Balas Review! :D
SR: Bodoh amat.
RosyMiranto18: Well...
Ikyo: "Aku tidak menguntit, aku hanya memegangi anak harimau itu (baca: Tigwild)." (Entah ini antara narasi yang membingungkan atau kau itu orang mudah gagal paham.)
Kalau kau mau tau seperti apa Kucing Bengal (yang sebenarnya), kau bisa lihat si Gilbert dari fanpage FB 'Missenell'.
Savanah: "Yah, topi lebar yang bisa menutupi telinga kucingku. Dan soal Jaggy, dia benar-benar harimau biasa. Sayangnya dia sudah tiada karena menjadi korban perburuan liar."
Thundy: "Entahlah, manager-nya memang sedikit membingungkan."
Giro: "Sejak pertama kali direkrut jadi aktor MagiGirl, saat itu aku tak sengaja masuk ke ruangannya saat dia sedang ganti baju."
Yah, katanya dia nggak muncul karena kakaknya ngutang tapi nggak dibalikin. Dan soal dua orang terakhir itu, sebenarnya mereka Garu (manusia serigala) dan Champ (robot berkepala banteng) dari Kyuranger. Thanks for Review.
Happy Reading! :D
Chapter 217: Five Tests on Birthday
Pagi yang damai seperti biasanya, walaupun ujung-ujungnya berakhir kacau sih...
"Rendy, kau lihat buku-ku tidak?" tanya Hendry.
Rendy yang sedang memberi makan Miss Mist menengok dengan wajah cuek. "Memangnya kau taruh dimana terakhir kali?"
Hendry mencoba mengingat-ingat. "Seingatku di sekitar sini."
Rendy hanya memutar mata. "Coba cari di perpus, kali aja ketinggalan di situ."
"Baiklah..." Hendry pun beranjak pergi.
Setelah sampai di sana, dia menemukan buku miliknya di atas meja. Ketika diambil dan diperiksa, dia menemukan sesuatu.
BUUUUUK!
Rendy yang berniat ingin keluar kamar untuk mandi malah tergencet pintu yang didobrak Hendry.
"Rendy, ini ga- Eh?" Hendry bengong karena hanya mendapati Miss Mist di depannya.
"Miaw." Miss Mist menunjuk pintu dengan kaki depannya.
Hendry menengok ke arah yang ditunjuk dan langsung menelan ludah ketika mendapati sebuah tangan dari seseorang yang tergencet pintu. Dia mulai membuka pintu perlahan, bersiap menjadi korban 'senam mulut' kembarannya.
Rendy langsung menatap kesal saudaranya setelah bebas dari gencetan pintu. "Kau..."
Setelah beberapa menit sesi 'senam mulut' kemudian...
"Maaf..." gumam Hendry merasa bersalah.
Rendy hanya mendengus kesal. "Ada masalah apa?"
Hendry hanya menunjukkan tulisan pada buku miliknya.
Isinya seperti ini:
Ada lima tes yang harus kalian lakukan hari ini!
Jika kalian bisa menyelesaikannya dengan baik, akan ada kejutan yang menanti kalian.
Pemberi tes pertama sedang menunggu di taman, jadi harap segera ke sana.
Semoga beruntung! ;3
Rendy memasang wajah skeptis setelah membaca tulisan itu.
"Bagaimana?"
Rendy hanya menghela nafas. "Sebaiknya kita lakukan saja. Tapi sebelum itu, aku harus mandi."
~First Test~
"Di sekitar sini kan?"
Mereka berdua masih celingukan di sekitar taman, sampai...
"Sebelah sini."
Mereka berdua pun menengok dan mendapati...
Thundy sedang duduk bersama sebuah meja dan terlihat seperti seorang idol yang bersiap memberikan tanda tangan pada fans.
"Ngapain lu?" tanya Rendy skeptis.
Thundy menopang dagu sambil mendengus sebal. "Gue disuruh ngasih tes buat kalian. Padahal gue lagi sibuk ngurusin si cewek bego dan bayinya, tapi malah disuruh beginian."
Rendy menghela nafas. "Ya sudahlah, apa tesnya?"
"Tes pertama kalian adalah menjawab pertanyaan, dan kalian harus menjawabnya dengan jujur karena aku bisa saja membaca pikiran kalian." jelas Thundy sambil mengeluarkan sebuah buku dan pulpen. "Sebaiknya kita selesaikan ini dengan cepat agar aku bisa pulang dan mengurus Emy lagi."
"Oke."
"Baiklah." Thundy membuka buku-nya. "Pertanyaan pertama, siapa yang tertua di antara kalian?"
GLEK!
Mereka berdua berkeringat dingin.
Thundy hanya mengangkat alis. "Tidak mau menjawab?"
"Biar aku saja yang jawab!" seru Hendry. "Banyak yang mengira aku yang lebih tua, tapi sebenarnya Rendy yang tertua!"
"Baiklah." Thundy mencatat jawaban itu. "Pertanyaan kedua, apa makanan favorit kalian?"
"Dumpling, dimsum, bakpao, xiaolongbao-"
"Shou Ronpou?" potong Hendry.
"Itu Ryuu Commander!" ralat Rendy sweatdrop.
Thundy hanya mijit kening. "Bisa dilanjutkan?"
Mereka berdua pun diam.
"Pertanyaan ketiga, siapa orang yang tidak kalian sukai?"
Rendy mendengus sebal. "Alfred, Federic, Tumma, Zen."
"Bibi kami."
Suasana hening.
Hendry menghela nafas. "Dulu dia pernah menyakiti Rendy yang saat itu tidak tau apa-apa tentang kematianku."
Hening lagi.
"Sudahlah." Thundy kembali melihat buku-nya. "Pertanyaan keempat, apa yang paling kalian takuti?"
"Umm, kau tau sendiri kan kalau aku takut hantu?" balas Rendy risih.
Hendry menggaruk pipi. "Sebenarnya... Aku takut pada cacing."
"Dan Arta pernah menertawakanmu setelah tau kau menjerit hanya karena seekor cacing di kebunnya." komentar Rendy sinis.
"Itu karena cacingnya melompat ke arahku!" bantah Hendry.
"Cacing tidak bisa melompat!" seru Rendy.
"Sampai kapan kalian mau bertengkar?" tanya Thundy dengan aura hitam di tubuhnya.
Mereka berdua langsung berhenti. "Maaf..."
Amarah Thundy pun mereda. "Pertanyaan kelima, apa yang tidak kalian sukai satu sama lain?"
"Selera humor Hendry."
"Melihat Rendy depresi."
Hening...
"Aku selalu perduli padamu sejak kecil. Kau boleh membenciku karena humorku yang menyebalkan, tapi aku tidak bisa membiarkanmu menderita sendirian."
"Hendry..."
"Oh ya ampun..." Thundy menutup buku-nya. "Baiklah, bisa kukatakan kalian lulus tes pertama."
Mereka berdua kaget. "Serius?!"
"Yap." Thundy memasang senyum tipis dan mengangguk. "Sekarang kalian pergilah ke markas sebelah, tes selanjutnya menunggu kalian di sana."
"Baiklah! Ayo, Rendy!" Hendry langsung menarik kembarannya pergi.
"Hey, jangan main tarik!"
Thundy masih tersenyum melihat kepergian mereka, kemudian dia melirik ke bawah dimana terdapat Greif yang tertidur pulas di sebelah kursinya. Tangannya perlahan menggoyangkan tubuh griffin biru itu. "Greif, bangunlah."
"Umm, ngh..." Greif mulai membuka mata. "Apa sudah selesai?"
"Ya. Ayo pulang."
Greif meregangkan tubuhnya sambil menguap, kemudian dia terbang dan bertengger di kepala Thundy. "Tapi aku masih mengantuk, jadi aku tidur di sini saja."
Thundy mengusap kepala Greif. "Baiklah."
Mereka berdua pun pulang.
~Second Test~
Kedua cowok kembar perak itu sudah tiba di markas sebelah dan mereka mendapati Elwa di sana.
"Aku akan memberitahu apa yang harus kalian lakukan sekarang." ujar Elwa. "Kalian harus menemukan Tumma selama tiga puluh menit. Dia bisa berada dimana saja, bahkan kalian bisa saja berpapasan tanpa sadar."
"Seperti petak umpet." celetuk Hendry.
"Yah, terserah kau saja." balas Elwa cuek sambil mengeluarkan stopwatch. "Waktu kalian dimulai... Sekarang."
Mereka bergegas masuk ke dalam.
Hamlet yang sedang cosplay sebagai Chris Orochi hanya diam selagi Arta mengatur posisi tangannya untuk berpose.
Tangan kiri diarahkan di dekat kepala, jari tengah dan manis dirapatkan, ketiga jari lainnya dibiarkan terbuka.
"Nah, tetap seperti itu." Arta menjauh dari Hamlet. "Sekarang kita mulai pemotretannya."
"Oke." Iris menyiapkan kamera. "Tiga, dua, sa-"
Ceklik!
"Coba kulihat." Arta mengintip hasil foto yang baru keluar.
Foto itu memperlihatkan Hamlet bersama seseorang berambut hitam sebahu yang cosplay sebagai Athena Asamiya.
"Wah, bagus juga." celetuk Arta kagum.
Kemudian dia tak sengaja melihat dua cowok kembar perak yang berada tidak jauh dari mereka, dia pun menyapa mereka. "Hay kalian."
Mereka berdua pun menghampiri kerumunan itu. Tapi entah kenapa, si 'Athena' malah pergi diam-diam.
"Ngapain di sini?" tanya Iris.
"Cuma nyari orang doang." jelas Rendy singkat.
"Oh gitu." balas Arta. "Kalau tanya kami ya maaf, kami nggak tau dia dimana."
"Ya udah, makasih."
Mereka berdua pun berjalan pergi.
Tapi ketika sudah jauh, Rendy malah berhenti berjalan.
"Ada apa?" tanya Hendry bingung.
Entah kenapa Rendy teringat perkataan Elwa sebelumnya.
"Dia bisa berada dimana saja, bahkan kalian bisa saja berpapasan tanpa sadar."
'Dengan kata lain...'
Rendy langsung berlari meninggalkan saudaranya.
"Hey kau!"
Si 'Athena' yang mendengar itu langsung berlari menghindari kejaran Rendy.
"Berhenti!"
Kedua orang itu terus kejar-kejaran, sampai mereka tak sengaja merusak kebun Moku dan diterbangkan oleh si pemilik kebun yang marah.
"Ah, sepertinya dia sudah berhasil ditemukan." celetuk Elwa yang melihat kedua makhluk terbang itu saat minum teh bersama Cullen.
BYUUUUUR!
Mereka pun tercebur ke air mancur.
Setelah itu...
"Jadi..." Hendry memasang tampang skeptis setelah melihat kembarannya menduduki orang (yang setelah diinterogasi, ternyata dia adalah orang yang mereka cari).
Rendy mendengus sebal. "Dia menyamar untuk mengelabui kita! Aku hampir ketipu, untung saja aku ingat kejadian saat dia crossdress karena kalah taruhan."
Plok! Plok! Plok!
Kedua cowok kembar perak itu menengok dan mendapati Arta yang tepuk tangan pada keberhasilan mereka.
"Tidak kusangka Rendy akan menyadarinya dengan cepat." Arta tertawa kecil. "Seharusnya kau tidak kabur saat mereka datang, Tumma."
Tumma menghela nafas pasrah. "Terima kasih."
Rendy berdiri dan Tumma bangun sambil mengusap punggung.
"Sebaiknya kalian ganti baju dulu." Arta menunjukkan tas coklat berisi baju yang dia pegang dari tadi. "Aku sudah membawanya kok."
Setelah ganti baju kemudian...
"Tes ketiga di pinggir hutan, jadi pergilah!"
Mereka berdua segera bergegas.
~Third Test~
Rendy sudah misuh-misuh setelah mendapati Zen yang menjadi pemberi tes selanjutnya, apalagi cara Zen yang menyambut mereka dengan cara duduk melayang di dekat pohon beringin membuat Rendy sangat gatal ingin menebas sayapnya.
'Biar lu nggak usah terbang sekalian!' sembur Rendy dalam hati.
"Tes kalian kali ini adalah..." Zen menggantung sebentar dengan seringai jahil, kemudian dia langsung menarik Molf yang kebetulan berjalan di dekat mereka. "Tadaaa~ Kalian harus mengajari dia cara mengerjai orang!"
"Kau tidak takut Arie akan membunuhmu karena menjadikan Molf sebagai tumbal tes ini?" tanya Rendy was-was.
"Sudah kuatasi!"
Sementara itu, terlihat Arie yang pingsan dengan mulut berbusa setelah mendapati sekumpulan kodok dalam kotak kaca di kamarnya.
Back to the twins...
"Jadi, apa rencanamu?" tanya Molf.
Hendry tersenyum. "Akan kutunjukkan."
Sekarang mereka bertiga sedang berada di...
Dojo milik Yamagi?
"Ada seseorang bernama Tsubame di sana." Hendry menunjuk kerumunan orang di perkarangan dojo. "Kita bisa menawarinya sayur dan tempe bacem sambil memanggilnya 'Tsubacem'."
Rendy menghela nafas pasrah. "Aku akan tetap berada di belakang untuk evakuasi jika orang itu sampai mengamuk."
Hendry dan Molf pun berjalan menuju perkarangan dojo.
"Permisi."
Orang-orang di sana menengok.
Mereka mendapati Molf yang (entah sejak kapan) sudah berpakaian layaknya pengantar pizza dengan membawa semangkuk sayur bacem di tangan kanan dan sepiring tempe bacem di tangan kiri.
"Kami menawarkan sayur dan tempe bacem untuk seseorang bernama Tsubacem." ujar Molf dengan nada monoton.
Webek webek...
"Lari!"
Kedua cowok kembar perak itu langsung menarik Molf untuk kabur dari amukan Tsubame.
"Selamat! Kalian lulus tes!" ujar Zen sambil tepuk tangan setelah mereka bertiga berhasil kabur dari dojo Yamagi. "Tes selanjutnya ada di rumah Arie, jadi cepatlah bergegas!"
Rendy yang ngos-ngosan malah menatap sinis Zen. "Makasih!"
~Forth Test~
Ketika mereka berdua baru tiba di rumah Arie...
DUAK!
Terlihat seorang pria yang ditendang oleh gadis berambut jingga di depan rumah.
"Donna?"
Gadis itu menengok. "Oh, kalian. Maaf, tapi yang kalian sebut itu kakakku. Aku adiknya, Yima."
"Lalu yang kau tendang itu siapa?"
"Hanya tukang sampah mesum yang sering menggoda perempuan."
Mereka berdua hanya manggut-manggut.
"Apa kalian ke sini karena mendapat tantangan?"
"Eh?" Mereka terkejut. "Kok tau?"
Yima tertawa kecil. "Nona Glinea sudah menunggu di dalam. Masuk saja."
Mereka pun segera masuk ke dalam rumah.
"Baiklah! Tes keempat kalian ada dua tahap." jelas Glinea. "Tahap pertama, Rendy harus mencium Ilia."
"Heeh?!" Rendy kaget.
"Tahap kedua, Hendry harus memanggil Rendy 'kakak' sampai dia berhasil mencium Ilia. Apapun panggilannya terserah. Mau Kak, Abang, Onii-chan, Aniki, Brothe-"
"Aku tidak bisa melakukannya!" seru Hendry panik. "Lagipula, dari mana kau tau Rendy yang tertua di antara kami?"
"Aku punya mata-mata lho!"
"Jangan bilang kalau..." Rendy langsung teringat sesuatu. "Burung pipit merah!"
Rendy memang sempat melihat burung pipit merah yang bertengger di sebuah pohon ketika mereka sedang mencari pemberi tes pertama, tapi dia memilih untuk mengabaikannya.
"Iyap!" Glinea mengangguk. "Kalau Rendy mau langsung lakukan sekarang, Ilia ada di belakang bersama Yubi."
Glinea langsung menarik kedua cowok kembar perak itu pergi ke halaman belakang.
"Aku tidak ingin melakukan ini..." gumam Rendy gelisah.
"Sebaiknya lakukan saja, Ka-Kakak." bisik Hendry was-was. "Kalau tidak kita tidak akan bisa lulus tes ini."
Rendy menghela nafas frustasi. "Baik! Tapi hanya di pipi saja!"
Rendy pun menghampiri Yubi dan Ilia yang sedang mengobrol.
"Kayaknya kamu enak banget deh kalau nanti dicium sama Rendy!" goda Yubi.
Ilia mulai gugup. "Ah, nggak yakin deh! Rendy tuh kan orangnya-"
"Orangnya datang tuh!"
"Heeeh?!" Ilia yang kaget menengok ke belakang, dia mendapati orang yang bersangkutan memang berjalan menghampirinya.
"I-Ily, ma-maaf... Aku..."
Rendy yang blushing berat memegangi wajah Ilia yang ikut memerah.
"Aww manis sekali! Sebentar ciuman pertama mereka!" komentar Glinea tanpa dosa.
Hendry langsung kaget. "A-apa?!"
Rendy memiringkan wajah Ilia dan bersiap mencium pipinya.
"Tunggu, Kakak!" Hendry langsung berlari ke arah mereka.
Tapi dia malah kepeleset kulit pisang yang entah datang dari mana dan tangannya tak sengaja mendorong punggung Rendy sampai membuat bibir mereka bersentuhan.
Hendry yang melihat itu malah pundung seketika, sementara kedua orang lainnya segera menjauh sambil menutup mulut masing-masing.
"Semoga pasangan awkward ini diberkati selamanya..." gumam Yubi tanpa dosa.
"Makasih buat dorongannya. Ayo pulang. Bodoh amat sama tes terakhir." Rendy menyeret saudaranya pergi dari tempat itu tanpa memperdulikan keberadaan para gadis.
~Last Test~
Tapi ketika mereka tiba di markas...
"Yosh, in'Teiron'views e youkoso da! Nyahahaha~" Teiron tertawa bangga dengan pun buatannya. "Ini adalah tes terakhir kalian!"
Mereka disambut oleh si pemuda merah yang berpakaian layaknya seorang host talkshow di depan gerbang markas.
Rendy hanya menghela nafas. "Jadi, apa tesnya?"
"Mulai sekarang, aku akan memberi kalian tema dan kalian harus menjawab 'makanan favorit' tergantung temanya!" jelas Teiron.
"Permainan ya? Sepertinya menarik juga." ujar Hendry antusias.
Rendy memutar mata. "Aku tidak terta-"
"Jika kalian bisa melakukannya dengan baik, kalian akan mendapatkan makanan favorit sebanyak yang kalian mau, dan juga..." Teiron menggantung sesaat dengan senyum misterius. "Tentunya gratis!"
Rendy terbelalak.
"Memanfaatkan kelemahan seseorang..." Rendy menghela nafas pasrah. "Dua puluh delapan bakpao daging untuk berdua. Aku berharap kau menepati janjimu, Tei."
Teiron tertawa kecil. "Baiklah! Ayo mulai!"
"Food acting in'Teiron'views! Mulai sekarang, aku akan memberikan situasi dan kalian berdua mengatakan 'semua makanan favorit' secara bergantian. Nah, ayo mulai!"
"Tiga, dua, satu!"
"Senang!"
"Dumpling!"
"Sedih..."
"Dimsum..."
"Marah!"
"Xiaolongbao!"
"Kesepian..."
"Dumpling..."
"Cemburu."
"Dimsum!"
"Patah hati!"
"Dumpling..."
"Berkelahi!"
"Xiaolongbao!"
"Kecewa."
"Dumpling..."
"Terkejut!"
"Dimsum!"
"Lelah."
"Dumpling..."
"Terlalu dingin."
"Dididimsumm..."
"Terlalu panas."
"Dum-dump-"
"Terlalu mengantuk."
"Dimzzzz..."
"Lapar!"
"Bakpao..."
"Sambil makan."
"Dmshum..."
"Perut penuh!"
"Dumpling!"
"Saat confess."
"Dimsum."
"Bersyukur."
"Bakpao."
"Bahasa Inggris?"
"Shiaolongpo."
"Bahasa Perancis?"
"Dhumprrrring..."
"Bahasa Rusia."
"Dhumphuling."
"Sambil bersembunyi dari musuh."
"Dimsum..."
"Ambush attack!"
"Bakpao!"
"Knocked out..."
"Dumpling..."
"Pakai skill!"
"Dimsum!"
"Duet combo!"
"Dimsum!"
"Pada satu sama lain?"
"Bakpao."
"Pada Ilia?"
"Dimsum."
"Pada Salem di kejauhan!"
"Xiaolongbao!"
"Untuk orang yang tidak kalian sukai!"
"Dumpling!"
"Hati kalian?"
"Dimsum."
"Biasanya!"
"Bakpao."
"Otanjoubi omedettou~" seru Teiron tiba-tiba.
"Heeh?!" Mereka berdua kaget.
"Yeay, Happy Birthday untuk kalian! Hehehe..." Teiron mengedipkan mata. "Nah, ayo ke atap! Semua orang sudah menunggu untuk pesta."
"Terima kasih, kalian semua..." Rendy tersenyum tipis. 'Tahun ini akan menjadi yang terbaik.'
Setelah sebuah pesta kemudian...
"Hari ini menyenangkan juga ya!" ujar Hendry.
Rendy menyandarkan diri di pohon dengan wajah cuek. "Yah, terserah padamu."
Hendry tertawa kecil. "Ayolah, senanglah sedikit... Onii-chan."
Rendy langsung terpelatuk. "Heh, awas kau!"
Mereka berdua langsung kejar-kejaran, sampai Rendy terpeleset kulit pisang dan...
"Hay kalian, ini pesanan- Huwaaaa!"
Dia menabrak Teiron yang membawa bakpao pesanan mereka.
Untungnya bakpao-bakpao itu tidak jatuh ke tanah alias terbang dari tangan Teiron dan berhasil ditangkap oleh Hamlet yang menggunakan benang-benang dari sela jarinya. Semua orang yang melihat aksi Hamlet langsung tepuk tangan karena kagum.
Rendy memakan bakpao pesanan mereka sambil menduduki Hendry yang hanya pasrah karena kesalahannya sendiri, tapi setidaknya dia ikut makan.
Yah, walaupun sebagian besar orang hanya melihat Rendy sedang duduk 'di udara' disertai beberapa bakpao yang lenyap sendiri di samping bawahnya.
To Be Continue, bukan Tebu Bakar Celup (?)...
Ya ya, gitu deh... -w-/
Review! :D
