Happy Reading! :D
Chapter 237: SingLess
Arie sedang menjalani kerja paruh waktu, tapi...
"Arie, ada tambahan untukmu." Seorang manager memberikan tumpukan berkas pada Arie yang sudah menerima terlalu banyak berkas.
"Arie~ Mau kencan nanti malam?" tanya Glinea yang kerja di tempat yang sama.
"Apa kau marah?" tanya Teiron khawatir.
Pada malamnya...
"Seperti biasa?" tanya pelayan sebuah tempat karaoke.
"Iya." balas Arie.
Di dalam...
"TENTU SAJA AKU MARAH, TEIROOOOON!" Arie karaoke sambil marah-marah. "GO TO HELL, GLINEA! GO TO HELL, MANAGER!"
Seorang pengunjung langsung tersiram air di wajah saking hebohnya karaoke itu, Tumma memperhatikan karaoke temannya dengan senyum miring, sementara Zen bersorak menyemangati Arie.
Itu saja intro-nya.
~Borong sampai Puas~
Di sebuah event...
"Permisi! Mau beli Gundam pesanan Sultan!" seru Saphire di depan lapak penjual Gundam.
"Wah, ngeborong nih."
Kemudian Saphire pindah ke lapak penjual figure. "Permisi! Mau beli figure pesanan Sultan!"
"Seleranya bagus juga."
Setelah itu Saphire berpindah-pindah ke berbagai lapak untuk membeli barang lain.
"Permisi! Permisi! Permisi!"
Pulangnya...
"Akhirnya kebeli semua, tapi nggak ada yang bantuin..." gumam Saphire yang terpuruk dengan tumpukan barang yang dibelinya.
"Saphire?!" pekik Arta yang kaget dengan keadaan 'sepupu'-nya.
~Chat After Game~
Alexia berusaha tetap fokus dengan match yang dia hadapi ditemani celotehan sang kakak di sebelah.
Dia tidak pernah memakai Voice Chat dan sering mematikan Text Chat ketika akan melakukan match, game apapun itu.
Alasannya sederhana: Orang yang banyak ngomong itu menyebalkan.
Sayangnya, kakak sulung Alexia adalah salah satunya.
"Please deh..." Sang adik hanya memutar mata dengan kelakuan Exoray yang ribut di Voice Chat.
Setelah match selesai, Alexia mendapat notif chat.
Mira: Mabarnya gimana?
Mira: Maaf aku nggak bisa ikut mabar.
Mira: Ini aja minjem hape Mira.
Mira: orz
Alexia mengerutkan kening, dia tau betul siapa yang sering spamming chat seperti itu.
Alexia: Musket, lu ngapain minjem hape adek lu?
Mira: Jadi begini,
Mira: rumahku kebanjiran kemarin.
Mira: Waktu itu hape-nya kutaruh di dalam saku baju.
Mira: Tapi pas mau keluar buat ngungsi,
Mira: ternyata banjirnya tinggi banget!
Mira: Jadi hape-nya kerendem di dalam baju,
Mira: terus nggak bisa dinyalain deh.
Mira: orz
Alexia hanya sweatdrop setelah membaca chat itu.
Alexia: Setidaknya adek lu tuh penyabar, nggak kayak abang gue.
Alexia: Kuota habis aja pake nyalahin gue. Gue pake kuota dia paling banter ngeliat Facebook doang.
Alexia: Lagian dia pasang hotspot juga nggak pake password, jadinya gue juga yang gituin password di hotspot-nya.
Alexia: Gue udah terlanjut gondok sama tuh orang, dia tuh kalau marah udah kayak Val8r.
Alexia: *Valor
Alexia: *Valur
Alexia: *Valr
Alexia: NGETIK NAMA SI MAKHLUK API AJA GINI AMAT ANJIR!
Mira: Ya sabar aja lha.
Mira: Marah-marah bisa memperburuk kondisi tubuhmu.
Mira: Kalau jantungmu kumat kasihan kakakmu nanti.
Alexia: Terserah. Aku mau tidur.
Alexia mematikan handphone-nya dan pergi tidur.
"Untuk apa Nii-chan ngechat Alexia?" tanya Mira yang handphone-nya dipinjam sang kakak.
"Urusan kecil." Musket menutup chat itu dan mengembalikan handphone adiknya, kemudian dia berjalan pergi.
Mira membuka chat kakaknya dengan Alexia, dia membaca isi chat itu sebentar dan menutupnya kembali tanpa komentar apapun.
~Lost & Found~
Rendy sedang kebingungan mencari pedangnya yang hilang, dia tak sengaja melihat Hendry dan Ashley yang sedang bakar-bakaran di halaman depan markas.
Tapi kemudian, Rendy baru menyadari kalau Hendry memakai pedangnya sebagai tusukan untuk membakar ikan.
Hendry langsung kabur setelah melihat Rendy men-summon puluhan pedang untuk menghajarnya. Ashley sendiri hanya terdiam menonton kelakuan kedua orang itu.
~Taruhan~
"Girls, taruhan yuk! Yang sampe paling bawah duluan, boleh minta apa aja!" tantang Lucy pada Alisa dan Vivi.
Mereka bertiga langsung bersiap di tempat.
"Siap ya!" seru Lucy. "Satu... Dua... Tiga!"
Tiba-tiba Vivi langsung melompat turun dari balkon lantai dua.
"Yey!" seru Vivi senang di bawah sana.
Lucy dan Alisa hanya speechless melihat itu.
~Small (Weird) Joke~
Teiron, Tumma, dan Molf (yang diajak ikut oleh Tumma) mengunjungi Arta yang tinggal di kediaman Aokiryuu.
"Maaf menunggu lama, tapi aku hanya punya onigiri. Soalnya yang lain pada pergi semua." Arta menaruh nampan berisi empat potong onigiri di atas meja.
"Onigiri ya?" Molf berpikir sejenak. "Apa dia bisa 'Oni-giri'?"
Ketiga orang lainnya langsung terdiam seketika.
"Apa leluconku terlalu aneh?" tanya Molf kebingungan.
"A-ah, bukan begitu. Aku tidak tau kalau kau sedang melucu." balas Arta sambil tertawa garing.
"I-iya..." Teiron melirik arah lain dengan senyum canggung.
Tumma hanya cuek dan memakan onigiri-nya. (Sebenarnya dia sudah pernah mendengar lelucon itu sebelumnya, jadi dia tidak tertawa seperti biasanya.)
Special Bonus: Volley Training (with Imperfect Devil Trio and Tumma)
Zen dan Molf sedang mengikut Arie dan Tumma yang latihan bola voli di sebuah stadiun.
Saat ini Tumma sedang bermain dengan anggota tim voli yang lain, sementara ketiga orang lainnya memperhatikan permainan.
"Wah, jago banget mainnya." ujar Zen kagum.
"Iya, dia pakai teknik 'Dumb Play'." balas Arie.
"Apa itu 'Dumb Play'?" tanya Molf.
"Itu istilah slang untuk teknik dalam permainan bola voli dimana pemain mengecoh lawan seolah-olah akan men-smash bola tapi ternyata dipukul pelan." jelas Arie panjang lebar.
"Jadi kesannya kayak php-in orang dong?" celetuk Zen.
Arie yang mendengar itu berpikir sejenak. "Benar juga ya. Pantas saja dia jago."
"Hmmm..." Zen dan Molf juga ikut berpikir.
"Aku bisa mendengar kalian di sini!" seru Tumma menahan amarah.
"Sekarang kita akan belajar jenis-jenis 'Spike'." ujar Arie.
Zen memasang telinga untuk mendengarkan, sementara Molf mengeluarkan buku catatan dan pulpen.
"Pertama 'Straight Spike', Spike ketika bola di batas net dan titik tinggi optimal."
"Kedua 'Quick Spike', ketika seorang Spiker langsung menargetkan bola yang seharusnya di-pass oleh pengumpan tim sendiri."
"Dan senjata rahasia Tumma, 'Nge-Spik' dengan penuh jiwa dan raga. (Yang itu jangan ditiru.)" Arie menunjuk lapangan dengan wajah risih.
"Ada yang bagi-bagi duit tuh!" seru Tumma sambil menunjuk keluar lapangan.
"Mana mana?" tanya seseorang dari tim lawan tanpa menyadari bola yang dipukul Tumma melewati kepalanya.
"Guyon kalian..." gumam Zen speechless.
Ketika permainan Tumma selesai, Arie mendapat giliran untuk bermain.
"Nah, sekarang giliran Arie yang main. Dia pakar 'Receive' lho! Dia bisa menerima bola apapun dari lawan." ujar Tumma.
Zen langsung kagum melihat permainan Arie. "Wah, keren juga! Aku bisa kayak dia nggak ya?"
"Bisa aja, asal jangan terlalu kayak dia juga." nasihat Tumma datar.
"Hah? Memangnya kenapa?" tanya Zen bingung.
"Walaupun dia bisa 'receive' bola dengan baik..." Tumma menggantung sesaat dengan senyum jahil. "Dia nggak pernah menerima cinta Glinea sama sekali."
"Hmmm..." Zen dan Molf berpikir sejenak.
DUAK!
Wajah Arie langsung terhantam bola saat itu juga.
"Aku akan menjelaskan sedikit tentang posisi dalam tim voli. Seperti Attacker, Spiker, Libero-"
"Libero?" Zen memotong penjelasan Arie dengan wajah bingung.
Tiba-tiba dia langsung berpakaian ala orang Meksiko lengkap dengan kumis palsu dan marakas. "Sombrero?"
"BUKAN!" pekik Arie emosi dan ditahan oleh Molf.
Tumma sendiri malah kabur.
Dan pengalaman voli mereka pun masih terus berlanjut.
To Be Continue, bukan Tower Blower Clown (?)...
Maaf saja kalau lama... Tablet-ku sempat di-service karena layarnya rusak... Chapter sebelumnya udah dibuat sebelum rusak, terus Chapter ini dibuat dengan handphone Andromax model Nokia jadul dan dikirim via Bluetooth, jadi ya gitu deh... ._./
Chapter depan akan ada orang baru. (Clue: 'biksu'.)
Review! :D
