Balas Review! :D

SR: Terserah, setidaknya aku udah kasih saran ya... Ini udah lanjut... -w-/

RosyMiranto18: Umm... Bazar berkedok pesta? *plak!*

Exoray: "Kayaknya bukan mereka deh..."

Arie: "Ada alasan kenapa Molf menyukai sushi, tapi aku tidak bisa menjelaskannya."

Glinea: "Memang..."

Musket: "Mereka bilang 'mengotori' itu dalam arti mengotori pikiran Mira dengan Yaoi..." =w=

Alexia: "Aku ikut rencana para cewek itu hanya di bagian penculikannya saja, ya mana gue tau kalau mereka mau rekrut Musket kayak gitu."

Thanks for Review.

Happy Reading! :D


Chapter 220: LogIcinEssence


Pada suatu malam, Mundo sedang berada di sebuah rumah kosong sambil membawa sebuah kotak.

"Gelap sekali... Kenapa juga tuh cewek mesti nyuruh gue bawa barang ke tempat ginian hanya gara-gara lupa beliin dia minum? Serius deh, ada apa dengannya?" keluh Mundo sebal.

"Nah, ini yang terakhir." Mundo menaruh kotak yang dibawanya di atas meja. "Baiklah, saatnya pu-"

"Crybaby, crybaby. So you laugh through your tears."

"Hah?" Mundo merasa mendengar suara nyanyian.

"Crybaby, crybaby. Cause you don't fucking care. Tears fall to the ground, you just let-"

"Siapa di sana?" tanya Mundo.

"Sedang apa kau di sini?"

"Aku disuruh bawa barang ke sini, kau sendiri?"

"Kau tidak perlu tau."

Mundo melihat bayangan seorang gadis di balik tirai. "Di sini rupanya. Biarkan aku membuka ti-"

"Jangan buka tirainya!" potong gadis itu. "Maaf, aku akan pergi."

"Setidaknya biarkan aku tau siapa dirimu untuk memastikan aku tidak bicara dengan hantu." pinta Mundo.

"Aku tidak mau siapapun tau aku bernyanyi di sini, jadi tolong jangan buka tirainya."

"Baiklah..." Mundo memasukkan tangan ke saku celana. "Tapi kau tau, suaramu cukup bagus."

"Te-terima kasih."

"Bisakah kau bernyanyi sekali lagi?" pinta Mundo.

"A-apa? Umm..." Gadis itu terdengar canggung. "A-aku tidak yakin... Jika aku... Bisa..."

Mundo hanya tersenyum. "Ayolah, aku suka suaramu."


Keesokan harinya...

Mundo menguap lebar ketika jalan-jalan dengan Exoray.

Exoray menengok ke arah Mundo. "Hm? Kau terlihat lelah hari ini."

Mundo menggaruk kepala. "Kau tau, semalam aku bertemu dengan seorang gadis dan suaranya sangat indah. Aku tidak bisa berhenti memikir-"

"Awas!"

BUK!

Mundo bertabrakan dengan seorang gadis berambut putih twintail.

"Ma-maaf!" Gadis itu langsung pergi.

"Wah, tadi kau beruntung sekali ya ditabrak cewek. Aku jadi iri." komentar Exoray.

'Suara gadis itu, mirip dengan gadis yang semalam...' batin Mundo ketika menyadari sesuatu dari gadis yang menabraknya barusan.


Ada seekor rakun berbaju pink yang muncul di taman markas.

"Lucy, liat deh. Ada rakun imut tuh."

"Iya, Ily. Imutnya kayak kamu."

"Lu mau gue tampol hah?! Jijik gue dengernya!" omel Ilia sambil mencengkeram kerah baju Lucy dengan wajah kesal.

"Ampun mbak, canda doang." balas Lucy ketakutan.

Lucy memperhatikan rakun itu sambil memasang pose berpikir. "Kira-kira ada yang punya nggak ya?"

Ilia angkat bahu. "Menekedele. Kenapa nggak lu tanya aja rakunnya?"

Kemudian Lucy berlutut di depan rakun itu sambil mengeluarkan suara kucing. "Mow... Mow... Mow..."

"Dia sudah gila..." gumam Ilia sweatdrop.

"Ngomong apa sih? Nana nggak ngerti." tanya rakun itu. (Note: Nana punya passive bisa berubah jadi rakun jika darahnya sekarat.)

Ilia kaget. "Lha, rakunnya bisa ngomong!"

"Kok kesel ya? Jadi pengen nabok Author deh..." gumam Lucy dengan perempatan di kepalanya beserta aura hitam di tubuhnya.

"Wah, malah emosi." ujar Nana tanpa dosa.

"Sabar mbak, Author-nya lagi stress gara-gara buntu ide buat lanjutin fic ini." hibur Ilia risih.


"Apa Ashley bisa memperagakan tendangan?" tanya Garcia.

Ashley menggaruk pipi dengan canggung. "Umm... Aku ini hantu, jadi aku tidak yakin bisa-"

"Sekali saja."

"Ba-baiklah."

Ashley pun mulai melakukan kuda-kuda dan...

"Hey Garcia, Lucy sedang mencari-"

DUAAAAAK!

Jangan tanya apa yang terjadi pada Paman Grayson.


"Aku penasaran, dayo..." gumam Musket sambil menopang dagu.

"Penasaran dengan apa?" tanya Alexia yang sedang baca buku.

"Kalau misalnya Hikari dan Federic misah terus lakuin webcam, kira-kira mereka pake lagu apa ya?"

Alexia malah membayangkan kedua orang pirang itu sedang gila-gilaan di depan laptop dengan lagu 'Crazy Frog' yang terngiang di kepalanya.

"Kayaknya nggak mungkin juga mereka bakalan lakuin itu deh." Alexia memukul pelan kepala Musket dengan buku bacaannya.

Musket mengusap kepalanya yang dipukul, kemudian melirik Daren yang main kartu sendirian di meja yang terletak tak jauh dari mereka. Dia pun menghampirinya. "Kenapa kau terus main kartu sendirian, dayo?"

"Pergilah dan cari kegiatan sendiri." balas Daren sinis.

Musket memiringkan kepala. "Tapi kau terlihat menikmatinya."

Daren tersenyum. "Ya."

Matanya menatap foto seorang wanita berambut pirang drill twintail dengan mata ungu dan gaun putih di depan kartu-kartu yang dia mainkan.

'Karena ini adalah dunia dimana hanya ada aku dan Ibu.'


Teiron sedang melukis di dekat air mancur.


Tidak jauh dari tempatnya melukis, terlihat para anak kucing yang sedang paduan suara.

"Meong!" (Belga)

"Miu!" (Grasne)

"Nyow!" (Black Jack)

"Mew!" (Creamy)

"Meng!" (Soramaru)

"Ngeeeeeng!" Tiba-tiba Hibatur muncul di belakang mereka dan melesat dengan sepatu roda.


'Dari mana dia muncul?' batin Teiron dengan wajah suram dan tanpa sadar telah mematahkan kuas yang sedang dia genggam.


"Banyak banget drama ya... Gue jadi capek liat kelakuan orang kayak gini." keluh Alpha di depan komputernya.

Saphire nongol di belakang. "Lu mau tau nggak biar nggak capek liat drama internet?"

"Apaan?" tanya Alpha penasaran.

Kemudian Saphire langsung mencabut kabel komputer Alpha.

"Heeeh?! Kok mati sih?!" pekik Alpha kaget, kemudian mengguncangkan monitor karena panik. "Aaaargh! Gimana nih?! Kerjaan gue belum di-save dari tadi!"

"Setidaknya gue udah save lu dari drama internet." balas Saphire tidak membantu sama sekali.


Saphire berakhir dikejar-kejar Alpha yang membawa gergaji mesin.


Di kejauhan, ada tiga gadis yang tak sengaja melihat pemandangan horror tersebut.

"Tidak Chilla, kau terlalu polos untuk melihat kekerasan itu." nasihat Salma sambil menutup mata Chilla.

Naya juga ikut menutup mata Chilla demi menyelamatkan kepolosannya.


Setelah itu...

"Wow, mengagumkan." komentar Salem datar saat melihat Saphire yang masuk tempat sampah dengan tubuh babak belur setelah dihajar oleh Alpha.

"Nggeeeeeng!"

Salem langsung kaget ketika tiba-tiba Hibatur melaju kencang ke arah mereka dan...

BRAAAAAK!

Sisanya silakan tebak sendiri.


Kelas Flore mendapat tugas membuat tembikar.


"Waah, bagus banget deh." komentar salah satu anak pada tembikar buatan Della.

"Makasih." balas Della.


"Jelek ih, kayak wajahmu!" ejek anak tadi pada tembikar buatan Frans.

"Bacot!" balas Frans sebal.


"Lha buset! Kok malah jadi patung?!" pekik anak itu kaget.

Semua anak yang mendengarnya langsung melirik ke arah...

Ney yang malah membuat patung setengah dada yang menyerupai Zen.

"Ah maaf, terlalu serius." celetuk Ney polos.


Di markas sebelah, ada beberapa anak yang saling bercerita.

"Pada suatu hari, ada seorang penyihir api yang kuat dan mengerikan." Edward memulai ceritanya. "Dia... Dia... Bisa memanggil meteor!"

Stella dan Mira saling berpelukan karena takut. Mita dan Andre terlihat anteng, tapi posisi duduk mereka saling berdekatan. Jean memilih untuk cuek dan membiarkan Steve memeluk lengannya.

"Dan dia akan mengambil orang yang kalian sayangi dengan sihir kuatnya yang bernama... Kehangatan!" lanjut Edward. "Namanya adalaaah... Elwa!"


"Haaaah? Jangan menyebar berita bohong, Edward." komentar Elwa skeptis setelah mendengar cerita tersebut dari kejauhan.

Cullen yang berada di sebelah Elwa hanya tertawa canggung.


"Ayolah! Katakan F Word!" ujar Alisa pada Maurice yang memilih Dare.

Maurice yang wajahnya sudah memerah berusaha keras mengatakannya. "F-fu-fu... Fuck."

"Hahaha! Itu satu tiket ke neraka, bung!" seru Alisa senang.

"Fuck!" Tiba-tiba Monika ikut mengatakannya.

"Ayo ke neraka bersama."

"Umm... Aku lebih suka tidak berada di sana..."

"Mengerikan..." gumam Alisa speechless. 'Ini sangat salah dalam banyak hal.'


Di perpustakaan markas, Giro sedang sibuk memilih buku ketika ada bayangan orang yang mengikuti dan rupanya...

"Eh?"

Dia mendapati Luthias sudah berada di belakangnya.

"Ngapain lu di sini?! Hush hush!" usir Giro.

Tapi Luthias nggak mau pergi, kemudian Rina lewat di dekat mereka. "Sebaiknya kalian mojok di belakang lemari saja."

"Hah?!" Giro langsung kaget dengan wajah memerah.

"Udah kusiapin kok, silakan." Rina menunjukkan dua lemari buku yang sudah disusun mengurung pojok tembok.

"Sini sini." ajak Luthias yang sudah berada di belakang lemari yang disiapkan Rina.

"Ogah!" Giro langsung pergi keluar perpustakaan.


Dia pun berhenti di koridor dengan wajah yang masih memerah. "Dih, apaan sih dia? Nggak tau malu!"

Tiba-tiba Luthias nongol dan memeluknya dari belakang, hal itu sukses membuat Giro langsung menjerit kaget.

Kelakuan mereka disaksikan Wiona yang hanya kebingungan.


"Vieny! Kamu lagi dimana?" tanya Vivi yang menelepon Vience.

"Lagi main di rumah Edgie."

"Ya udah, lanjutin mainnya ya! Love you zheyenk~"

'Duh mampus, kudu dijawab ini...' batin Vience yang panik dan berkeringat dingin karena duduk di antara kedua temannya.

Dia pun langsung blushing ketika mengucapkan balasan. "Lo-lop yu chuu zheyenk..."

"AHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA!"

Mathias langsung ngakak saat itu juga, sementara Edgar berusaha keras menahan tawanya.


Di kediaman Chairone...

Bibi Rilen sedang meditasi di depan rumah, kemudian datanglah Tsuchi yang penasaran dengan kegiatannya.

Tsuchi pun meniru meditasi Bibi Rilen, tapi baru beberapa menit dia mulai mengantuk dan malah tertidur pulas. Suara dengkurannya sukses menyadarkan Bibi Rilen dari meditasinya.


Sebuah truk parkir sembarang di depan gerbang sekolah sehingga membuat anak-anak yang baru pulang tidak bisa lewat. Supirnya sendiri menghilang tanpa jejak.

"Baiklah, anak-anak. Tetap tenang dan kami akan mencari cara untuk memindahkan truk itu." nasihat salah satu guru pada para murid yang panik.

Tanpa mereka sadari, Flore berjalan menghampiri truk itu dan mengangkatnya dengan sedikit tenaga.

Semua guru dan murid (kecuali kelima temannya yang hanya terdiam karena sudah tau dengan kekuatan Flore) langsung kaget berjamaah melihat kejadian tersebut.


"Aku jadi heran, apa jangan-jangan Flore itu peranakan kucing dan gajah ya?" tanya Arthur dengan pose berpikir.

"Kayaknya nggak mungkin juga deh..." timpal Nigou sweatdrop.

'Hebat...' batin Tigwild kagum.


Di hampir setiap permainan yang mengandung unsur 'Role Playing Game', karakter yang bertugas sebagai full support biasanya menjaga dari belakang kondisi teman-temannya yang berada di garis depan.

Kecuali...

"Yang mau mati ditusuk suntikan maju sini!"

Lisa yang menjemput Flore pulang sekolah menantang para cowok berandalan yang berniat menggoda mereka dengan senjatanya.

Jika yang menjadi karakter 'support'-nya adalah 'ibu muda' bersenjatakan suntikan raksasa.


Thundy sibuk baca buku dan Emy mengendap-endap di belakangnya, gadis itu mencolek pundak kekasihnya dan segera menciumnya ketika pemuda itu menengok.

PLAAAAAK!


Albert yang sedang mengganti popok Carmel hanya memasang wajah risih ketika mendengar suara barusan. 'Dan terjadi lagi...'


"Emy, apa itu cap tangan? (Terlihat masih baru.)" tanya Donna yang penasaran dengan bekas merah di pipi Emy.

"Oh ya, seperti biasa. Thun-kun suka menerima ciuman kejutan walaupun dia benci mengakuinya." jelas Emy bangga.

"Dasar masokis." komentar Marin sinis.

"Bicara soal ciuman kejutan... Adikku pernah melakukannya padaku dan aku tidak tau harus melakukan apa. Aku hanya... Terdiam." ujar Donna sambil menggaruk pipi.

'Terdengar seperti perawan polos.' batin Emy speechless. "Kenapa kau tidak cium balik dia saja (Why you didn't kiss her back)? Tidak berani?"

"Kenapa aku harus mencium punggungnya (Why should I kiss her back)?" tanya Donna bingung.

"Ya ampun..." Emy semakin speechless.

Adelia yang mendengar percakapan mereka berpikir sejenak.

"Ikyo?" tanya Marin ketika menyadari Adelia akan beranjak pergi.

"Iya." balas Adelia.

"Semoga beruntung." ujar Marin.


Ikyo sedang bersantai di bawah pohon favoritnya, kemudian ada seseorang yang duduk di sebelahnya.

"Hay Kyo~" sapa Adelia manja.

Chuu~

"Hihihi... Kau terkejut?"

"Tidak juga, kau sudah pernah melakukan ini sebelumnya." balas Ikyo datar.

"Umm..." Adelia langsung canggung dan wajahnya mulai merona. "Bi-bisakah kau setidaknya mengatakan sesuatu? Apapun?"

"Apapun?" Ikyo mengulang pertanyaan terakhir, kemudian menjilati bibirnya. "Aku merasakan teh dari bibirmu, kau masih punya sisa? Aku ingin minum sesuatu."

Adelia hanya terdiam. "A-ah, tentu."


"Jadi begitulah... Kyo meminta (teh) lagi dan (teh) lagi dariku. (Aku harus membeli persediaan teh lagi.)" jelas Adelia dengan senyum miris.

"Ikyo cukup agresif juga ya?" komentar Emy.

Marin memasang pose berpikir. "Sepertinya dia berbohong, tapi aku tidak punya bukti."


Molf sedang memperhatikan sebuah tanaman berdaun di kebun. Ketika dia menyentuh tanaman itu, daunnya menutup sendiri. Kemudian dia mencabut batang daun yang disentuhnya.

Molf tidak sadar dengan situasi di belakangnya dimana Tumma dan Zen sedang berusaha menahan Arta yang akan menghajarnya dengan sekop karena telah merusak tanaman.


"Kita kehilangan Tuan Arie, ada banyak orang di sini." ujar Yima di tengah keramaian pasar.

"Jangan khawatir, aku bisa mengatasinya." celetuk Yubi sambil mengedipkan mata. "Hamlet, aku butuh bantuanmu."

"Baik."

Yubi pun membisikkan sesuatu pada Hamlet. "Nah, mengerti?"

"Mengerti." balas Hamlet.


Kemudian...

"ARIE DAN GLINEA AKAN SEGERA MENIKAH!"

Arie yang mendengar itu langsung emosi.

"KATAKAN ITU SEKALI LAGI AKAN KUBAKAR KAU DENGAN PANAH APIKU!"

Ketiga orang itu hanya terdiam mendengarnya.


Jangan meremehkan cewek dengan boneka kelinci, apalagi jika dia merupakan cewek iblis dengan ekor kalajengking.

"Jadi Hendry..."

Yang bersangkutan hanya menelan ludah ketika melihat Rendy terikat di kursi, ekor kalajengking Glinea menempel beberapa senti dari lehernya, dan kepalanya ditodong sebuah gatling gun. Glinea sendiri hanya memasang senyum manis nan mengerikan.

"Kau mau kakakmu ditembak ini atau diracun dengan ekorku?"


Glinea dendam karena Hendry iseng mengikat ekornya di pagar rumah Arie sehingga dia tidak bisa beranjak dari tempatnya berdiri.

Kalau ditanya kenapa Rendy yang menjadi tumbal, itu karena dia tidak sengaja numpang lewat dan menjadi sasaran balas dendam.


"Dia yang iseng kenapa aku yang jadi korban?" gumam Rendy ngenes.


Setelah hampir sejam negosiasi (Hendry meminta bantuan Arie karena hanya dia satu-satunya yang bisa membujuk Glinea, walaupun awalnya dia tidak mau melakukannya), akhirnya Glinea mau melepaskan Rendy dan mengubah gatling gun-nya menjadi sebuah boneka kelinci.

"Sebenarnya aku lebih suka pakai cambuk, tapi boneka ini bagus juga." jelas Glinea tentang boneka miliknya.


To Be Continue, bukan Tue Bia Cre (?)...


Glinea Vespildocior (Alice): Gadis hybrid Succubus-Scorpion yang diselamatkan Arie dan Zen. Kreatif di saat tertentu. Sejauh ini dia masih berusaha mendapatkan cinta Arie.


Chapter depan tentang Trivia khusus, jadi kalau mau request tolong kasih satu topik aja... -w-/

Review! :D