Aku nggak balas Review dulu, maaf... ._./

Happy Reading! :D


Chapter 204: DolphiNothing


"Hamlet, mau main game?" ajak Alpha.

Hamlet memiringkan kepala. "Apa itu 'game'?"

"Itu adalah permainan yang dibuat untuk mengisi waktu luang. Ayo kutunjukkan." Alpha menarik Hamlet.


Alpha menunjukkan dua buah wireless controller dan memberikan salah satu pada Hamlet, kemudian dia mengajarinya mekanisme game yang akan mereka mainkan.

Setelah memilih karakter dan arena, mereka pun mulai bermain.

Get ready to the next battle!


Beberapa pertandingan kemudian...

"Aku tidak menyangka kalau Hamlet bisa mengalahkan Alpha yang jago main Tekken hanya dengan asal tekan tombol..." komentar Tumma sweatdrop setelah melihat Alpha pundung di pojokan karena kalah berkali-kali dari Hamlet yang baru belajar main game.


Ada alasan kenapa Jean tidak mau diajak main game fighter oleh Edward.

"Ayolah."

"Nggak! Kau tau sendiri kan aku nggak bisa main!"

"Please... Aku nggak ada teman main soalnya." Edward memasang tampang memelas.

Kalau sudah begitu, Jean hanya menghela nafas karena tidak bisa menolak. "Baik, tapi hanya sekali saja."

"Yeay!"

Edward langsung memilih game Tekken di Play Station miliknya.

"Aku akan berhenti setelah sepuluh pertandingan, mengerti?"

"Baiklah!"


Mode 'Vs Battle', karakter yang dipakai beserta arena harus berbeda setiap battle dan bisa dipilih secara acak.

Hasilnya?

Jean hanya menang tiga kali.

"Setidaknya kau berusaha, Jean." hibur Edward. "Mau main lagi?"

"Nggak, makasih!" Jean langsung pergi.


Note: Ini terinspirasi dari pengalaman pribadi. Aku memang tidak jago main Tekken, bahkan sampai kalah dari keponakan yang lebih muda (umurnya empat tahun dan dia juga baru mencoba pertama kali).


Itu saja intro-nya.


~Insiden Alaram~

Taukah kalian kalau Luthias itu paling susah bangun kalau nggak pasang alaram?

Ada tiga jenis alaram yang dia miliki.


Pertama: Alaram biasa

Paling sering dipakai, terkadang juga sering lupa dipasang.


Kedua: Alaram kucing

Kalau dia ada janji hangout dengan teman dan lupa pasang alaram, biasanya Kopen akan membangunkannya sebagai alaram pengganti.

Tidak, Luthias tidak melatihnya. Dia punya naluri tersendiri untuk membangunkan tuannya.


"Meong!" Kaki depan kucing itu menepuk wajahnya berkali-kali.

"Erhmm..." Dia membuka mata dan mendapati Kopen yang menduduki dada-nya, kemudian mengambil handphone untuk melihat waktu...

Yang menunjukkan jam tujuh lewat tiga menit.

Luthias langsung panik dan segera keluar kamar untuk mandi.


"Kok lama?" tanya Hans saat melihat Luthias yang datang terburu-buru.

Luthias memijat kening. "Tadi aku lupa pasang alaram, untungnya Kopen bangunin."

Hans ber-'oh' ria dengan prihatin.


Ketiga: Alaram desahan

Jujur saja, Luthias menyesal pernah memakai alaram ini.

Alasannya?

Karena dia telah menyulut amarah Trio T dan Arta ketika mereka berlima tidur di rumah Emy.


Saat itu ketiga penghuni utama (Emy, Albert, dan Izca) sedang tidak ada di tempat. Tiba-tiba terdengar desahan yang sangat menggelegar sampai membuat empat per lima dari mereka terbangun seketika.

"Itu siapa yang mendesah sih?! Si cewek bego nggak ada di sini!" gerutu Thundy sambil tutup kuping.

"Tunggu, kayaknya kukenal suara ini..." gumam Teiron yang menyadari sesuatu. "Ini bukannya suara Giro?"

"Eh, benar juga!" Tumma juga baru menyadarinya. "Tapi kan orangnya nggak ada di sini!"

"Aku punya firasat buruk soal ini..." timpal Arta.

Teiron mulai mengetahui satu hal. "Jangan bilang kalau..."


Sementara itu...

"Aaaah... Segar sekali..." Luthias yang baru bangun memeriksa handphone-nya. "Alaram baru dari Aniki benar-benar bagus."

Dia turun dari kasur dan berniat keluar kamar untuk mandi.

Tapi ketika melihat empat tatapan pembunuh saat membuka pintu, dia langsung menutupnya lagi.


Alhasil, Luthias berakhir menjadi buronan oleh keempat orang itu.

"Luthias, dimana kau?! Keluarlah, dasar b4j1ng4n!" (Tumma)

"Apa kita perlu beritahu Giro soal ini?" (Teiron)

"Lakukan saja, Tei. Giro harus tau ini agar dia bisa membantu kita membunuh Luthias." (Arta)

"Lagipula yang benar saja dia pakai desahan pacarnya sebagai alaram?! Urat malunya udah putus kali ya?!" (Thundy)

Luthias terpaksa bersembunyi di dalam salah satu kotak kardus di gudang dan menunggu sampai mereka pergi.


Pesan Moral untuk hari ini (dari Luthias): Jangan pernah memakai desahan pasanganmu sebagai alaram, apalagi jika sedang menginap bersama teman.


Seminggu setelahnya...

"Apa-apaan kau menggunakan desahanku sebagai alaram?!"

Giro yang mengetahui kejadian itu dari Teiron langsung menampar Luthias berkali-kali.


Sekarang wajahnya merah memar dan terpaksa harus ditutupi dengan topeng.

'Maafkan kakakmu ini, Greeny. Seharusnya aku memberitahumu untuk tidak menggunakannya sebagai alaram.' batin Mathias dengan penuh penyesalan setelah melihat apa yang terjadi pada adiknya.


~Swimwear~

Iris bertemu Exoray di depan toko baju.

"Aku datang untuk membeli beberapa baju renang untuk dibawa ke pantai, tapi aku tidak tau yang mana yang harus kupilih. Aku sudah bertanya pada adikku, tapi dia tidak mengerti fashion." Exoray menggaruk kepala. "Kurasa tidak ada salahnya bertanya pada para gadis tentang hal ini. Jadi, sebutkan saja!"


Ada empat pilihan dialog di kepala Iris:

-Boxer.

-Speedo.

-A one-piece bathing suit.

-Daun ara.

Dia memilih yang terakhir.


"Ooh, kau suka hal-hal yang ramah lingkungan ya? Aku suka menyelamatkan bumi... Sempurna untuk pria sepertiku!" Kemudian Exoray menyadari sesuatu. "Wait, hell no! Aku bisa ditangkap nanti!"


Di tempat lain...

"Hey Molf, siapa yang kamu nantikan memakai baju renang?" tanya Glinea.


Di kepala Molf ada empat pilihan dialog:

-Kau, tentu saja.

-Aku tidak sabar untuk melihat Tumma.

-Aku menantikan Arie.

-Zen, tidak ada pertanyaan.

Dia mengatakan yang keempat.


"Aw, punyaku tidak ada yang spesial. Area selangkangan tipis dan dibuat untuk kecepatan, jadi..."

"Tahan di situ!" sela Arie. "Kenapa kau tertarik dengan baju renang Zen?! Hentikan itu, sialan!"


~Math Problem~

"Hey, apa jawaban dari soal ini?" Arthur menunjukkan soal bertuliskan '8 ÷ 2(2 + 2)'. "Kalkulatorku hasilnya 1, tapi Flore bilang 16."

"Aku sudah cek di Google, hasilnya memang 16." timpal Flore.

"Pertama-tama, kalian semua harus tau lebih baik daripada menggunakan kalkulator untuk masalah matematika dasar seperti ini." ujar Nigou. "Tapi bagaimanapun, kalkulator Flore dan Google itu benar. Jawabannya 16."

"Tidak tidak, apa yang kau bicarakan?" bantah Della. "Itu 8 dibagi hasil dari 2 kali 4, jawabannya 1."

"Urutan operasi menegaskan kalau perkalian dan pembagian memiliki prioritas yang sama, jadi kau harus mulai dari kiri ke kanan. 8 dibagi 2 sama dengan 4, 4 dikali 4 sama dengan 16."

"Ugh, ya. Jika itu ditulis '8 ÷ 2 × (2 + 2)', tapi ini tidak. Ini ditulis '8 ÷ 2(2 + 2)'. Bilangan bulat di sebelah tanda kurung menjelaskan ada dua dari apa yang ada di dalamnya, jadi ada dua angka 4. Dan 2 kali 4 adalah 8, 8 bagi 8 itu 1."

"Um, teman-teman... Tidakkah kalian berpikir kalau masalah sebenarnya terletak pada bagaimana masalah itu ditulis? Notasi membuat semuanya ambigu, itu sebabnya kenapa tidak ada di antara kalian yang setuju." Ney mencoba melerai. "Tidak jelas apa pertanyaannya, jadi mungkin itu pertanyaan jebakan dan kalian berdua benar."

"Tidak!" seru Nigou dan Della.

"Matematika itu absolut, kau tidak bisa hanya meninggalkan urutan operasi hingga interpretasi! Jika kau melakukannya secara berurutan, jawabannya adalah 16!"

"Kau bahkan tidak mengikuti urutannya karena tanda kurung masih ada di sana! Kau melewatkan langkah pertama! Itu 1!"

Frans sudah tertidur selama perdebatan berlangsung, sementara Tsuchi yang ikut kelompok belajar mereka (walaupun dia 'belum' sekolah) malah stress sendiri dengan apa yang terjadi.

(Referensi: Fancomic Persona 5 karya Mangorijima.)


~Duren-Duren yang Apes~

Saphire dan Daren sedang jalan-jalan di sebuah event.

"Tumben ramai, ada apa ya?" tanya Daren penasaran.

Saphire yang celingukan tak sengaja melihat sesuatu. "I-itu kan...!"

"Apaan?" Daren melihat apa yang ditunjuk kakaknya dan menyadari sesuatu di antara kerumunan. "Itu bukannya Luthias?"

"Bukan! Cewek yang di sebelahnya! Yang pakai gaun coklat itu!" ralat Saphire sambil menarik Daren untuk melihat lebih dekat.


Mereka pun mendekati Luthias yang sedang bersama dua orang gadis.

"Lu pacaran sama Gisa?" tanya Saphire tidak percaya.

"Heeh, bukan bukan!" bantah Luthias sambil mengibaskan tangan. "Aku hanya bodyguard saja!"

"Lalu untuk apa ada Kaichou di sini?" Daren menunjuk seorang gadis yang berwajah mirip si ketua Garuchan lengkap dengan kulit kecoklatan. Tapi dia memiliki rambut hitam ponytail dengan jepit rambut kuning di poni kanan, memakai jaket biru di atas kaus biru muda dan celana training hitam bergaris biru tua, serta sepatu kets hitam-putih.

"Dia bukan Kaichou, walaupun tampangnya mirip." ralat Luthias.

"Hah?" Duo Andreas langsung bengong.

Gadis itu tertawa kecil. "Dia benar. Namaku Garu Catlite, aku kakaknya Giro dan juga asisten Gisa. Kami di sini hanya meramaikan event saja."

"Hoooh..." Duo Andreas hanya manggut-manggut.

'Entah kenapa nama depan dan model jaket yang dia pakai mengingatkanku pada sesosok manusia serigala di serial Super Sentai.' batin Saphire.

"Tapi jika kalian bertanya kenapa aku meminta Luthias menjadi bodyguard, itu karena dia 'ikemen' yang cocok untuk Gisa."

Luthias dan Gisa langsung sweatdrop mendengar alasan Garu barusan.

"Hey! Aku juga 'ikemen', dan Gisa itu 'kawaii'!"

"Pulanglah ke rumahmu!"


"Dia menyuruhku pulang ke rumah..." gumam Saphire yang pundung sambil mengais jalan dengan sedotan karena sakit hati setelah mendengar perkataan Gisa tadi.

"Saphire..." Daren menepuk kepala kakaknya dan menengok ke arah lain. "Sagepoyo..."

Saphire langsung membengkokkan sedotan yang dipegangnya setelah mendengar ucapan sang adik.


Referensi: Kyuranger episode 19 bagian Balance godain Elis si pelindung hutan Planet Keel tapi malah disuruh pulang ke planetnya, udah gitu cara Naga menghiburnya nggak elit banget. :v a


Dari duren coklat pindah ke duren pirang.

Ketika Emy memintanya merekam adegan 'duren' yang dikejar-kejar, Thundy langsung mengetahui artinya. Sebenarnya dia tidak mau melakukan itu, tapi dia tidak punya pilihan.

Saat ini dia dan Tumma sedang berada di sebuah tempat makan.

"Mulai saja."

Pemuda biru itu menghela nafas dan menggumamkan sesuatu, kemudian percikan cahaya muncul di tangannya dan terbang hingga mengenai seseorang.


Beberapa menit kemudian, terlihat seorang pemuda pirang spiky yang dikejar-kejar kerumunan massa keliling perkotaan.


Beberapa hari setelah kejadian itu...

"Jadi mereka semua mengejarku seolah aku ini duren berjalan!"

Naya tertawa. "Maaf ya. Aku tidak bermaksud menertawaimu, tapi itu sangat lucu."

Salem hanya mendengus sebal.


Bonus:

Akhirnya Mathias, Saphire, Salem, dan Edgar (si pemilik kamar yang diajak main) sudah siap main bareng.

"Sap, lu kan udah pernah main ini. Nanti bantu kami ya." pinta Mathias.

Layar memperlihatkan stasiun kereta api dan...

Edgar shock, Mathias nyengir nista, Saphire dan Salem menahan tawa.

"Kenapa goyangannya gitu banget sih?!" gerutu Edgar. "Itu mengingatkanku pada goyangan seorang wanita barat yang judulnya-"

"MY ANACONDA DON'T! MY ANACONDA DON'T! MY ANACONDA DON'T, WANT, NONE UNLESS YOU GOT, BUNS, HUN!"

Edgar langsung illfeel mendengar itu, dan ternyata yang melakukannya...

.

.

.

.

.

Mathias...

.

.

Yang sudah pakai baju banci...

.

.

Beserta wig panjang...

.

.

'Anu'-nya juga sangat 'wow'...

"Oh My God... Look at my -piiip-! Oh, My, God! Look at my -piiip-!"

BUUUUUUUK!

Tiba-tiba atap kamar jebol dan Mathias tertimpa seseorang.

Sebenarnya Edgar senang karena lagu nista itu hilang, tapi dia juga geram karena atap kamarnya jebol. Apalagi dia masih kesal karena sebelumnya Mathias sudah melubangi tembok-tembok dan memecahkan kaca jendela.

"Aduh! Anaconda sudah jatuuh... Anaconda sudah jatuuuh..." gumam Mathias ngenes.

Orang yang menimpa Mathias barusan malah tertawa. "Hahahaha! Abisnya lu aneh banget sih!"

"Beklager, soalnya goyangannya hampir mirip..."

"Vience... Sebenarnya aku senang kau datang dan menghentikan Si Kambing... Tapi kau juga merusak bagian rumahku!" sembur Edgar.

Vience melihat ke atas. "Oh. Itu gampang! Lagian atap itu murahan!"

"Mu-mu-mu-mu-murahan?!" Edgar semakin emosi.

"Betewe, kalian ngapain sih? Kelihatannya menarik banget." tanya Vience penasaran.

"Dumb Ways, Vie-nii! Dumb Ways!" seru Saphire.

Vience memiringkan kepala. "Itu nama game ya?"

"Yap! Coba lihat sini!" Saphire menarik kakaknya untuk melihat lebih dekat.

Mathias salto ke atas kasur.

BRUK!

Edgar yang melihat itu tambah emosi. "Thias... Apa yang telah kau lakukaaan?!"

KREK! KREK!

Ubin kaca di bawah kasur langsung pecah.

"HUWAAAAAAAAAAAAAAAH!" Mereka berlima jatuh ke dalam tanah bersama kasur.


Maksudnya begini: Di bawah kamar Edgar ada tanah yang sangat dalam. Padahal dulu nggak ada, tapi karena ulah Teiron yang pernah mencari patung kucing emas di dalam sana, jadi ya gitu deh.


"Grrrrr... Lihat apa yang telah kau lakukan!" bentak Edgar. "Jendelaku dipecah, tembokku dilubangi, atapku dijebol, DAN SEKARANG KASURKU TERPENDAM! LAMA-LAMA OTAKKU MEMATI!"

"Ampun..." Mathias melepaskan wig yang dipakainya sambil memasang puppy eyes.

Ketiga orang lainnya hanya sweatdrop melihat itu.


To Be Continue, bukan Tired Bear Cub (?)...


Hamelin 'Hamlet' Archire (Puppeteer): Boneka yang dibuat oleh Wanda Archire menyerupai putranya yang telah lama hilang. Pada akhirnya dia malah tinggal dengan orang yang merupakan putra dari penciptanya.


Aku lupa memasukkan profil Hamlet di Chapter sebelumnya, jadi kutaruh di sini saja... -_-/ (Jangan tanya soal profil Glinea, aku masih belum punya ide untuk menjadikan dia hero apa.)

Untuk beberapa Chapter ke depan, hanya ada empat drabble pendek untuk bagian utama dan potongan fic untuk bagian sampingan... 'v'/

Review! :D