Balas Review! :D

RosyMiranto18: Aku kurang tau, aku nggak ngecek berita tentang pemadaman itu... ._.a

Luthias: "Aku memang udah tau, makanya disuruh jadi bodyguard..." =_=/

Sebenarnya Garu yang di Kyuranger itu lebih ke setengah manusia setengah serigala. Mungkin aku bisa tunjukkan foto atau link wikia tentang dia.

Thundy: "Sebenarnya... Emy memintaku membuat Salem dikejar-kejar kerumunan orang karena dikira duren berjalan."

Sebenarnya itu arti dari 'a fig leaf'.

Hamlet: "Apa itu anak angkat?"

Aku lebih senang jadi pengangguran... -w-/

Giro: "Mereka (Kaichou dan Schwester) cuma mirip tampang doang."

Thanks for Review.

Note: Maaf kalau ngacak, aku agak pusing nyusunnya... -w-/

Happy Reading! :D


Chapter 206: InteRestinGap


"Kyo, lu kan udah nikah sama Adel, dia tuh kayak gimana sih?" tanya Vience pada Ikyo yang sedang mengaruk-garuk pohon. "Lu nggak diomelin Kaichou tuh pake garukin pohon?"

"Hmm... Kalau boleh diibaratkan sih, dia bagaikan 'hewan' jika berada di atas kasur." jelas Ikyo seadanya. "Gue nggak bawa pengasah cakar soalnya."

"Eh? Jadi si Adel itu..."


Di pikiran Vience...

"Kyo~ Aku tidak akan membiarkanmu tidur malam ini..."


Padahal yang dimaksud Ikyo...

"Kyo, elus kepalaku! Sisir rambutku! Biarkan aku tidur di pangkuanmu!"


Itu saja intro-nya.


~Part Time Worker in Gay Cafe~

Dua minggu setelah kejadian sebelumnya, Donna mengajak Yima ke markas Garuchan untuk sekedar berkunjung.

"Jadi itu saudari kembar Donna?" tanya Hendry.

"Ya." balas Tumma singkat. "Tapi mereka bukan sekedar 'saudara', aku hanya berharap Alexia tidak tau soal ini."

"Sayangnya dia sudah tau." timpal Exoray yang nimbrung dari belakang.

Mereka berdua menengok. "Hah? Tau dari mana?"

Exoray memalingkan wajah dengan tampang risih. "Soal itu..."


-Flashback-

"Lucy, abang sama adek lu kemana sih? Tumben nggak keliatan." tanya Alisa.

"Katanya mereka sama Federic kerja paruh waktu di sebuah cafe." jawab Lucy datar.

Alisa mengangkat alis. "Cafe mana?"

Lucy angkat bahu. "Ya mana gue tau?"


Sementara ketiga orang yang bersangkutan...

'Kenapa aku harus ikut kerja dengan kalian?' batin Exoray yang memakai topeng 'Trace' di meja kasir. (Note: Ada lho hero bernama Trace yang bertopeng, dan dia masuk kategori 'Premium'.)

Ada dua alasan kenapa dia pakai topeng.

Pertama: Dia dipaksa ikut kerja oleh adiknya.

Kedua: Dia nggak mau ada orang yang tau kalau dia jadi pekerja paruh waktu di sana, karena...

Cafe tempat mereka kerja adalah cafe khusus pasangan homo. (Ingat kejadian saat Luthias dan Giro ketemu Zen dan Molf? Tempatnya sama lho.)

Sementara Alexia dan Federic, mereka kerja di situ cuma buat dapetin asupan gratis.

Emang dasar Duo Fudan laknat!

"Ayolah, Nii-san. Ngapain sih pakai topeng?" tanya Alexia yang mengelap meja.

"Cuma pengen aja." balas sang kakak datar. "Lagipula, kau kan punya penyakit jantung, nggak apa-apa kerja ginian?"

"Selama nggak ada yang bikin shock berat, aku akan baik-baik saja."

Sementara kedua orang itu sibuk mengobrol, Federic terlihat sibuk mengepel di dekat toilet.

Kring!

Mereka berdua menengok ke arah pintu dan...

"Donna?!" Exoray buru-buru menutup mulut.

"Are? Kau kenal aku?" tanya Donna yang datang bersama saudarinya.

"Nggak, dia kira kau orang yang dia kenal." balas Alexia santai. "Ngomong-ngomong, dia saudaramu ya? Mirip soalnya."

"Iya, aku adiknya Kak Donna. Namaku Yima."

Alexia hanya ber-'oh' ria.

"Oh iya, kenapa kamu kerja di sini?" tanya Donna penasaran.

Alexia memutar mata dengan senyum canggung. "Untuk hiburan...?"

Exoray malah sweatdrop mendengarnya. 'Entah kenapa jawabannya itu setengah benar setengah ngeles.'


Kedua saudari itu pun duduk dan memilih menu.

"Sst, Lex."

Alexia mendekati meja kasir.

"Kalau mereka itu bersaudara, kenapa datang ke sini? Bukannya ini cafe khusus pasangan homo?" bisik Exoray.

Cling!

Mata Alexia langsung berbinar-binar, dan tiba-tiba terdengar lagu 'Sweet Home Alabama' yang muncul entah dari mana.

'Buset dah!' Exoray sweatdrop lagi. 'Nyesel gue nanya sama dia.'

-Flashback End-


"Seperti itulah..."

Tumma dan Hendry hanya sweatdrop mendengar itu.


~Ikan Goreng~

"Haaah... Di luar panas sekali..." gumam Rina yang baru kembali, kemudian dia melihat sepiring ikan goreng di atas meja. "Hm? Ikan siapa itu?"

"Kayaknya enak juga nih makan ikan setelah jalan-jalan." Rina berniat memakan ikan itu, tapi...

Sriiiing!

"A-apa yang-" Rina langsung mengangkat tangan ketika dihadang suntikan raksasa. "Apa-apaan ini, Lisa?!"

"Ikan itu untuk Flore..." balas Lisa dengan aura hitam di tubuhnya.


~Air~

"Rendy, suka minum air ya?" tanya Ilia.

"Umm..." Rendy yang sedang minum air di botol hanya menjawab seadanya. "Iya, memangnya kenapa?"

"Kamu pasti suka sama aku deh!" seru Ilia tiba-tiba.

Rendy mengangkat alis karena kebingungan. "Hah? Maksudnya?"

"Karena manusia itu terdiri dari 72 persen air, begitu juga dengan aku." jelas Ilia tanpa dosa.

"..." Rendy hanya terdiam mendengarnya.


'Apa maksudnya itu?' batin Yubi (yang kebetulan melihat mereka berdua) sweatdrop.


~Baju Arie~

Glinea yang baru mau mandi melihat tumpukan baju di atas wastafel. "Itu kan..."

Dia mengambil sebuah jaket hitam dan menciumnya. "Tidak salah lagi... Dari bau-nya, ini jaket Arie."

Kemudian dia mencium baju yang lain. "Kausnya, celananya juga."


Arie yang baru selesai mandi membuka pintu dan mendapati gadis itu memakai bajunya. Aura hitam langsung keluar dari tubuhnya. "Kau..."

"Aku ketauan!" seru Glinea panik.


Bonus:

Sekarang giliran Salem yang main.

Pertama Salem mendapat 'Spell PATIENCE' 'Tap missing tiles'. Ada kata PAT[]EN[]E. Di bawahnya sudah jelas ada huruf C dan I.

"Patience? Spell? Mantra Patience? Keren!" seru Salem.

"Bukan! Maksudnya kita harus menaruh huruf-huruf biar jadi kalimat 'PATIENCE'! Pe-A-Te-I-E-eN-Ce-E!" jelas Saphire.

"I don't care! Mantranya di bawah tuh! Tap missing tiles (tep mising tilis)!"

"Duh... Kalau kayak gini mah nggak ada harapan..." gumam Saphire rada risih.


Di saat bersamaan, Edgar kembali ke atas kasur.

"Jadi bagaimana, Edganjing?" ejek Mathias sambil tertawa.

"Berisik! Liat aja entar pas lu main!" balas Edgar sewot.


Salem masih membaca tulisan itu, kemudian terlihat orang hijau sedang mengendarai mobil yang menerobos palang dan menabrak kereta. Dia langsung shock melihat adegan itu.

"Cie, nyawa tinggal dua." ledek Mathias.

Salem tetap melanjutkan. Tulisan kali ini 'Tilt!' 'Don't let him fall'. Ada orang coklat dengan badan kayak kentang yang memegang lem dan bergetar-getar.

Webek webek...

"Him itu siapa?"

GUBRAK!

Ketika mereka berempat gubrakan karena kebodohan Salem, brown potato pun jatuh.

Semua orang terdiam. Orang berjoget mati satu lagi.

"Saaaaal! Nyawa tinggal satu!" seru Saphire.

Next, bagian 'Duck' yang sama dengan Edgar.

"Ini mah sama kayak aku, dia pasti kalah." ujar Edgar.

"Kuning-kuning ini apaan ya? Apa beruangnya harus dikuning-kuningin biar banyak madu dan nggak jadi buru orang?" gumam Salem sambil menekan ikon beruang saat di bar kuning pendek.

Orang itu menunduk. Salem menekan lagi di bar kuning, orang itu menunduk lagi. Ditekan sekali lagi, akhirnya Salem lolos. Kemudian layarnya menunjukkan beberapa permen jatuh.

"Wah... Bagus juga!" seru Vience dan Saphire kagum.

Edgar yang melihat itu mangap lebar karena kelewat speechless.

'FASTER!'

Sekarang tulisannya 'Blow' 'Keep the plane flying' dan ada orang yang naik helikopter.

Di tengah keseruan pilot gaje itu, muncul tulisan mendadak: 'Dumb Ways To Die Allow Microphones'. Saphire mendadak menekan allow di bawahnya.

"Tiuup, Saaal! Tiuuuup!" seru Saphire.

Salem bersiap-siap meniup. Edgar terlihat tidak yakin.

"Fuuuh! Fuuuh! Fwuuuuuuuh!"

Salem memang meniup, tapi...

Dia bukan meniup di microphone...

Melainkan...

Meniup di layarnya.

"FUUUUH! FUUUUUH! GIMANA NIH?! FUU-FUU-FUUUUH!"

Si Pilot pun sukses jatuh. Kepala dan badan terpisah. Nyawa Salem sudah habis dan game over.


To Be Continue, bukan Trap Blinker Crab (?)...


Don't ask how much time I spend to do this, okay? -w-/

Review! :D