah Maurice langsung memerah seketika.
~Her Secret Hobby~
Ashley mendapati sebuah tongkat yang berbentuk seperti ranting pohon di atas meja perpus. "Itu bukannya tongkat sihir si Teiron?"
Dia mengambil benda itu dan tersenyum tipis. 'Dasar ceroboh. Meninggalkan benda penting di tempat seperti ini. Saatnya melakukan apa yang ingin kulakukan sejak dulu.'
"Berpose ala Magical Girl!"
"Wah hebat!" seru Teira kagum, rupanya dia sudah berada di depan pintu sambil pegang handphone. "Ayo lanjutkan ke pose serangan pamungkas!"
Ashley langsung membatu seketika.
"Ka-kamu sejak kapan ada di sini?!" tanya Ashley panik.
"Oh itu? Tadi aku diminta Bibi Rilen mengambil tongkat sihir Teiron-nii, lalu aku melihatmu memegang tongkat kakakku sambil menari-nari. Karena tingkahmu tadi lucu, jadinya kurekam saja." jelas Teira tanpa dosa.
Ashley langsung memberikan tongkat Teiron. "Ini, ambillah! Tapi jangan beritahu siapa-siapa!"
"Hah? Kenapa?" tanya Teira bingung.
Ashley memalingkan wajah. "Ini rahasia. Sebenarnya aku suka Magical Girl sejak kecil, tapi tidak bisa mempraktekkannya karena sakit-sakitan."
"Ooh..." balas Teira. "Kalau begitu aku akan merahasiakannya. Tapi kalau kau mau, aku bisa mengajarimu pose lain."
"Aku akan memikirkannya nanti..."
~Crossdresser~
Federico itu sebenarnya hobi crossdress. Tapi...
"Siapa yang memakainya lebih baik? Sudah jelas aku, tapi kita sudah tau itu. Tidak ada kontes. Maaf Giro, mungkin lain kali!" ujar Federico yang memakai gaun hitam berpita putih dan rambut diikat ponytail dengan pita abu-abu.
"Ayolah. Kita semua tau kau tidak punya kesempa-"
"Buktinya adalah rambut panjang ini!"
"Sebaiknya kau waspada atau aku akan mengambil SEMUANYA dari dalam lemarimu." ancam Giro sebal. "Aku sudah sering memakai semua itu sebelumnya. Jangan menantangku, Federic-pyon!"
~Picture~
Garcia menunjukkan foto sekaleng minuman bersoda dan sebotol susu beserta tulisan 'I hope your day is...'
Reaksi Mercowlya bersaudara?
"Legendary." kata Lucy dan Alexia bersamaan.
"Coke milk!" seru Exoray (dengan bodohnya).
~Minta Minum~
"Sal, bagi minum dong!" seru Saphire.
"Nggak, beli sendiri sana!" balas Salem kesal.
"Dih, pelit!"
"Biarin!"
"Salem, Chilla boleh minta nggak?" tanya Chilla.
"Boleh, ambil aja." jawab Salem.
"Yeay, makasih!" seru Chilla senang.
Saphire langsung kesal melihat itu.
~Milk and Breast~
"Aku boleh nanya nggak, Thun?" tanya Elwa yang sedang minum susu.
Thundy yang sedang membaca buku tidak menengok sama sekali. "Nanya apaan?"
"Katanya minum susu bisa menambah ukuran dada, apa itu benar?"
Thundy terbatuk sesaat.
"Kalau tubuhmu masih bisa tumbuh sih iya, tapi kalau udah 'nyangkut' mah kayaknya nggak bakalan berguna deh." jelas Thundy risih.
"Uhuhu... Hiks..." Elwa langsung pundung dan nangis setelah mendengar itu.
"Ya maaf, tapi itu emang kenyataannya." gumam Thundy merasa bersalah.
~Arta's Fun Fact~
Seperti apa Arta di keluarga Aokiryuu?
Well, hampir sama dengan Arta yang biasanya di markas. Tapi, dengan sedikit perbedaan.
Dia masih suka mengurus tamanan, tapi karena takut untuk membuat kebun sendiri, dia beralih merawat bonsai secara diam-diam di kamarnya.
Kalau ada orang yang memakan roti melon terakhirnya di kulkas (terutama oleh kakeknya), dia lebih memilih kelaparan. Apalagi jika dia sudah tidak punya uang di pertengahan bulan.
Selain itu, tidak ada satupun dari orang-orang terdekatnya (selain orangtua angkatnya, Tobias, dan -mungkin- Iris) yang tau soal masalah pribadinya. Dia tidak ingin menceritakannya karena bisa membuatnya teringat trauma masa lalu.
~Walking with Daughter and Dragon Partner~
"Aku kembali (akhirnya)..."
"Oh, selamat da-" Arta terdiam sesaat karena...
"Tidak kusangka kau akan kembali dengan membawa anak yang imut." Arta menahan tawa setelah melihat Ikyo yang membawa Neo dengan gendongan bayi di dadanya.
"Sebenarnya aku tidak mau membawanya, tapi karena Adel harus istirahat, jadi aku harus menggantikannya membawa Neo jalan-jalan." jelas Ikyo datar. "Kau tidak akan tau seberapa stress-nya mengasuh anak jika kau belum memilikinya."
"Maaf maaf." Arta hanya tertawa kecil dan kembali mengurus kebunnya.
Ikyo tak sengaja melihat sesuatu yang bergerak di belakang Arta. "Ngomong-ngomong, ada yang ingin kutanyakan."
Arta berhenti menyekop tanah. "Hah? Apa itu?"
"Sejak kapan kau memelihara naga kuning?"
Webek webek...
"O-oh, itu?" Arta memasang wajah canggung sambil melirik makhluk yang dimaksud dengan sudut mata. "Kakek mengajariku cara men-summon roh binatang dan dia yang muncul."
Naga itu muncul di sebelah tuannya dan menaruh kepalanya pada tangan Arta yang ditengadah, kemudian dia melingkar di lehernya.
"Na, na." Neo bergerak-gerak.
Ikyo menyadari gerakan anaknya. "Hm? Ada apa?"
"Na." Tangan mungil itu seperti ingin menggapai si naga.
"Aku rasa dia ingin bermain denganmu, Arashi..." Arta kembali melirik naga miliknya dengan wajah canggung.
Di sisi lain...
"Kenapa naga-nya Arta berwarna kuning ya?" tanya Vience.
"Karena dia Spongebob?" balas Saphire.
"Bukan itu, Saphire." timpal Daren risih.
"Kalau ungu mah malah kayak Shou Ronpo si Ryu Commander." celetuk Teiron.
Trio Andreas langsung sweatdrop mendengar itu.
~The Fourth Magical Girl Behind the Scene~
Saat ini seisi markas sedang heboh-hebohnya membicarakan serial 'Magical Girl'.
"Kau tau, aku rasa Giro bisa jadi MagiGirl juga~" Mathias menoel-noel pipi si 'cowok cantik' dengan senyum jahil.
"Jangan harap!" Giro menepis tangan si pria jabrik dengan kasar.
Luthias yang mendengarnya hanya terdiam. Tapi di dalam pikirannya, dia malah membayangkan Giro menjadi MagiGirl seperti yang dikatakan kakaknya.
Rambut panjang sepunggung dengan jepit rambut berbentuk not musik.
Gaun coklat dengan renda putih dan pita kuning.
Membawa kuas sepanjang sapu di tangan dan biola di punggung.
Dan juga wajah tegas nan anggun saat akan melawan musuhnya.
PLAK!
Imajinasi Luthias langsung buyar setelah Giro menamparnya dengan sepatu.
"Jangan bilang kau baru saja membayangkan itu!"
Luthias mengusap pipi kanannya yang memerah karena tamparan tadi. "Maaf..."
Tiba-tiba terdengar nada dering dan Giro memeriksa handphone-nya.
From: Schwester
Bisa datang ke rumah sekarang? Ajak Luthias juga.
"Kakakku ingin kita datang ke rumah."
"Oh, baiklah."
Sekarang mereka berdua sudah tiba di kediaman Catlite.
"Bentar ya, Luthy! Aku mau bicara dengan adikku dulu!" Garu langsung menarik Giro masuk kamar.
Luthias hanya terdiam melihatnya.
"Tadaa~" Garu menunjukkan gaun coklat dengan renda putih dan pita kuning.
"Hah?!" Giro langsung shock. "Apa-apaan itu?! Aku tidak mau!"
"Ayolah, pakai saja."
"Tidak akan!"
"Cobalah, kau pasti akan terlihat imut dengan ini."
"Schwester!"
'Dia pasti dipaksa crossdress lagi.' batin Luthias sweatdrop.
Giro hanya menghela nafas panjang. "Aku tidak mengerti denganmu, Schwester. Aku tidak menyangka kalau kau juga suka MagiGirl, padahal setauku kau itu penggemar Super Sentai. Jaket itu membuktikan semuanya."
Note: Kakaknya memakai jaket yang sama dengan yang dipakai Garu si manusia serigala dari Kyuranger.
"Para gadis juga punya selera tersendiri, Giro." Garu mengusap pipi adiknya. "Nah, aku tinggal dulu ya!"
Setelah kakaknya keluar dan menutup pintu, Giro menatap gaun di atas meja. Dia pun menghela nafas pasrah dan mengambil gaun itu.
"Sebaiknya kita tunggu dia selesai ganti baju."
Pintu kamar terbuka dan Luthias langsung tercengang setelah melihat apa yang ada di depannya.
"Garu, kau... Tidak membaca pikiranku kan?" tanya Luthias sambil menutup mulut dengan wajah memerah.
Pasalnya, kostum yang dipakai Giro sama persis dengan yang dia bayangkan sebelumnya.
"Yah... Karena serial MagiGirl itu sedang ramai dibicarakan di squad kalian, jadi aku kepikiran untuk membuat kostum itu." jelas Garu. "Nah, Giro, bagaimana kalau kau latihan pose? Aku ingin memotretnya untuk dikirim ke tempat pembuatan serial itu, siapa tau saja kau bisa menjadi MagiGirl keempat."
"Schwester!"
Luthias memalingkan wajah, dia tidak menduga imajinasinya akan menjadi kenyataan.
Setelah itu...
"Dengan kuasku dan kekuatan musik, aku akan membuat perdamaian!" Giro mengangkat kuas di tangannya untuk pose 'roll call' (cmiiw).
"Serius deh, kenapa aku harus melakukan ini?" tanya Giro risih.
"Ayolah, kau bisa melakukannya!" balas Garu yang memegang kamera sambil menengok ke belakang. "Benar kan, Luthy?"
"I-iya, berjuanglah..." Luthias mengancungkan jempol dengan aliran darah di hidungnya.
"Sebaiknya kau bersihkan dulu hidungmu!"
Beberapa hari kemudian...
Empat MagiGirl itu sedang melawan dua monster yang sulit dihadapi karena koordinasi mereka yang bagus.
"Hmm, kerjasama mereka cukup baik." ujar Tomina.
"Tomi, ini bukan waktunya untuk mengagumi musuh kita!" sembur Thania kesal.
"Kalahkan mereka satu per satu!" Gisa menggunakan kuasnya untuk membuat lem tinta yang menjebak salah satu monster.
Reina langsung menembak monster yang satunya di saat dia teralihkan oleh temannya yang terjebak.
"Bagus! Sekarang serangan terakhir!"
Tomina langsung mengubah tongkatnya menjadi busur dan jepit rambutnya berubah menjadi bulan-bintang, kemudian dia membidik kedua monster itu.
"Star-Moon Spiral Arrow!"
Saphire melipat tangan di belakang kepala. "Seperti biasa, mereka sangat keren."
Alpha menyikut Luthias. "Hey, Luthy!"
Yang bersangkutan menengok. "Hah?"
"Tadi lu senyum-senyum aja ngeliat Gisa, lu suka sama dia ya? Terus si Giro mau dikemanain?" goda Alpha jahil.
Luthias melirik ke arah lain dengan senyum gugup. "Well..."
'Kalau aku bilang Gisa itu Giro, mereka pasti akan shock.' batin Luthias khawatir.
Bonus:
Dia berada di sebuah ruangan yang dipenuhi perabotan kayu. Manik amethyst-nya terfokus pada sesuatu di dalam lemari tua.
'Benda itu' terlihat seperti manusia yang sedang tertidur. Penampilan 'orang itu' sangat mirip dengannya, tapi memiliki rambut coklat.
Dia mendekati lemari itu dan membukanya, kemudian tangannya mulai meraba wajah 'orang itu' perlahan. Tekstur kulit yang terasa licin seperti porselein membuatnya beranggapan kalau 'orang itu' adalah boneka.
Dia terbangun setelah melihat manik violet dari mata sang boneka yang terbuka barusan.
Sesaat setelah mimpi itu, dia mendapat pesan dari sepupunya. Kemudian dia bergegas keluar dari kamarnya.
Dia terus memikirkan mimpi itu dan bertanya-tanya sepanjang perjalanan.
Kenapa boneka itu mirip dengannya? Apa hubungan boneka itu dengan dirinya? Siapa yang menciptakannya?
Dia tidak berharap akan segera mendapat jawaban, tapi apapun yang akan terjadi selanjutnya tidak ada yang tau.
To Be Continue, bukan Tummy Bleach Cell (?)...
Several parts from Reha's fic with some change, so don't ask me if you confuse... -w-/
Soal bonus, yah... Sulit dijelaskan. Nanti juga tau. *plak!*
Review! :D
