Balas Review! :D

RosyMiranto: Aku masih ragu siapa yang harus kugambar dengan baju orang itu... 'w'a

Arta: "Aku bisa menyuruhnya untuk tetap tinggal. Setidaknya itu lebih baik daripada Hendry yang sering berkeliaran di sekitar markas dan tertarik dengan hal konyol."

Kau akan tau nanti.

Donna: "Boneka bintang laut biasa, bukan Patrick."

Kukasih clue: Dia itu orang yang Arta bilang mau balas dendam karena ada yang nggak datang ke acara ultahnya. .v./ Thanks for Review.

Happy Reading! :D


Chapter 215: TigerCat


"Hooaaaaamm..." Exoray menguap lebar.

"Lu kenapa, Ray?" Kayaknya capek banget. tanya Mundo.

"Ini, kemaren gue kerja shift malam pake lembur. Terus pas disuruh bersihin gudang belakang, tak taunya ada sarang tawon gede banget." jelas Exoray lesu dengan kepala di atas meja. "Abis itu sarangnya langsung dibakar sama satpam sekitar dan dibawa pergi, katanya sih kalau ada larvanya bisa buat umpan ikan pas mancing."

Mundo hanya manggut-manggut mendengarnya. "Gue bikinin kopi aja deh, biar lu nggak ngantuk."

"Ya udah, pake gula yang banyak. Sama cream juga." pinta Exoray lirih.

'Kayaknya dia masih trauma sama kopi pahit yang waktu itu...' batin Mundo sweatdrop.

Itu saja intro-nya.


"Kayaknya dari kemarin kita diikutin deh." gumam Ney.

"Tapi Paman Batur udah lama menghilang dan nggak pernah kembali." timpal Flore.

"Terus ini siapa dong?" tanya Ney penasaran.

"Aku punya rencana." ujar Nigou.


Kemudian...

Seorang pemuda berambut jingga dengan mata biru dan memakai beanie tengah mengikuti tiga gadis yang sedang berjalan, tapi...

"Sekarang!"

Dua 'anjing' dan satu pemuda langsung menerjang anak itu.

Dia berhasil menghindari mereka bertiga dan kabur. Ketika mereka menyusul...

Dia dipegangi oleh seorang pria berambut putih dikuncir kuda yang memiliki manik emas dengan pupil tajam.

Ketiga gadis itu menyusul dan Flore sedikit terkejut ketika mengenali pria itu. "Lho, Paman Ikyo?"

"Oh, kalian. Aku akan bicara dengan anak ini." Ikyo menarik anak itu menjauh dari mereka.

Anak itu mulai menjelaskan dan Ikyo mendengarkan. Keenam anak itu penasaran dengan apa yang mereka bicarakan.


Setelah beberapa menit pembicaraan, mereka berdua sudah selesai berbicara.

"Jadi anak ini satu sekolah tapi beda kelas dengan kalian. Dia mengikuti kalian karena penasaran, terutama pada Flore, karena..."

Ikyo mengambil beanie dari kepala anak itu dan menunjukkan sepasang telinga kucing dengan ujung hitam.

"Eh? Dia juga kucing?"

"Maow meow (Tepatnya kucing harimau)." balas anak itu sambil memunculkan ekor harimau. "Meow maow, mow miow (Tigwild Leondary, itu namaku)."

Keenam anak itu hanya manggut-manggut (walaupun sebenarnya Frans dan Della nggak ngerti bahasanya sama sekali).

"Ah, sebaiknya kalian cepat pulang. Orangtua kalian pasti khawatir." usul Ikyo.

"Oh iya! Makasih Paman!" Mereka berenam segera pergi.

Tapi Flore berhenti ketika melihat Tigwild tidak pergi dengan mereka. "Kamu tidak mau bareng kami?"

"Meow maow, miow mow (Rumahku beda arah, maaf ya)." Tigwild langsung pergi ke arah lain.

"Paman juga nggak mau bareng?" tanya Flore ke Ikyo.

"Boleh saja, kebetulan aku juga mau ke markas." balas Ikyo.

Mereka berdua pun berjalan bersama.


Keesokan harinya...

Luthias dan Kopen sedang jalan-jalan di taman kota, kemudian mereka melihat seorang wanita bertelinga kucing yang sedang kebingungan.

Luthias pun menghampiri wanita itu. "Maaf, ada yang bisa dibantu?"

"Oh, aku kehilangan topiku. Bisa tolong bantu aku mencarinya?"

"Tentu."

Mereka pun mencari topi ke seluruh taman.


Kopen melihat sesuatu di atas pohon dan segera memanjat ke atas, kemudian turun ke bawah dengan membawa sebuah topi.

"Oh, terima kasih." Wanita itu mengambil topi miliknya dan memakainya, kemudian dia mengeluarkan beberapa butir makanan kucing. "Ini untukku."

Kopen pun melahapnya dengan senang hati.

"Kalau boleh tau, kau itu kucing jenis apa ya?" tanya Luthias.

"Ah, soal itu... Aku ini kucing Bengal." balas wanita itu.

"Begitu ya." Pemuda itu manggut-manggut. "Oh iya, aku Luthias dan kucingku Kopen."

"Namaku Savanah Leondary. Oh, kebetulan rumahku di dekat sini. Mau berkunjung?"

"Boleh."

Mereka pun berjalan bersama.


Sementara itu...

"Lho, Tigwild?" Flore yang ingin ke toilet mendapati anak itu sedang bersembunyi di dekat loker kebersihan.

Tigwild celingukan sesaat. "Mow... Meow maow miow? Maow meow (Hey... Mau berkunjung ke rumahku saat pulang nanti? Hanya kau saja)..."

"Baiklah..."


Sepulang sekolah...

"Aku pulang duluan ya, ada janji."

Kelima teman Flore langsung curiga dengan perkataannya tadi.

"Janji sama siapa?"

"Umm... Soal itu..." Flore mencoba mencari alasan.

"Apa ada hubungannya dengan anak yang kemarin?" tebak Arthur. "Soalnya baunya kecium dari sini lho."

Nigou mengendus bau yang dimaksud. "Kau benar."

Flore hanya menghela nafas. "Baiklah, aku menyerah... Sebenarnya Tigwild mengajakku ke rumahnya."

"Mow!"

Tiba-tiba terdengar jeritan dan mereka berenam segera memeriksanya, rupanya Tigwild bersembunyi di belakang tempat sampah.

"Miow mow (Maafkan aku)..." Tigwild memegang tangan Flore dan langsung menariknya menjauh dari kelima anak lainnya.

Mereka berlima hanya terdiam melihat kejadian itu.


Setelah cukup jauh, tak terasa mereka berdua sudah tiba di taman kota.

Tigwild melepaskan tangan Flore dan berbalik, kemudian mendekatkan wajahnya.

"Tigwild?"

"Mow (Maaf)..."

Flore terbelalak dengan apa yang dilakukan Tigwild.

Setelah beberapa detik, Tigwild kembali memegang tangan Flore dan menunjuk rumahnya yang berjarak tidak jauh dari tempat mereka berdiri.

Rumah itu bercat jingga dengan pagar bercat hitam.

"Orangtua-mu seperti apa?"

"Maow meow, miow meow. Miow maow, meow miow. (Aku hanya tinggal dengan ibuku, dia kucing Bengal. Ayahku sudah tidak ada, dia harimau biasa)."

Flore hanya manggut-manggut.


"Aku hanya tinggal bersama putraku."

"Dan suamimu?"

Savanah menghela nafas. "Dia sudah lama tiada."

Luthias merasa kasihan mendengarnya. "Maaf."

Savanah menggeleng dan tersenyum. "Tidak apa-apa."

"Mow maow!"

"Ah, sepertinya dia sudah pulang." Savanah berjalan ke pintu depan. "Selamat datang, Tigwild. Oh, kamu bawa teman rupanya."

"Umm... Halo."

Luthias merasa mengenali suara itu. "Sepertinya aku mendengar suara Flore."

Kopen pun segera berlari ke pintu depan.

"Konkon? Kok kamu di sini?" tanya Flore sambil mengangkat Kopen.

"Meong meong (Aku bukan rubah)!" balas Kopen sweatdrop.


Note: Konkon itu suara rubah biasa (bukan yang di Persona 4) dalam Bahasa Jepang.


"Tadi dia dan pemiliknya membantuku menemukan topiku yang terbang, jadi kuajak mereka berkunjung." jelas Savanah.

"Paman Luthias juga di sini?" tanya Flore.

"Memangnya kenapa?" Luthias muncul di belakang Savanah.

"Sudahlah, sebaiknya kita bicarakan saja di dalam." ajak Savanah.


Kemudian...

Luthias manggut-manggut setelah mendengar cerita Flore. "Begitu ya."

Savanah tertawa kecil. "Sepertinya kalian bisa menjadi pasangan yang cocok."

Tigwild menunduk malu, sementara Flore hanya memiringkan kepala.


"Flore itu anak yang manis ya, Tigwild?" tanya Savanah pada anaknya setelah ketiga tamu itu pulang.

Tigwild mengangguk pelan. "Mow (Iya)..."

"Kamu menyukainya?"

Tigwild mengangguk lagi.

"Ibu tidak keberatan jika kamu menyukainya, lagipula Ibu senang kamu punya teman."

Tigwild tidak membalas dan memilih untuk pergi ke kamarnya.

"Dia mulai tumbuh dewasa." Savanah meraih sebuah foto dimana terdapat potret dirinya bersama seekor harimau. "Aku berharap kau tetap mengawasinya di alam sana, Jaggy."


Bonus:

Semuanya terjadi sebelum syuting episode MagiGirl dimana Gisa mencium orang yang dikutuk menjadi kucing.

"Aku tidak tau apa harus senang bisa menjadi cameo atau khawatir identitasmu akan terbongkar..." gumam Luthias cemas.

Giro mendengus sebal. "Salahkan Tumma-pyon untuk kecemasanmu itu!"


-Flashback-

Beberapa hari sebelumnya...

"Kita butuh orang yang mau jadi cameo sebagai orang dikutuk jadi kucing." Sang manager membacakan sebuah catatan. "Karena kucingnya berbulu putih keabu-abuan, minimal orangnya berambut putih."

"Berambut putih ya..." Tumma bersenyum. "Sepertinya aku tau orang yang cocok untuk itu."

Thundy dan Giro langsung curiga mendengar itu.

"Ngomong-ngomong, siapa yang harus mencium kucingnya?" tanya Tumma.

'Jangan gue please! Kalau iya dia pasti bakalan nyaranin orang itu!' batin Giro was-was.

"Gisa."

GLEK!

Giro langsung banjir keringat. "Tumma-pyon... Jangan bilang kalau..."

Tumma berseringai licik. "Kenapa, huh? Kau tidak mau dicium Luthias, benar kan?"

Revan dan Thundy langsung memasang wajah horror.

"Tapi, Tumma, bukannya Luthias itu berambut putih perak?" tanya Revan memastikan.

Thundy langsung melabrak Tumma dan mencekik lehernya. "Heh, lu mau bikin satu squad tau identitas kita hah?!"

"Manager-pyon... Aku bisa saja membawa orang itu ke sini, tapi aku takut dia akan membongkar identitas kami pada orang luar..." bisik Giro cemas.

Sang manager hanya manggut-manggut. "Itu bisa diatur."

"Eh?" Ketiga orang lainnya menengok.

"Aku bisa membicarakan beberapa persyaratan padanya, jadi tidak perlu khawatir." jelas sang manager.

Mereka berempat menghela nafas lega.

-Flashback End-


Setelah tiba di depan ruang manager, Giro membukakan pintu dan...

Mereka disambut seseorang berambut hitam pigtail yang memakai kacamata kuning dan gaun ungu.

"Hay, selamat datang! Tomina siap memandu!"

Webek webek...

"Umm... Kamu Tumma kan? (Aku sering melihatmu pakai kacamata di perpustakaan markas.)" tanya Luthias skeptis.

"Emang itu dia!" balas Giro sinis.

JLEB!

"Padahal aku ingin menipumu lebih lama, tapi ya sudah!" Tumma berbalik sambil mengibaskan tangan. "Manager sedang pergi sebentar, jadi sebaiknya kau melihat-lihat dulu selagi menunggu Manager kembali. Tidak akan lama kok."

Luthias semakin skeptis. "Aku tidak mengerti kenapa kau bisa terbiasa dengan crossdress."

"Kau tau, aku tuh awalnya dipaksa jadi Youtuber sebelum akhirnya direkrut sebagai aktor MagiGirl." jelas Tumma.

"Sebenarnya aku masih tidak percaya kalau selama ini Tumma-pyon adalah Tomina si Youtuber itu..." gumam Giro risih.

"Oh, sudah datang ya?" Sang manager masuk ke dalam. "Aku mau bicara sebentar dengannya, tolong kalian berdua keluar dulu."

"Okyu!" Tumma langsung menarik Giro keluar ruangan.

Luthias hanya sweatdrop dengan perkataan Tumma barusan. 'Bukannya kata itu dari serial Kyuranger ya? Kayaknya dia ketularan si Tei.'


Sementara di markas, Teiron yang sedang melukis langsung bersin.


Selagi Luthias sedang berbicara dengan sang manager, keempat orang itu berniat melakukan sesuatu.

"Nah." Tumma menunjukkan video sebuah lagu. "Bagaimana kalau kita menyanyikan lagu ini?"

Giro menatap skeptis lagu itu. "Kau serius?"

"Yap!"

"Tapi arti lagu itu rada vulgar lho."

"Apa salahnya? Musiknya bagus kok."

Ketiga orang lainnya saling berpandangan.

"Jadi, apa pendapat kalian?" tanya Tumma.

"Aku masih ragu." (Revan)

"Aku tidak perduli." (Thundy)

"Terserah kau saja." (Giro)

Di saat yang bersamaan, Luthias baru keluar dari ruang manager.

"Bagaimana?" tanya Thundy.

"Yah, hanya membicarakan beberapa persyaratan. Tapi setidaknya aku diterima sih." Kemudian Luthias melihat video yang ditunjukkan Tumma. "Ini lagu 'Plus Boy' kan?"

"Yap! Dan kami berempat akan menyanyikannya!" ujar Tumma bersemangat.

"Sebenarnya kami tidak terlalu setuju sih..." gumam Revan risih.

Luthias hanya speechless. "Umm, baiklah."


Beberapa menit kemudian, mereka pun mulai bersiap.

(Tumma) to-to-to-tonari no kurasu (class) saikin chotto ki ni natteru ano ko

puriti (pretty) tokimeki rameki sumairu (smile) "kyawaii"

(Thundy) iyaiya iyaiya

betsuni suki toka sonna n ja nai yo!

(Tumma) tada chotto chotto chotto

me de oikakechatteru dake datteba!

(Thundy) toka itte mou hora

kimi ni kekkou meromero nan datte

(Tumma) benkyou mo zenzen atama ni haitte

konakute mou yabbee

(Thundy) kimi ni insuu bunkai ((Tumma) saretai!)

(Thundy) mousou de koushiki tenkai ((Tumma) kai! kai!)

(Tumma) kou nattara jigen no hate made

koete kere ri goo

kimin'naka chokusetsu nokosazu

itteki-maaaath!


Terlihat Giro yang terpojok oleh Luthias yang ingin menyentuhnya.

"Ha..."

"Hentikan!"

"Ha..."

"Hentikan!"

"Imut..."

"Kumohon hentikan!"

"Imutnya!"

"Hentikan!"

"Ha."

Giro langsung mencekik Luthias. "Sudah kubilang hentikan!"

"Baik."


(Giro-Tumma) pi pi pi

piisu (peace) de tobashimasu RE:SAY isshin jiseishin

no tte kute tteku no nami shitaitai sakari

nanka nanka nanka nanka doki tto shichau

kimi no kimi no kimi no kimi no fakkin (fucking)!

(Giro-Thundy) misete misete motto misete misete chanto

misete misete mite (Tumma) ABCD ii yazu

(All) datte gaman chotto gaman yappa gaman dekinai

shitai shitai shishunki desu otoko no ko da mon...

(Thundy) sa-sa-sa-san gakunen no bijin de otona de hakushiki yasashii senpai

sonna ni kao chikazukeraretara mou dokidoki tomaranakutte (aan)

(Tumma) Y (wai) shatsu eri no sukima chirami shite

sukaato (skirt) go senchi (5 cm) ottara saikou

michatta ga saigo

(Giro) "doko mitenno yo!" (Tumma) hirateuchi

a.k.a go-houbi

(Tumma) konya no okazu wa sanma? ((Thundy) nonnon)

(Tumma) butaniku no shouga yaki? ((Thundy) nonnon)

(Tumma) Q. senpai ni egaku houbutsusen

A. ue ni totsu to shita ni totsu

(Thundy) pai aaru jijou (πr²) shite dashita

koushiki to seishun to bonnou

(Tumma) tomerannai honnou ore no XXX

Shit! Shit! Say Good Bye


Terlihat Revan yang galau karena harus memilih di antara tiga orang kembar.

"Siapa yang kau pilih?"

"E..."

"Cepat tentukan."

"Ee... Etto... Etto... Bagaimana kalau... Tiga-tiganya?"

"Haaaaaa!?"

"Maafkan aku!"


(Revan-Thundy) pi pi pi

piiku (pick) de tobashimasu RE:SAY isshin jiseishin

no tteku tettekuno BREAKING ichi nukeagari

dame dame dame dame kuratto shichau

ore no ore no ore no ore no fakkin!

(Revan-Giro) koete koete motto koete koete chanto

koete koe agete (Tumma) ABCD ii yazu

(Revan-Tumma) datte kiite chotto kiite yappa kiken BPM

shitai shitai toshigoro desu otoko no ko no...

(Giro) chotto dake nee chotto dake misete chotto dake hora

(Thundy) "chotto danshi~!?"

(Tumma) chotto dake nee chotto dake misete chotto dake... ato LINE yatteru?

(All) kiritsu rei rei kiritsu chakuseki

kiritsu rei rei chakuseki kiritsu

chakuseki rei rei chakuseki chakuseki

chakuseki kiritsu rei rei rei rei rei kiritsu

(Giro) te wo awasete kudasai

(Revan) minna genki ni itadakimasu

(Thundy) sayonara (Tumma) \sankaku/

(Thundy) mata kite (Tumma) \shikaku/

(Giro-Revan-Thundy) sensei minasan (Tumma) \o pinkosu/

(All) pi pi pi

piisu de tobashimasu RE:SAY isshin jiseishin

no tte kute tteku no nami shitaitai sakari

nanka nanka nanka nanka dokitto shichau

kimi no kimi no kimi no kimi no fakkin!

misete misete motto misete misete chanto

misete misete mite ABCD ii yazu

datte gaman chotto gaman yappa gaman dekinai

shitai shitai shishunki desu otoko no ko da mon!

(Thundy-Tumma) M, O, Z, U, K, U hijiki!


"Kenapa Thundy dan Tumma dapat bagian lirik paling banyak?" tanya Luthias.

"Jangan tanya aku." balas Giro risih.

Sementara di belakang mereka, Tumma sedang kejar-kejaran dengan Revan yang kesal dengan bagiannya tadi.

Dan Thundy? Dia lebih memilih untuk minum teh dan mengabaikan apa yang baru saja terjadi.

"Tiga puluh menit lagi kita syuting, sebaiknya kalian siap-siap." ujar sang manager.

Mereka pun segera bergegas.


Setelah syuting...

"Cie ciuman~"

Well, jangan tanya sejak kapan tiga kembar itu datang.

Giro berusaha mengabaikannya walaupun dia sangat malu.


To Be Continue, bukan Taming Bubble City (?)...


Ya gitu deh...

Review! :D