Balas Review! :D

RosyMiranto18: Well...

Izca: "Itu sudah lama sekali."

Zen: "Jangan tanya."

Edgar: "Aku rasa dia tidak akan melakukan itu."

Thanks for Review.

Happy Reading! :D


Chapter 231: WinTerra


Hari ini sedang ada pelajaran Bahasa.

"Umm, saya mau tanya Pak."

"Ya, Flore?"

"Jika ada kepala surat, dimana mata, hidung, telinga, dan mulut surat?"

Pertanyaan sederhana tapi tak ada jawaban.

Itu saja intro-nya.


"WAAAAAH!" jerit Giro di depan toilet.

"Kenapa sih?" tanya Luthias yang baru lewat.

"Ka E Be E eL E Te!" jawab Giro dengan mengeja ala anak TK sambil meringis.

"Tahan lha." usul Luthias.

"NGGAK BISA!" pekik Giro sambil jingkrak-jingkrak.

"Kalau lompat-lompat kayak gitu mah malah semakin menjadi." balas Luthias datar.

"TERUS GIMANA?!" tanya Giro minta saran.

"Kiss me!" ujar Luthias.

"NOOOO!" teriak Giro nggak terima.

"Jadi?" tanya Luthias bingung.

"NGGAK BAKALAN! UKH!" bentak Giro yang meringis lagi.

Luthias pun pergi meninggalkan Giro yang jingkrak-jingkrak sendirian di depan toilet.


"Siapa sih di dalam?!" tanya Giro sambil gedor-gedor pintu.

"Apaan sih gedor-gedor?!" balas seseorang di dalam toilet.

"CEPETAN!" teriak Giro yang sangat kebelet.

"Bentar dulu! Lagi... Ugh!"

Terciumlah aroma 'wangi' di seluruh ruangan yang sukses membuat Giro pingsan dengan mulut berbusa.


"Nggggg..." erang Lucy meringis.

"Kenapa, Lucy?" tanya Marin.

"Kebelet pipis." jawab Lucy singkat, kemudian dia tak sengaja melihat Giro yang terkapar dengan tidak elitnya. "Kenapa Giro pingsan di sini ya?

"Entahlah." Marin angkat bahu.


Beberapa menit kemudian, tidak ada tanda-tanda orang yang keluar dari toilet.

"Ngggg... Ugh! Nggak tahan lagi..." erang Lucy lagi.

"Tahanin lha!" usul Marin.

"Sebenarnya..."

PROOOTH... BROOT... Pssssh...

Lucy nyengir. "Aku mau berak, hehehe..."

"Bau, anjir!" sembur Marin.


'Aduh, gue kebelet berak!' batin Exoray sambil meringis.

"Kenapa?" tanya Vivi heran.

"Ka-kagak, cuma pengen pake toilet buat ngecek 'itu' gue doang." jawab Exoray.

"Dih, 'Exo'tis banget sih..." balas Vivi risih.

"I-iyalah!" sahut Exoray tegas.

"Moncong-moncong, kenapa Giro dan Lucy terkapar di sana?" Vivi menunjuk kedua orang yang terkapar di depan toilet.

'Pasti nungguin orang gara-gara... Kebelet?' batin Exoray agak kaget.

"Kenapa, Ray?" tanya Vivi lagi.

"Nggak!" balas Exoray singkat.


Sejam kemudian, Exoray langsung pingsan di tempat saking nggak kuatnya.


Entah karena ketularan kebelet dari Exoray atau apa, tiba-tiba Vivi ikut-ikutan kebelet.

"Aku nggak kuat!" Vivi langsung pingsan sebelum diceritakan lebih lanjut.

"Aneh banget deh, mereka mirip banget kayak kebo pingsan gara-gara disuruh ngomong 'Kecap' tapi 'P'-nya panjang." gumam Luthias sweatdrop.


"Et dah, kenapa mereka semua terkapar begini?" tanya Marin yang bingung melihat keempat orang yang tepar di depan toilet dengan tidak elitnya.

"Au dah tuh." jawab Luthias cuek.

"Ukh!" Marin langsung meringis. 'Mampus, gue kebelet pipis!'

"Kenapa, Marin?" tanya Luthias.

"Ka-kagak!" balas Marin gelagapan.

"Bohong!" seru Luthias.

"Beneran!" bantah Marin.

Luthias pun langsung menekan perut Marin sampai membuatnya pingsan, kemudian keluarlah bunyi dan bau kentut yang mematikan.

BROOTH... Psssssh...

Luthias langsung tutup hidung. "Anjay, bau-nya busuk banget!"


"Anjrit, si Rina nggak selesai-selesai juga!" Luthias jingkrak-jingkrak karena ikutan kebelet kayak kelima orang lainnya.

Vroothh... Vrooth... Psssh...

"Et dah, bau-nya terlalu 'wow' dan 'amazing' sampe mau ping-"

Perkataan Luthias terpotong karena dia langsung pingsan menyusul yang lain saking nggak kuatnya dengan bau 'menyegarkan' tersebut.


Rina yang baru keluar dari toilet langsung bengong melihat keenam orang yang sudah terkapar dengan tidak elitnya di depan toilet.

"Kenapa mereka semua terkapar di sini ya?" tanya Rina bingung.


Ada beberapa orang yang berkunjung ke kediaman Aokiryuu, tapi...

"GYAAAAH!"

"Ada apaan sih?!" tanya Alexia kaget.

"Pancake-nya hilang! Siapa sih yang makan pancake-nya?!" sembur Arta sewot.

"Yang pasti bukan gue!" seru Mathias.

"Sama, ya-yang penting bukan gue." timpal Federic.

Semua orang langsung menatap Federic dengan curiga.

"Jujur saja Federic, kau kan yang makan pancake-nya Arta?" tanya Musket menginterogasi.

"Bukan gue, sumpah!" balas Federic sambil nunjukin tanda 'peace'.

"Ketauan bohong nih!" seru Teiron.

Arta langsung menatap tajam Federic dan mengeluarkan aura hitam. "Federic..."

"AAAAAAAAAAH!" jerit Federic ketakutan.


"Pancake kedua hilang!" lapor Arta panik.

"Itu aku yang makan." ujar Musket tanpa dosa.

"Polos amat nih anak..." gumam Vience sweatdrop.

"Ngapain lu makan, dodol?!" tanya Arta emosi.

"Abisnya laper sih... Kalau mau entar aku muntahin lagi." jawab Musket cuek.

"NGGAK! OGAH BANGET GUE!" teriak Arta nggak nyelow.

"Terus lu mau apain si Musket?" tanya Alexia.

"Gue hajar aja!" balas Arta sambil menyiapkan sekopnya.

"TIIIDAAAAAAAAAAAAAK!" jerit Musket histeris.


"PANCAKE-NYA HILANG TERUS!" teriak Arta kesal.

"Kita sama sekali nggak makan pancake lu!" balas mereka semua (kecuali Mathias) panik.

"Terus siapa yang makan?!" tanya Arta sewot.

"Ma-Mathias..." jawab Teiron ketakutan.

"HEH, GUE NGGAK MA-"

Ketika Mathias membentak Teiron, dia tak sengaja memperlihatkan pancake yang baru dimakannya.

'Kampret!' umpat mereka semua (kecuali Mathias dan Arta) dalam hati.

Sementara Mathias? Dia udah tewas ditabok berkali-kali sama Arta.


"INI UDAH BERAPA KALI PANCAKE-NYA HILANG?! GUE UDAH SUSAH PAYAH BIKIN!" pekik Arta nggak nyelow.

"Tei, kau yang makan pancake-nya Arta ya?" tanya Musket.

"A-Aku? Nggak kok!" jawab Teiron gelagapan.

"Ketauan banget bohongnya!" seru Federic.

"HUWEEEE! MEMANG AKU YANG MAKAN! HIKS!" Teiron langsung nangis.

"Nih anak penakut banget, udah gitu cengeng pula." sindir Vience.

"Udahlah, kelakuannya emang masih kayak anak-anak. Jangan diapa-apain." nasihat Mathias.

"Ta-tapi..." Arta yang berniat menghukum Teiron jadi merasa tidak enak.

"Gimana kalau lu tampar aja dia sekali?" usul Alexia.

"Bener tuh!" timpal Federic.

PLAK!

"HUWEEEEEEEE!" Teiron langsung nangis kejer.


"Sumpah, ini pencurian pancake yang paling parah!" gerutu Arta stress.

"Terus siapa yang makan pancake-nya Arta?" tanya Federic.

"Yang tau cuma gue, karena yang tersisa Vience dan gue, tapi bukan gue yang makan ya." jelas Alexia.

"Lagian, emangnya kenapa sih kita nggak boleh makan pancake lu?! Kita kan cuma iseng!" sembur Vience tiba-tiba.

"Bener tuh! Aku nggak sudi ditabok sampe babak belur begini!" seru Musket kesal.

"Iya, Arta nggak punya perasaan banget sama kita!" timpal Teiron.

"Betul banget!" sahut Mathias.

"Lha, kok jadi begini?" tanya Arta bingung.

"Ayo semuanya, bersujudlah di hadapan gue dan kita akan meraih masa depan!" ajak (baca: perintah) Vience sambil bergaya ala raja.

"Makasih, tapi... Cicak aja nggak sudi ngeliat muka lu." gumam Federic.


Arta pun langsung menatap Alexia. "Alexia..."

"Lu mau marahin gue gara-gara makan pancake lu?" tanya Alexia.

DUAK!

"INI ADALAH PEMBANTAIAN PANCAKE YANG PALING GILA!" teriak Arta setelah menendang Alexia sampai terbang.

"Nggak apa kan, sesekali kita makan pancake buatan lu dengan gratis." ujar Mathias datar.

"Bener tuh!" timpal Musket.


"AAAARGH, KESEL GUE! PANCAKE HILANG MULU! JANGAN-JANGAN LU SEMUA BERSATU BUAT NYOLONG PANCAKE GUE YA?!" pekik Arta kesal.

"Bukan kita, anjir! Kita udah capek ditampol sama lu!" balas mereka semua tidak terima.

"Halah, Arashi aja masih sudi gigitin lu semua!" sindir Arta.

"WOY, SEMUA MAKANAN KITA HILANG!" teriak Vience panik.

"HAH?! SEMUANYA?!" balas Teiron kaget.


Di suatu tempat...

"Ngehehe... Untung nggak ada yang lihat..." gumam Figaro yang ternyata adalah sang pelaku yang mencuri semua makanan mereka.


Terjadi sebuah kehebohan di kediaman keluarga Kikuni.

BROOTH!

"Eh, lu ngiranya gue ya? Bukan kok, bukan. Bukan gue, beneran." ujar Alpha datar.

"Siapa juga yang ngira lu kentut?!" tanya Monika sewot.

"Jangan-jangan emang lu yang kentut ya?" sambung Alisa menginterogasi.

"Eh, gue? Bukan! Siapa sih yang kentut? Sini gue tabok!" seru Alpha mengelak.

"Yang kentut lu, bego!" seru Maurice emosi.

"Bukan gue, bukan!" bantah Alpha makin gelagapan.


Pssh...

"Kok bau sih?" tanya Elwa yang mencium sesuatu.

"Al, lu kentut lagi ya?" tanya Maurice menginterogasi.

"Bukan gue, sumpah! Yang tadi emang gue, tapi sekarang bukan gue!" jawab Alpha gelagapan.

"Jadi Kak Al ngaku kalau tadi Kak Al yang kentut?" tanya Lisa datar.

"Sialan, salah ngomong." umpat Alpha pelan.

"Alisa, kok lu diem aja sih? Lu lagi-"

"Gu-gue nggak kentut kok!" balas Alisa memotong pertanyaan Monika.

"Bisulan?" sambung Monika bingung.

"Ketauan banget lu kentut, Alisa!" seru Elwa sewot.

"Kentutnya emang nggak ada suaranya, tapi baunya mematikan." timpal Lisa datar.

"Bu bu bu bu bu-"

Semua orang langsung menatap Alisa yang wajahnya sudah memerah.

"Bu?" tanya Monika bingung.

"Bu bu bu bu bu-"

"Bu Lansia?" tanya Monika skeptis.

"Bukan gue, yang kentut bukan gue!" bantah Alisa.

"Ketauan! Lu kentut kan, Alisa?!" tanya mereka semua (kecuali Alisa) emosi.


Tiuuut... BROT!

"Siapa tuh?! Kentutnya 'wow' banget!" tanya Alpha dengan hebohnya.

"Anjrit! Siapa lagi nih?! Udah bunyinya mematikan, baunya juga mematikan!" sembur Elwa kesal.

"Lama-lama jus gue jadi rasa kentut deh." keluh Maurice.

"Iya sih, kok bau ya? Siapa nih yang kentut?" tanya Monika bingung.

Webek, webek...

"Yang kentut kau kan, Nik?" tanya Lisa menginterogasi.

"Eh, kok jadi gue?!" tanya Monika kaget.

"Nik, lu kan yang kentut?! Ngaku lu!" bentak Alisa nggak nyelow.

"Bukan gue!" bantah Monika.

"Kampret, dari tadi kentut mulu!" umpat Elwa kesal.

'Kok bisa ketauan ya?' tanya Monika dalam hati.

"Sialan si Monika, kentutnya bau banget!" seru Alpha emosi.

"Kayak tadi lu kentut nggak bau aja..." balas Monika datar.

"LU NGAKU LU YANG KENTUT?!" pekik tiga orang (Alpha-Alisa-Elwa) kesal.

"Sialan..." umpat Monika pelan.


BROOOTH... Brubut... TIUT... Prepet prepet... Pssssssssh...

"Ups..."

"WOY MAURICE, LU KAN YANG KENTUT?!" bentak Elwa nggak nyelow.

"Iya, itu gue." balas Maurice datar.

"Suaranya emejing, baunya juga emejing, weh!" seru Alisa yang mau muntah.

"Yang bener 'AMAZING', dodol!" ralat Monika sewot.

Alisa pun langsung kicep.

"Rice, jus lu beneran jadi rasa kentut dah tuh." celetuk Alpha datar.

"Lu mau coba?" tawar Maurice.

"Makasih, tapi gue nggak level sama jus gopean!" tolak Alpha sinis.

"Eh tau nggak, di warung sono jualan jus semanangka (semangka-nangka) lho!" ujar Maurice.

"Yang bener?!" tanya Alpha antusias.

"Iya, tapi harganya gope." balas Maurice.

"BODOH AMAT, YANG PENTING GUE BORONG!" Alpha langsung ngibrit keluar.

Maurice meminum jusnya dengan santai. "Katanya nggak level sama yang gopean."

"Emangnya beneran ada jus semanangka?" tanya Lisa sweatdrop setelah melihat kepergian kakaknya barusan.

"Nggak ada, orang gue bohongin dia." jawab Maurice tanpa dosa.


Psssh... Brubut brubut...

"SIAPA LAGI TUH YANG KENTUT?!" tanya Elwa nggak nyelow.

"Sisanya aku dan Elwa, tapi aku nggak kentut ya." jawab Lisa datar.

"Lu yang kentut kan, Elwa?" tanya Alisa menginterogasi.

"Eh, bukan gue! Kok lu semua nuduh gue sih?!" tanya Elwa yang kaget dituduh keempat temannya.

"Lu gampang banget kebaca kayak majalah anak SD." balas Maurice datar.

Tiba-tiba Alpha kembali sambil membanting pintu, kemudian dia duduk di sebelah Maurice dan menatap tajam ke arahnya.

"Apa?" tanya Maurice cuek.

"Dasar bego! Di sono nggak ada jus semanangka!" bentak Alpha nggak nyelow.

"Emang nggak ada, orang gue bohong." balas Maurice.

"Eh, kok bau kentut?" tanya Alpha yang mencium bau kentut.

"Elwa kentut!" seru Monika.

"Dibilangin bukan gue juga!" bantah Elwa.

"Yang tau jawabannya cuma aku, soalnya emang Elwa yang kentut tadi." balas Lisa datar.

"So-sorry... Gue kelepasan..." gumam Elwa malu.


BROTBOTBOTBOT... Psssh...

Mereka berlima langsung melirik Lisa dengan curiga, tapi dia sudah memasang tatapan seperti mengatakan 'gue tampol lu semua kalau berani protes!' yang sukses membuat mereka semua kicep.


To Be Continue, bukan Tyr Bylat Churos (?)...


Yah, gitu aja deh... -w-/

Review! :D