No reply for now...
Happy Reading! :D
Chapter 288: Three Moments
Ya, silakan tebak alasan dibalik judul Chapter ini.
~Pregnancy~
Monika baru tau kalau dia hamil setelah dia iseng mencoba lima test pack sekaligus dan hasilnya positif semua.
Setelah Paman Grayson mengetahui kejadian tersebut, gadis itu langsung diceramahi habis-habisan.
~Bachelor Party~
Setelah berita kehamilan Monika tersebar, para cowok Garuchan pun mengadakan pesta bujangan untuk Maurice.
"Thias, lu nggak ikut pesta bujangan Maurice?" tanya Mundo yang menelepon Mathias.
"Gue lagi kena flu nih."
"Hah? Flu babi?"
"Flu babu!" sembur Mathias yang pakai apron dan megang pel di depan rumah Edgar, sang pemilik rumah malah baca koran dengan kaki di atas meja.
Mundo pun menutup telepon tepat di saat Tobias akan bernyanyi.
Cinta- Cinta kan membawamu~ (Saphire: "Tungtung turu tingting turu tungtung turu tingtong...")
Kembali di sini~
Menuai rindu, membasuh perih~
Bawa serta dirimu~ (Saphire: "Tungtung turu tingting turu tungtung turu dungdung turu dingding...")
Dirimu yang dulu... (Saphire: "Dulu...")
Mencintaiku (Saphire: "... taiku.") apa adanya~ (Saphire: "... danya~")
Ketika para cowok lainnya tepuk tangan, Vestur malah tertidur. Tobias langsung nyesek melihat itu.
Kemudian Tumma mendapat panggilan dan mengangkatnya. "Ya, Arie?"
"Bisa kau beritahu Luthias untuk ke rumah sakit sekarang?"
"Hah?" Tumma hanya tercengang mendengar itu.
"Ceritanya begini-"
"Jadi... Bisakah seseorang menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi di sini?" tanya Arie ketika melihat dua orang gadis (salah satunya adalah istrinya yang diperban) di ranjang rumah sakit di depannya dan dipisahkan oleh tirai.
"Glinie memberikan kopi pada seseorang yang rentan mengalami sugar high tanpa mengetahui kalau itu tidak akan berakhir dengan baik, dan itu sudah pernah terjadi sebelumnya walaupun saat itu bukan dia korbannya." Yubi angkat bicara dari tempatnya duduk di sebelah Margie yang tidak sadarkan diri dan bergumam lemah saat efek sugar crash menimpanya. "Aku mencoba menghentikannya, Arie. Tapi dia tidak mau mendengarkan."
Glinea cemberut. "Mana kutau kalau itu akan terjadi."
"Cukup mengesankan jika melihat berapa banyak kerusakan yang berhasil dia lakukan." celetuk Emy yang melihat grafik di ranjang Glinea. "Tulang rusuk patah, bahu terkilir, beberapa tebasan yang hampir mengenai arteri utama, dan semuanya ketika setengah sadar akan apa yang dia lakukan..."
"Man, jika Margie seperti itu ketika dia mabuk gula, aku tidak ingin tau seperti apa dia ketika dia benar-benar sadar dan ingin melukaimu." Zen menggelengkan kepala.
"Jadi, uh... Siapa yang akan menelepon Mathias dan memberitahunya tentang ini?" Molf bertanya kepada orang-orang yang berkumpul.
.
.
.
.
.
Setelah keheningan selama beberapa saat, Ilia menghela nafas pasrah. "Mungkin akan lebih baik jika kita memberitahu Luthias atau Andersen lebih dulu."
"Ya..." Arie menyetujui sambil meringis. "Aku akan memberitahu Tumma untuk memberitahu Luthias..."
"Uh..." Tumma hanya sweatdrop setelah mendengar cerita itu. "Baiklah, akan kulakukan."
Setelah telepon ditutup, Tumma mendatangi Luthias yang sedang membantu Maurice membawa makanan untuk pesta bujangan.
"Hey Luthy, tadi Arie meneleponku dan memberitahu kalau kakak perempuanmu masuk rumah sakit karena kelebihan gula dan menghajar seseorang."
Luthias langsung meringis mendengar itu. "Siapa korbannya kali ini?"
"Glinie."
"Memangnya itu pernah terjadi sebelumnya?" tanya Maurice bingung.
"Sayangnya iya." Luthias pun teringat sebuah kejadian.
Saat itu Nordic Five beserta Enara, Vilhelm, Luthias, Fiorel, Victor, Margie, dan Andersen sedang berada di taman hiburan. Sebagian dari mereka sedang bermain Boom Boom Car.
"Whoo! Get wrecked, bitch!" teriak Victor sambil menabrakkan bemper mobilnya ke mobil lawan. "Hahaha! I'm the king of the bump! Tidak ada yang bisa mengalahkanku!"
"Rasakan ini!" Mathias memutar mobilnya sebelum menabrak Victor yang membuatnya terbang menjauh dan memantul dari pagar pengaman. "Hahahahaha! Kau turun tahta!"
"Ya... dan begitu juga kalian dalam beberapa detik." Terdengar suara Enara.
"Eh?" Mathias berkedip sebelum dia tiba-tiba ditabrak dari belakang, bemper mobilnya tertabrak ke semua tempat sebelum akhirnya menabrak bemper mobil Victor yang menabrak bemper mobil Margie. Tabrakan itu membuat Margie terbang keluar dari tempat duduknya dan mendarat ke dalam stan penjual permen kapas yang terbuka.
"Ahaaaaauuu…" Mathias mengerang saat bersandar di dalam mobilnya. "Lihat bintang... Uchu... Kitaaa..."
"Ugh... Kau... Menang... Putaran ini... Enara... Bleagh..." Victor mengerang saat dia kehilangan kesadaran.
Enara menyeringai. "Heh. Jangan pernah menantangku untuk sesuatu yang melibatkan mengemudi."
"Lesson... Learned..." gumam Emil yang mobilnya berada di sudut jauh arena. "Sepertinya aku terlalu banyak berputar... Ugh..."
"Zea-nee, kau baik-baik saja?" tanya Fiorel yang menghampiri stan permen kapas tempat Margie mendarat barusan.
Margie menjulurkan kepalanya keluar dari permen kapas sebelum menyedot semuanya seperti mie, pakaiannya bahkan terlihat sangat bersih. Gadis berkacamata itu tersenyum sambil menelan dan memberi acungan jempol.
"Iyap, dia baik-baik saja." ujar Fiorel menyimpulkan.
Entah kenapa Andersen mulai merasakan firasat buruk. "Uhm... Guys... Sebaiknya kita mundur sedikit."
"YEAY~" Margie berlari melewati mereka sampai menimbulkan hembusan angin yang sangat besar dan dia berubah menjadi keburaman coklat.
Semua orang (termasuk mereka yang sudah sadar dari tabrakan saat bermain Boom Boom Car barusan) hanya berkedip ketika mereka bersumpah mereka melihat keburaman coklat itu... berlomba dengan roller coaster... dan menang!?
"... Apa yang baru saja kita lihat?" gumam Tino dengan mata terbelalak yang menyiratkan ketakutan.
"Berapa lama sugar rush-nya bertahan?" tanya Lukas.
"Uhm... Terakhir kali adalah saat dia memakan kue buatan Bornlock yang terlalu manis." Luthias berkedip saat keburaman coklat tadi BERLARI MENURUNI KINCIR RIA. "Butuh waktu sejam untuk membakar semua gula dengan berlari di atas treadmill sampai benda itu meledak."
"Rumah berhantu, banzai!" teriak Margie yang menyerbu rumah berhantu, orang-orang dengan pakaian monster berlari keluar karena ketakutan sepuluh detik kemudian.
"Fortsæt, storesøster!" sorak Victor bersemangat, Luthias dan Andersen langsung memukul bagian belakang kepalanya. "Aduh!"
"Sebaiknya kau buat dia berhenti atau kita akan diusir dari taman hiburan!" perintah Andersen sambil memijit kening.
"Ya, karena itu akan sangat memalukan." gumam Vilhelm.
Margie pun berlari keluar dengan mengenakan kepala kostum gorila curian. Dia melepaskan topeng sebelum tiba-tiba berhenti dan jatuh tertelungkup.
"... Yah, itu cepat." celetuk Luthias.
"Oh, dia sudah menghabiskan semua gulanya." komentar Mathias yang tersenyum. "Sepertinya aksi hiper Zealand tadi membakar sebagian besar gula yang dia makan."
"S'p'rtinya." timpal Berwald.
"Zea-tan, bangunlah." Victor menyodok Margie yang sudah tertidur. "Ayolah, sunyi sekali tanpamu."
"Sebaiknya kita tidak bangunkan dia dan membawanya pulang." usul Luthias yang ditanggapi dengan anggukan setuju dari yang lainnya.
"Aku harus melihat keadaan Zea-san di rumah sakit sekarang. Sampai nanti." Luthias pun bergegas pergi.
Sementara itu, Victor (yang tidak mengetahui kalau Margie masuk rumah sakit dan Luthias pergi menjenguknya) mengusulkan mereka untuk bermain putar botol. Beberapa cowok dan cewek sudah berkumpul di tengah ruangan.
"Aku merasa ini tidak akan berakhir dengan baik..." gumam Elwa.
Marin pun memutar botol dan setelah beberapa saat, botol itu berhenti di depan Hikari.
"Eh?"
Hikari mengeluarkan penyemprot nafas dan menyegarkan mulutnya. Marin pun mencoba untuk meninggalkan ruangan, tapi Victor memblokir pintu keluar sambil berseringai. "Peraturan adalah peraturan!"
Kemudian Hikari memojokkan Marin. "If I must."
"AAAAARRRRRRGGGHHHH!" Teriakan pun terdengar sampai luar markas.
~Wedding~
Dan akhirnya hari pernikahan pun tiba.
"Aku nyatakan kalian sebagai suami dan istri. Kalian boleh..."
Monika yang tidak sabar langsung menarik Maurice ke dalam pelukannya dan menciumnya.
"... lanjutkan mencium mempelai pria." Grayson hanya memijit kening. "So much for officiate my nephew's wedding."
Monika bisa mendengar orang-orang tertawa, tapi dia hanya peduli pada pria di pelukannya. Suaminya.
"SIMPAN ITU UNTUK BULAN MADU, SIALAN!" Teriakan Alisa membawa mereka kembali ke dunia nyata.
Monika terpaksa melepaskan ciuman dan mendengus kesal. "Terima kasih, Alisa!"
"Aku hanya mengatakan yang sebenarnya, Monika!" gerutu Alisa. "Tidak ada yang ingin melihat kalian saling menghisap wajah selama lima menit!"
"Lihat, Alisa setuju denganku!" seru Thundy, membuat hadirin kembali tertawa.
Girl-chan terlihat memegang surat undangan berwarna ungu, Rina yang penasaran langsung menghampirinya. "Apa itu, Kaichou?"
"Hanya undangan pernikahan dari teman lama di sekolah dasar." Si ketua squad memasukkan surat itu ke dalam tas punggung. "Kami tidak pernah bertemu lagi selama sekitar sepuluh tahun, dan kudengar dia tidak lulus SMP di saat aku gagal menyelesaikan SMK."
"Kapan kau akan menikah?"
Girl-chan menggelengkan kepala. "Aku tidak mau menjawabnya. Lagipula, kenapa kau tidak ikut yang lain tangkap buket? Sebentar lagi akan dimulai lho."
Rina pun langsung berlari menuju tempat lempar buket tepat saat itu akan dimulai.
Monika membelakangi orang-orang, kemudian mengayunkan sekali, dua kali, dan melemparkan buket ke atas kepalanya.
Ada beberapa jeritan bersemangat dan kemudian hening. Monika berbalik dan melihat bahwa Chilla yang agak terkejut telah menangkap buket itu.
Para gadis pun bersorak riang melihat itu. "Selamat, Chilla!"
Maurice bisa melihat Saphire dan Eris menyikut Salem yang wajahnya memerah, kemudian Salma bergabung dengan mereka untuk menggodanya juga.
"Berhenti bertingkah seperti ini akan membuatku dan Chilla bertunangan!" protes Salem yang semakin memerah. Lagipula, pembicaraan tentang Chilla selalu membuat Salem tersipu malu.
Selain lempar buket, mereka juga melakukan lempar garter.
Setelah melepas garter istrinya, Maurice melambaikan garter sejenak dan menyeringai. Kemudian dia melemparkannya ke arah Alpha dan garter itu tersangkut di ahoge-nya seperti dalam permainan ring toss.
"What the hell, Rice?!" pekik Alpha yang mengambil garter dari ahoge-nya dengan wajah memerah, orang-orang langsung tertawa melihat kejadian itu. "You're awful, absolutely awful!"
"Love you too, Al!" seru Maurice.
Yeah, that's the story for today.
To Be Continue, bukan The Belgium Chocolate (?)...
Small update before New Year Chapter.
Aku juga meng-edit Chapter 'Karaoke Night Shenanigans' dan menyelipkan detail dari insiden yang disebutkan Yubi.
Review! :D
