No reply for now... '-')/

Happy Reading! :D


Chapter 274: Hug Problem


Di suatu malam, Vestur sedang sibuk mencari seseorang di taman kota atas suruhan (atau paksaan) dari Arta.

"Tobias! Ngilang kemana tuh orang?! Jadi terpaksa pulang malem dah!" gerutu Vestur.

"Di atas sini!" Terdengar suara Tobias yang entah berasal dari mana.

Vestur segera mendongak ke atas, rupanya Tobias sedang berada di atas pohon.

"WHAT THE DENMARK?! NGAPAIN LU BERHABITAT DI ATAS POHON?!" pekik Vestur kaget.

"Tadi aku habis ditonjok sama Vience sampai nyangkut di sini seharian!" balas Tobias sewot.

Vestur langsung bengong. "Hah? Gimana ceritanya tuh?"

"Jadi-"


-Flashback-

"Selamat pagi, Tobias!" sapa Vivi sambil memeluk Tobias.

"Ah, Vivi! Selamat pagi!" balas Tobias sambil membalas pelukan gadis itu.

"Tobias, bisa tolong lepaskan tanganmu dari dia?" tanya seseorang di belakang Tobias dengan aura hitam pekat.

"E-eh? Se-selamat pagi, Vience..." sapa Tobias sedikit ketakutan.

Vience hanya mengangguk dan berjalan ke arah Vivi untuk memberikan pelukan selamat pagi, kemudian mereka pergi menjauhi Tobias. Vivi hanya melambaikan tangannya dengan wajah ceria seperti biasa, sementara Tobias hanya memperhatikan pasangan lovey-dovey tersebut.

Vivi mencium pipi Vience yang dibalas dengan pelukan dari cowok itu, kemudian Vience berjalan pergi.


"Tobias, kamu pengen tau rasanya meluk Vieny?" tanya Vivi.

Tobias pun mengangguk. "Soalnya pas aku liatin, kayaknya asik banget deh!"

"Memang asik! Vieny kan tubuhnya tinggi dan hangat, terus dia punya bau bunga mawar lho!" jawab Vivi santai.


Setelah itu...

"Ada apa manggil ke sini?" tanya Vience yang berada di taman kota tempat Tobias menunggunya.

"Putar badanmu." perintah Tobias.

"E-eh? Ba-baiklah..." balas Vience agak bingung.

Tiba-tiba Tobias langsung memeluk cowok itu dari belakang. "Wah, bener kata Vivi! Kamu punya bau bunga mawar, tapi kok mirip bau-"

BUAAAAAK!

Tobias pun langsung mental ke pohon terdekat berkat tonjokan dari Vience.

-Flashback End-


"Itulah sebabnya kenapa aku bisa berada di atas pohon..." Tobias mengakhiri ceritanya dengan wajah datar (dan Vestur langsung mangap lebar mendengar itu). "Oh iya, tolong turunin dong! Nggak bisa turun nih!"

"Baiklah!" Vestur pun langsung manjat pohon.


Tapi ketika sampai di tempat Tobias...

"Mampus! Gimana cara turunnya?"

Tobias langsung facepalm ketika Vestur memberinya tatapan 'Ya ampun, tinggi banget ya...' sambil tertawa canggung.

"GOBLOOOOOK! NGAPAIN LU IKUT-IKUTAN NYANGKUT DI SINI, WAHAI VESPA?!" teriak Tobias panik.

"WOY! NAMAKU VESTUR, BUKAN VESPA! Walaupun aku juga pengen naik vespa sih, TAPI KENAPA JUGA AKU MALAH NGOMONGIN HAL ITU?!" sembur Vestur sewot. "Oh iya, aku bingung kenapa aku harus ikut-ikutan nangkring bareng makhluk asem macem Prussia sepertimu!"

Tobias sampai harus membuka payung (yang entah dapat dari mana) untuk menghindari 'hujan kuah lokal' yang dikeluarkan Vestur saat dia sibuk menyerocos.

"Udah puas?" tanya Tobias.

"Yap!" Vestur berlagak kayak cewek ngambek.

Tobias pun menutup payungnya. "LU TUH YANG ASEM!"

"DIEM AJA DEH!" balas Vestur nyolot.

"LU TUH YANG DI- AAAAAAH! POHONNYA GOYANG!" Makian Tobias terpotong ketika pohon yang mereka hinggapi bergoyang dengan sangat dahsyat.

"AKU TERLALU TAMPAN UNTUK MATIIII!" teriak Vestur sambil memeluk Tobias seerat-eratnya.

"Eh? Pohonnya punya buah yang bisa bicara ya, dayo?" tanya seseorang yang sepertinya merupakan biang masalah kenapa Vestur memeluk Tobias.

"Eh, 'dayo'? MUSKET?!" teriak mereka bersamaan.


Musket yang memang berada di bawah pohon langsung kaget. "Huwaaaah! Pohonnya bisa bicara dan dia tau namaku! Hiiiiih, serem banget!"

"Bukaaan! Ini Tobias dan Vestur! Kami nggak bisa turun nih!" pekik Vestur yang malah membuat Tobias semakin parno takut jatuh.

"Eh?" Musket langsung mendongak ke atas dan melihat kedua orang yang dimaksud berada di atas pohon

"Tobias? Vestur? Kenapa kalian bisa berada di atas situ?" tanya Musket ketika melihat mereka berdua berpelukkan karena takut jatuh (dan diam-diam mengeluh dalam hati kenapa dia tidak membawa kamera).

"Ceritanya panjang! Musket, bisa tolong kami? Kami nggak bisa turun nih!" pinta Tobias yang mulai stress.

Ada dua alasan kenapa Tobias stress: Pertama, dia takut dahan pohon yang dari tadi mereka duduki akan patah karena kelebihan beban. Kedua, pelukan Vestur lebih ke arah mencekik daripada memeluk.

Musket manggut-manggut. "Hoooh... Baiklah, sebentar ya."

Musket pun langsung naik ke atas pohon dan menurunkan mereka satu per satu.


Ketika sampai di bawah, Vestur langsung memeluk Musket. "Makasih banget ya, Musket! YOU ARE MY HERO!"

"Eeeh? Ya sudahlah, aku mau cari Mira dulu. Dia pasti lagi sama Chilla. Dadah!" Musket segera pergi menjauhi mereka berdua.

Setelah hening beberapa saat, Vestur langsung teringat alasan kenapa dia harus pulang malam. "Oh iya. Tobias, dicariin sama Arta."

"Hah?! Jangan bilang dia disuruh Vience!" Tobias langsung merenggut sebal.

Vestur menatapnya sebentar dan langsung menggenggam tangan Tobias dengan wajah yang sedikit memerah. "Biar aku temenin deh..."

Tobias hanya bengong sesaat, kemudian dia tersenyum dan memeluk Vestur. "Makasih ya! Eh, ternyata kamu enak juga ya dipeluk!"

Komentar Tobias sukses membuat wajah Vestur semakin memerah dan segera menjauh dari Tobias. "Nggak usah peluk-peluk!"

"Ahahahaha! Suka-suka dong!" Tobias segera berlari menjauhi Vestur.

"Balik ke sini, Tobias!" Vestur langsung mengejar Tobias.

Yah, setidaknya Tobias nggak bakalan ngiri lagi sama Vivi.


Keesokan paginya, Vestur terbangun di atas tempat tidurnya dan memegangi kepalanya yang terasa pusing.

"Sudah bangun?"

Dia menengok dan mendapati Saphire dan Salem di sebelahnya.

"Ya, dan bagian bawahku terasa gatal."

"Oh iya." Saphire teringat sesuatu. "Tadi Toby minta nomor teleponmu, jadi kukasih."

"WHAT?!"

Kemudian terdengar nada dering dari handphone milik Vestur di atas meja, dia mengambilnya dan melihat pesan yang masuk. Setelah membaca pesan yang dia terima, Vestur langsung menaruh handphone-nya dan menutupi wajah. Kedua orang yang melihat itu malah sweatdrop.

"Umm, apa ada yang salah?" tanya Salem.

"Aku tidak mau membahasnya..." balas Vestur setengah bergumam.

Saphire merasa penasaran dan mengambil handphone Vestur untuk membaca pesan itu.

"Hey, jangan-"

"Maaf untuk kejadian di gudang tua itu semalam, tapi aku sangat menikmatinya. See you later, my cutie hermaphrodite boyfriend."

Saphire dan Salem menatap skeptis Vestur yang kembali menutupi wajahnya yang sudah memerah. "Ves..."

"Ini memalukan..."

Mereka berdua saling berpandangan dan memilih untuk tidak berkomentar sama sekali.


Special Bonus: Mini 'Behind The Scene' in 'Dragon-calypse'

Ketika keadaan di luar markas Garuchan sedang kacau-kacaunya karena masalah 'gadis naga', keadaan di dalam markas malah biasa saja.

"Pengen beli makanan, tapi males keluar." keluh Exoray yang sedang rebahan di sofa.

"Ya pesen aja via online." usul Mundo yang baru lewat.

Exoray membalikkan badan. "Lu aja deh yang pesenin buat gue, gue males gerak nih."

"Ray, lu tau nggak azab dunia buat orang yang udah dikasih gampang tapi tetep males kayak lu?" Mundo menatap tajam Exoray sambil tersenyum angker. "Jodoh lu datengnya slow motion."

"Amit-amit anjir! Maaf deh, maaf! Gue pesen sendiri dah!" pekik Exoray ketakutan.


Di sisi lain...

"Heeyy~ Hari ini Pocky Day lho~ Cobain yuk!" seru Rina antusias sambil memegang sebuah pocky. "Betewe, kalau kecipok nggak apa-apa kok~ Kali aja kita berjodoh~"

BUUUUUUUH!

"Waaaaaah!" Donna langsung kaget ketika melihat Alisa menyemburkan minumannya setelah mendengar perkataan Rina barusan.


Sementara itu, beberapa gadis terlihat sedang nongkrong di 'DraFlamia' seperti biasanya.

Lucy mendengar nada dering dari handphone-nya dan memeriksa pesan yang masuk. "Oh, sepertinya ada yang mengirim sesuatu."

Momo merasa penasaran. "Coba lihat."

Ketika Lucy membuka pesan yang dimaksud, terdapat sebuah foto yang memperlihatkan Alexia dengan wajah tertutup handphone yang dia pegang (sepertinya dia memotret di depan cermin) dan di belakangnya terlihat Federic yang memakai gaun balet (yang pernah dipakai Alexia di Chapter 226) sambil memutar badan ala balerina. Di tengah foto itu terdapat caption yang mengatakan 'He said he'll borrow it for a moment, but now he won't take it off'.

"Itu gaun balet kamu?" tanya Momo.

"Bukan, itu salah satu kostum crossdress milik adikku." jelas Lucy tanpa dosa.


To Be Continue, bukan Trash Bin Clash (?)...


Ini remake sih, tapi jangan tanya dari fic yang mana, itu saja... ._./

Review! :D