Balas Review! :D

Hiba: Ini udah lanjut... -w-/

RosyMiranto18: Bukan kau, tapi si Batur.

Zen: "Aku tidak mau membahasnya."

Soal triple date, pasangannya itu Arie-Glinea, Molf-Zen, dan Tumma-Yubi.

Tumma: "Aku hanya bertanya apa dia bisa membantu, tapi dia bilang tidak bisa."

Federic: "Itu rahasia."

Luthias: "Maksudnya?" =_=

Terkadang beberapa 'character maker' di Picrew membuat warna abu-abu terlihat lebih mirip warna biru (tapi kalau kau bertanya soal digiart, mungkin itu hanya salah lihat).

Arta: "Senjataku memang sekop, tapi aku jarang menggunakannya."

Monika: "Mirip juga nggak..." =_=

Maurice: "Entahlah." *mengangkat bahu dengan senyum miris.*

Thanks for Review.

Happy Reading! :D


Chapter 233: WeirDate


"Urgh, cash yang dikasih si 'Batu Nisan' cuma bisa dipake buat beli 'Alice' doang... (Seharusnya aku nggak khilaf beli style wajah limited!)" gerutu si ketua Garuchan selagi melihat catatan pengeluarannya.


Di sisi lain...

Luthias hanya menghela nafas selagi melihat apa yang dia tulis di buku catatannya.


Ada tiga jenis ketua squad di dunia ini.

Pertama: Ketua cewek yang susah ditebak, kau tidak bisa memperkirakan apa yang ingin dia lakukan dengan tepat. Terkadang suka curhat tentang kehidupannya di dunia nyata. Makannya agak rakus tapi juga pemilih, paling anti dengan tahu dan sayuran hijau (dia juga tidak suka dengan kerak nasi dan semut di makanan).

Kedua: Ketua cowok berkacamata. Fanboy pria tua yang berotot dan memiliki brewok. Kalau salah makan langsung sakit-sakitan.

Ketiga: Ketua cowok yang merupakan seorang pekerja. Lolicon yang senang mengejar anak-anak imut. Paling anti dengan ikan, baik itu masih hidup ataupun sudah dijadikan makanan.


Itu saja intro-nya.


Seorang Incubus muda yang menjadi tawanan terikat rantai yang membelenggu kedua tangannya.

Di depannya terdapat sekumpulan orang yang akan melakukan sesuatu padanya.

Salah satu dari mereka membawa pisau dan beberapa dari mereka menahan tawanan yang berusaha melawan.

Orang yang membawa pisau datang menghampiri, pisau itu diletakkan tepat di dekat sayap sang tawanan yang malang, kemudian-


Molf mendadak terbangun dengan wajah pucat. Air mata mulai mengalir dan dia hanya memeluk lutut sambil terisak. Punggungnya yang tidak tertutup pakaian memperlihatkan bekas luka pada tempat dimana terdapat sayap Incubus malang itu sebelumnya.


Arie yang mendengar isakan dari kamar sepupunya hanya menghela nafas panjang.

"Kita harus melakukan sesuatu." usul Glinea yang khawatir dengan keadaan Molf.


Keesokan paginya, mereka berdua menjelaskan kondisi Molf semalam pada beberapa teman yang berkunjung.

"Jadi seperti itulah situasinya."

"Molf yang malang..." gumam Arta prihatin.

"Dia pasti sangat menderita. Pasti ada jalan." timpal Yubi yang ikut prihatin.

"Tapi ini urusan pribadinya, apa kita harus ikut campur?" tanya Teiron.

"Apa yang kau katakan, Tei? Tentu saja kita harus!" balas Tumma tegas. "Karena aku juga pernah mengalami hal yang sama (ditawan dan disiksa sebagai budak), jadi aku bisa memahami penderitaannya..."

Teiron hanya bersembunyi di belakang Elwa karena ketakutan dengan ketegasan Tumma.

'Ada apa dengannya hari ini?' batin Elwa risih, kemudian dia melirik Thundy. "Hey Thun, kau kan yang tertua, ada ide?"

"Ide ya? Hmm..." Thundy berpikir sejenak. "Seseorang akan menjadi lebih kuat jika menghadapi kelemahannya, jadi..."

"Biarkan dia berjuang."

Webek webek...

Thundy langsung frustasi seketika.

"Kenapa kita tidak memberinya hadiah saja? Itu cara terbaik untuk menghibur seseorang." usul Arta.

"Oh ya, kenapa kita tidak memberinya makanan saja?" timpal Teiron.

"Makanan kesukaan Molf itu kalau nggak sushi ya pizza keju." jelas Glinea datar.

Teiron langsung terkejut mendengar itu. "Pi-pizza keju? A-aku saja nggak berani makan burger keju kalau ada Giro (dia kan alergi keju)."

Arie hanya menghela nafas. "Ini tidak akan berhasil. Apa hanya itu yang bisa kalian pikirkan?"

Thundy menyadari sesuatu dan melirik Tumma. "Oh, kau punya ide ya? Aku harap bukan sesuatu yang bodoh."

"Memangnya aku terlihat seperti orang bodoh di matamu?!" pekik Tumma tidak terima.

"Lalu apa yang kau pikirkan, Tum-Tum?" tanya Yubi penasaran.

"Hadiah terbaik adalah seseorang yang dia butuhkan, bukan yang dia inginkan." Tumma melipat tangan dengan senyum bangga. "Daaan, aku tau persis apa yang dia butuhkan saat ini."

"Bukankah itu terlalu jelas?" tanya Elwa datar.

"Tidak bisakah kalian membiarkanku terlihat keren sebentar saja?!" sembur Tumma sebal.


Molf yang baru bangun tidur pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah selesai mandi, dia berniat ke ruang makan ketika-

"Selamat pagiiiii!" seru Teiron dengan sangat nyaring sampai membuat Molf sedikit terkejut.

Molf hanya menghela nafas. "Kau ini, memangnya ada apa?"

"Tidak ada waktu untuk bicara! Semua orang sudah menunggu!" Teiron mendorong Molf.

Molf hanya kebingungan. "Hah? Apa? Hey, tunggu seben-"

Tiba-tiba terdengar suara ribut dari suatu tempat di dalam rumah.

"Kembali kau!"

"Kenapa gaun itu lagi?!"

"Diam dan pakai saja!"

"Pakai itu atau aku patahkan pedangmu!"

"Sebaiknya jual saja!"

"Tidaaak! Jangan lakukan itu! Pedang itu sangat berharga!"

"Suaranya berasal dari ruang tengah. Aku akan melihatnya." Molf segera berlari menuju asal suara.

"Tu-tunggu!" Teiron segera menyusul.


"Kembalikan! Aku akan melakukan-"

Pintu ruang tengah terbuka dan...

"Apapun..."

Molf melihat gadis berambut hitam yang memakai gaun abu-abu berenda di atas lutut dengan pita putih, sarung tangan hitam, legging hitam, dan sepatu coklat.

Gadis itu berkeringat dingin melihat Molf. "Sial..."


Beberapa jam kemudian...

Gadis itu, yang ternyata adalah Zen, sedang duduk di kursi taman untuk menunggu Molf sambil memasang wajah suntuk dan ditemani burung peliharaannya di atas kepala.

"Kenapa aku harus melakukan ini?" keluh Zen.

"Apa yang salah denganmu? Dia kan pacarmu!" balas Tumma melalui Firen. "Semalam dia bermimpi buruk kehilangan sayapnya. Sebagai orang yang 'pernah' mengalami kecacatan, seharusnya kau bisa memahami hal itu."

(Note: Anggaplah Firen adalah telepon umum bergerak. *plak!*)

Zen hanya menghela nafas. "Terserah. Lalu, kenapa kau perduli padanya? Apa karena kalian itu sesama mantan budak?"

"Se-sebaiknya jangan bahas hal itu!" sembur Tumma.

"Zen, sebelah sini."

"Ah, sepertinya dia sudah da- DEMI IKLAN SAMBEL! AAAAAH!"

Molf datang dengan memakai jaket coklat tanpa kaus yang memperlihatkan tubuh sixpack, celana jeans, dan sepatu boot.

Zen menutupi matanya karena takut melihat baju yang dipakai Molf. "Si-siapa yang menyuruhnya memakai jaket Arta?!"

"Ah, soal itu..." Tumma berkeringat dingin. "Katanya Arta dipaksa Iris meminjamkan pakaiannya pada Molf." (Padahal bohong.)

"Gue nggak percaya! Cepet panggil orangnya sini! Gue mau nanya!"

"Orangnya lagi borong roti melon."

Firen pun terbang meninggalkan pemiliknya.

"Ayo pergi, Zen." Molf menarik tangan Zen.

"Tu-tunggu! A-aku belum siap!"

Jeritan Zen pun langsung terdengar saat itu juga.


Mereka berdua menghabiskan waktu bersama. Mulai dari naik roller coaster, masuk rumah hantu, makan es krim, nonton film, minum smoothie berdua, sampai foto-foto di photo booth.


Pada sorenya...

Sekarang kedua orang itu sedang duduk di tempat sebelumnya.

"Hari ini menyenangkan ya?"

"Yaaah..." Zen tersenyum tipis. "Harus kuakui, aku menikmatinya."

Molf tersenyum lebar. "Senang mendengar itu."

"Ngomong-ngomong..." Zen mengalihkan topik. "Kalau seandainya ulang tahunmu itu pada hari Natal, aku tidak bisa memberimu hadiah. Lagipula untuk apa aku harus memberimu dua hadiah?"

"Tapi kau sudah melakukannya." balas Molf.

"Hah? Apa maksud-"

Tiba-tiba Zen mendapat ciuman di dahi, manik abu-abu itu langsung terbelalak seketika. Molf sendiri hanya tersenyum.

"Kau mengetahui ulang tahunku dan menghabiskan waktu denganku walaupun kau masih marah padaku karena mengubahmu menjadi perempuan, itu sudah lebih dari cukup untukku. Terima kasih, Zen."

"Ngomong-ngomong, aku harus mengembalikan baju Arta sekarang. Sampai jumpa." Molf berjalan meninggalkan Zen.

Zen sendiri hanya terdiam cukup lama, sampai akhirnya dia menyadari sesuatu. "Tunggu sebentar..."

"JADI MOLF BENERAN ULTAH PADA HARI NATAL?!"


'Molf ultah pada hari Natal?' batin semua orang yang mendengar itu.

"Melupakan ulang tahun sepupuku sendiri... Sepertinya aku harus melakukan 'sudoku'..." (Arie)

"YANG BENAR ITU SEPPUKU, BODOH!" (Tumma)

"Ke-kenapa kita lupa menanyakan itu?" (Glinea)

"Aku tidak tau..." (Yubi)

"Kita harus menebusnya." (Thundy)

"Setuju." (Elwa)

"Molf, maafkan aku!" (Teiron dan Arta)


Bonus:

'Pengen pake kostum santa seksi, tapi bingung milih model bajunya...' batin Glinea yang galau. 'Model bikini, nanti bisa masuk angin kalau cuaca dingin. Model one piece, nanti kurang menarik...'

"AAAAAH!" Glinea memegangi kepala dengan frustasi.

"Tuh cewek kenapa coba?" tanya Arie sweatdrop.


To Be Continue, bukan Table Book Calculator (?)...


Ini jauh lebih aneh dari sebelumnya, maaf... -w-/

Review! :D