Selama ia berjalan ke arah tempat yang biasa ia gunakan untuk makan siang, ia bisa mendengar beberapa siswa-siswi membicarakan tentang dirinya.
"Lihat itu … Uzumaki-kun hari ini sendirian lagi," ujar salah satu seorang siswi.
"Biarkan saja, lagipula ia memang tidak mempunyai teman."
Naruto yang mendengar itu hanya cuek saja, dan tetap berjalan dengan santai menuju meja yang ia inginkan. Meja yang biasa ia gunakan adalah meja makan dengan dua pasang kursi yang berada tepat di sebelah sebuah dinding yang membatasi dua meja di sebelahnya. Ketika sampai di sana, ia langsung meletakkan nampan miliknya di meja cafeteria itu secara perlahan.
TRAKK!
Tanpa diduga-duga, ada orang lain yang juga meletakkan nampan berisi makanan di meja cafeteria yang bahkan belum sempat Naruto duduki bangkunya. Karena aksi yang tiba-tiba dari orang itu, membuat nampan mereka sedikit bersenggolan.
"Huh …," gumam Naruto keheranan.
"Eh …."
.
.
.
I'm In Trouble
Disclaimer :
Naruto by Masashi Kishimoto
5-toubun no Hanayome by Negi Haruba
Pair : ?
Rate : T
Mark :
"Naruto." : Berbicara
Naruto : PoV Start / Pesan Handphone / Panggilan Handphone
Naruto : Efek suara (Sfx)
'Naruto.' : Pikiran atau Batin
["Naruto."] : Berbicara melalui pesan atau panggilan telepon
Genre : School, Drama, Family, Hurt/Comfort, Romance, Tragedy
Warning : Semi-Canon, Alternate Universe, Alternate Fact & Reality, Original & Other Character, dan Out of Character.
.
.
Keduanya menyadari itu, dan mereka melihat antara satu sama lain. Saat ini, Naruto melihat gadis cantik berambut orange kemerahan dengan style ahoge yang dilengkapi dengan aksesoris dua pin rambut berbentuk bintang yang dipasang pada rambut bagian depan dekat dengan kedua matanya. Gadis itu memiliki mata berwarna biru tua, memiliki tinggi yang rata-rata, dan terlihat seperti sosok yang sudah diberkahi dengan kecantikan alami yang ia miliki.
"Aku merasa tidak sopan membiarkan seorang gadis secantik dirimu untuk tetap berdiri seperti itu. Kita selesaikan tanpa berdebatan lebih lanjut, duduklah. Tapi … tolong jangan menyuruhku untuk pindah karena ini adalah tempat favoritku …," jelas Naruto dengan sopan yang mulai duduk dengan santai.
Gadis yang menjadi lawan bicara Naruto seketika merona tipis karena mendengar pujian itu, dan ia pun duduk di bangku lain yang menghadapkan dirinya dengan Naruto.
"Terima kasih sudah mau berbagi tempat denganku, etto …."
"Maaf, aku lupa memperkenalkan diri. Namaku Uzumaki Naruto. Ojou-san … siapa namamu?"
"Tidak masalah, Uzumaki-kun. Namaku Itsuki Nakano, salam kenal," ucap Itsuki yang mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.
Naruto yang melihat itu langsung membalas jabatan tangan itu sembari tersenyum tipis, "Salam kenal, Nakano-san."
'Hmm … marganya tidak terdengar asing bagiku, sepertinya aku pernah mendengarnya tapi aku lupa siapa dan dimana itu. Bahkan dari seragamnya saja sudah terlihat perbedaan yang signifikan. Yang berarti aku dapat pastikan, ia bukan berasal dari sekolah ini. Kemungkinan ia baru pindah sekolah hari ini,' pikir Naruto yang mengobservasi Itsuki dari sudut pandangnya saat ini.
Saat ini, rata-rata pandangan siswa-siswi yang sedang berada di cafeteria sekolah itu tengah menatap dirinya bersama dengan Itsuki. Terdengar banyak suara bisik-bisik dari siswa-siswi lain yang membicarakan tentang dirinya dan gadis yang ada di depannya saat ini. Akan tetapi, Naruto memilih untuk cuek dan tidak memperdulikannya.
"Baiklah, daripada berlama-lama. Lebih baik kita mulai makan … daripada waktu istirahat mulai habis. Lagipula, bukankah tidak baik membiarkan makanan menunggu lama?" ajak Naruto yang juga mulai membuka lipatan kertas-kertas nilai miliknya dan mengeluarkan memo kecil yang ia bawa. Ia saat ini sangat ingin mengecek hasil ujiannya itu. Karena saat di kelas, ia belum sempat melihat nilainya secara menyeluruh.
"Kau benar, Uzumaki-kun … kalau begitu …."
"Itadakimasu …," ucap keduanya bersamaan dengan menangkupkan kedua tangannya ke depan. Dan keduanya mulai memakan makanan mereka masing-masing
Itsuki mulai makan dengan perlahan dan dirinya itu terlihat menikmati makanannya. Berbeda dengan Naruto yang memakan makanan miliknya dengan santai sembari mengecek kertas-kertas nilai miliknya. Kertas pertama, kedua, ketiga, keempat, bahkan sampai kertas kelima semua dengan cepat ia periksa. Setelah itu, dirinya tersenyum tipis ketika menyadari semua nilai ujiannya sempurna, tidak ada yang mengalami penurunan.
Lalu ia meletakkan kertas nilai miliknya tanpa dilipat di bagian kiri nampan kayu yang ia bawa, dengan bagian dalam kertas itu menghadap kepada dirinya. Sekarang, ia mengeluarkan memo kecil yang ia bawa di saku kemejanya. Dan mulai membaca memo berisi catatan yang ia bawa sebagai kegiatan lanjutan dalam rangka mengisi waktu makan siangnya dengan santai.
Itsuki yang menyadari itu langsung berbicara, "Ne, Uzumaki-kun. Itu tidak sopan loh …."
"Apa?" tanya Naruto dengan alis yang terangkat, dirinya merasa heran karena gadis di depannya ini menginterupsi kegiatan yang sedang ia lakukan.
"Kau tidak sopan, Uzumaki-kun. Bisa-bisanya kau belajar saat sedang makan …."
"Maaf, Nakano-san. Aku hanya sedang memeriksa hasil ujian dan melihat catatan yang sudah kubuat hari ini. Jadi tolong, jangan pedulikan diriku …," jawab Naruto santai sembari memakan makanan miliknya.
Mendengar itu, membuat Itsuki menyeringai dengan tatapan yang meledek, "Hoo … kau adalah anak yang rajin ternyata, Uzumaki-kun. Memangnya berapa nilaimu?"
Saat mengatakan itu, Itsuki secara tidak sopan mengambil kertas nilai milik Naruto tanpa meminta izin terlebih dahulu. Naruto yang menyadari itu langsung mencoba mengambilnya kembali dengan tangan kanannya tapi sudah terlambat. Karena kertas miliknya sudah berada di genggaman Itsuki.
"Oi, oi … justru kau yang tidak sopan tahu."
"Are, bukankah itu tidak masalah? Kan sekarang kita sudah berteman …."
'Teman, huh? Tidak buruk …,' pikir Naruto. Tapi ia tidak berlama-lama kalut dalam pikirannya, karena ia menyadari kertas nilai miliknya berada di tangan Itsuki saat ini.
"Hahh … baiklah, baiklah. Kau menang, Nakano-san."
Mendengar itu membuat Itsuki menunjukkan senyum kemenangan di wajah cantiknya, dan ia mulai membaca dengan cepat kertas-kertas nilai akhir milik Naruto itu langsung pada bagian akhir yang menjadi tempat dimana nilai Naruto tertulis di sana.
"Ne, Uzumaki Naruto-kun. Nilainya …," kemudian matanya membulat dengan sempurna. Dirinya terlihat sangat terkejut dikarenakan melihat sesuatu yang sebelumnya ia tidak pernah melihatnya.
"S-semuanya s-seratus?! Ini sungguhan? Apa kau memang sengaja untuk menyombongkan nilaimu?"
"Hei, jangan asal tuduh. Aku bahkan baru mendapatkan kertas nilai itu hari ini, itu pun kebanyakan dititipkan dari guru-guru lain kepada guru yang sedang mengajar di kelasku karena aku tidak masuk dua hari yang lalu."
"Apa ini nyata? Kuharap kau tidak berbohong, Uzumaki-kun."
Mendengar itu membuat Naruto menepuk jidatnya sendiri, mengetahui dirinya tidak dipercaya secara langsung dengan perkataan Itsuki yang frontal. Kemudian, ia menyeringai ketika dirinya menemukan ide berisi fakta untuk membalas perkataan Itsuki. Saat ini, ia memasang ekspresi jahil yang terpampang jelas di wajah tampannya itu.
"Jika itu bukan nilai asli. Mengapa kertas ujiannya adalah kertas ujian asli yang disediakan oleh pihak sekolah, Nakano-san?"
Kemudian, Naruto menambahkan perkataannya dengan senyuman meremehkan yang menghiasi wajahnya itu, "Lagipula di sekolah ini memiliki peraturan dimana baik siswa ataupun siswi tidak diperkenankan memakai pulpen berwarna merah. Dan … kau sudah pasti tahu kan kegunaan pulpen merah itu untuk apa?"
Mendengar dan melihat Naruto mengeluarkan senyuman meremehkan kepadanya, membuat dirinya menggembungkan pipinya, "Tentu saja aku tahu, jadi berhentilah menunjukkan senyum meremehkan itu kepadaku … hanya saja, aku tidak menduga kau akan sejenius itu, Uzumaki-kun."
"Hahaha, maafkan aku Nakano-san. Mungkin sudah kebiasaanku. Dan bagiku itu tidak masalah jika kau baru mengetahuinya, lagipula kau baru beberapa menit mengenaliku. Aku hanya bisa mewajarkannya. Satu lagi … aku tidak sempurna, Nakano-san. Kelemahanku adalah berolahraga …."
"Begitu ternyata, itu tidak akan menjadi masalah, Uzumaki-kun. Lagipula … aku justru iri denganmu."
Mendengar itu, membuat Naruto menjadi bingung, "Huh … mengapa kau iri padaku?"
"Aku malu mengakuinya. Tetapi nyatanya diriku adalah seseorang yang tidak pandai dalam belajar," ucap Itsuki yang menundukkan kepalanya dengan suara yang terdengar lirih, tetapi masih bisa di dengar oleh Naruto.
Mendengar itu membuat Naruto tersenyum tipis, ia merasakan gadis di depannya ini memiliki kekurangan mengenai kemampuan dirinya dalam hal belajar. Dan dari nada bicaranya, ia sangat yakin kalau Itsuki memiliki kepercayaan diri yang rendah.
"Lalu … kau ingin aku mengajarimu?"
"Jika kau berkata seperti itu, jadi tolong bantu aku belajar. Tolong ajari aku!"
"Maaf, tapi terima kasih atas makanannya …," ucap Naruto yang sudah menyelesaikan acara makannya, bahkan sudah merapikan semuanya. Ia pun mulai berdiri dari tempat duduknya, dan berjalan pelan ke arah kasir untuk mengembalikan nampan kayu beserta dengan mangkuk bekas yang menjadi media makannya.
"Eh?! Cepat sekali … apa kau tidak kenyang hanya dengan itu? Jika tidak, aku mau membagi makananku kepadamu, Uzumaki-kun," tanya Itsuki yang sudah berdiri dari tempat duduknya.
Belum ada lima langkah berjalan, mendengar Itsuki berkata seperti itu membuat Naruto menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Itsuki tetapi tidak sepenuhnya,
"Aku hargai niat baikmu, Nakano-san. Tapi, aku akan menolaknya karena aku sudah kenyang. Jadi … terima kasih atas tawarannya. Ah satu lagi, untuk mengajarimu. Aku tidak tahu itu bisa dilakukan atau tidak, bahkan aku belum yakin jika dirimu berada di kelas yang sama denganku. Jika memang kita sekelas, mungkin aku bisa saja mengajarimu."
Kemudian, Naruto melanjutkan dengan pose berpikir, "Dan aku sarankan, agar dirimu tidak makan terlalu banyak. Itu berbahaya bagi perempuan sepertimu, Nakano-san. Aku mencegah dirimu menambah berat saja sih, kurasa. Mungkin … aku hanya berdoa agar dirimu tidak terlalu merepotkanku kedepannya, hahaha."
Mendengar itu membuat Itsuki cemberut dan menggembungkan pipinya, "Mou … Uzumaki-kun jahat. Lancang sekali kau membahas hal sensitif mengenai perempuan."
"Maaf, Nakano-san. Aku hanya bercanda, lagipula saranku itu baik. Kalau begitu … aku izin undur diri, aku punya urusan."
"Terserahmu saja, Uzumaki-kun."
.
[0_0]
.
Saat ini, Naruto tengah berada di toilet khusus laki-laki. Ia sedang buang air kecil. Setelah selesai, ia berniat keluar dari sana. Tepat sebelum keluar dari toilet laki-laki. Handphone miliknya bergetar dalam jangka waktu pendek di sakunya, ia yang menyadari itu pun langsung saja mengambil handphone miliknya dan melihat siapa yang menghubunginya.
Incoming Call : Naruko-chan
Merasakan lorong sekolah yang ramai dengan siswa-siswi yang ingin kembali ke kelasnya, berbanding terbalik dengan toilet tempatnya sekarang yang sedang sepi. Membuat Naruto mengambil keputusan untuk masuk ke dalam ruangan yang memiliki closet, lalu ia duduk setelah menutup kepala closet itu.
Ia bertujuan tetap berada di sana untuk mengangkat telepon dari adiknya itu, mencoba mencari suasana yang mendukung dirinya. Setelah sudah di rasa aman, ia mulai mengangkat panggilan telepon dari adiknya itu.
["Moshi-moshi, Naruko-chan. Ada apa sampai kau menghubungi Nii-chan secara tiba-tiba? Apa terjadi sesuatu?"]
["Tidak terjadi apa-apa kok, Nii-chan … aku hanya ingin memberitahu, kalau Kakashi-nii memiliki pekerjaan yang baru."]
["Pekerjaan baru?"]
["Iya, katanya ada keluarga kaya raya yang baru saja pindah dari suatu kota. Mereka saat ini sedang mencari guru les untuk putri-putrinya. Karena mendengar itu … Kakashi-nii merekomendasikan dirimu pada keluarga itu, dan mereka menerimanya. Bahkan, mereka bersedia membayar lima kali lipat."]
Naruto yang mendengar itu pun terkejut, ["Jujur saja, itu terdengar mencurigakan bagiku, Lagipula, mengapa Kakashi-nii tidak memberitahuku terlebih dahulu? Kan aku yang berhak memutuskan akan hal itu, Naruko-chan."]
["Naruko tidak tau, Naruko hanya diberitahu oleh Kakashi-nii kalau Nii-chan mengenal salah satu orang dari keluarga itu."]
Kini, Naruto yang mendengar ucapan adiknya itu menjadi bingung, ["Apa? Aku mengenalnya? Mungkin Kakashi-nii salah orang, Naruko-chan."]
["Tidak, aku tidak yakin Kakashi-nii salah orang. Kita sudah hidup bersamanya selama 7 tahun, jadi aku sangat percaya Kakashi-nii tidak salah dalam melakukan sesuatu."]
Menghela nafas perlahan, Naruto saat ini diliputi dengan kebingungan karena fakta yang baru saja ia terima itu, ["Semoga saja kau benar, Naruko-chan … lalu, apakah ada petunjuk mengenai seseorang yang akan kuajari dari keluarga itu?"]
["Berdasarkan apa yang Kakashi-nii beritahukan kepadaku. Katanya dia gadis SMA yang baru pindah ke sekolahmu. Jika Nii-chan beruntung, mungkin Nii-chan akan berada satu kelas dengan salah satu di antara mereka."]
["Baiklah, baiklah. Lalu, adakah nama ataupun marga dari orang yang akan kuajarkan?"]
["Jika aku tidak salah … etto, namanya aku tidak tau. Tetapi … yang Naruko tahu secara pasti dari informasi yang Kakashi-nii berikan, marganya adalah Nakano."]
Mendengar itu membuat bola mata Naruto membulat sempurna, dan ia juga memijit keningnya karena terlalu bingung dengan situasi yang ada. Mengapa bisa ia sampai bereaksi seperti itu?
Itu dikarenakan marga itu sama seperti nama gadis yang ia temui di kantin saat istirahat pertama berlangsung. Ditambah lagi, marga itu merupakan salah satu marga seseorang yang ia dan ayahnya kenal sebagai dokter yang mengurus hal mengenai penyakit miliknya itu.
["Baiklah, Naruko-chan. Informasi itu sudah lebih dari cukup untukku. Arigatou …."]
["Douitashimashite, Nii-chan. Kalau begitu, Naruko tutup ya. Sampai jumpa di rumah nanti, Nii-chan."]
["Iya, Naruko-chan. Sampai jumpa …."]
Setelah itu, Naruto menutup panggilan telepon dari adiknya dan menaruh handphone miliknya di saku kemeja yang ia pakai. Karena handphone miliknya berukuran kecil, itu bisa tergabung bersama dengan memo kecil yang ia letakkan di dalam saku kemejanya. Merasakan dirinya akan batuk, ia dengan cepat menutup mulutnya itu dengan kedua tangannya.
UHUK! UHUK! UHUK!
Naruto batuk berkali-kali, dan merasakan tenggorokannya tercekat karena sesuatu yang keluar dari dalam dirinya. Ketika ia merasa dirinya tidak akan batuk lagi, ia berhenti melepaskan kedua tangan yang berada di mulutnya itu.
Di kedua telapak tangan yang ia gunakan untuk menutup mulutnya, ia dapat melihat darah yang cukup banyak sudah berada di sana. Beruntung saat ini ia hanya memiliki stadium 4A dalam kankernya. Jika ia sudah memiliki tahap 4B, mungkin ia akan merasakan dampak yang lebih berbahaya dan memiliki efek lebih merugikan pada tubuhnya itu.
'Penyakit sialan ….'
Ia kemudian keluar dari ruang itu, dan mencuci kedua tangannya. Setelah mencuci kedua tangannya, ia berniat untuk keluar dari toilet khusus laki-laki itu. Tetapi sesuatu menghentikannya, kali ini handphonenya bergetar dalam jangka pendek lagi. Menandakan seseorang sedang mencoba menghubungi dirinya.
Menyadari itu, ia langsung mengambil handphone miliknya dari saku kemejanya. Dan melihat siapa yang menghubunginya.
Incoming Call : Unknown Number Detected
'Tunggu, nomor tidak dikenal? Setahuku … yang mengetahui kontak milikku ini hanya Naruko dan Kakashi-nii saja.'
Tanpa berpikir panjang, Naruto pun mengangkat panggilan telepon itu.
["Moshi-moshi … apa ada yang bisa saya bantu?"]
["Iya, saat ini aku perlu bantuanmu,"] balas seseorang dengan suara yang dingin dan tenang.
["Tunggu, suara ini ... Apa anda adalah Maruo Nakano-san?"]
["Itu benar sekali, Uzumaki-kun. Bagaimana caramu bisa mengetahui hal itu?"]
Mendengar pertanyaannya tebak sasaran membuat Naruto menyeringai, ["Mudah saja … berdasarkan informasi yang kuterima, aku diterima oleh sebuah keluarga yang mencari seseorang untuk dijadikan guru les bagi para putrinya. Ditambah lagi, yang mengetahui nomorku ini hanya Naruko dan Kakashi-nii saja."
Kemudian, ia menambahkan dengan santai, ["Dikarenakan Kakashi-nii merekomendasikanku dan keluarga itu menerimanya, sudah pasti informasi mengenai diriku akan diberikan secara langsung oleh orang yang merekomendasikan diriku. Satu fakta lagi, aku sudah menemukan salah satu siswi SMA yang bermarga sama denganmu saat aku sedang makan siang di cafeteria sekolah. Apa aku salah, Nakano-sensei?"]
["Omoshiroi, deduksi yang bagus untuk anak seumuranmu, Uzumaki-kun. Sepertinya kepintaran Minato menular kepadamu."]
["Terima kasih atas pujiannya, Nakano-sensei. Tapi, bolehkah aku bertanya satu hal?"]
["Hn, tanyakanlah …."]
["Nakano-sensei punya hubungan apa dengan siswi bernama Itsuki Nakano? Sepertinya aku tidak tahu apa-apa selama aku sering berada di rumah sakit tempat Nakano-sensei bekerja."]
Pria bernama Maruo Nakano itu menghela nafas sejenak, kemudian berbicara, ["Itsuki-kun? Dia adalah putriku, Uzumaki-kun."]
[Oh, itu putri Nakano-sensei."]
Saat itu, Naruto belum menyadari akan fakta yang ia dapatkan. Ia butuh waktu sekitar tiga detik bagi otaknya untuk mencerna informasi yang baru saja ia terima dari dokter yang merupakan kenalan ayahnya itu. Tidak lama kemudian, ia berteriak.
"APA? ITU PUTRI SENSEI?!"
.
.
To Be Continued
.
.
Notes : Fic ini terinspirasi oleh beberapa fanfic tertentu dengan crossover Naruto x Quintessential Quintuplets. Hmm, ini project kedua gua dengan tipe fic yang multichapter. Gua bikin alurnya semi-canon tapi dengan banyak perubahan. Chapter 2 Up, jadi tolong buat reader gausah banyak protes dan Stay tune aja ye. Cukup doain gua biar banyak ide + sehat, secara perlahan nanti gua coba sebisa mungkin buat tamatin fic ini. Soalnya gua tim begadang buat ngelarin ini fic.
Next, gue gak bisa ngejawab review kalian satu per satu karena terlalu malas. Gua minimal baca review dari kalian, dan maksimal berakhir dengan baca PM dari reader or whoever else. Next. Jika fic ini diplagiat oleh oknum sampah yang nggak bertanggung jawab + tidak mendapat perizinan dari gua, bahkan gak naruh nama gua di tempat di mana dia ngepost cerita ini. Tolong bantu report / PM ke gua. Biar gua tinggal ikutan jadi tim report. Sebagai catatan, gua hanya memiliki akun FFN. Tidak ada yang di luar platform yang gua sebutkan.
Lagi dan lagi, gue ingin mempromosikan sesuatu di sini. Gue telah bergabung dengan sebuah Group Chat WhatsApp yang bernama Fanfic Community Indonesia, yang berisikan banyak author dan reader fanfiksi, bahkan platform lain. Di grup tersebut terdapat cukup banyak author senior, ataupun author baru seperti gue. Kepada siapapun yang berminat untuk bergabung, silahkan PM gue baik melalui web, ataupun aplikasi. Join with us! Feel like home! Let's move together!
Sepertinya hanya itu saja pesan gue kepada kalian. Sampai jumpa lagi. Jaa na!
FCI. Cursed-Eternal Out
