BARBATOS
.
Disclaimer:
Naruto [Masahi Kishimoto]
Singeki no Kyojin [Hajime Isayama]
Dan semua sumber anime yang bersangkutan bukan milik Kyo.
Yang terpenting saya tak mengambil keuntungan apapun dari sumber anime atau character yang saya pinjam untuk fiction yang saya publish.
Rate: M.
Pair: Naruto x Mikasa.
Genre: Fantasi, Scy-fi.
Warning: Imajinasi liar!, Isekai!, Ooc, Typo, Don't like don't read!, Etc!
Summary: Sebuah perang akhir yang terjadi di sebuah dunia dengan penuh alat penghancur yang dikendarai oleh manusia. sebuah Mobile Suit dengan Pilot yang mengendarainya harus terlempar ke sebuah dunia yang juga sedang dilanda perang antara manusia dengan raksasa yang disebut Titan.
hapter 2: Promise!
.
.
Opening song:
Hotaru no Hikari by Ikimonogakari
.
.
.
.
Dap Dap Dap
Suara derap langkah kaki menggema di sebuah lorong. Dimana disisi kanan kiri lorong itu tampak beberapa jeruji besi menjadi pemisah antara ruangan dibalik jeruji itu dengan lorong tersebut.
Hingga beberapa meter berjalan, berhentilah sosok pria itu di sebuah ruang paling bawah yang ada di dalam lorong tersebut. Menatap pintu dengan jeruji besi dihadapannya dengan tatapan tajam.
Kreet!
Menggeser sebuah jendela kecil seperti celah yang seukuran tiga jari. Menatap sosok pria pirang yang tak sadarkan diri dengan tangan dan kakinya diikat rantai dengan posisi terlentang.
"sudah tiga hari.."
Puk!
"ah! Mi-mikasa-san.. kau mengagetkanku saja." Ucap pria bersurai coklat yang tersentak kaget karena ditepuk pundaknya.
"seperti biasa.." balas gadis cantik itu yang tak merespon penjaga tersrbut dan malah berdiri di depan pintu itu tepat.
Menggeser otomatis kedudukan sang penjaga yang sedikit bingung dengan kelakuan gadis petarung itu.
"hah.. iya-iya sabar. Prasaan setiap hari kau seperti ini sejak pemuda itu disini.." ucap pria itu yang sedikit bingung dengan kalakuan mikasa akhir2 ini, sembari membukakan jeruji besi tersebut dengan kunci yang dia bawa.
Kriet! Jrek!
Setelah pintu itu terbuka, mikasa tanpa banyak bicara langsung masuk dan mendekat pada sosok pria pirang yang tertidur di sebuah kasur dengan tangan dan kakinya yang di rantai.
Duduk di kursi tepat disebelah pria pirang itu.
Mengambil sebuah kain yang kemudian dia celupkan ke dalam air di sebuah wadah berisi air yang dia bawa.
Membuka pakaian pria itu dan mengelapnya dengan kain basah untuk membersihkan tubuh pria itu perlahan. Mulai dari leher terus turun ke bagian perutnya.
Tatapan datar namun menyelidik dilayangkan tepat ke tubuh pria itu. Perasaan bingung, kagum dan sebagainya muncul setiap menatap tubuh pria yg dirawatnya ini.
Bagaimana tidak, tubuh kekar bak atlet dengan banyak bekas luka benda tajam terlihat disana. Kagum namun juga miris melihatnya. Banyak pikiran bermunculan tentang kehidupan pria pirang yang baru dikenalnya ini dikepalanya.
'sebenarnya, kau berasal darimana?..' pertanyaan dalam hati yang jelas tak mungkin ada jawaban dari orang yang ditujunya.
Si penjaga yang dari tadi melihat Mikasa seperti itu hanya mampu diam tak mengganggu.
Pasalnya sejak si gadis itu membawa si pirang ke dalam benteng, Mikasa lah yang merawat pria itu dan slalu ada di samping pria itu. Padahal jika dari keterangan yang dia terima dari para pasukan pengintai yang ikut bertempur di luar dinding, pria ini berbahaya dan masih belum jelas dia ini berada di pihak siapa. Tujuan pria ini saja belum jelas sampai skarang.
Kriett
Penjaga itu tak mau ikut pikir panjang. Menutup pintunya dengan mikasa didalamnya bersama pria itu.
.
.
.
.
Di sebuah ruangan yang terletak di dalam bangunan di Sheena Wall, tampak para pemimpin 3 pasukan pelindung sedang berdiskusi. Telihat seorang pria berambut hitam berwajah datar dengan seorang pria botak berkumis duduk berhadapan. Sementara seorang lagi duduk di sebrang antara kedua orang itu berambut hitam namun dengan wajah memicing tajam menatap pria berwajah datar.
"Levi, apa kau tak mau ambil tindakan soal pria dengan logamnya itu? Bisa saja dia mata-mata bangsa Marley yang dikirim pada kita untuk menghancurkan kita dari dalam dinding?" ucap seorang pria berambut hitam pendek itu.
"Sejujurnya aku pun tak tau apa tujuannya datang kemari. Namun dari keterangan pendek yang diberikan dari Mikasa, dia membantu kami waktu itu atas permintaan Mikasa. Jadi untuk sementara Mikasa lah yang menjaga pria itu.." balas pria yang dipanggil Levi itu datar.
"Dari informasi yang ku dengar dari para pasukan pengintai yang berperang di garis depan pun sama. Dengan mudah raksasa logam itu membabat habis para titan, dan menyelamatkan banyak nyawa mereka. Jadi kita tak bisa menganggapnya musuh juga.." si pria botak menjeda kalimatnya seraya menyedot rokok yang ada di tangannya.
"Tapi kita juga perlu waspada untuk itu. Walaupun aku percaya jika pria itu ada dipihak kita.."
"Aku tidak setuju dengan kalian.. kalian tau sendiri keadaan kita saat ini sedang kritis. Eren masih dalam proses pemulihan sedangkan pasukan musuh memiliki banyak mesin-mesin udara yang akan dengan mudah menghancurkan kita! Apa kita bisa mempercayakan ini pada pendatang baru yang belum jelas siapa dia sebenarnya hah?!" si pria berjanggut itu membentak.
"Tenanglah Nil-san.. kita harus atasi masalah ini dengan tenang. Karena kita tak punya pilihan lain selain percaya dengan dia. Lagi pula kita punya Mikasa.. aku yakin ada sesuatu antara mereka." Balas si botak pada pria yang bernama Nill Dawk itu.
"Apa yang dikatakan Pixis-san benar. Tapi untuk saat ini kalian tak perlu memikirkan pria itu. Cukup aku yang menangani masalah di pasukanku. Mikasa pun aku percaya padanya.. setelah pria itu sadar, aku akan mengambil informasi darinya.." ucap Levi yang stay dengan wajah datarnya seraya meminum air di gelas yang ada di meja tepat pemisah antara mereka bertiga.
Sementara Dot Pixis yang memimpin pasukan penjaga hanya melirik Nill yang tampak menggeram dengan wajah kerasnya.
Inilah yang paling tak disukai oleh Pixis dari Nill. Sifatnya yang keras kepala dan tak mau kalah. Namun hanya mengandalkan jabatannya sebagai pimpinan polisi militer kerajaan saja.
.
.
.
.
_[[BARBATOS]]_
.
.
.
.
"Bagaimana menurutmu kemampuan raksasa itu?" tanya seorang pria yang duduk di sebuah singgasana yang tertutup bayangan ruangan itu. Hanya tampak cahaya mengkilap dari kacamata yang dipakainya.
"Maaf untuk saat ini aku tak tau Titan jenis apa itu. Bentuknya hampir sama seperti milikku dan Eren, tapi juga berlapis logam. Yang anehnya dia mampu bergerak di udara dan mengeluarkan api dari bagian tubuhnya." Ujar seorang pria bersurai pirang yang bertubuh tegak.
"Jadi perjalananmu selama beberapa hari kemari hanya untuk menyampaikan kekalahan kita.. begitu?" balas sosok berkacamata itu datar.
Peluh menetes dari sosok pirang yang menatap tegang pria berkacamata dihadapannya.
"Tidak. Kami hanya mundur untuk sementara karena situasinya yang berbeda dari perkiraan kita sebelumnya. Sosok itu bahkan memiliki persenjataan api yang mampu menghancurkan pasukan udara kita.." pria pirang itu menjeda kalimatnya.
"Kemampuannya pun aku yakin, pasti masih lebih dari yang kita ketahui saat ini." Lanjut pria pirang itu memicing tajam menatap pria berkacamata dihadapannya ini.
"Jadi menurutmu, raksasa itu sejenis Titan seperti kita? Karna aku waktu itu tak ada di tempat kejadian.. jadi maaf aku tak bisa membantu banyak." Ujar sosok gadis berambut hitam diikat dengan pakaian baju berlengan panjang dan celana panjang coklat yang bersidekap dada disebelah pria pirang itu.
"Hmm.. menarik. Jadi kita mempunyai musuh baru disini. Entah itu Titan atau bukan rahang Jaws Titan ku mampu meremukkan tulangnya." Dengan pede pria berambut klimis namun juga pirang ini ikut menjawab seraya bersnadar di dinding ruangan itu.
"Aku tau apa yang kalian pikirkan saat ini tentang sosok itu. Tapi perlu kalian ketahui adalah, dia mampu menghabisi pasukan udara kita dengan mudah dan memukul mundur diriku waktu itu.. tapi untuk pertemuan selanjutnya, akan ku remukkan tulangnya." Ujar pria pirang bertubuh kekar yang menjadi sorotan sejak tadi.
Sementara pria berkacamata itu hanya diam sembari berpangku dagu dengan kedua tangannya. Tampak berpikir seraya iris matanya mengeksplor ekspresi pria pirang itu dari balik kacamatanya. Tak lama lalu berpindah ke seorang gadis yang tampak paling muda disana yang duduk dan hanya menyaksikan rekan-rekannya disana.
Rencana yang di susunnya bertahun-tahun harus gagal karena kedatangan pendatang baru di dunianya. Dan sepertinya pendatang baru ini mempunya kekuatan yang sebanding dengannya. Karena dari cerita bawahannya ini, hanya sendirian dapat memutar balik keadaan dan memukul mundur pasukannya kembali ke daerah Marley di luar pulau Paradise itu.
'Eren, Armin, Mikasa, Levi.. hanya mereka yang menjadi ancaman sampai saat ini. Tapi dengan kemunculan sosok baru yang belum diketahui informasinya itu, kemungkinan akan memperberat keadaan. Hmm..' batin pria berkacamata yang masih tampak berpikir itu.
'Hmm.. aku harus membuat rencana lain rupanya. Baiklah..' batin pria berkacamata itu yang menyeringai dibalik bayangannya dengan kilat cahaya dari kacamatanya itu.
.
.
.
.
_[[BARBATOS]]_
.
.
.
.
"Bagaimana kabarmu Eren? Kau sudah baikan?" tanya seorang pria berambut pirang yang agak pendek yang saat ini duduk di sebuah kursi di dalam kamar pria bernama Eren itu.
"Hah.. aku kan sudah bilang aku sudah tidak apa-apa sejak kemarin Armin! Aku ingin segera pergi dari tempat ini dan menghabisi para Marley.. lagipula.." Eren yang tiba-tiba diam dan menatap Armin tepat diwajahnya itu perlahan mendekat dengan tatapan serius.
Glekk!
Membuat Armin menelan ludahnya berat dengan peluh tiba-tiba muncul didahi dan menetes ke lantai.
"A-ada apa?.." wajah pucat pasi Armin tiba-tiba muncul ketika beberapa centi wajah pria pirang itu hampir menyentuh hidungnya.
"Bagaimana keadaan pria misterius itu?"
Pertanyaan yang terlontar itu membuat Armin sedikit bernafas lega. Dia kira pertanyaan apa yang akan dilayangkan padanya. Ternyata tentang pria itu lagi.
"A-Emm.. dia masih belum sadar. Mikasa masih bersamanya kok tenang saja Eren. Kalaupun dia sadar, dia tak kan bisa kabur dari Mikasa." Ujar Armin seraya menjauhkan wajahnya dari Eren dengan sedikit senyum kikuk karna Eren yang memicing tajam menatapnya.
"Aku juga tau kalau Mikasa dapat diandalkan. Tapi bagaimana dengan benda raksasa miliknya yang kau ceritakan itu? Apa aman? Yang ku takutkan nanti jika akan ada dari pihak musuh yang mengincar benda raksasa itu dan berbalik melawan kita." Ujar Eren yang tampak memandang serius Armin.
"Aku sudah memikirkan itu beberapa hari yang lalu.. raksasa logam itu sudah dijaga ketat di sana, Cony, Sasha, Jean ada disana untuk menjaganya. Masih banyak lagi yang stand by disana sampai Mikasa mendapatkan informasi yang jelas tentang pria itu." Armin menjelaskan.
"Baiklah kalau begitu kita temui pria pemilik raksasa logam itu skarang-"
"Kau mau kemana Eren?"
Baru saja Eren berusaha bangkit dari tempat tidurnya, dan berusaha berjalan menuju pintu keluar kamarnya, Hange Zoe yang baru saja membuka pintu menatap Eren dengan tatapan gelap dengan Kilat di kacamatanya. Membuat Eren menghentikan gerakannya seketika patah-patah dengan kepala menggeleng pelan.
Armin hanya tertawa pelan menatap Eren yang tak berkutik.
.
.
.
.
_[[BARBATOS]]_
.
.
.
.
Greb! Brukk!
"Ahhmm!"
Mikasa tersentak kaget ketika sebuah lengan tiba-tiba saja mencengkram lengan mulus Mikasa yang sedang menyentuh bekas luka di dada kiri pria pirang yang terlelap. Namun sepersekian detik mikasa ditarik kuat oleh lengan itu dan membuatnya berbaring di atas pria pirang itu dan berguling ke kiri.
"Mmhhh.."
Mikasa membolakan matanya. bahkan saat ini bibirnya terkunci oleh bibir sang pelaku yang tiba-tiba menariknya dan mendekapnya saat ini. Gadis cantik itu berusaha menyingkir dari dekapan sang pria. Namun tenaganya kalah dengan pria pirang itu yang entah sadar atau tidak sedang melakukan hal itu padanya.
"Mhhh.."
Mikasa tak mengerti harus bagaimana lagi. Wajahnya bersemu merah, entah perasaan apa yang dia rasakan saat ini. Perasaan aneh yang muncul kembali saat pertemuan pertamanya dengan pria ini. Namun juga ada perasaan lain ketika bibir mereka saling terpaut seperti ini. Dirinya yang ingin sekali menolak dan memisahkan diri, tak bisa dengan tubuhnya menolak dan ingin tetap seperti.
Irisnya yang terpejam perlahan menikmati apa yang dilakukan pria itu. Dirinya pun perlahan mengikuti apa yang dilakukan sang pria padanya perlahan. Menggerakkan bibirnya dengan lidahnya yang bergerak menggapai lidah sang pria.
Entah darimana ilmu itu berasal, Mikasa hanya mengikuti saja. Dan ini adalah hal pertama baginya sebagai seorang gadis selama bersama Eren.
"Elmmh.." Mikasa semakin menjadi ketika pria itu tiba-tiba diam.
Hingga beberapa menit kemudian Mikasa membuka matanya perlahan ketika merasakan bibir dari sang pria sedikit berubah. Dan sepersekian detik kemudian, gadis cantik itu membolakan matanya dan menutup mulutnya yang bercampur liur itu dengan tangan kirinya yang terbebas.
Menatap tepat iris blue shapire yang menatapnya dengan seringai jahil disana.
"Ka-kau!.."
"Kau agresif juga ternyata. Hmm.."
Ucapan Mikasa yang seperti berbisik itu terpotong oleh Naruto yang memandang lekat iris Mikasa yang mulai berkaca-kaca.
Bayangkan sendiri. Bagaimana jika menjadi seorang gadis yang baru mengenal seorang pria, tiba-tiba berada dalam posisi seperti ini.
Sifatnya yang keras dan pemberani yang bahkan akan langsung menghajar siapapun jika berani menyentuhnya seperti ini kecuali Eren tentunya. Tapi kenapa?
Semua berubah drastis ketika berhadapan dengan pria aneh ini.
Greb!
"Ah!.."
Baru saja Mikasa berniat beranjak dari tempat itu, sebuah dekapan lembut yang membuatnya tenggelam dalam dada bidang pria pirang itu.
Perasaan nyaman dan aman muncul kali ini. Berbeda dari sebelumnya. Irisnya terpejam dengan liquit bening menetes dari pipi mulusnya.
"Maaf.."
Sebuah kalimat yang muncul dari mulut pria pirang itu. Seraya mencium rambut Mikasa yang aromanya menyeruak masuk ke hidungnya.
Harum.
.
.
.
.
Kriet!
Pintu terbuka. Pelaku pembuka pintu itu pun membolakan matanya ketika melihat apa yang ada didalam.
"Aaaa.. sebenarnya apa yang terjadi Mikasa-san?.." tanya pria itu dengan setetes keringat sebesar biji jagung muncul di kepalanya.
Bagaimana tidak. Sebelum pria ini meninggalkan Mikasa didalam, dia melihat pria itu tertidur dengan Mikasa duduk dikursi sebelah kasur itu. Tapi saat ini, yang terlihat adalah Pria itu tertidur di pangkuan gadis cantik itu.
"Semua baik-baik saja. Aku juga sudah mendapatkan informasi darinya. Jadi sekarang lepaskan rantai darinya." Ujar Mikasa datar.
"A-apa dia tidak melawan?.." tanya penjaga itu ragu.
"Jika dia melawan, aku yang akan membunuhnya." Balas datar Mikasa dengan irisnya yang melirik pria pirang dipangkuannya yang sedang menahan tawanya agar tak pecah.
Penjaga itu mendekat dan melepas rantai itu dengan kunci yang dibawanya.
Twict!
"Arrgg!.. Mi-mikasa!"
Tak mau kalah, Mikasa menggunakan jari-jari tangannya yang kuat menjewer telinga Naruto hingga berteriak kesakitan.
"Sudah ayo ikut. Ini saatnya kau menjelaskannya pada Levi-san." Ujar Mikasa seraya menarik Naruto berjalan keluar dari ruangan itu setelah rantai yang ada ditangan dan kakinya dilepas oleh penjaga itu.
.
.
.
.
Blarrr!
Baru saja beberapa menit Naruto berjalan dengan Mikasa yang berada di depannya, sebuah ledakan yang tiba-tiba muncul membuat guncangan yang lumayan ditempat mereka.
"Mikasa.." ujar Naruto menatap tajam Mikasa yang juga menatapnya kali ini.
"Aku tak tau apa lagi yang terjadi kali ini.. tapi ledakannya sepertinya dekat dari sini. Tidak.. ledakan ini berasal dari penjara yang digunakan untuk menahan kristal Annie!" Mikasa membolakan matanya ketika otak cerdasnya baru ingat jika cristal Annie juga di simpan di sekitar sini.
"Annie? Siapa dia?.." tanya Naruto bingung.
"Mikasa! Kita harus pergi dari sini mencari Eren! Hanya dia yang bisa mengalahkan Female Titan!"
Seorang pria dengan ODM Gear di pinggangnya berlari ke arah Mikasa. Karena hanya mereka berdua yang ada di lorong itu.
"Baiklah. Kau pergi duluan, Eren pasti ada di kamarnya. Aku harus membawa pria ini dulu." Ujar Mikasa serius. Dan dibalas anggukan oleh pria yang sepertinya bagian dari pasukan pengintai.
Naruto yang melihat itu hanya diam tak bersuara. Kali ini dia ingin melihat tempat seperti apa yang dia singgah i ini.
Karena notabennya dia pendatang baru dan juga baru pulih, jadi dia ingin mengikuti alur dari si gadis ini. Karena hanya gadis ini yang dapat dia andalkan untuk sementara sampai dia menemukan lokasi Barbatos.
Mereka bergegas keluar dari bangunan itu.
.
.
.
.
Eren side.
Ditempat Eren, ledakan yang terjadi barusan sudah membuat pria beriris green itu berlari keluar tak lupa menggunakan ODM Gearnya untuk berjaga-jaga.
"Armin! Apa yang terjadi?" tanya Eren ketika ia bertemu Armin di atap bersama pasukan pengintai lain yang siap dengan ODM Gearnya.
Armin tak menjawap. Hanya lirikan matanya yang ia alihkan menatap Eren sebentar dan kembali menatap sesuatu didepannya.
"Female Titan.." ujar Armin menatap serius Annie yang ternyata kembali merubah dirinya menjadi Titan.
"Aku akan menghabisinya kali ini!." Eren menggeram marah menatap Female Titan yang tampak berlari mendekati dinding.
"Jangan Eren! Kali ini kita jangan gegabah. Dia tak kan bisa lolos dari sini dengan mudah. Kita jangan sampai membunuhnya, lebih baik kita bicara baik-baik dengannya. Ingatlah, kita butuh kekuatan tambahan disini."
Apa yang dikatakan Armin memang benar. Musuh pasti sudah menyiapkan kekuatan tambahan untuk menghancurkan bangsa Eldia. Dan tidak lama lagi pasti akan ada serangan kembali dari mereka.
Walaupun pada saat itu Eldia sudah berhasil memukul mundur akibat datangnya raksasa logam itu, tapi tetap saja raksasa itu masih belum bisa di prediksi apakah dia musuh atau kawan. Jika dia musuh itu akan menambah beban bagi mereka yang harus memikirkan cara apa lagi untuk mengalahkan raksasa besi itu.
Mengalahkan Titan saja membutuhkan banyak korban. Bagaimana dengan raksasa logam itu yang dirinya sendiri lihat dengan mudah menghabisi para Titan beserta persenjataan berat para Marley.
"Hah.. aku mengerti Armin. Lalu, apa rencanamu saat ini?" tanya Eren.
"Kita bagi tugas. Aku akan menuju ke tempat pria misterius itu, kau ikuti Female Titan. Kau kalahkan dia jika dia berusaha pergi dari dinding ini."
Eren mengangguk mengerti dengan intruksi yang di berikan Armin. Tanpa menunggu lama, semua orang disana berpencar sesuai tugas mereka masing-masing.
.
.
.
.
Dijalan tepat beberapa meter dari Female Titan, dua orang manusia berbeda gender sedang mengefakuasi penduduk yang berlarian menjauh dan menuju ke sisi lain dari Titan itu untuk menjauh.
"Mikasa, dimana posisi Barbatos berada skarang?" tanya Naruto datar menatap Mikasa yang berdiri di sampingnya mengamankan seorang anak yang berlari menjauh.
"Tidak. Jika kau sampai menggunakan benda itu lagi, bisa saja kau pergi dari sini seenaknya." Ujar Mikasa tak kalah datar dari Naruto.
"Kalau kau tak mau membantuku.. terpaksa aku yang harus memaksamu." Naruto berkata dingin kali ini.
"Coba saja kalau kau bisa." Mikasa pun tak mau kalah dengan pria yang baru ditemuinya itu.
Wuss!
Sreet!
Naruto tanpa basa-basi melesat kearah Mikasa dan mengunci gerakan gadis itu tepat dari belakang. Kedua tangannya mengambil gagang ODM milik Mikasa yang berada di pinggang gadis itu dan mengarahkannya tepat ke dinding yang ada.
Gadis itu terpaku.
"Dasar gadis keras kepala.. jika aku tak bisa pergi sendiri, aku akan pergi bersamamu." Ujar Naruto tepat ditelinga Mikasa yang saat ini merona dan tak berkutik. Loading seketika.
Boss! Jleb! Buss!
Naruto mengaitkan tubuhnya dengan Mikasa seraya mengendalikan ODM Gear yang digunakan gadis cantik itu untuk pergi menuju ke arah dinding.
Searah dengan Female Titan yang saat ini menghancurkan apapun yang menghalangi jalannya.
.
Dum! Dum! Dum!
Female Titan Berlari cepat ke arah dinding berusaha pergi dari tempat itu. Dengan kecepatan yang dimilikinya ia menghiraukan puluhan pasukan pengintai yang mengikutinya dari segala sisi.
Iris matanya mengeksplorasi setiap celah yang dia lewati. Berusaha mencari sesuatu yang mungkin dia kenal.
Wush! Brakk!
Brak! Brak! Brak!
Female Titan melompat tinggi dan memanjat dinding itu dengan tangannya yang di perkeras. Dengan cepat memanjat keatas.
Namun pasukan pengintai tak mau tinggal diam, mereka menggunakan pengait mereka dan berusaha menebas titik lemah Titan itu. Namun sayang, semua titik itu diperkeras olehnya dan menggunakan tangannya untuk menarik pengait yang digunakan para pasukan hingga menabrakkannya ke dinding hingga tewas.
"Sia-sia.. aku harus berubah untuk menghentikannya!" ujar Eren yang melesat dengan ODM gearnya yang kemudian sampai beberama meter dari dinding, Eren melesat cepat keatas dinding.
Swuss! Dab! Sring!
Dengan cepat Eren melayang tinggi keatas melewati punggung Female Titan yang baru saja sampai diatas dan berdiri tepat diujung permukaan dinding. Menatap Eren yang melewatinya dan mendarat tepat beberapa meter dihadapannya dengan pedang miliknya.
"Hah.. hah.. kau masih ingat aku hmm?" tanya Eren menyeringai menatap mata Female Titan yang menatap datar dirinya.
Graaa!
Haaaa!
Brak! Brak!
Tap! Tap!
Keduanya sama-sama berteriak dan berlari bersamaan saling menyongsong satu sama lain.
Bosh! Jleb! Sring!
Eren menggunakan ODMnya dan bermanufer melayang melewati Female hingga sampai dibelakang tengkuknya setelah sebelumnya melewati pukulan Female yang dilewatinya dengan berputar.
Sring! Trank!
Tebasan yang dilayangkan pada tengkuk Female dengan mudah digagalkan dengan dirinya yang mengeraskan bagian tersebut.
"Kuso!.." umpat Eren.
Brak! Wuss!
Tanpa pikir panjang Female dengan kuat menggunakan kakinya dan melompat turun dari dinding itu dan masuk ke dinding maria.
Blarr!
Bersamaan dengan Eren yang masih terkait dengan tubuh Female mendarat tepat di permukaan tanah dari ketinggian itu. Tak lupa menggunakan tangannya menahan beban tubuhnya dengan perpegangan pada dinding untuk memperlambat jatuhnya.
Brak! Brak! Brak!
Female kembali berlari ke arah dinding luar Maria yang lumayan jauh jaraknya. Namun dengan kecepatan yang dimilikinya, bukan hal yang mustahil untuknya.
'Sial! Kalau begini, dia akan kabur.. baiklah hanya ini satu-satunya cara untuk mengehentikannya.' Batin Eren yang kembali mengejar Female dengan pengaitnya.
"Melawan Titan dengan Titan! Haa!" teriak Eren yang kemudian mengarahkan tangannya pada mulutnya.
Grass!
Sringg! Blarrr!
Grooaarr!
Menggigit tangannya hingga terluka, seketika itu cahaya dan petir bermunculan dari tubuh Eren yang kemudian ledakan lumayan besar muncul. Hingga beberapa detik kemudian muncullah raksasa setinggi 14 meter beriris hijau berambut panjang dengan tubuh yang berotot dan berteriak keras.
Wuss! Brak! Brak! Brak!
Titan Eren berlari mengejar Titan Annie yang lumayan jauh didepannya. Namun Titan Eren tak mau kalah dan terus mengejar.
'Kuso! Dia cepat..' Batin Eren yang masih berlari.
Brak! Brak!
rumah-rumah warga yang menghalangi jalan Female Titan dihancurkan begitu saja. Hingga sedikit membuat lajunya melambat. Kesempatam bagus untuk Eren mengejar.
Greb!
Groaarr! Wuss!
Titan Eren yang berlari itu mengambil potongan kayu besar dari rumah yg hancur akibat Female dan melemparkannya ke arah Annie.
Srett! Hanya melirik sekilas dan menghindarinya dengan memiringkan tubuhnya sedikit. Hingga melewati tubuhnya begitu saja. Annie melanjutkan larinya.
"Eren! Kami akan membantu!"
Beberapa pasukan meluncur mengejar Annie dan berusaha menahan pergerakan Female Titan itu.
.
.
.
.
_[[BARBATOS]]_
.
.
.
.
Sring! Tap!
Dua orang berbeda gender mendarat tepat diatas permukaan dinding luar Maria. Keduanya menatap seorang pria pendek berwajah datar yang berdiri tepat bersamaan dengan seorang pria berambut pirang namun lebih pendek.
"Hmm.. siapa dia?" tanya Naruto berbisik ditelinga Mikasa yang menatap datar kedua rekannya itu.
"Mikasa.. kalian mau kemana? Kami membutuhkan bantuanmu disana." Ujar pria berwajah datar itu ketika Mikasa ingin menjawab pertanyaan Naruto.
"Naruto-san, perkenalkan.. Dia pimpinan pasukan pengintai Levi. Sedangkan kau sudah tau yang berada disebelahnya, dia Armin. Dan Kaichou, aku hanya ingin mengantar pria ini menuju raksasa logam miliknya diluar dinding ini." Ujar Mikasa santai seraya melirik Naruto yang masih setia dibelakangnya menempelkan dagunya di pundak gadis cantik itu.
"Maaf Mikasa kita belum mendapatkan informasi dari dia dan kau ingin percaya begitu saja padanya? Kau bukanlah tipe orang seperti itu. Atau jangan-jangan orang itu telah mencuci otakmu?" ujar Levi menatap tajam Naruto yang memejamkan sebelah matanya menatap datar dirinya.
"Aku minta maaf, aku hanya numpang istirahat saja disini. Aku bukan dari bangsa Eldia ataupun Marley. Jadi aku tak akan ikut campur dengan perang kalian ini. Aku hanya ingin pergi dari tempat ini dan mmm, kembali ke tempatku berasal." Balad Naruto tenang.
Kedua tangan pria pirang itu yang masih memegang gagang ODM Gear milik Mikasa ia silangkan didepan perut gadis itu. Hingga seperti sedang memeluk perut rata gadis cantik itu.
Mikasa yang berada diposisi itu semakin menelan ludahnya berat. Wajahnya sudah memerah padam dengan tubuh mereka yang tak ada jarak.
Deru nafas Naruto yang berada di lehernya membuat perasaan aneh kembali muncul. Bahkan tangannya yang sejak tadi diam, kini beranjak memegang kedua tangan Naruto. Berusaha menahan perasaan aneh itu.
"Kau ehm.. ti-tidak akan bisa kabur darih-nyah.. ehmm.." Mikasa berbisik pada Naruto yang saat ini malah menjilati leher Mikasa. Irisnya tetap memandang Levi yang saat ini mulai mengeratkan genggamannya pada gagang pedangnya
Armin yang menatap dengan bersemu merah dipipinya semakin bingung harus apa. Dirinya juga baru sadar jika sahabatnya itu tak memakai syal dari Eren. Ditambah dengan bebas pria itu dibiarkan begitu saja melakukan hal itu padanya.
'Sebenarnya apa yang terjadi padamu.. Mikasa?!' batin Armin.
"Levi-san.. apakah kau mau mengurusi hal yang tak penting begini daripada mengurusi si raksasa telanjang disana? Kalau dia sampai kalah oleh si raksasa wanita itu, kalian bisa menjadi sasaran empuk loh." Ujar Naruto yang masih melakukan aktifitasnya.
Mikasa hanya mampu mendesah dengan kepalanya yang bergerak kesana kemari menikmati sesuatu yang baru pertama kali dirasakannya. Selain itu, dia juga tak bisa berkutik karena ada suatu hal yang mengharuskannya mengikuti perintah Naruto untuk saat ini.
"Aku tau, kau adalah manusia terkuat disini. Pengguna 3D Maneuver Gear yang paling hebat sehingga mampu mengalahkan Beast Titan sendirian." Naruto menyeringai.
Levi semakin menatap dingin Naruto.
"Mikasa, jika nanti pria itu menjadi masalah untuk bangsa kita. Orang yang pertama ku bunuh adalah dirimu. Aku akan membiarkanmu mengurus orang itu.. ayo Armin."
Levi segera pergi dari sana bersama Armin yang masih loading pikirannya karena melihat aksi Naruto.
Bruk!
Sementara Mikasa entah dia menggubris perkataan Levi atau tidak. Karena saat ini bahkan untuk berdiri saja dia sudah gemetar. Dia terduduk lemas disana dengan wajahnya yang tertutup poninya.
"Ektingmu bagus juga Mikasa-chan.." ujar Naruto santai seraya pergi dari sana meninggalkan gadis cantik itu setelah melepas ODM Gear Mikasa dan menggunakannya.
"Awas kau.. pirang.." bisik Mikasa geram.
Naruto masih dapat mendengar itu dan tersenyum jahil seraya menahan tawanya. Bergegas berlari dari sana dan melompat keluar dari dinding itu. Bergerak menuju tempat yang ditujunya.
"Kau harus slalu mengingatku! MIKASA-CHAN!"
Teriakan itu membuat Mikasa yang sebelumnya menggeram marah sedikit demi sedikit bersemu merah dengan wajah flatnya itu.
.
.
.
.
Brakk!
Terlihat raksasa wanita yang sedang mengunci gerakan lawannya dan menghantamkan kepala raksasa beriris hijau itu ke dinding. Hingga membulkan retak di dinding itu yang kemudian hancur dibeberapa bagian akibat pertarungan kedua Titan itu.
Groo!
Sret! Buag!
Titan Eren tak mau terus tertekan, dia menggunakan siku kanannya untuk menyerang pinggul Annie yang pertahanannya terbuka. Namun Female Titan itu kembali menangkisnya dengan kaki kanannya yang ia tekuk.
Titan Eren yang telah kehilangan lengan kirinya itu tampak masih tak mau mengalah dan mengambil jarak bersamaan dengan Annie yamg memasang kuda-kudanya.
'Annie, dia berbeda dari yang sebelumnya. Kenapa gerakannya berubah dan dengan mudah membaca gerakanku?.' Batin Eren yang menjadi Titan saat ini.
Pertarungan keduanya terus berlanjut dengan Annie yang skarang mampu mengeraskan setiap tubuhnya. Hingga hampir tak ada celah untuk Levi menyerang.
Nampaknya Annie telah belajar dari kesalahannya yang sebelumnya. Pola serangan Eren dan para pasukan pengintai telah terbaca oleh gadis cantik yang menjadi Titan itu.
"Levi-Kaichou! Apa yang harus kita lakukan? Tempat ini akan hancur jika membiarkan mereka berdua bertarung disini. Aku juga harus membantu!" ujar Armin yang tampak khawatir dengan Eren yang kualahan melawan Annie yang sekarang.
"Apa kau yakin kau bisa mengendalikannya? Jika gagal, tempat ini lah yang akan hancur olehmu nantinya." Balas Levi menatap Armin datar.
"baiklah.. jika aku gagal.. bunuh aku bagaimanapun caranya! Tapi kita harus membiarkannya keluar. Kita akan melawannya diluar untuk mencegah lebih banyak kehancuran dan korban jiwa!."
Apapun yang dikatakan Armin, Levi setuju. Karena hanya ini caranya untuk memperkecil kemungkinan hancurnya tempat ini dan mengurangi korban jiwa. Kalaupun gagal mendapatkan Annie, Collosal Titan Armin tak akan dengan mudah menghancurkan tempat ini.
"Eren! Biarkan dia pergi!" teriak Levi.
Eren yang dalam wujut Titannya mendengarkan Levi. Dia yakin pasti Armin memberi taju rencana lain mendapatkan Annie.
Akhirnya, Titan Eren hanya mundur mengambil jarak antara Titan Annie yang dengan hitungan detik segera melompat memanjat dinding itu.
Tak butuh waktu lama, Female Titan dengan kekuatannya mampu memanjat dengan mudah dan sampai di permukaan dindimg itu. Berkongkok dengan menatap para pasukan pengintai yang jumlahnya puluhan itu berada di sekitarnya.
Swuss! Brakkk! Duark!
Dengan cepat Female Titan melompat turun dari dinding itu dan kembali menggunakan kemampuan pengerasnya pada tangannya dan turun seraya menaham tubuhnya dengan berpegangan di dinding dengan tangannya. Dengan mudah mendarat dipermukaan tanah di luar dinding Maria.
Dab! Dab! Dab!
Annie berlari menjauh dari dinding dengan kecepatannya. Tak sadar jika Armin telah mengikutinya bersama para pasukan pengintai lainnya.
"Kau tak kan ku biarkan lolos..!"
Graup!
Sring!
Armin berteriak seraya melukai tangannya dengan menggigitnya. Hingga muncul sinar dan petir dari tubuh Armin yang menutupi daerah disekitarnya
Blarr!
Groooaaaa!
Dum!
Hingga muncullah Collosal Titan yang tingginya menvapai 40 meter. Berjalan kearah Titan Annie yang berhenti menatap Collosal yang juga menatapnya saat ini.
Annie seketika mengeraskan tubuhnya. Seluruh tubuhnya saat ini telah sekeras berlian. Panas dari Titan Collosal tak mempan baginya. Masalahnya hanya bagaimana mengulur waktu sampai Collosal mengecil karna panas uapnya sendiri.
Annie tau, jika perubahan Collosal tak akan lama dan gerakannya lambat. Itulah kelemahan Titan itu.
Levi dan para pasukan yang tersisa melihat pertarungan yang berag sebelah itu. Dimana Annie sejak tadi bergerak lincah berusaha memotong persendian Collosal. Namun Collosal pun tak mau kalah dengan menggerakkan kaki dan tangannya untuk meremukkan Annie.
"Eren!.." teriak seorang gadis cantik yang berlari menghampiri Titan Eren yang sedang memulihkan diri. Terutama tangankirinya.
mereka berada di permukaan dinding Maria bersama dengan Levi yang melirik gadis berambut hitam lurus itu.
'Aku tau pria itu akan pergi. Tapi tak mungkin dia pergi begitu saja.. aku tak yakin.' Batin Levi menatap Mikasa yang menyentuh tangan kanan Eren dan berbicara dengan Titan Eren yang sedang berjongkok menatap Annie dibawah sana.
.
.
.
.
Hingga beberapa 15 menit berlalu. Titan Collosal telah berubah ukurannya menjadi 20 meter. Uapnya semakin mempercepat penyusutannya.
Hingga kini, Armin tampak tak sanggup berdiri dan bertumpu pada tangannya yang menyentuh tanah dengan tubuh merendah.
Tak lupa kaki kirinya yang tak berfungsi akibat diputus urat dibelakang lututnya oleh jarinya yang diperkeras juga tajam.
Sring! Sring!
Groaaa!
Kedua kakinya kini tak bisa digunakan. Hingga kakinya lumpuh dan terjatuh telungkup.
Titan Annie menatap datar pada tengkuk Collosal. Mengangkat tangannya bersiap membelah tengkuk itu beserta manusia didalamnya.
Grooaa!
Wuss! Duarr!
Annie menghentikan gerakannya seraya berbalik menatap Titan Eren yang melompat dari dinding dan mendarat beberapa meter dari dirinya.
Keduanya kembali berhadapan. Tapi kali ini, Eren mengeluarkan kemampuanya.
Tubuh titannya berubah menjadi hitam dengan beberapa garis api disekitar tubuhnya. Uap panas pun muncul dari tubuhnya.
Wush! Brak! Brak!
Wush! Brak! Brak!
Groarr! / Groarr!
Keduanya bersamaan melesat dan berteriak. Bersamaan memotong jarak diantara mereka berdua untuk kembali saling bertarung.
.
.
.
.
Wuss! Wuss! Wuss!
Tap! Tap! Tap!
Selang setengah jam dari pertarungan kedua Titan itu. Muncul para pasukan pengintai dari luar dinding yang berjumlah sepuluh orang termasuk Cony, Sasha, Jean dan lainnya yang mendarat tepat di permukaan dinding itu dan berhenti dihadapan Levi.
"Levi-Kaichou! Gawat, raksasa logam itu dicuri! Dan aku yakin pencurinya-"
Sring!
Cony yang menyampaikan pesan pada Levi dengan susah payah seketika berhenti dan menatap tepat di langit diatas mereka.
Levi memicing tajam.
"Pria itu.." gumam Levi dingin.
Sring! Bosh!
Dengan kecepatan penuh sosok dilangit itu meluncur turun dengan cepat seperti meteor yang jatuh dengan apinya.
Blarrr!
Groarr!/Groarr!
Jatuhnya sosok itu tepat dipertarungan Annie dan Eren. Menyebabkan keduanya terpental di arah yang berbeda. Kepulan debu dan asap menutupi tempat jatuhnya sosok itu.
Sring!
Hingga beberapa detik, cahaya hijau terlihat dari balik kepulan debu itu.
Menatap keatas. Tepat kearah gadis cantik berambut hitam pendek yang berdiri di permukaan dinding yang juga menatapnya.
"Ku temukan kau.. Mikasa"
Sebuah suara menggema dari sosok yang berada di kepulan debu itu.
Annie dan Eren yang kedatangan pendatang baru itu sama-sama terdiam dan berusaha mengamati musuh baru mereka.
"Adaapa dengan kalian berdua? Aku mengganggu perkelahian kalian yang tak berguna ini hm?" suara berat itu kembali terdengar dari kepulan debu itu yang semakin menghilang.
Dan menampakkan sosok raksasa logam berwarna putih dengan tanduk v di kepalanya berwarna kuning.
Berdiri tegak diantara kedua Titan petarung itu.
'Kuso! Jadi ini yang diceritakan Armin. Dia berpihak pada siapa?!' geram Eren dalam wujud manusianya yang ada didalam Titannya.
'Makhluk apa itu sebenarnya? Baru kali ini aku melihat jenis titan yang berlapis logam seperti itu. Apa dia sejenis Armored Titan seperti milik Reiner? Tapi kurasa bukan.. aku harus mencari tahu.' Batin Annie datar.
"Eren! Dia adalah musuh! Jangan sampai dia lolos!" Cony berteriak keras.
Seluruh pasukan Eldia menargetkan Barbatos yang tetap diam.
Groarr!
Wuss! Brak! Brak!
Tak menunggu lama, Eren tanpa basa-basi merengsek maju untuk melakukan serangan pada Barbatos.
Wuss! Greb!
'A-apa..?!' batin Eren membolakan matanya didalam Titannya itu.
Karena dengan mudah pukulannya dihindari dengan memiringkan badan logam itu dan mencengkramnya dengan tangan kiri tepat dipergelangan tangan Titan Eren.
Wus! Wus! Bruak!
Groarr!
Detik berikutnya seketika logam itu memutar tubuhnya bersamaan dengan Eren yang kemudian ia lepaskan tepat pada Female Titan yang masih terpaku. Hingga keduanya bertabrakan dan membentur pohon hingga rubuh.
Bosh! Brak! Greb!
Dengan cepat Barbatos melesat dengan jetnya kearah kedua Titan itu. Dan mencengkram kaki Titan Eren yang menindih tubuh Female.
Wush!
Sring! Dor! Dor! Dor!
Bras! Bras! Bras! Bras!
Dengan keras Titan itu kembali dilemparnya ke arah dinding seraya mengambil sebuah pistol besar dari pinggangnya dan menembakkan tepat di tubuh Titan Eren.
Brakk!
Dengan keras dan tubuh yang berlubang disana sini, tubuh Titan Eren menabrak dinding hingga retak dan Titan itu pun tak bergerak.
Wuss! Greb!
Female Titan yang berusaha bangkit dikejutkan dengan Barbatos yang melompat dan menindihnya dari atas seraya mengunci pergerakannya.
Pistol ditangan kirinya telah tepat di dahi sang Titan.
"Aku tau kau ini seorang gadis. Jika kau masih ingin hidup, temui aku di rumah tua di utara dinding ini 50 km dari sini. Aku ingin bicara denganmu.. Marley"
Barbatos yang dikemudikan Naruto berbisik mengarahkan tepat kepala barbatos di telinga Female Titan itu.
"Kalau tidak, aku akan mencarimu dan membunuhmu. Aku tau kau sendirian di pulau ini."
Lanjutnya yang mendapatkan tatapan datar dari sang Titan. Namun berbeda dengan Annie yang menatap tajam didalam tubuh Titannya itu.
.
.
Mikasa yang sejak tadi melihat aksi Barbatos yang dengan mudah mengalahkan kedua Titan petarung itu hanya menatap datar.
Apalagi saat ini Barbatos kembali menatapnya dan berjalan mendekati dinding. Membiarkan Annie yang kabur berlari menjauh dari tempat itu.
Levi yang sejak tadi pun hanya diam tak berkomentar apapun. Dia masih ingin melihat seberapa kemampuan yang dimiliki raksasa itu.
Dan apapun tentang Mikasa, dia yakin jika pria itu datang kembali pasti ada hubungannya dengan gadis cantik bertubuh indah itu.
Bosh! Wush!
"Awas!"
Seluruh pasukan yang berada di dinding berteriak dan melompat menjauh dengan ODM Gear miliknya. Karena Barbatos yang menggunakan jet booshternya melesat cepat keatas permukaan dinding.
Greb! Wus!
Tanpa pikir panjang semua yang menghindar dari sana tidak sadar jika hanya seorang gadis berambut pendek yang tak menggunakan ODM yang tak menghindar. Dan dengan mudah Barbatos menangkap gadis itu dengan tangannya dan membawanya terbang.
Menghiraukan gadis itu yang menatap tajam iris hijau Barbatos yang juga menatapnya.
"Naruto-san! Apa begini perlakuanmu pada seorang wanita?! Menculik dan meremasnya?-"
Dzing! Wuss! Greb!
Belum selesai Mikasa bicara, tangan dari barbatos memasukkan Mikasa kedalam kokpit pilot yang tepat didada Barbatos yang sebelumnya terbuka terlebih dahulu. Dan dengan mudah sang pilot yang berada didalamnya memeluk tepat gadis cantik itu dipangkuannya.
Wuss!
Barbatos pergi menjauh dari dinding bersama Mikasa.
.
.
.
.
"Kau mau bawa aku kemana?" tanya seorang gadis yang saat ini duduk dipangkuan pria pirang secara berhadapan.
Dirinya memeluk erat sang pilot yang tersenyum simpul melirik rona merah pada gadis cantik yang menenggelamkan kepalanya di leher sang pria.
Keduanya dapat saling menghirup aroma tubuh lawan jenis mereka. Mikasa yang tenggelam dalam leher pria itu dibuat kembali merasakan perasaan aneh ketika nafas sang pria berada di pangkal lehernya.
Apalagi mulut pria itu kembali bergerilya di daerah sensitifnya itu. Membuat pelukannya semakin erat dan tubuhnya yang semakin panas bergesekan dengan naruto.
Tak ada jarak diantara mereka.
"Aku akan menagih janjimu.."
.
.
.
.
"Mikasa-chan.."
.
.
.
Ending:
Shinzou wo Sasageo! By Lingked Horizon.
.
To be continued…
A/N: yooo! Ketemu lagi dengan sayang eh saya maksutnya yang sudah menghilang setahun lebih karna urusan negara.
Jadi kali ini saya minta maaf karena jarang publish fict atau update fict saya.
Apalagi fict dengan judul WORLD saya yang belum saya garap sama sekali. Sebenernya ingin nerusin tapi waktunya belum ada.
Ini saja saya buat hanya dua hari tanpa baca atau revisi ulang. Ehm.. kayak kuliah aja pake revisian wkwk.
Sebentar lagi saya masuk yon. Jadi untuk kalian para pembaca setia fanfiction ataupun tetangga sebelah, saya minta doanya ya supaya diberi kelancaran. Aamiin.
Jika ada waktu luang yang mungkin lama pastinya, saya akan lanjutkan WORLD milik saya. Jadi sabar aja ya nunggu #plakk! Lama!
Hehe maap dah. Situasionalnya seperti ini mau bagaimana lagi.
Untuk fb kyoigneel juga sudah di blokir karna saya lama gk on. Jadi terpaksa semua imagenya hilang. Sekali lagi saya minta maaf.
Untuk fb mungkin kalian bisa kunjungi fb saya Rohman.
Entah bagus atau tidak, kalian yang menilai.
Maaf jika banyak typo dan kesalahan lain karena waktu yang ngejar-ngejar jadi gk sempet ngoreksi lagi.
Jadi jangan lupa Fav and Follownya. Dan berikan kritik, komentar dan sarannya di kolom Review yang tersedia untuk memperbaiki kesalahan apa yang ada di setiap tulisan saya.
.
Salam hangat untuk kalian semua yang mengikuti fict Kyo.
See you next time!
By: Kyoigneel, out!
.
