BARBATOS

.

Disclaimer:

Naruto [Masahi Kishimoto]

Singeki no Kyojin [Hajime Isayama]

Dan semua sumber anime yang bersangkutan bukan milik Kyo.

Yang terpenting saya tak mengambil keuntungan apapun dari sumber anime atau character yang saya pinjam untuk fiction yang saya publish.

Rate: M.

Pair: Naruto x Mikasa.

Genre: Fantasi, Scy-fi.

Warning: Imajinasi liar!, Isekai!, Ooc, Typo, Don't like don't read!, Etc!

Summary: Sebuah perang akhir yang terjadi di sebuah dunia dengan penuh alat penghancur yang dikendarai oleh manusia. sebuah Mobile Suit dengan Pilot yang mengendarainya harus terlempar ke sebuah dunia yang juga sedang dilanda perang antara manusia dengan raksasa yang disebut Titan.


Chapter 2: Friend or foe?

.

.

Opening song:

Hotaru no Hikari by Ikimonogakari

.

.

.

.

Di sebuah tanah rerumputan luas, dengan pepohonan rimbun yang menjadi pemisah antara timur dan barat. Dimana di padang rumput yang sudah tak berbentuk itu terlihat sebuah raksasa putih dengan aksesoris raksasa yang tersemat diseluruh tubuh logamnya.

Raksasa logam yang tampak merendah dengan dua tangan memegang senjata api raksasa secara miring. Dimana moncong gunner raksasa itu berada di samping ditengah kedua tangan yang terkepal kedepan. tepat mengarah pada kumpulan raksasa tak berpakaian berwajah manusia yang tampak bergetar dan menunjukkan reaksi aneh.

Iris mata mereka melihat kesegala arah berkali-kali seperti mencoba menghilangkan pengaruh yang ada di pikiran mereka yang seperti orang gila kesetanan itu.

Membuat dua orang yang saling berhadapan dengan berpijak ditempat yang berbeda di ketinggian yang berbeda pula, menatap bingung pada kumpulan raksasa tak berpakaian dan tak memiliki jenis kelamin disekitar mereka.

Apalagi gadis cantik bersurai pendek lurus bertubuh indah yang berdiri dipundak salah satu raksasa yang ada. Memicingkan matanya ketika raksasa yang dia pijak saat ini menoleh ke arah dirinya dengan pandangan kosong seperti pada umumnya.

Begitupun seorang pemuda bersurai pirang yang yang bersidekap diatas raksasa logam putih yang menatap interaksi antara Titan yang di pijak gadis yang baru dikenalnya itu dengan sebelah mata kiri terpejam dan wajah datar.

'Ada apa dengan mereka? pandangannya mengarah pada gadis itu.. sementara itu..'

Batin pria bersurai pirang dengan satu mata terpejam diatas raksasa logamnya. yang kemudian mengarahkan pandangannya ke arah raksasa disekitar raksasa yang dipijak Mikasa, yang menatap ke arah gadis cantik itu.

'Bukankah tadi mereka menuruti perintah gadis itu? tapi.. tingkah mereka mulai aneh.. atau jangan-jangan..!' batin Naruto yang masih menganalisa dan langsung membuka mata kirinya yang terpejam, dan pandangan serius dilayangkan pada gadis di depannya itu.

"A-ada apa dengan kalian?" ucap Mikasa lirih dengan wajah seriusnya ketika irisnya menajam menatap kepala besar yang menoleh kepundak kirinya, tepat pada Mikasa membuka mulutnya perlahan.

Begitupun Mikasa melirik dengan ekor matanya kepada para Titan disekitarnya yang menatap kearahnya, dengan perlahan berjalan mendekat ke arahnya yang ada di pundak raksasa dipijakannya itu.

Grraa!

Grauk! Buss!

Detik selanjutnya, insting bahaya Mikasa menjerit keras ketika kepala Titan yang pundak kirinya menjadi pijakannya itu dengan cepat menggerakkan kepalanya ke arah Mikasa dan berusaha memakan gadis itu. namun hanya mengenai udara kosong, karena Mikasa lebih dulu menggerakkan ODM Gearnya untuk mengeluarkan gas pendorong dengan cepat, dan melesat ke arah hutan melewati sela-sela raksasa dibelakang Titan yang dipijaknya sebelumnya.

Brakk! Brakk!

Graaa!

Dengan keberuntungan yang bagus, ternyata Mikasa mendapat timing yang tepat untuk menghindar. karena detik itu juga para Titan yang ada di sekitar Titan yang menjadi pijakannya itu mengayunkan tangan besar mereka untuk meraih ke atas pundak Titan tempat Mikasa sebelumnya. Dan ada beberapa yang melompat menabrak tubuh Titan tempat Mikasa berpijak tadi dan ambruk ketanah sampai saling menindih dan menggigit.

Graa!

Dab! Dab! Dab!

Mengetahui mangsa mereka kabur masuk ke hutan di arah timur, para Titan tak berakal itu mengejar Mikasa yang saat ini melesat dengan 3D Maneuver Gearnya di antara pepohonan menuju ke benteng. walaupun jaraknya masih sangat jauh.

"Apa yang terjadi? mereka berbalik kembali ingin memakanku.. bagaimana dengan laki-laki bernama Naruto itu?" gumam Mikasa yang masih melesat dengan ODM'nya seraya melirik kebelakang dimana para Titan mengejarnya saat ini.

.

.

.

.

Sementara itu, Naruto hanya menatap datar pada gadis yang telah pergi meinggalkan dirinya seraya beralih menatap ke arah sisa Titan yang berjumlah 5 yang menatap lapar padanya yang berdiri diatas dada logam raksasanya.

Graa!

Dab! Dab! Dab!

'Seperti dugaanku.. makhluk itu liar, dan sekarang dia juga mengincarku. Heh, boleh ku coba.' Batin Naruto dengan senyum simpulnya dan mata kirinya yang kembali tertutup menatap para Titan yang berlari kearahnya itu.

Dab! Dab! Dab!

Grakk!

Titan yang berukuran sekitar 5- 7 meter mendekat dengan cepat padanya. Dan ketika Titan yang bisa dibilang kecil dari para Titan lainnya itu sampai di kaki raksasa logam Naruto, langsung memeluk kaki logam itu dengan kedua tangan mereka dan menggigitnya dengan keras.

Graa!

Namun naas, rahang kedua Titan itu malah patah dengan darah yang terciprat disekitar wajah mereka. dengan semua giginya yang tanggal karena menggigit logam keras raksasa milik Naruto.

'Heh.. sudah ku Kira. Sekarang apalagi? Tunjukkan padaku..'

Batin Naruto masih bersidekap dada dan memejamkan mata kirinya menatap kebawah Titan yang rahangnya patah dan masih berusaha mencakar dan menggoyangkan kaki logam itu. berusaha merubuhkannya namun tetap tak bergerak sama sekali.

Duk! Duk!

Tak mau berhenti, kedua Titan itu tetap berusaha walau dengan mulut hancur karena ulah mereka sendiri, mereka membenturkan kepala mereka dengan keras sampai darah juga menghiasi kepala mereka.

Namun hasilnya tetap sama.

Dab! Dab!

Brakk!

Graa!

Namun pandangan satu mata Naruto terangkat kedepan. Tepat dua Titan berukuran 10-12 meter membenturkan tubuhnya dan menggigit sisi bahu kanan dan kiri logam putih itu. namun hasilnya sama, kedua mulut raksasa itu hancur bersimbah darah menggigit logam raksasa Naruto.

Hingga kini beberapa Titan itu berusaha mencakar dan memukul-mukul tubuh logam Naruto yang masih merendah itu.

Naruto tetap memandang dengan satu matanya ke sisi kiri kananya dengan datar.

Graa!

Dab! Dab! Dab!

'Raksasa didepan itu lebih tinggi dan besar. namun tubuhnya aneh dan berjalan lambat.. apa yang akan dilakukannya?' batin Naruto masih dengan keadaan yang sama.

Dimana dihadapannya tepat, berjalan Titan dengan ukuran tubuh 15 meter yang tubuhnya sangat berotot namun memiliki kepala lebih kecil. Berjalannya pun lebih lambat daripada ke empat Titan yang masih berusaha memakan raksasa logamnya ini.

Graa!

Srett! Wuss!

Ketika Titan 15 meter itu tepat dihadapan raksasa logam Naruto, Titan itu mengayukan tangannya ke depan ke arah dada raksasa logam Naruto. tepatnya, berusaha mencengkram Naruto yang berdiri diatas dada logam biru itu. namun Naruto mundur dua langkah dan kembali masuk dalam Kokpitnya yang terbuka itu dan duduk dalamnya santai.

"Begitu ya. Kau pandai juga, Berusaha mengincarku langsung." Gumam Naruto dengan mata kiri yang masih tertutup.

Bahkan dirinya masih bersidekap dada dan mundur masuk kedalam kokpitnya tanpa melihat kebelakang dan tetap menatap Titan yang berusaha menangkapnya tadi. dan dengan mudah dan santainya menghindari cengkraman tangan raksasa yang akan menangkapnya itu sebelum tangan itu mengenainya.

Raksasa 15 meter itu kembali mendekat ke arah Barbatos dengan mulut terbuka yang berusaha memakan langsung kearah Naruto yang duduk santai didalam kokpitnya. Menghiraukan ke empat Titan yang masih memukul-mukul dan membenturkan kepala mereka dengan asap yang keluar dari tubuh mereka yang terluka.

"Sudah cukup main-mainnya. Aku akan bertanya pada gadis itu makhluk aneh apa kalian sebenarnya.."

Ucap Naruto dengan kebiasaan mata kirinya yang tertutub dan mengarahkan kedua tangannya ke pengendali control di depan sisi kiri kanannya dan menggenggamnya dengan kedua tangannya. Setelah sebelumnya menekan layar tepat di depannya duduk itu seperti sebuah perintah untuk Barbatos.

Graa!

Dzing! Dzing! Grakk!

Graa!

Benar saja. Ketika layar seperti computer di hadapannya , dia tekan sebuah perintah di layar itu, Kokpitnya tertutup kembali dan tepat tertutup rapat ketika Titan 15m itu menggigitnya. Hingga yang di gigit oleh Titan itu adalah dada logam berwarna biru dari raksasa logam Naruto. dan membuat mulut dan rahang Titan itu sama halnya dengan 4 Titan lain yang masih melakukan hal tak berguna yang menyakiti tubuh mereka sendiri.

Darah Titan yang muncrat itu mengenai tubuh bagian kaki, pundak, dada dari logam raksasa Naruto. hingga terkesan seperti telah melakukan pembantaian, padahal Titan itu sendiri yang melukai dirinya sendiri.

Sring!

"Ayo kita temukan gadis itu.. Barbatos." Ujar Naruto dalam Kokpitnya yang kembali mengaktifkan Barbatos. Iris hijau Barbatos kembali menyala dengan Proyeksi Retina dalam Kokpitnya telah kembali memunculkan dunia luar dari pandangan Barbatos.

Graa!

Greb!

Brakk! Brakk!

Tak mau berhenti, Titan 15m itu mencengkram kepala Barbatos yang masih merendah itu dan membenturkan kepalanya hingga darah kembali menghiasi tubuh Barbatos oleh darah Titan tak berakal itu.

"Ku tunjukkan padamu caranya meremukkan dengan benar.." gumam Naruto yang mata kirinya kembali terbuka dengan pandangan datarnya.

Wsss! Brakk!

Naruto menggerakkan Barbatos untuk kembali berdiri bersamaan dengan tangan kanannya yang memegang senjata api raksasa itu diayunkan horizontal tepat di kepala Titan liar tersebut. hingga kepala itu terpisah dari tubuhnya dan ambruk ke tanah dengan tubuh terpisah dan darah tercecer kemana-mana.

Cklek! Cklek!

Dromm! Dromm!

Setelah memisahkan kepala Titan 15m itu, Naruto dengan tangan kanan dan kiri raksasa logamnya ke samping tubuhnya. Ke arah dua Titan 10 dan 12 meter di samping kiri kanannya yang tadi sedikit terdorong kebelakang karena pergerakan Barbatos, dan berlari lagi ke arah Barbatos dari dua arah dengan mulut yang masih rusak. Dan secara bersamaan 15 timah dari kedua senjata api yang digenggam Barbatos dimuntahkan tepat ke arah kepala kedua Titan liar itu.

Brass! Brass!

Secara bersamaan, kedua kepala Titan liar itu hancur terkena timah panas dari senjata api Barbatos dan ambruk ke tanah tepat disamping tubuh Barbatos kiri kanannya tanpa kepala dan darah yang berceceran.

"Ternyata kalian tak punya rasa takut ya.." gumam Naruto,

Dari dalam Kokpitnya dapat melihat dua Titan 5-7m sedang kembali berusaha merubuhkan Barbatos dengan kaki kiri dan kanannya yang di genggam oleh dua Titan itu. tubuh Titan itu bahkan tak sampai lutut Barbatos.

Wuss!

Brass!

Tanpa ampun, Naruto menggerakkan kaki kiri Barbatos dengan mengangkatnya dan membuat Titan itu terlepas genggamannya dari kaki Barbatos. Dan menginjaknya dengan mudah sampai hancur dan darah berceceran. Seperti menginjak seekor hewan yang lebih kecil dari tubuhnya.

"Untukmu, ku tunjukkan caranya menendang agar menjatuhkan sasaranmu.." gumam Naruto datar.

Wuss!

Duag!

Wuss!

Dengan mudah, Naruto menggerakkan Barbatos seperti seorang pemain sepak bola yang akan menendang sasaran dengan Titan itu yang masih memeluk kaki kanannya. Hingga dengan sekali ayunan kaki kanan logam itu dengan tendangan berputar 360 drajat, ia melesatkan Titan 5m itu terbang ke arah timur masuk ke hutan-hutan di hadapannya.

"Saatnya mencari gadis itu.." gumam Naruto.

Darb! Darb! Darb!

Naruto menggunakan Mobile Suit'nya berlari masuk kedalam hutan mengikuti arah gadis yang baru dikenalnya itu.

.

.

.

.

_[[BARBATOS]]_

.

.

.

.

Buss! Jleb! Sring!

Crass! Crass!

Di hutan bagian dalam yang saat ini mengarah pada daerah dinding Maria. Seorang gadis bersurai hitam sedang melesat di antara pepohonan seraya melakukan serangan dengan pengait dan pedangnya pada tengkuk Titan yang mengejarnya saat ini.

Buss! Jleb! Buss!

Setelah membunuh beberapa Titan yang mengejarnya, dia kembali melesat ke arah timur untuk menuju ke pasukannya. Dengan sisa Titan yang juga masih mengejarnya tanpa lelah.

"Hah.. para Titan itu bukan Titan normal. Rata-rata abnormal.. sedangkan gasku sebentar lagi habis." gumam Mikasa yang saat ini merasakan kecepatannya semakin berkurang karena gas pada black boxnya mulai habis.

Seraya melirik sejenak kebelakang dengan menolehkan kepala dan ekor matanya menatap para Titan abnormal yang hampir dekat dengannya.

"Ku harap mereka sudah siap di posisi mereka saat ini." ucap Mikasa yang semakin cepat melesat dengan pengaitnya semakin masuk ke hutan itu.

.

.

Hingga hampir sampai di tempat tujuan dalam hutan itu, Mikasa bersiul dan sesuatu tampak berlari mengikutinya dari bawah. Seekor kuda yang sebelumnya dia tunggangi.

Dengan cepat Mikasa melompat ke atas punggung kuda itu dan berlari kencang masih dengan para Titan yang mengikutinya.

'Akhirnya waktu yang tepat.. ketika gasku habis.' batin Mikasa ketika sudah menunggangi kudanya dan berlari membelah hutan itu.

Hingga sampai dia di tempat tujuan, bagaikan slow motion. Ketika Mikasa melewati pepohonan tinggi di sisi kanan kirinya, irisnya menoleh ke kiri dan melihat puluhan orang dengan 3D Maneuver Gear sudah siap dan mengangguk menatap Mikasa.

Lebih tepatnya seorang gadis bersurai coklat dengan kacamata yang tersenyum lebar ke arahnya. Dan meyiapkan pedangnya yang dia sambungkan antara unit controlnya dan lempengan pedang itu di black box yang ada di pinggangnya.

Sring!

"Serang!" gadis bersurai coklat itu berseru dengan perintah mutlak untuk bawahannya yang sudah bersiap di setiap sisi.

"YOSSH‼" sahut para pasukan pengintai yang sudah siap di posisi mereka masing-masing.

Buss! Jleb! Buss!

Buss! Jleb! Buss!

Hingga dengan perintah itu, tepat para Titan melewati mereka langsung diserang secara bersamaan melesat ke arah punggung para Titan karena tanpa sadar makhluk tak berakal itu telah melewati jebakan pasukan tim pengintai.

Buss! Jleb! Crass!

Crass! Crass!

Dengan cepat beberapa Titan berhasil dibunuh dengan memotong tengkuk mereka. namun makhluk tak berakal itu tentu saja menyadarinya dan mencengkram tubuh pasukan pengintai itu dan memakan mereka yang tak lolos dari tangkapan Titan liar itu.

'AARGG! Aku akan mati! –'

'Hange-san! –'

Graub! Glekk!

Teriakan para pasukan pengintai yang tak bisa selamat dari tangkapan Titan liar itu menggema ketika tubuh mereka ada yang digigit jadi dua dan dimakan. Dan ada pula yang langsung di telan bulat bulat.

Sementara gadis bersurai coklat diikat dengan kacamata itu melihat bawahannya banyak yang menjadi korban, menatap datar itu. dan kembali membunuh beberapa Titan dengan memotong tengkuknya. Dan menyelamatkan beberapa orang yang masih sempat diselamatkan olehnya.

"Hange-san, kita sudah mengulur waktu untuk Mikasa. Sebaiknya kita cepat menyusulnya.."

Ujar seorang pria bersurai pirang pendek yang berdiri di dahan pohon menatap dengan iris khawatir pada para pasukan yang kewalahan melawan Titan abnormal yang jumlahnya tersisa 15 ini. sedangkan pasukan pengintai tim Hange hanya tersisa 20 saja.

Apalagi dari mereka yang hanya Hange saja yang memiliki skill menggunakan 3D yang lebih baik daripada orang yang ada di bawah pimpinan Hange.

Sementara pria pirang pendek itu hanya pandai dalam taktik dan kekuatan titannya yang masih sulit untuknya dikendalikan. Percuma saja nanti jika ujung-ujungnya dirinya akan menambah korban pasukan pengintai saat dia menjadi Titan. Dirinya belum bisa mengendalikannya.

Sementara gadis yang dia ajak bicara saat ini baru saja mendarat disampingnya dan menatap pada bawahannya yang masih melawan para Titan itu. kemudian menatap pria yang lebih pendek darinya itu.

"Baiklah Armin. Mikasa juga sudah lumayan jauh dari sini sebaiknya pengorbanan mereka yang mati terbayarkan dengan informasi tentang benda itu dari Mikasa.." ujar gadis yang dipanggil Hange itu menatap serius pria bernama Armin disebelahnya.

Sedangkan Armin hanya mengangguk lemah dengan keringat menetes dari dahinya.

"Kalian! Kita mundur kembali berkumpul pada pasukan utama! Mikasa telah melewati –"

Graa!

Perkataan Hange terpotong begitusaja karena suara teriakan Titan yang tampak berlari kencang dari arah barat ke arah mereka.

Dab! Dab! Dab! Dab!

Seketika itu, para pasukan pengintai bawahan Hange membolakan matanya karena melihat sosok Titan yang berlari kencang itu. Titan berarmor yang menutupi tubuhnya dengan kulit keras seperti zirah. berlari kencang membelah apapun yang ada di hadapannya.

"AWAS..!" seru Hange ketika Titan itu sudah sampai di dekat mereka.

Wuss!

Brakk!

Brass!

"ARRGG‼"

Titan berukuran 17 meter dengan tubuh kekar berarmornya menghantam Titan liar yang ada di hadapannya hingga tersingkir dari jalannya dan ada yang kepalanya hancur di hantam tangan terkepal Titan itu. beberapa pasukan pengintai yang tak sempat melesat menyingkir dari jalannya juga dia hantam dengan tangannya sampai terpental dengan tubuh remuk bersimbah darah.

Dab! Dab! Dab!

Titan berarmor itu berlari melewati pasukan pengintai yang memandang punggung raksasa Titan itu yang telah menjauh ke arah timur.

"Hange-san! Itu Armored Titan.. dia berlari ke arah pasukan kita disana sendirian. Apa yang dia lakukan? Dia akan mati jika bertemu komandan Levi disana." Ujar Armin yang menatap serius Hange yang ada disampingnya yang juga syok dengan kejadian tak terduga itu.

"Tidak, Armin.. Reiner tak pergi kesana begitu saja tanpa tujuan dan bunuh diri. Dia pasti memiliki tujuan lain sampai-sampai dia mempertaruhkan nyawanya pergi ke markas musuh sendirian.." Balas Hange serius yang menjeda kalimatnya.

"Apalagi seperti yang Mikasa bilang. Armored Titan sebelumnya mundur dari pertempuran karena kedatangan benda raksasa yang membantu kita itu." lanjut Hange.

Deg!

Ucapan Hange membuat Armin tersentak kaget. Karena otaknya telah memproses informasi yang baru dia dapatkan tersebut. dirinya baru paham apa yang sebenarnya terjadi.

"Haaa!.. Hange-san, Apa yang kau katakan benar. Reyner tak akan dengan gilanya menyerahkan nyawanya sendiri tanpa alasan. Dia memiliki tujuan yang baru saja dipikirkannya ketika apa yang kau katakan tadi bahwa dia sempat mundur ketika makhluk yang membantu kita itu datang.." ucapan Armin mendapat perhatian dari seluruh sisa pasukan pengintai yang ada di sekitarnya dengan serius.

"Reiner.. mengincar Mikasa.." lanjut Armin dengan ekspresi khawatir dan keringat didahinya yang mulai bermunculan.

Sontak itu membuat seluruh pasukan pengintai yang ada di dahan pohon disekitarnya termasuk Hange membolakan mata mereka. mereka baru sadar jika arah yang sama dari Armored Titan dan Mikasa, serta Armored Titan yang tak berhenti ketika bertemu dengan mereka dan terus berlari tanpa henti. Bahkan menyerang Titan liar yang menghalangi jalannya juga.

'Hange-san, Mikasa dalam bahaya! Kita harus menolongnya!'

'Berikan perintahmu Hange-san!'

'Hange-san!'

'Hange-san!'

Seruan bawahan dari Hange membuat gadis itu harus berpikir dua kali. Disatu sisi dia harus menyelamatkan Mikasa, dan disisi lain dia juga tak bisa membuat bawahannya kembali menjadi korban. Walaupun jika Mikasa berhasil keluar dari hutan ini, dia akan menemukan barisan pertahanan pasukan pengintai di sebrang hutan ini untuk membantunya. Tapi itu juga masih jauh dan harus memakan waktu.

Apalagi gas dari 3D Maneuver Gear Mikasa yang dia tau juga sudah habis. ini menjadi pilihan yang sulit untuknya. Kecuali..

"Kita akan membantu Mikasa.. tapi aku tak bisa mengorbankan kalian semua. Aku sudah banyak menyaksikan kematian para rekan-rekanku, aku tak bisa menambah jumlah korban lagi. Maka dari itu, satu-satunya harapan adalah.. dirimu, Armin."

Ujar Hange menatap serius Armin yang melototkan matanya syok saat ini. begitupun sisa pasukan lain yang juga menatap penuh harap pada Armin.

"Ke-kenapa harus aku? A-aku takut –"

"Tak ada lagi kata takut, Armin! Ini perintah.. apapun yang akan terjadi nanti, kau serahkan saja pada kami. Percayalah pada dirimu Armin. Kau pasti bisa mengendalikannya.." ujar Hange yang mencengkram pundak Armin dengan serius.

Armin menatap mata Hange dengan iris masih syok dan membola. Untuk kesekian kalinya, dia menjadi penentu hidup seseorang. Setelah sebelumnya dia pernah membantu Eren dengan rencananya, kali ini dia dibuat harus kemabali memikul beban yang berat. Yang bahkan bisa saja mengorbankan rekan-rekannya sendiri.

"Armin.. ini adalah cara yang paling ampuh untuk kedua hal tersebut sebagai penengah.. keselamatan Mikasa ada ditanganmu." lanjut Hange yang meyakinkan kembali Armin.

'Armin!'

'Ayo Armin!'

'Armin!'

'Armin!'

Seruan dari rekan-rekannya yang ada di sekitarnya itu seakan ikut mendorong pria bersurai pirang tersebut untuk menerima perintah dari Hange. Harapan mereka berada di pundak pria Titan Shifter itu saat ini.

"Ba-baiklah.." ucap Armin lirih seraya mengangguk dengan tekat kuat terlihat di matanya saat ini. kepalan tangannya pada unti controlnya semakin erat.

Semua rekannya yang ada di tempat itu tersenyum. Begitupun Hange yang kembali terlihat percaya diri seraya berbalik menghadap timur. Arah Armored Titan dan Mikasa pergi.

"Yosh! Ayo kita selamatkan Mikasa dan menangkap Reiner sebagai Armored Titan itu!.. kita akan membawanya hidup atau mati untuk kita ambil apa yang telah menjadi hak kita, bangsa Eldia!" Hange berseru dengan semangat.

"Yosh‼" seluruh rekannya ikut berseru.

"Skarang, kita susul Mikasa!"

Degan perintah itu, seluruh pasukan dibawah Hange bergerak dengan kecepatan penuh melesat diantara pepohonan melewati para Titan yang sejak tadi memulihkan diri mereka bagi yang masih utuh kepalanya.

.

.

.

.

_[[BARBATOS]]_

.

.

.

.

Dab! Dab! Dab!

"A-armored Titan? Kenapa dia bisa berada di sini?" gumam gadis cantik bersurai hitam pendek lurus yang saat ini menunggangi kudanya seraya menoleh kebelakang menatap Armored Titan yang berlari cepat hampir menyusul dirinya saat ini.

Apalagi gadis itu sudah kehabisan gas. Dia tak bisa lagi meluncur di udara seperti biasanya dengan pengaitnya. Gadis itu mengapit bibir bawah merah muda ranumnya. Menyalurkan rasa resah dalam dirinya yang biasanya bahkan selalu kuat dalam bertarung melawan Titan.

Tapi anehnya, akhir-akhir ini gadis itu sering sekali resah. Dalam berbagai hal, gadis ini sering sekali tak tenang. Itu semua sejak Eren sudah menjadi kuat dan mampu mengendalikan beberapa Titan liar. Walaupun hanya beberapa saat, tapi seakan Eren saat ini telah mampu mememikul beban pada dirinya sendiri.

Tanpa harus dibantu dirinya lagi.

Entahlah. Tapi pikiran negative sering muncul akhir-akhir ini tentang Eren. Termasuk saat ini.

Graaa!

Titan besar berarmor itu berseru keras ketika dirinya telah menyusul gadis incarannya ini. jaraknya bahkan hanya tersisa beberapa meter saja ketika kuda yang ditunggangi Mikasa tampak kalah cepat dengan larinya.

Gadis itu semakin berpikir keras bagaimana dia bisa selamat dari Reiner yang entah kenapa dirinya pun tak tau kenapa pria itu mengincar dirinya. padahal sebelumnya Reiner tak mengincar dirinya dan ia tak memiliki kekuatan Titan.

'Lalu kenapa?' batin Mikasa bingung dan terus berpikir.

Wuss!

Brakk!

Dengan jarak yang sudah dekat, Titan armor itu mengayunkan tangannya untuk menghentikan kuda Mikasa. Hingga dengan mudah kuda itu terkena telapak tangan besar yang terayun itu hingga terpental dan dengan tubuh remuk bersimbah darah lalu terhenti beberapa meter di samping kirinya disalah satu batang pohon besar.

Srakk!

Namun Mikasa ternyata telah berhasil menghindarinya dengan melompat kedepan sebelum Reiner mengenai kudanya. membuatnya terseret dan berguling di tanah lalu berhenti beberapa meter dari Titan Reiner yang memandangnya saat ini.

"Reiner, apa yang kau inginkan?" ujar Mikasa mencoba untuk tenang ketika maut berada dihadapannya.

Graa!

Wuss!

Srett!

Tak menjawab. Titan armor itu malah berlari kearah Mikasa dan berusaha menangkap gadis itu dengan tangan besarnya. Tapi masih gagal karena Mikasa berhasil melompat kesamping dan bersembunyi dibalik batang pohon. Dan membuat Reiner yang kali ini berguling ditanah dan kembali menyeimbangkan tubuhnya.

'Hah.. hah.. Apa yang harus ku lakukan? Sangat mustahil melawan makhluk sebesar itu tanpa 3D Maneuver Gear..' batin Mikasa yang mencoba berpikir keras di saat genting seperti ini.

Wuss!

Brakk!

Mikasa dikagetkan dengan batang pohon tempatnya bersembunyi dihantam hingga patah dan tumbang ketanah. Membuatnya terlihat jelas oleh Titan itu yang berjalan mendekat ke arah Mikasa yang berjalan mundur dengan iris syok.

Graaa!

Buss! Sring!

Crass! Crass! Trank! Trank!

Namun gerakan Reiner yang akan kembali menangkap Mikasa terhenti karena pasukan pengintai dibawah pimpinan Hange datang dan menyayat bagian tangan dan tubuhnya. Berhasil memotong jari-jarinya namun pedang mereka patah ketika bertatapan dengan armor di tubuh Titan itu.

"Mikasa!"

Teriak Armin yang datang dengan meluncur diudara dan mendarat di samping gadis itu seraya menatap khawatir pada gadis cantik yang juga menatapnya.

"Armin.." gumam Mikasa.

"Mikasa, kita harus pergi dari sini dan memancingnya pada pasukan inti komandan Levi.. komandan bisa membunuhnya." Ujar Armin serius.

"Tapi, bagaimana caranya? Lagipula, aku harus menolong orang itu.." balas Mikasa.

"Apa maksutmu? Kita sudah dekat dengan posisi komandan Levi.. ini kesempatan kita, biar aku yang megulur waktumu untuk pergi kesana.."

Ucap Armin yang berjalan di depan Mikasa menatap Armored Titan yang saat ini berhasil membunuh beberapa pasukan pengintai yang berusaha membelah tengkuknya itu. Hange yang mendarat di atas dahan pohon tinggi menatap kebawah ke arah Armin seraya mengangguk serius.

Dibalas anggukan oleh pria pirang pendek itu. dengan tangannya yang akan ia gigit tepat didepan mulutnya dan tersisa beberapa centi lagi.

"Jangan Armin! Kau masih belum bisa mengendalikannya.. jika terjadi hal yang –"

"Tidak Mikasa. Kali ini serahkan padaku.. aku adalah Titan Shifter. Jika Eren bisa, kenapa aku tidak? Percayalah Mikasa.."

Armin memotong perkataan Mikasa seraya berbalik menghadap gadis cantik itu berusaha meyakinkannya. Membuat niatnya menggigit tangannya terjeda.

"Armin.." gumam Mikasa yang terdiam menatap keteguhan dari sorot mata rekannya sejak kecil itu.

"Lakukan, Armin!" seru Hange yang berdiri di atas dahan pohon menatap Armin yang berbalik kembali menatapnya.

"Haaaa.."

Grauk!

Semua yang ada disana menghentikan pergerakan mereka termasuk Titan Reiner dan menatap Armin ketika dia berteriak dan menggigit tangannya hingga berdarah. Mikasa membolakan irisnya paham.

Karena tak terjadi apapun.

Graa!

"Kenapa!.."

Grauk! Grauk! Grauk!

Armin berteriak dengan syok ketika dia tak dapat berubah dan kembali menggigiti tangannya hingga berdarah dan terus demikian melakukan itu. menghiraukan Armored Titan yang berteriak keras.

'Percuma.. percuma! Rekan-rekanku yang tewas.. akan terbunuh sia-sia.. aku.. aku..' batin Armin yang masih menggigiti tangannya putus asa dengan iris yang membola sempurna.

Membuat Hange dan yang lainnya menatap pasrah dan terduduk diatas dahan pohon. Harapan mereka seakan musnah ditangan Armin yang tak sesuai perkiraan.

Groarr!

Wuss!

Greb!

"Ghaaa!" teriak Armin.

Tak mau menyianyiakan kesempatan, Reiner kembali berlari cepat ke arah Armin dan Mikasa. Dengan sekali ayunan tangannya, Armin tertangkap oleh Titan Reiner itu dan digenggam oleh tangan kanannya.

Semua Scout Resiment yang ada disana syok dan membeku seketika saat satu-satunya harapan mereka telah tertangkap. Termasuk Mikasa yang hanya diam membisu menyaksikan Titan raksasa tepat di hadapannya saat ini dengan iris membola.

Wuss!

Greb!

"Mikasa!"

Semua orang termasuk Armin berteriak pada Mikasa yang langsung tertangkap tangan besar Titan Reiner dan digenggam dengan tangan kirinya.

Kedua orang penting itu tertangkap.

Pandangan Mikasa hanya kosong seakan dirinya tak ada disini. Pikirannya kalut tentang semua problem yang dialaminya. Indra pendengarannya seakan tuli ketika semua orang memanggilnya bahkan Armin yang ada di sisi tangan satunya.

'Eren.. Maafkan aku.. aku..' batin Mikasa yang terhanyut dalam pikirannya tentang pria bersurai coklat beriris hijau itu. pikirannya kusut tak tentu arah dengan tekanan yang diterimanya saat ini.

Kenangannya bersama pria itu bermunculan seperti kaset yang diputar ulang dipikirannya. Membiarkan Reiner yang saat ini mulai kembali berlari masuk ke hutan arah barat dengan Hange dan yang lainnya mengejar Titan Reiner itu.

Namun..

Boosh!

Wuss!

Bruag!

Boosh!

Semua pasang mata disana membola sempurna. Ketika melihat Titan Reiner malah melsat terdorong kebelakang dengan cepat melewati Hange dan pasukannya tepat di atas mereka seperti didorong sesuatu dengan api biru yang terlihat dibelakang sosok putih raksasa.

Begitupun Armin dan Mikasa yang juga syok terpaku menatap benda raksasa yang tangannya menghantam upper cut pada Armored hingga melayang dan didorong dengan tangan sosok itu mencengkram leher Titan Reiner.

Graa!

Brakk! Brakk! Brakk!

Wuss!

Armored berteriak keras ketika sosok raksasa di hadapannya mendorongnya cepat di udara diantara pepohonan hutan itu, dan membuatnya menabrak pepohonan yang menjadi jalur lintasannya hingga tumbang. Namun tak berhenti dan masih terus terdorong diudara.

'A-apa! makhluk itu, kan!..' batin Reiner dalam bentuk Armored Titannya yang masih terdorong di udara menatap syok sosok logam putih yang mencengkramnya dan mengeluarkan pendorong api dari punggung, kaki dan tangannya.

Dan yang lebih membuat Reiner syok adalah iris hijau menyala di wajah bertanduk kuning itu yang menatapnya seakan mengekspresikan emosi yang dimilikinya.

Wuss!

Brakk! Srakk!

Dengan Jet Booshter secepat itu, dengan cepat kedua sosok raksasa tersebut telah melewati hutan dan sampai direrumputan luas di dekat pepohonan perbatasan benteng Maria. Sosok itu dengan keras membuat kepala Armored Titan menghantam tanah duluan lalu terseret ditanah dengan punggungnya, dimana perutnya menjadi pijakan sosok diatasnya itu hingga terseret beberapa meter.

Duakk!

Groarr‼

Wuss!

Sosok itu tanpa ampun menginjakkan kakinya dengan keras pada persendian di kedua bahu Armored hingga tubuhnya semakin terdorong kebawah dan kedua tangannya yang terangkat dan genggamannya pada kedua orang itu terlepas dan melayang diudara.

Wuss!

Jlarkk! Srakk!

Greb! Greb!

Masih dalam keadaan terseret karena Jet Booshter sosok itu, sosok itu menendang dengan keras dada Titan itu hingga kembali terseret ke arah tengah tanah rerumputan luas itu. dan membuat sosok itu melompat dan menangkap kedua orang yang masih membeku menatap sosok tersebut.

Brakk!

Sosok itu mendarat dengan sempurna menggetarkan tanah dan merusak pijakannya karena berat dan ukurannya tersebut. berdiri dengan membuka kedua telapak tangannya yang terlihat Armin dan Mikasa yang masih menatap sosok yang menyelamatkan mereka dengan iris membola.

"Na-ru-to.." gumam lirih Mikasa ketika menatap Barbatos yang iris sosok raksasa logam itu juga menatap Mikasa yang masih terpaku.

Membuat Armin yang ada di sisi tangan satunya menatap Mikasa dengan iris tak percaya. Dan kembali menatap benda logam raksasa itu. seraya menelan ludahnya berat yang tercekat di kerongkongannya saat ini.

.

.

.

.

_[[BARBATOS]]_

.

.

.

.

"Komandan Levi.. apa yang terjadi disana? Raksasa putih itu.. siapa?"

Tanya seorang pria bertubuh pendek dengan rambut yang tak jelas. Apakah ada rambut atau botak dikepalanya. Memandang syok sosok raksasa putih besar itu yang jauh didepan mereka menumbangkan Titan Reiner yang tanpa perlawanan.

"Aku tak tau, Connie.. tapi aku yakin, semua pasukan Eldia yang ada di sekitar hutan ini, dan di atas dinding maria melihat raksasa putih itu dan Armored Titan." Balas Levi memicing tajam menatap kejauhan sosok yang menghajar Armored Titan dikejauhan.

Buss! Jleb!

Tap!

Dalam suasana yang menegangkan itu, datang seorang gadis bersurai coklat yang juga diikat ponytail. Datang bersama dengan seorang pria bersurai coklat yang pinggiran surainya tipis. Datang dengan pengait mereka dan mendarat di dahan pohon di sebelah Levi.

"Lapor komandan!" ujar gadis bersurai coklat itu yang terlihat panic langsung menghadap pada Levi yang juga balik menatapnya.

"Aaaa! I-itu.. apa?!" sementara pria yang datang bersama gadis itu malah tampak syok menatap ke tanah rerumputan luas didepannya. Tepatnya sosok raksasa putih dikejauhan itu.

"Tenanglah Jean kita akan bahas raksasa itu nanti.."

Levi menenangkan pria yang baru datang itu karena membuat gadis disampingnya tak bisa mengatakan apa yang akan dia laporkan. Membuat pria itu tersenyum gugup dihadapan komandannya yang menatapnya datar.

Begitupun gadis itu yang juga ikut teralihkan pandangannya pada sosok putih jauh di tanah rerumputan itu.

"Uwa! –"

"Cepat katakan Sasha.. ada berita apa?"

Perkataan gadis itu yang seperti ingin mengungkapkan rasa syoknya, terpotong oleh Levi yang to the point dan membuat gadis itu kembali menatapnya gugub.

"Ah- aa.. aku ingat! Komandan Levi, Eren!.." ujar gadis itu kembali panic.

Sementara Levi hanya membolakan matanya ketika mendengar apa yang dikatakan gadis itu. bagaikan dia sendiri yang mendengar laporan dari gadis bernama Sasha itu.

"Baiklah.. Jean, Sasha! Kalian kembalilah ke tempat Eren. Aku akan mengurus Hange dan lainnya dulu sebelum kembali ke dalam dinding."

Ujar Levi yang menyiapkan kedua pedangnya di kedua tangannya. Menatap datar ke tanah luas didepannya yang terlihat para Titan liar yang tampak mendekat dari segala arah kepada sosok putih itu, dan beberapa kuda yang berlari ditunggangi oleh Hange dan lainnya yang baru keluar dari hutan dari arah barat.

Tapi sayangnya, Hange berjalan di samping kiri raksasa putih itu jauh dengan beberapa Titan abnormal yang mengikuti mereka. namun yang lebih parah lagi adalah puluhan Titan yang berlari dari segala arah menuju kepada kawanan Hange dan raksasa putih itu.

"Hai'! kami berangkat!" ujar Sasha dan Jean yang pergi dari sana menuju dinding Maria.

Levi Hanya melirik dengan iris matanya dan mengangguk singkat. Lalu kembali menatap ke depan puluhan Titan liar itu.

"Connie, kau pergilah ke tempat pasukan di timur.. kabarkan pada mereka untuk mundur kembali ke dalam dinding. Aku dan yang ada disini akan menyelamatkan Hange.." perintah Levi yang disetujui Connie dan pergi dari hadapan Levi seketika dengan pengaitnya.

Levi berbalik menatap kepada seluruh pasukannya.

"Semuanya! Dengarkan perintahku!.. kita fokuskan keselamatan Hange dan timnya. kita buka jalan untuk mereka agar sampai dihutan ini. jangan sampai focus kalian teralihkan dan tetap waspada dengan raksasa putih itu!, apalagi ada Armored Titan disana.." seru Levi dengan disaksikan pasukannya disekitarnya.

"Persembahkan jantung kalian!" lanjut Levi datar.

"Haa!" semua pasukannya yang berjumlah 100 orang itu berseru dengan mengepalkan tangan mereka seakan memegang pisau dan menancapkannya dijantung mereka bersamaan.

"Kita berangkat.."

Dengan ucapan terakhir Levi, semuanya turun dari pohon itu dengan pengait mereka dan menunggangi kuda mereka masing-masing lalu bergerak menuju barat daya ke arah pasukan Hange yang masih bergerak dengan para Titan mengejar mereka.

.

.

.

.

_[[BARBATOS]]_

.

.

.

.

"Nona, bergeraklah ke bahu Barbatos saat ini juga.." ucapan menggema dari dalam Kokpit Barbatos terdengar jelas oleh Mikasa yang terjengit kaget mendengarnya.

"U-untuk apa?"

Mikasa menatap bingung namun juga masih membeku menatap wajah Barbatos yang menatapnya.

"Makhluk aneh telanjang yang berlari ke arah kita itu cukup banyak. Kau bisa mati jika tetap berada di tangan Barbatos. Dan lagi aku akan sedikit sulit memprioritaskan keselamatanmu dan rekanmu nantinya."

Ucapan dari Naruto yang ada di dalam Barbatos langsung membuat Mikasa baru menyadari dan menatap sekitar mereka yang beberapa ratus meter lagi para Titan akan sampai di posisi mereka. seketika Mikasa mengangguk ragu.

"Termasuk kau pria berambut wanita."

Ucapan menggema dari dalam Kokpit Barbatos yang mengangkat telapak tangannya mendekat ke pundak kiri kanannya itu membuat Armin yang sedaritadi menonton interaksi keduanya terjengit kaget. Dan menurut begitu saja bersamaan dengan Mikasa yang melompat ke bahu kiri kanan dari Barbatos. Berpegangan pada beberapa bagian logam yang tampak bisa digunakan untuk berpegangan.

Graaa‼!

Dab! Dab! Dab! Dab! Dab! Dab! Dab!

Puluhan Titan liar dengan berbagai ukuran tampak berlari dengan kecepatan mereka masing-masing menuju ke arah Barbatos.

Graa‼

Wuss!

Brakk!

Dalam keadaan genting seperti itu, Naruto yang mengendarai Barbatos dikejutkan dengan sebuah pukulan keras dari tangan berlapis kulit keras dari Armored Titan yang telah bangkit dari belakangnya. Namun Naruto lebih dahulu menghindar dengan menggerakkan raksasa putihnya memutar balik. Hingga mengenai tangan kiri Barbatos yang menahan pukulan keras Reiner didepan dadanya.

Brakk! Duag!

Srakk!

Ingin membalas perlakuan Barbatos padanya, Reiner kembali melakukan pukulan keras dengan tangan kirinya hingga membuat Naruto harus menggerakkan tangan kanan Barbatos untuk menyilang. Namun tak sampai disitu, Armored Titan langsung melakukan tendangan dengan dua kakinya hingga membuat Barbatos yang masih menyilangkan kedua tangannya itu terjungkir kebelakang dan terseret beberapa meter karena kuatnya tekanan dari Armored Titan.

Sementara Armin dan Mikasa yang terguncang dibahunya itu masih berpegangan dengan kuat. Namun berbeda dengan wajah mereka yang tampak panic dengan keadaan ini.

"Mikasa! Apa ini tak akan apa-apa?!" teriak Armin yang panic menatap Mikasa yang terhalang leher Barbatos.

"Aku tak tau Armin! Kita percayakan pada pria ini! kita tak punya pilihan lain.."

Ucapan Mikasa sejenak membuat Armin bingung. Namun disaat seperti ini, dia hanya bisa setuju saja.

'Pria?..' batin Armin bingung.

Sementara itu Mikasa dapat melihat jika Armored Titan berlari menjauh ke arah hutan barat menghindari para Titan liar yang juga beberapa mengejarnya. Mengabaikan Barbatos yang bangkit kembali menatap kepergian Armored Titan.

"Dia kabur.. tapi para makhluk telanjang ini yang menjadi masalahnya."

Naruto kembali menutup sebelah matanya mengeksplorasi setiap sisinya yang beberapa meter lagi para Titan liar itu sampai pada posisinya dengan jumlah mereka.

Graa!

Dab! Dab! Dab!

Lima Titan liar yang sampai terlebih dahulu di depan dan sisi kanan kirinya menjadi perhatian Naruto yang mengendalikan Barbatos didalam Kokpitnya.

Wuss!

Srett!

Ketika Titan liar berukuran 10 meter didepannya berlari dan mengulurkan tangannya untuk menggenggam kepala Barbatos, Naruto menggerakkan raksasanya miring kesamping menghindari tangan itu.

Greb!

Wuss! Wuss!

Brakk! Brakk‼

Graaaa‼!

Dengan sekali genggaman tangan kanan Barbatos, raksasa logam itu mencengkram pergelangan tangan Titan liar yang ada dihadapannya itu dan memutar tubuhnya bersamaan dengan Titan liar itu searah jarum jam. Hingga menabrak dua Titan liar berukuran 7 dan 12 meter dari dua arah sisi kanan kirinya hingga terpental dengan darah yang muncrat dari tubuh mereka yang terkena hantaman tubuh Titan liar yang diputar Barbatos.

Wuss!

Brass!

Graa!

Dalam keadaan memutar Titan itu, Naruto yang mengendalikan Barbatos menggerakkan raksasanya untuk memutar vertical ke arah belakannya yang terdapat Titan liar dengan ukuran 8 meter berusaha menggapainya. Hingga membuat Titan 8 meter itu tubuhnya hancur bersamaan dengan hantaman tubuh Titan liar yang dibanting Barbatos dari atas kebawah.

"Menjijikkan.. makan ini.."

Wuss!

Buakk!

Naruto dari dalam Kokpitnya berkata dengan menggerakkan Barbatos yang masih menggenggam potongan pergelangan tangan Titan liar yang sebelumnya, dan melemparkannya pada Titan liar 5 meter yang berlari ke arahnya didepannya. Hingga Titan itu terjengang kebelakang dan terseret karena posisinya yang berlari itu.

Graa‼

Dab! Dab! Dab!

Puluhan Titan yang masih mendekat dari segala arah itu membuat Naruto yang ada di dalam Kokpitnya menatap sekelilingnya datar dengan satu mata tertutup. begitupun Armin dan Mikasa yang sejak tadi syok dengan aksi raksasa logam Naruto, juga menatap sekeliling mereka yang terdapat para Titan liar dengan berbagai ukuran mendekat pada Barbatos.

"Nona.. apa para manusia yang berpakaian sama denganmu di sisi kanan dengan para makhluk telanjang yang mengejar mereka itu juga rekanmu?"

Ucapan Naruto yang menoleh ke arah kanannya bersamaan dengan kepala Barbatos yang juga ikut menoleh seperti keduanya terhubung dengan dua raga namun satu jiwa. Menatap ratusan meter jarak diantara Barbatos dengan pasukan Hange yang dikejar oleh Titan liar yang beberapa dari mereka dihalangi oleh pasukan Levi yang berhasil membunuh beberapa. Namun juga terdapat pasukan yang dimakan oleh Titan liar disana.

"Be-benar.. mereka rekan kami Na-Naruto-san." balas Mikasa yang menatap rekannya yang bertarung melawan para Titan di area terbuka seperti itu. hingga membuat banyak korban jiwa hanya untuk menyelamatkan Hange dan pasukannya.

Namun yang membuat Naruto menatap Mikasa dengan datar dari dalam Kokpitnya adalah ekspresi Mikasa.

Gadis itu tetap menatap datar pada rekan-rekannya yang tewas dimakan oleh makhluk telanjang yang ternyata baru diketahui Naruto jika mereka suka memakan manusia.

'Ternyata itulah sebabnya mereka mengejar manusia.. mereka memakan manusia. tapi kenapa gadis ini seperti biasa saja menatap rekan-rekannya yang mati seperti itu?' batin Naruto datar dengan satu matanya yang tertutup.

"Na-Naruto! na-mamu Naruto, kan? a-aku mohon bantu kami.. bantulah mereka Naruto-san!"

Pandangan Naruto teralihkan dengan menoleh ke arah kanannya yang terdapat Armin berbicara padanya dengan ekspresi cemas dan khawatir pada rekan-rekannya. Terlihat berbeda sekali dengan Mikasa.

Dimana dipikiran Armin saat ini, jika makhluk logam ini bisa menyelamatkan mereka berdua dengan mudah mengalahkan para Titan itu sendirian, bagaimana tidak untuk menyelamatkan rekan-rekannya juga? Ini adalah sebuah kesempatan bagus jika makhluk ini berada di pihak mereka.

Apalagi jika dari yang Armin lihat, makhluk ini bisa terbang dan meluncur diudara dengan sesuatu yang memunculkan api dari tubuhnya. Dengan sosok ini pula, rekan-rekannya yang tewas menyelamatkan Hange dan timnya akan berkurang.

Apapun makhluk ini, pasti punya perasaan melihat manusia yang dimakan begitu saja oleh para Titan. Batin Armin.

Wuss!

Brass Buag!

Raksasa logam Naruto kembali baku hantam dengan para Titan yang mengeroyoknya itu disela-sela pembicaraan mereka. namun tetap saja Barbatos unggul dan berhasil menghancurkan kepala para Titan itu dengan sebuah pukulan keras dengan dorongan Jet Booshternya.

"Tidak.."

Ucapan menggema dari Naruto didalam Kokpitnya itu membuat Armin membolakan matanya seketika dengan tubuh menegang di sela-sela pertarungan antara Barbatos dengan para Titan liar. Begitupun Mikasa yang mengapit bibir bawah kirinya dengan ekspresi yang tak terlihat karena bayangan poninya.

Mikasa dapat mengerti dengan yang dirasakan Armin saat ini. emosi, sedih, cemas, gelisah, bingung dan segalanya yang membuat pria berambut pirang lurus itu tak karuan dengan emosionalnya. Beefitupun perasaan Mikasa mendengar ucapan Naruto.

"Ta-tapi kenapa?" gumam Armin yang masih dalam keadaan tak percaya dengan iris yang menyiratkan kesedihan disana.

"Aku menolong mereka, memang apa untungnya buatku? Lagipula aku membantumu saat ini karena posisimu memang memungkinkan untukku bantu. Sebut saja kebetulan.. tanpa ku harus susah payah pergi ke tempat rekanmu itu.. aku kemari dari awal hanya ingin membantu gadis ini, sekaligus bertanya sesuatu padanya."

Balasan Naruto datar disela-sela pertarungannya yang imbang dengan jumlah Titan liar yang menyerbunya itu, membuat Armin membolakan matanya dengan detak jantung yang tiba-tiba berdegup kencang.

'Aku paham sekarang.. Mikasa. Hanya Mikasa yang bisa meminta makhluk ini membantu kami..' Batin Armin yang ekspresinya berubah serius dan memandang ke arah Mikasa yang terpisah dengan leher Barbatos.

"Mikasa‼"

Teriakan Armin yang penuh harap itu membuat Naruto yang berada di dalam Kokpitnya memejamkan sebelah matanya kembali melirik gadis cantik berambut hitam lurus yang menggunakan syal merah itu.

Mikasa terlihat mengepalkan erat tangannya dengan ekspresi tak terlihat karena bayangan Poninya dengan wajah yang menunduk. Bibir bawah menggodanya yang sebelumnya ia apit itu sedikit terbuka untuk mengeluarkan intonasi dari dalam kerongkongannya.

"Na-Naruto-san.. apa yang ingin kau tanyakan dariku?.. kau datang untuk menyelamatkanku, bukan?" gumam Mikasa lirih. Namun masih bisa didengar oleh Naruto dari dalam Kokpitnya.

"Banyak hal yang ingin ku tanyakan padamu.. tapi, ku rasa kau hanya akan pergi setelah aku menyelamatkan rekanmu itu. jadi maaf –"

"Tidak!.. a-aku.. aku tak akan pergi darimu.. a-asal kau mau menyelamatkan rekan-rekan kami.."

Ucapan Naruto terpotong begitu saja dengan sentakan Mikasa yang menatap iris Barbatos dengan ekspresi yang sulit diartikan. Naruto yang melihat itu tetap mempertahankan wajah flat dengan satu mata tertutupnya.

"Kau berbohong.. kau tadi meninggalkanku, bukan? Jadi tak ada jaminan jika kau akan tetap bertahan disisiku sampai apa yang ku butuhkan darimu usai."

Ucapan Naruto yang masih terus menggerakkan Barbatos dengan skill yang bahkan seperti menggerakkan tubuhnya sendiri itu terdiam. Dan membuat beberapa Titan mendekap kaki dan pinggang Barbatos berusaha memakan raksasa logam itu. namun hal yang sama terjadi dengan mulut mereka yang menjadi korban.

Membuat Armin yang saat ini ekspresinya tak terlihat namun tampak semakin cemas juga merasa bersalah dan menghiraukan posisi mereka saat ini. dia hanya memikirkan sahabat masa kecilnya ini.

"Aku berjanji.. setelah kau mengabulkan permintaan kami ini, aku tak akan pergi lagi seperti tadi.. a-aku.. aku akan disisimu menepati janjiku.."

Srett!

Ucapan Mikasa yang saat ini penuh keyakinan namun juga tatapan serius itu diakhiri dengan dirinya yang berdiri dipundak kiri Barbatos dan melakukan gerakan menikam jantungnya dengan tangan kanannya yang tak menggenggam apapun.

Sebuah penghormatan yang khusus dari pasukan bangsa Eldia untuk sebuah symbol keberanian dan keyakinan dalam diri setiap pasukan, untuk mengorbankan nyawa mereka demi Negara.

Karena tak ada waktu lagi untuk ragu dan berpikir panjang. Rekan-rekannya adalah prioritas utama saat ini. apapun yang terjadi kedepannya, itu bisa dipikirkan nanti.

'Aku tak tau harus apa.. aku tak bisa terus bertarung sendiri. Eren.. dirimu sudah sekuat itu. aku tak mau kalah darimu dan hanya melihat dibalik layar. Aku ingin berjalan sejajar denganmu seperti kita kecil dulu..' batin Mikasa yang menjeda kalimatnya menatap iris Barbatos yang juga menatapnya.

'Aku tak tau apa yang diinginkan orang ini. tapi aku yakin Eren, jika orang ini berada dipihak kita.. walaupun aku tak tau informasi apa yang diinginkan orang ini, tapi ku rasa orang ini tetap bukanlah musuh..'

Perasaan Mikasa entah mengapa menjadi aneh. Tak menentu. Disatu sisi dia ingin sekali berguna untuk Eren yang saat ini sudah bisa dibilang sangat kuat dan mengemban beban berat dipundak pria sahabat masa kecilnya itu. Sedangkan dirinya yang kuat dalam membunuh para Titan, tetap merasa tak bisa sejajar dengan Eren yang saat ini.

Namun di sisi lain, dirinya juga harus bisa membuat keputusan untuk menolong rekan-rekannya itu. dengan begitu dirinya bisa sedikit berguna untuk meminimalisir hilangnya nyawa lagi.

Ia merasa, jika apa yang diinginkan orang ini bukanlah apa-apa daripada menyelamatkan ratusan nyawa prajurit yang melawan para Titan itu untuk melanjutkan perang yang mungkin akan kembali berlanjut dengan bangsa Marley.

Mikasa dapat merasakan hatinya yang merasakan perasaan aneh saat berbicara soal janji pada pria ini.

"Kau dapat percaya padaku Naruto-san.."

Semua ucapan Mikasa yang dipenuhi dengan keyakinan itu membuat Naruto yang menatapnya dari dalam Kokpit membuka kelopak mata kirinya terbuka dan kembali menatap ke depan datar. Diikuti kepala Barbatos yang juga menatap kedepan.

Armin dan Mikasa seketika membolakan mata mereka berdua ketika melihat kepala dari Barbatos mengangguk pelan, dengan sekali anggukan kebawah dan kembali menatap lurus ke depan. Membuat Armin tersenyum sumringah.

Begitupun Mikasa yang menundukkan wajahnya dengan senyum kecil yang ia sembunyikan dengan wajahnya yang menunduk itu.

"Ku pegang ucapanmu.. Mikasa."

Wuss!

Jrass! Jrass! Jrass! Jrass! Jrass!

Dalam keadaannya yang diam, Naruto mengendalikan Barbatos untuk mengambil sebuah Katana setinggi dadanya itu dari punggungnya dan melakukan gerakan berputar searah jarum jam dengan cepat dan memotong kepala lima Titan yang mengunci pergerakannya itu.

Hingga darah terciprat kemana-Mana membasahi tubuh dan wajah Barbatos. Begitupun Mikasa dan Armin yang terkena cipratan darah menguap para Titan itu.

Boosh! Brakk! Wuss!

Graa!

Para Titan liar itu berteriak ketika mangsa mereka tiba-tiba melompat tinggi ke arah Levi dan pasukannya yang ratusan meter jaraknya dengan Jet Booshter di punggungnya. Tak lupa Mikasa dan Armin yang berpegangan kuat pada apapun yang bisa mereka pegang di pundak Barbatos.

.

.

.

.

_[[BARBATOS]]_

.

.

.

.

Levi yang terlihat berdiri di atas sebuah mayat Titan liar berukuran 13 meter memandang datar pada sekitarnya yang terlihat puluhan Titan liar yang bertarung dengan para pasukan Scout Resiment.

Tatapan datarnya teralihkan pada kumpulan mayat rekan-rekannya yang berada dibawah komando pasukannya itu yang tergeletak di tanah sekitarnya dengan tubuh yang tak utuh. Namun kembali intensi penglihatannya bergerak ke arah pasukan Hange yang berlari dengan kudanya menuju ke hutan dekat dinding Maria yang jaraknya juga masih sangat jauh.

Apalagi Hange dan timnya tampak juga bertarung dengan beberapa Titan karena sudah terkejar oleh Titan yang bisa dibilang abnormal.

'Ini tak ada habisnya..' batin Levi datar.

Grauk!

'Argg‼..'

Glek!

'Arrrggg‼'

'Komandan! Tolong a –'

Grauk!

Teriakan penuh putus asa terdengar dari para pasukan yang dipimpin Levi. Dimana banyak pasukannya yang dimakan, atau di gigit terlebih dahulu hingga tersisa separuh tubuh mereka dan dimakan.

Tragedy penuh darah ini kembali muncul dihadapannya setelah sekian lama dengan kematian dua sahabatnya sejak masih tinggal di distric dalam tanah dulu.

Bayangan poninya menutupi ekspresi datar Levi yang menunduk seraya mengepalkan kedua tangannya yang menggenggam dua pedang seperti cutter itu.

Untuk dirinya sebanyak apapun Titan masih bisa dia hadapi sendiri dengan 3D Maneuver Gearnya. Asalkan gas yang dia miliki masih cukup untuk bermanuver diudara. Titan bukanlah masalah untuknya.

Namun, untuk semua rekan-rekannya? Ini adalah masalah besar yang cukup fatal. Karena dari ratusan pasukan pengintai, yang akan selamat bisa dipastikan hanya setengahnya saja yang berada di bawah komandonya.

Kemampuan mereka jelas berada dibawah Levi.

'Hanya ada satu pilihan..' batin Levi yang menatap serius ke depan kepada rekan-rekannya yang masih bertarung dengan para Titan liar dengan susah payah. Karena ditempat terbuka seperti ini untuk bisa membunuh satu Titan saja bagi mereka butuh kerja keras.

"Semuanya! Dengarkan aku!.. kita berkumpul dan bergabung dengan tim Hange! Kita sudah membuka jalan untuk mereka, saatnya kita focus kembali ke –"

Swuss!

Blarr! Crass! Crass! Crass!

Ucapan Levi yang mendapat perhatian dari seluruh pasukannya itu tiba-tiba terhenti karena sebuah makhluk logam raksasa berwarna putih yang membawa Katana raksasa di tangan kanannya jatuh dari ketinggian dengan Jet Booshter dipunggungnya. Yang kemudian membuat tanah dipijakan raksasa logam itu hancur dan diteruskan dengan 5 Titan liar di sekitar raksasa logam itu yang ditebas di bagian tubuh dan bagian kepala mereka dengan darah yang terciprat kemana-mana.

Levi menatap dengan pandangan datar namun juga memicing tajam menatap Barbatos yang membabat habis beberapa Titan liar dengan berbagai ukuran dihadapannya.

Buss! Tap! Tap!

Seorang pria berambut pirang lurus mendarat dengan 3D Maneuvernya tepat dihadapan Levi. Disertai dengan beberapa pasukan pengintai lain yang juga mendarat di sekitar Levi.

"Lapor komandan! A-aku membawa bala bantuan yang akan membantu kita kembali ke dalam dinding!" ucap Armin serius dengan peluh gugub menetes dari dahinya.

Setiap orang yang ada di sekitar Levi termasuk Levi sendiri menatap Armin.

"Apa kita bisa percaya pada makhluk itu?" ujar Connie serius pada Levi yang ada di sampingnya.

Namun Levi hanya diam dengan pandangan datar namun juga menusuk menatap Barbatos yang masih membabat para Titan dengan Mikasa di pundaknya. Termasuk pasukan Levi yang juga tampak ragu menatap Barbatos. Namun ada juga yang terlihat sumringah dengan bantuan yang datang itu.

"Kita mundur.. berkumpul dengan tim Hange."

'HAI'‼'

Semua pasukan Levi akhirnya menurut dengan mundur mengikuti Levi yang telah terlebih dahulu pergi membantu Hange dan mundur ke dalam hutan menuju ke dinding maria.

.

.

.

.

"Naruto-san, cukup! Mereka sudah mundur sesuai instruksimu.."

Mikasa tampak khawatir dengan Naruto yang sejak tadi masih bergerak mengendalikan Barbatos membabat Titan liar di sekitarnya yang bahkan mereka kembali bangkit dengan regenerasi mereka walaupun lambat. Naruto memperhatikan itu.

"Aku tau.. ingatlah nona, setelah ini apapun yang terjadi kau harus menepati janjimu.. atau kau akan mengerti akibatnya nanti."

Mikasa yang mendengar suara menggema Naruto dari dalam Barbatos mengangguk mengerti dengan sedikit ragu.

Brzzz!

Dengan dorongan Jet Booshter'nya, Barbatos bergerak meluncur di darat menuju ke arah timur pada pasukan Hange dan Levi yang masih dikejar para Titan yang tersisa. Mengabaikan para Titan yang juga mengejar Barbatos karena di abaikan begitu saja. Namun mereka tetap kalah cepat.

.

.

.

.

Dengan waktu singkat, Barbatos yang dikendalikan Naruto dengan Mikasa dipundaknya membantu Scout Resiment dibawah Levi termasuk Hange yang sudah kembali kedalam dinding terlebih dahulu.

Sementara Naruto saat ini berada di sebuah kastil tua yang cukup untuknya dan Barbatos bersinggah sementara waktu. Begitupun seorang gadis berambut hitam lurus pendek dengan pedang yang terhunus tepat di leher Naruto yang saat ini berdiri di atas menara kastil itu.

"Cepat katakan.. siapa kau dan apa tujuanmu datang kemari?"

Naruto yang melihat tatapan datar Mikasa padannya dengan pedang yang terhunus padanya hanya diam tenang. Menatap lekat iris Mikasa mencoba menyelam kedalam mata indah itu.

Jaket panjang dengan kerah tinggi Naruto berkibar tertiup angin. Cahaya mentari siang itu seakan tak membuat kedua orang itu kepanasan atau semacamnya. Mikasa memicing tajam menatap Naruto yang belum menjawab pertanyaannya.

"Bukankah yang seharusnya bertanya disini aku? Kenapa kau yang menghunuskan pedangmu padaku?" Naruto masih tenang dengan ancaman yang diberikan Mikasa.

Membuat gadis cantik itu bingung menatap Naruto. kenapa pemuda itu tetap biasa saja tanpa menghiraukan ancamannya? Padahal jika rekannya yang lain sudah terkena ancaman seperti ini, mereka akan segera menurut. Walaupun dia jarang melakukan itu kecuali jika ada yang mengusik Eren.

"Diam.. kau tak usah banyak bicara. Jawab saja pertanyaanku."

Naruto mengangkat sebelah alisnya heran ketika raut wajah Mikasa berubah menjadi dingin padanya menusuk.

"Bukankah kau berjanji akan memberikanku informasi yang kubutuhkan? Bukannya –"

"Aku tak berjanji seperti itu.."

Ucapan Naruto yang dipotong begitu saja oleh Mikasa membuatnya menatap Mikasa datar dengan sebelah matanya yang tertutup.

"Katakan siapa kau dan apa tujuanmu kemari?"

Ucapan Mikasa seakan menjadi angin belaka bagi Naruto. pemuda itu malah berjalan mendekat pada gadis itu dan membuat Mikasa sedikit terkejut dan reflek mengikuti gerakan Naruto yang ke arahnya itu dengan pedangnya yang juga mengikuti pergerakan Naruto tepat didepan leher pria itu. hingga hanya berjarak beberapa senti tubuhnya dengan Naruto yang leher mereka berdua dipisahkan oleh sebuah pedang yang dihunuskan Mikasa.

"Aku tau apa yang kau katakan.. tapi tak baik bagi seorang gadis bermain benda tajam seperti ini pada seorang tamu yang sudah menyelamatkan hidupmu, bukan?" ucap Naruto datar yang menatap lekat Mikasa dengan ekspresi datarnya.

"Ku bilang jawab pertanyaanku atau kau tak akan pernah lagi bisa menjawab pertanyaan siapapun dengan kepala terpisah dari tubuhmu.." Mikasa tak mau kalah untuk mengorek informasi dari pria misterius pemilik raksasa logam itu.

Walaupun Mikasa sebenarnya juga merasa jika pemuda ini bukan pemuda sembarangan. Ditambah dirinya juga sudah berjanji sesuatu padanya. Hanya saja..

"Silahkan.. jika kau bisa melakukannya."

Mikasa yang sebelumnya kalut dalam pikirannya dikagetkan dengan Naruto yang malah menempelkan leher kirinya pada bilah tajam pedang Mikasa. hingga terlihat garis merah yang mengucur cairan merah disana.

"K-kau! Apa yang kau lakukan bodoh!"

Seketika itu juga Mikasa langsung menyingkirkan pedangnya dan menjatuhkannya begitusaja di lantai batu menara dikastil tua itu. mengambil syalnya untuk menutup luka Naruto yang disebabkan pemuda itu sendiri.

Naruto hanya tersenyum simpul ketika dengan telaten gadis itu melilitkan syal merahnya pada leher Naruto yang berdarah itu dengan jarak mereka hanya terpaut beberapa centi saja dengan tatapan khawatir Mikasa yang mengarah pada leher Naruto yang lebih tinggi darinya.

"Apa yang kau lakukan? Kau ingin bunuh diri dengan waktu sesingkat ini?"

Pertanyaan gadis didepannya itu membuat Naruto tertawa kecil. Mikasa memicing tajam dengan wajah datarnya itu pada Naruto ketika mendapat respon seperti itu.

"Memang kenapa jika aku mati? kau sendiri juga ingin memenggal kepalaku, bukan?"

Ucapan Naruto membuat Mikasa menundukkan wajahnya dengan ekspresi yang tak terlihat. Namun juga Naruto sempat melihat sedikit semburat merah di pipi gadis berwajah datar itu.

"Ta-tapi.. aku tak bisa membiarkanmu mati begitu saja sebelum aku mengetahui siapa dirimu dan tujuanmu yang sebenarnya.." gumam Mikasa dengan wajah datarnya itu.

"Lalu? bagaimana dengan janjimu itu?"

Mikasa terjengit kaget ketika mendengar pemuda itu kembali menagih janjinya. Tatapan menusuk ia layangkan pada Naruto yang hanya mengangkat sebelah alisnya tertarik.

"Aku sudah bilang kau bisa memegang janjiku.. buktinya –"

"Kau saat ini berada disini bersamaku? Hoi, nona.. aku punya banyak pertanyaan padamu, tapi jika kau masih bersikeras dengan ancamanmu itu, keberadaanmu disini tak akan lama.. karena tak ada untungnya juga untukku jika terus berdebat dengan gadis sepertimu.." Naruto memotong perkataan Mikasa dan menjeda kalimatnya dengan menatap gadis itu dingin.

"Lebih baik aku membiarkanmu terbunuh oleh makhluk telanjang itu dan membiarkan rekan-rekanmu itu tewas tadi.. atau aku sendiri yang akan mengambil informasi darimu secara paksa. Dan membuatmu memohon ampun untuk kematianmu sendiri.. Mi-ka-sa-chan~"

Naruto berucap dengan jarak wajah beberapa centi meter dari wajah lawan bicaranya itu. dengan iris blue shappirenya yang menatap iris Mikasa yang memicing tajam dan turun ke bibir peach menggodanya itu dan kembali menatap iris Mikasa.

"Atau kau ingin merasakannya saat ini juga? Bagaimana aku mengambil informasi darimu.. seorang gadis yang keras kepala dan sangat percaya diri dengan kemampuannya.. kau benar-benar membuatku ingin melakukan itu.."

Ucapan Naruto kali ini malah semakin tajam dengan bibirnya yang hanya berjarak beberapa centi dari Mikasa. Saling merasakan hembusan nafas masing-masing. Bibir Naruto yang terbuka itu seakan ingin sekali mengeluarkan benda tak bertulang didalamnya untuk masuk ke dalam bibir Mikasa yang sedikit terbuka dengan ekspresi yang tetap tajam namun juga sedikit peluh menetes dari dahi gadis itu.

Seakan merasakan ancaman yang akan benar-benar dilakukan oleh pria lawan bicaranya ini, jika dirinya benar-benar tak memberikan informasi secara baik-baik pada Naruto.

Tapi Mikasa bukan gadis yang mudah menyerah begitu saja.

"Diam kau!"

Wuss!

Srett! Srett! Srett!

Mikasa melakukan serangan pukulan dengan tangannya yang kosong berusaha mengenai wajah Naruto. namun bertubi-tubi pukulannya dihindari oleh Naruto yang hanya memiringkan tubuhnya ke sembarang arah dengan mudah.

Srett! Wuss!

Tau semua pukulannya gagal, Mikasa melakukan tendangan cyrcle berusaha menjegal agar pemuda itu jatuh. Namun masih gagal karena Naruto melompat dengan kedua kakinya.

'Cih..' batin Mikasa mengumpat.

Greb!

Sring!

Dalam keadaan yang masih sama seperti slow motion, Mikasa memungut unit control yang tersambung dengan lempengan logam tajamnya yang membentuk sebuah pedang itu tepat dibawahnya yang masih dalam keadaan merendah. Lalu mengayunkannya vertical ke atas berusaha membelah tubuh Naruto.

Wuss!

Tap! Tap! Tap!

Mikasa membolakan matanya. Ternyata lompatan Naruto itu bukan hanya lompatan biasa. Pria itu melompat salto kebelakang menghindari ayunan pedangnya. dan mendarat dengan beberapa kali salto kebelakang dengan tangan dan kaki di hadapan Mikasa.

Wuss!

Mikasa berlari ke arah Naruto yang baru menyeimbangkan tubuhnya dengan pedang di kedua tangannya yang siap di ayunkan.

Sring! Wuss! Duag!

'A-apa?!'

Naruto yang tau Mikasa akan menebasnya, dirinya malah berlari menyongsong gadis itu juga. Hingga ketika ayunan pedang Mikasa padanya, dirinya lebih dahulu merendahkan tubuhnya dan melakukan tendangan cyrcle berputar tepat dikaki Mikasa yang tampak syok itu.

Greb!

Trank! Trank!

Namun bukannya rasa sakit mencium permukaan lantai batu dipijakannya karena terkena tendangan cyrcle Naruto pada kakinya, melainkan sebuah dekapan lengan kekar yang menahannya agar tak jatuh. Mengabaikan pedangnya yang jatuh ke lantai batu itu.

'Ba-bagaimana mungkin..' batin Mikasa syok.

Gadis itu dapat melihat tepat diatasnya wajah seorang pria berambut pirang yang menatapnya datar dengan tangan kanan pria itu menahan punggungnya.

Bagaimana gadis itu bisa percaya dirinya dikalahkan dengan mudahnya. Disaat seorang pun dalam Scout Resiment tak ada yang bisa menandinginya dalam berkelahi walaupun dirinya seorang gadis. namun saat ini? seorang pria yang baru ditemuinya baru saja mengalahkannya hanya dengan sekali tendangan dengan timing yang tepat!

"Kau masih ingin melanjutkannya? aku bisa melakukan tugasku mengambil informasi darimu setelahnya.."

Hanya wajah yang teralihkan ke arah lain menghindari kontak mata dengan pria yang menang duel dengannya itu. sebuah gelengan pelan sebagai jawaban langsung dari Mikasa yang membuat Naruto tersenyum simpul.

"Kau hebat.. aku mengaku kalah." Ucapan datar Mikasa berbanding terbalik dengan semburat merah tipis dipipinya.

Dengan posisi yang sama, Naruto sedikit menyeringai menatap gadis yang aneh menurutnya itu.

"Biar ku tebak.. aku adalah orang pertama yang berhasil mengalahkanmu dalam bertarung? Mengalahkanmu dengan mudah –"

Plakk!

Perkataan Naruto terpotong begitu saja karena sebuah tamparan keras dari Mikasa yang mengenai pipi kanannya dan membuat posisi mereka terpisah dengan Mikasa yang berdiri membelakanginya.

Naruto menyentuh pipi kanannya.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Naruto bingung.

Mikasa yang ekspresinya tak terlihat karena bayangan surai poninya dan wajahnya yang menunduk itu hanya menggeleng pelang dengan tangan kanannya seperti mendekap tubuhnya sendiri. Membuat Naruto semakin bingung dengan posisinya saat ini sebagai pria.

"Balasan untukmu. Tapi, aku benar-benar butuh informasi dari dirimu.. mungkin sama halnya dengan dirimu yang membutuhkan informasi dariku.." ucap Mikasa lirih.

Naruto yang mendengar itu menatap datar punggung Mikasa yang terlapis jaketnya itu. seraya melepas perlahan syal yang dipakainya dari Mikasa dan menjatuhkannya begitu saja di lantai batu pijakannya. Membuat bekas melintang dilehernya terlihat lagi namun dengan darah yang sudah sedikit mengering.

"Aku masih percaya kau akan menepati janjimu.. baiklah aku akan mengalah untukmu. Aku hanya manusia yang tersesat di tempatmu ini. aku tak punya tujuan apapun disini, dan.. maka dari itu aku punya banyak pertanyaan untukmu yang harus kau jawab." Balas Naruto.

Mikasa sedikit melirik kebelakangnya dengan wajah bingung. Namun dirinya juga masih butuh jawaban dari pertanyaan lain yang melintas di pikirannya itu.

"Lalu.. kenapa kau memilihku untuk menjawab pertanyaanmu? Kenapa tidak Armin, atau yang lainnya saja.."

Hening. Hingga beberapa detik berlalu Naruto tak kunjung menjawab pertanyaan dari gadis cantik itu. membuat bibir peachnya sedikit terbuka kembali untuk bersuara dan sedikit menolehkan kepalanya kesamping untuk melihat pemuda itu.

"Itu karena.."

Ucapan Naruto terdengar lirih. Namun masih terdengar jelas di telinga Mikasa yang memutar tubuhnya menghadap Naruto seraya ingin membalas perkataan pemuda itu yang seperti terjeda dengan ekspresi bingung di wajah datar gadis cantik itu.

"Karena? –"

Brukk!

Gyut!

Gadis itu kagetkan dengan pemuda di hadapannya yang tiba-tiba ambruk tepat di hadapannya yang menimpa dirinya dengan wajah pria itu yang ambruk tepat di dada gadis cantik itu. membuat keduanya terjatuh bersamaan dengan Naruto yang menimpa gadis itu diatasnya.

"A-apa yang terjadi padamu?!"

Mikasa tampak syok dengan wajah semburat merah dipipinya karena posisi Naruto yang seperti menggunakan dadanya untuk bantalan Naruto yang tak sadarkan diri yang sepertinya tanpa sengaja.

Namun dengan posisi yang saat ini, kedua lengan gadis itu seakan mendekap tubuh tak sadarkan diri Naruto karena reflek yang tak terduga.

'Pria ini.. kenapa?..' batin Mikasa yang menatap ke dadanya yang terdapat wajah Naruto disana.

Semburat merah pada pipinya semakin terlihat diwajah datarnya yang biasa tampak tenang. Kini untuk pertama kalinya Mikasa merasakan perasaan aneh yang dia sendiri bingung bagiamana harus mengatakannya.

Namun bukan perasaan ketika dirinya dekat dengan Eren. Perasaan aneh yang berbeda ketika bersama seorang pria dalam keadaan seperti ini untuk pertama kalinya.

Mikasa baru pertama kali melihat sosok pria ini yang mampu mengendalikan sebuah raksasa logam yang baru pertama kali juga dilihatnya. Ditambah pria ini membuatnya ekstra waspada dengan setiap kalimat yang di ucapkan.

Karena yang membuatnya sampai berada di sini dengan kondisi yang baru pertama kali juga dalam hidupnya ini adalah karena ucapan pria ini juga. Itulah yang membuat Mikasa bingung sekaligus waspada pada pria ini.

Apalagi yang anehnya, pria ini juga membantu dirinya dan pasukan Levi untuk menang dari pertempuran tadi dan selamat dari para Titan liar. Yang jelas pria ini masih misterius walaupun sedikit pria ini sudah menjelaskan tentang dirinya.

Tetap saja Mikasa harus waspada dengan orang baru ini.

Gadis cantik dengan semburat merah dipipinya itu menatap serius pada wajah damai Naruto didadanya. Mencoba mencerna apa yang dilakukan Naruto sampai seperti ini padanya.

Tapi hasilnya nihil.

'Sepertinya dia benar-benar tak sadarkan diri..' batin Mikasa yang tak menemukan kejanggalan dari ekspresi Naruto saat ini.

"Huft.."

Mikasa menghembuskan nafasnya untuk menenangkan pikirannya saat ini. menatap ke langit siang itu, lalu kembali menatap wajah Naruto di dadanya. Semburat merah semakin kentara di pipinya dengan wajah datarnya itu.

.

.

.

.

"Naruto-san.. kau kawan.. atau lawan.."

.

.

.

.

To be continued..

Ending:

Shinzou wo Sasageo! By Lingked Horizon.

.


A/N: special thanks untuk kalian semua yang setia mengikuti fict saya baik dari para guest, dengan akun atau silent reader yang membaca fict saya ini.

Jika kalian ingin melihat Mobile Suit, Character dan sebagainya, kalian bisa melihatnya di album fb saya dengan profil name Kyoigneel.

Jadi jangan lupa Fav and Follownya. Dan berikan kritik, komentar dan sarannya di kolom Review yang tersedia untuk memperbaiki kesalahan apa yang ada di setiap tulisan saya.

.

Salam hangat untuk kalian semua yang mengikuti fict Kyo.

See you next time!

By: Kyoigneel, out!

.

Next chapter: Decision..