Happy Reading! :D
Chapter 272: We(ir)d(ouble)ding
Saat ini sedang ada persiapan pernikahan untuk dua pasangan sekaligus.
Ya, kalian tidak salah baca dan aku tidak salah ketik.
Well, kalian mau tau seperti apa situasinya?
Silakan lihat saja.
"Tolong kalian rias Arie dan Tei agar terlihat lebih segar, lakukanlah dengan baik." pinta Luthias pada Giro dan Margie yang sudah siap merias kedua pemuda yang akan menikah nanti.
"Ja."
Giro mulai merias wajah Arie dan Margie merias wajah Teiron. Mereka hanya pasrah membiarkan hal itu. Semua ini dilakukan agar pasangan mereka senang melihatnya.
"Sekarang tinggal menunggu Maurice yang membawa baju dan juga sepatu buatan Alpha untuk Tei." ujar Mathias sambil memperhatikan Giro yang merias wajah Arie.
"Kapan aku bisa menikahimu, Giro?" gumam Luthias salah fokus.
Orang yang disebut nyaris menggoreskan pensil alis di bibir Arie, untungnya Arie berhasil menghentikan Giro sebelum bibirnya menjadi hitam.
"Sebaiknya kau fokus dan abaikan saja dia." nasihat Arie datar.
"Ba-baik." Giro pun kembali fokus dengan pekerjaannya.
Beberapa saat kemudian, seseorang membuka pintu ruang rias.
"Thias, ini pakaian dan sepatunya." ujar Maurice yang baru masuk.
"Qujanaq, Maurice." balas Luthias sambil mengambil barang yang dibawa Maurice.
Giro dan Margie pun selesai merias kedua pemuda itu.
"Sudah selesai? Baiklah, sekarang kalian pakai ini."
Luthias dan Mathias memberikan dua baju serba putih beserta dasi hitam pada kedua pemuda itu, dan juga sepatu khusus untuk Teiron.
"Yang benar saja aku harus memakai ini!?" protes Teiron sambil memegang sepatu hitam yang ternyata bersol tinggi.
"Itu agar kau terlihat pantas bersanding dengan Lisa, Tei." jelas Mathias santai.
"Tapi-"
Mathias meletakkan telunjuk di bibir Teiron sambil tersenyum penuh arti. "Tenang saja, itu hanya sepuluh senti... Lebih tingginya."
Teiron hanya menatap miris sepatu di tangannya dan berharap tidak terjatuh ketika memakainya, dia bersumpah akan memberikan pelajaran pada Alpha setelah pernikahan nanti.
"Umm... Apa tidak masalah aku memakai ini?" tanya Lisa yang merasa ragu dengan gaunnya (karena sebenarnya dia tidak terlalu menyukai gaun pengantin yang terbuka).
"TIdak masalah, Lisa. Kamu terlihat menawan, tidak perlu cemas." balas Glinea untuk menghibur Lisa yang mulai gugup.
"Tenang saja, Lisa. Tei selalu menyukai apapun yang kamu pakai, bahkan dia tetap mau bersamamu walaupun kamu telanjang." timpal Emy sambil tertawa kecil.
Lisa langsung merona merah mendengarnya.
Tanpa terasa, kedua pengantin wanita dan pendamping mereka telah sampai di tempat para pasangan akan mengucapkan janji sehidup semati.
Semua orang yang akan menjadi saksi pernikahan Lisa dengan Teiron dan Glinea dengan Arie sudah menempati tempat duduknya masing-masing. Di antara mereka semua, terdapat teman-teman dari dua squad yang terlihat bahagia melihat kedatangan mereka berdua. Semua perhatian tertuju pada Lisa dan Glinea yang berjalan dengan lemah gemulai menuju tempat dimana calon pendamping mereka menunggu di depan sana, tapi...
"Emy, dimana Arie dan Tei?" tanya Glinea khawatir sambil terus berjalan menuju altar dimana seorang pendeta sudah menunggu.
Emy melirik ke arah lain dengan senyum canggung. "Mungkin Tei-Tei mendapat sedikit masalah dengan sepatunya."
"Sepatu?" tanya Lisa bingung.
Demi kartun poni yang sering ditonton Teira, Teiron benar-benar bersumpah akan melempar sepatu yang sedang dia pakai saat ini ke kepala Alpha karena sepatu buatannya itu telah berhasil membuat Teiron hampir terjatuh tiga kali sejak keluar dari ruang rias.
Untungnya Luthias dan Arie berniat baik untuk membantunya berjalan. Kalau tidak ada mereka, Teiron akan berakhir babak belur ketika tiba di depan altar karena terus terjatuh.
"Urgh, aku tidak suka terlambat." Teiron mulai sebal dengan kakinya sendiri yang berjalan sangat lambat akibat sepatu tersebut.
Luthias pun mendadak dapat ide.
Kembali ke altar...
Lisa dan Glinea masih menunggu pasangan mereka bersama dengan pendeta dengan sabar, walaupun sebenarnya Lisa sedikit gelisah dan bertanya-tanya sepatu macam apa yang membuat Teiron terlambat setelah mendengar kata 'sepatu' dari Emy sebelumnya.
Sampai akhirnya terdengar suara ribut dan seseorang terlihat melangkah menuju ke arah mereka. Lisa dan Glinea menatap tak percaya sosok yang sedang melangkah menuju altar.
Sosok itu adalah Arie yang menggendong Teiron dengan bridal style.
"Turunkan aku sekarang juga!" pekik Teiron.
Dia merasa tidak nyaman karena beberapa orang sudah tersenyum melihatnya digendong Arie, dia juga tidak ingin membuat Lisa dan Glinea salah paham dengan keadaan mereka sekarang.
"Jika aku tidak membawamu ke altar seperti ini atas saran si jabrik perak sialan itu, mungkin kau akan mempermalukan dirimu sendiri dengan terjatuh di depan Lisa." balas Arie dengan nada sebal.
Sesampainya di depan altar, Arie menurunkan Teiron dan mereka menatap pasangan masing-masing dengan ekspresi tidak percaya, begitu pula dengan Glinea dan Lisa.
Tapi sebelum mereka sempat berkomentar, Luthias sudah melakukannya duluan.
"Wah, kalian tampak menakjubkan! Mungkin aku harus memakaikan Giro gaun pengantin saat menikah nanti." Luthias langsung kabur ke kursi tamu.
"Cih! Pendeta, bisa kita langsung mulai upacaranya?" tanya Arie yang mulai tidak sabar.
Upacara pun dimulai.
Sebaiknya kita skip sampai akhir.
"Baik. Kalian secara resmi telah menjadi suami-istri."
Kalimat itu langsung disambut teriakan bahagia para tamu.
"Tei-kun, kudengar dari Emy kamu sedikit bermasalah dengan sepatu. Aku tidak menyangka kamu sampai harus digendong seperti itu oleh Arie." Lisa membuka pembicaraan.
Teiron menghela nafas berat. "Ya, sepatu laknat buatan si pucuk itu membuatku hampir terjatuh tiga kali."
"Dan atas saran dari si jabrik sinting itu, aku harus menggendongnya dan menahan malu sepanjang jalan menuju ke sini." lanjut Arie sambil mijit kening.
"Sudahlah, ayo kita ke sana. Semua orang sudah menunggu." ajak Glinea sambil menarik tangan Arie dan pergi ke tempat tamu-tamu undangan yang sedang asik memakan berbagai hidangan yang disajikan di sana.
Lisa menggandeng tangan Teiron dan berjalan ke tempat lain.
"Aku tidak akan membiarkanmu jatuh, Tei-kun." Lisa terus memegang erat tangan Teiron untuk memastikan agar pemuda itu tidak terjatuh.
Masih ada hal yang harus mereka lakukan, yaitu acara melempar buket bunga. Acara khusus untuk para lajang yang belum mempunyai pasangan dan orang-orang yang belum menikah.
Lisa pun ke tempat yang sudah dipersiapkan untuk acara tersebut sambil membawa buket bunga yang indah di tangan kiri dan tangan kanannya masih setia menggandeng Teiron yang terlihat bad mood.
Sesampainya di sana, terlihat orang-orang yang sudah menunggu, terutama orang-orang yang belum menikah dan para lajang. Lisa sudah berada di depan kerumunan dan menunggu aba-aba dari pembawa acara sambil membelakangi kerumunan tersebut. Teiron juga ikut bersiap sambil menatap satu per satu orang-orang di sana, sampai dia melihat incarannya dan memasang senyuman licik.
"Acara lempar bunga akan dimulai. Bagi yang menginginkan pasangan dan yang ingin menikah, harap berkumpul di depan dan berbaris yang rapi. Semoga salah satu dari kalian yang mendapatkan bunga akan mempunyai pasangan dan menikah." seru sang pembawa acara. "Siap? Satu... Dua... Tiga!"
Lisa pun melempar dan segera berbalik untuk melihat siapa yang akan mendapatkan buket bunga tersebut.
Bunga melambung tinggi ke arah kerumunan yang mulai berebut menuju tempat bunga itu akan jatuh, kemudian bunga itu mulai jatuh perlahan mendekati kerumunan dan tangan seseorang terangkat untuk menjangkau bunga tersebut. Tapi sebelum bunga itu sampai di tangan orang tadi, sepasang sepatu dengan sol sangat tinggi sudah mendarat di wajah Alpha (yang merupakan sang pemilik tangan barusan) dan sukses membuatnya tumbang. Bunga pun masih terus jatuh perlahan dan jatuh tepat di tangan Maurice yang sebenarnya sudah berada di belakang Alpha sejak tadi.
Rupanya Teiron ikut melempar sepatu yang dipakainya ke arah Alpha bersamaan dengan Lisa yang melempar bunga.
Suasana langsung hening.
Teiron tersenyum puas dengan hasil perbuatannya. "Ah, lega rasanya..."
Lisa hanya menatap ngeri pemuda itu, kemudian Teiron berjalan menghampiri Monika yang sedang berduaan dengan Maurice yang memegang bunga yang dilempar Lisa barusan.
"Kalian berdua cepat menikah ya." ujar Teiron dengan senyuman angker.
Monika dan Maurice langsung menelan ludah, kemudian mata mereka melirik korban Teiron yang masih tergeletak dengan sepatu di wajahnya. Mereka yakin Teiron pasti akan melakukan hal yang lebih buruk pada Alpha setelah ini.
Memasuki acara pelemparan buket bunga bagian kedua, Arie dan Glinea memutar badan untuk membelakangi kerumunan. Beberapa orang sudah berdiri di area yang sekiranya akan menjadi tempat pendaratan bunga yang akan dilempar oleh mereka.
Glinea melempar buket bunga dan kerumunan gadis langsung berebutan dengan anarkis.
Ketika pasangan itu membalikkan badan untuk melihat siapa penerima buket bunga, mereka berdua langsung terkejut ketika melihat orang yang sedang menggenggam buket itu.
"Kalau sudah menikah, artinya apa?" tanya Adelia yang mengangkat buket bunga setinggi mungkin, entah apa alasannya dia ikut bergabung dalam acara perebutan.
"Nikah lagi." canda Vivi tanpa dosa.
"Eh?"
"VIIIIIVIIIIIIIIIIII!"
Setelah itu...
"Sekarang waktunya sesi foto. Untuk kalian yang menikah hari ini, bersiap dalam posisi." ujar Rilen sambil memegang kamera SLR yang dia bawa dari rumah khusus untuk hari ini.
Kedua pasangan mempersiapkan diri untuk difoto (dan Ikyo terlihat sedang mengejar Vivi yang digendong Vience di belakang).
"Siap ya?" Rilen mulai membidik dan lensanya mengatur foto agar tidak terkesan blur. "Satu... Dua... Ti-"
"YOOOOOOOOO!" Suara nista bergema di tempat itu.
'Suara ini… Kayak kenal deh...' batin sebagian orang yang langsung waspada.
Teiron hendak beranjak dari posisinya. "Bibi, apa yang-"
"Teiron! Jangan bergerak! Kameranya akan segera membidik!" seru Rilen.
Teiron mau tidak mau harus tetap diam di posisinya.
WUUUUUSSH!
Sesosok bayangan muncul di depan kedua pasangan itu.
"HEEEH!?"
"E-eh?"
JEPRET!
JEPRET!
JEPRET!
JEPRET!
Semua orang terdiam dengan wajah heran.
"Selamat atas pernikahan kalian~" ujar bayangan itu sambil memberikan 'kiss bye' dan melesat pergi dari situ.
Hening.
Teiron yang sudah sadar dari shock menghampiri bibinya. "Bi-Bibi, boleh kami lihat fotonya?"
"Te-tentu..." Rilen dengan agak gugup (karena masih shock dengan kejadian barusan) menyerahkan kamera itu.
Beberapa orang langsung mengerubuti Teiron.
Kamera memperlihatkan hasil jepretan foto empat bingkai yang sukses membuat semua orang sweatdrop.
Foto pertama: Bayangan itu, Hibatur, berpose ala Kamen Rider favoritnya di depan kedua pasangan pengantin.
Absurd.
Foto kedua: Masih Hibatur yang terekspos, kali ini dia berpose ala penyanyi Korea berinisial PSY sambil kedip-kedip gaje.
Nista.
Foto ketiga: Hibatur lagi, kali ini dia berpose ala girlband dengan bibir dimajukan.
Mengerikan. Arie yang melihat itu langsung muntah di tempat.
Foto keempat: Hibatur berpose peace sambil menggoyangkan pinggul.
Hening.
Tidak ada yang berani berkomentar.
Sampai akhirnya ada yang naik pitam.
"BATU NISAN SAKIT JIWAAAAA! BERANINYA KAU MERUSAK FOTO PERNIKAHAN MEREKA!" teriak Zen sangar sambil mengeluarkan pedang.
Suasana pun langsung ricuh.
"Hentikan, Zen!"
"Su-sudahlah, Zen."
"Siapapun tolong bantu tahan dia!"
"Ya ampun..."
"Mereka berisik sekali."
Ketika suasana mulai lebih tenang, mereka pun melakukan pemotretan ulang. Tapi...
Teiron memasang wajah suram dan Arie hanya facepalm dengan apa yang mereka lihat.
"Apa? Baju ini membuatku terlihat gemuk ya?"
Ternyata terdapat Tumma yang sudah berdiri di antara mereka dengan memakai gaun yang 'sangat esentrik'.
"Ti-tidak! Tidak sama sekali! Kamu terlihat menakjubkan." balas Glinea canggung.
"Ya." timpal Teiron datar.
"Jangan seperti itu, Tei-kun." nasihat Lisa.
"Kenapa?" (Teiron)
"Ka-karena dia melakukannya untukmu. D-dan tidakkah seseorang akan melakukan apapun untuk temannya sampai sejauh ini?" (Lisa)
"Oh tentu saja~ Aku melakukan ini untuk kalian~ Jadi kalian bisa membayarku dua kali lipat untuk membantu mengurus pesta pernikahan~" (Tumma)
"Kau menghancurkan mood-ku..." (Arie)
"Arie!" (Glinea)
Setengah jam kemudian...
"Sekarang, untuk menghibur kedua pasangan, kami persembahkan... 'Eyes Blue like The Atlantic'."
Arta memetik gitar yang dibawanya. "Eyes blue-"
"Like the Atlantic, and I'm going down-" (Vience)
"Like the Titanic." (Alexia)
"Ais blu laik de etlentik-" (Exoray)
"And I'm going down-" (Thundy)
"Lightning like thunder." Icy langsung mendapat tatapan skeptis dari Thundy.
"Nasi uduk semur balado~" Hibatur nimbrung sembarangan, entah sejak kapan dia balik lagi.
"En-aim going daun laik de taitenik. Ih!" Saphire langsung dicubit Daren.
"Eyes blue-" (Daren)
"Lak di etruntik..." Nyanyian Molf terdengar tidak jelas karena dia melakukannya dengan setengah bergumam (dan juga gugup. Dia belum pernah bernyanyi secara berkelompok, terutama kalau harus bernyanyi di depan banyak orang).
"Gue jatoh kayak titanik~"
DUAK!
Kepala Zen langsung terkena lemparan nampan besi dari Arie.
Glinea hanya terkikik mendengarnya, bahkan lagu penghibur tidak luput dari kenistaan teman-temannya dan dia sedikit menikmati hal itu.
Sementara di belakang mereka, terdapat Teiron yang sudah menyambar kue pernikahan dengan melompat ke arah kue itu dan menimpanya sampai membuat tubuhnya berlumuran krim kue.
Dan begitulah suasana pernikahan mereka.
To Be Continue, bukan Trip Brick Clyde (?)...
Update dua Chapter karena aku terlalu sibuk dengan kegiatan sendiri, yah... ._.
Spoiler Chapter depan: Attack of the fifty foot dragon.
Review! :D
