.
.
.
I'm In Trouble
Disclaimer :
Naruto by Masashi Kishimoto
5-toubun no Hanayome by Negi Haruba
Pair : ?
Rate : T
Mark :
"Naruto." : Berbicara
Naruto : PoV Start
Naruto : Efek suara (Sfx) / Skip Time
'Naruto.' : Pikiran atau Batin
["Naruto."] : Berbicara melalui pesan atau panggilan telepon
Genre : School, Drama, Family, Hurt/Comfort, Romance, Tragedy
Warning : Semi-Canon, Alternate Universe, Alternate Fact & Reality, Original & Other Character, dan Out of Character.
.
.
Skip Time : Next Day
Di sore hari, Naruto yang sudah pulang sekolah terlihat sedang berjalan ke arah sebuah hotel mewah yang sesuai dengan alamat yang diberikan oleh ayah dari Nakano bersaudara. Setelah ia tiba di dekat pintu masuk hotel itu, ia disambut oleh kedua kembar Nakano bersaudara yang lain. Yaitu Nino Nakano dan Miku Nakano.
Di depannya saat ini, terlihat dua orang gadis. Gadis yang pertama bernama Nino Nakano, merupakan gadis cantik berambut merah muda kemerahan dengan style rambut yang lurus sepanjang pinggangnya itu. Dan yang terpenting dari gadis itu untuk diingat adalah aksesoris yang ia gunakan, yaitu dua buah pita kembar berbentuk kupu-kupu yang ia gunakan di kedua sisi kepalanya. Gadis itu seperti saudara-saudaranya yang lain. Gadis itu memiliki mata berwarna biru tua, memiliki tinggi rata-rata, dan juga terlihat seperti sosok orang yang diberkahi dengan kecantikan alami yang ia miliki.
Sementara gadis lainnya bernama Miku Nakano, merupakan gadis cantik berambut merah kecoklatan dengan panjang yang menengah dan memiliki helaian rambut yang menggantung di sisi kanan wajahnya. Gadis itu terlihat tidak memiliki ekspresi sama sekali. Hal terpenting dari gadis itu untuk dirinya ingat adalah aksesoris yang ia gunakan, yaitu satu set headphone wireless berwarna putih biru dengan logo berbentuk segitiga dibagian penutup telinga dari headphone itu. Gadis itu seperti saudara-saudaranya yang lain. Gadis itu memiliki mata berwarna biru tua, memiliki tinggi rata-rata, dan juga terlihat seperti sosok orang yang diberkahi dengan kecantikan alami yang ia miliki.
'Jadi mereka yang belum kuketahui, setidaknya aku sudah tahu mengenai mereka berlima walaupun sebatas penampilan dan nama,' pikir Naruto yang melihat mereka berdua.
Nino yang menyadari kehadiran Naruto langsung menginjakkan kakinya pada penanda hotel dengan tatapan yang menyelidik, "Siapa kau? Jika kau memiliki urusan, akan kudengarkan …."
"Aku memiliki urusan dengan salah satu dari kalian yang bernama Itsuki Nakano. Apa dia sudah pulang?"
"Ia belum pulang, mungkin sebentar lagi …," jawab Miku.
"Kalau begitu, aku akan menunggunya di sini … lagipula, aku tidak mengganggu kalian. Jadi kalian berdua tenang saja," ujar Naruto sembari tersenyum tipis.
Nino yang mendengar itu mendecak kesal, "Keras kepala sekali. Padahal kau adalah orang asing yang tidak populer …."
Kemudian Nino menghampiri Naruto dan menatapnya tajam,
"Cepat pulang sana …," ucapnya dengan penuh penekanan.
Naruto yang mendengar itu justru tidak merasa takut, kemudian ia menatap Nino dengan seringaian rubahnya, "Tidak mungkin aku akan menerima perintah dari orang yang tidak memiliki kuasa untuk hal apapun yang ingin kulakukan …."
Lalu, Naruto menambahkan dengan sopan, "Aku sudah bilang, aku tidak akan mengganggu kalian. Jadi tolong, tidak perlu terjadi perdebatan di sini …."
"K-kau …."
"Eh, Uzumaki-san …."
Belum sempat ucapan Nino terucap, perkataannya sudah terpotong dengan suara Yotsuba yang memanggil Naruto dengan ceria. Terlihat juga Ichika, Yotsuba, dan Itsuki yang baru saja datang dan bergabung dengan mereka.
"Ah, Nakano-san. Selamat sore …."
"Ada perlu apa di kediaman kami, Uzumaki-kun? Jika kau punya urusan, katakanlah. Karena guru les kami sebentar lagi akan datang," ujar Itsuki.
Mendengar itu, Naruto mengeluarkan handphone dan menunjukkan perintah atas nama dari ayah mereka yakni Maruo Nakano dan menunjukkannya kepada Itsuki, "Akan kujelaskan … akulah guru les yang kalian katakan. Dan ini buktinya, lelaki atas nama Maruo Nakano-san sendiri yang memintaku untuk datang untuk mengajari kalian."
Lima gadis kembar Nakano yang mendengar itu sontak terkejut dan berteriak kecil.
"EHHHHH?"
Naruto yang melihat reaksi mereka hanya sweatdrop dibuatnya, kemudian ia memberikan handphone miliknya kepada Itsuki, "Kau bisa lihat pesan di handphoneku itu, pesan itu datang dari ayah kalian …."
Kemudian, ia menambahkan, "Daripada kita mengobrol lama disini dan akan terlihat tidak sopan di mata orang lain. Bagaimana jika kita pindah ke ruangan kalian di apartemen ini?"
Ichika yang mendengar itu langsung merespon sebagai perwakilan, "Ide yang bagus, Naruto-kun. Kalau begitu mari kita masuk ke dalam."
.
[0_0]
.
Skip Time : Nakano Quintuplets Residence
Naruto yang sudah berada di dalam ruangan setelah diperbolehkan masuk oleh Itsuki saat ini tengah melihat-lihat tempat tinggal kembar lima itu. Sebuah hotel mewah yang luasnya tidak main-main, berfasilitas lengkap, memiliki lima kamar, dan berada di lantai 30 sudah cukup menjadi pengamatannya saat ini.
'Tidak heran, mengingat Nakano-sensei adalah seorang pemimpin sebuah rumah sakit besar …,' pikir Naruto. Kemudian, ia melihat semuanya sudah berkumpul duduk di sebuah sofa di ruang tamu.
"Tolong perkenalkan dirimu, Uzumaki-kun …," ucap Itsuki.
Mendengar itu membuat Naruto memejamkan matanya sejenak, kemudian ia memulainya, "Namaku Uzumaki Naruto. Aku akan menjadi guru les kalian mulai dari sekarang. Semoga kita bisa dapat bekerja sama dengan baik …."
Merasakan tidak ada respon membuat Naruto membuka matanya kembali, dan ia terkejut karena tidak adanya satu orang pun di sana.
"MENGAPA TIDAK ADA SATUPUN ORANG DI SINI?!"
"Aku di sini …."
Yotsuba tiba-tiba muncul dengan cepat dari arah dapur dan memberikan segelas air untuk Naruto. Naruto yang melihat itu langsung saja mengambil gelas berisi air yang dibawa oleh Yotsuba, dan meminumnya sampai habis.
"Terima kasih, Nakano-san …."
"Lebih baik kau memanggil kami dengan nama depan, Uzumaki-san. Daripada itu membuatmu terlihat bingung karena marga kami yang sama …," pinta Yotsuba dengan nada ceria.
"Baiklah, Yotsuba … sekarang, aku ingin mengumpulkan semuanya terlebih dahulu, apa kau bisa membantuku?"
Mendengar itu, membuat Yotsuba tersenyum ceria, "Tentu saja … ayo ikut denganku, Uzumaki-san."
Kemudian, Naruto mengikuti Yotsuba menaiki tangga. Dan ia dapat melihat ada lima ruangan yang berbeda letak posisinya, sesuai pengamatannya dari ruang tamu. Kemudian, Yotsuba mulai menjelaskan kepada Naruto.
"Jika diurutkan dari pintu pertama. Yaitu Itsuki, aku, Miku, Nino, dan yang terakhir di ujung sana adalah Ichika.
Mendengar itu, membuat Naruto mengangguk tanda mengerti. Pertama-tama, ia mengetuk pintu ruangan Itsuki. Tidak lama, Itsuki membuka pintu kamarnya.
"Ada apa, Uzumaki-kun?"
"Kita harus mulai belajar, Itsuki …."
"Baiklah, nanti aku akan menyusul," ucap Itsuki yang kemudian menutup kembali pintu ruangannya.
Naruto yang melihat itu hanya terheran-heran, dan menatap Yotsuba yang ada di sebelahnya.
"Yotsuba, sebenarnya apa yang terjadi? Apakah aku mengatakan sesuatu yang salah?"
"Aku tidak tahu, Uzumaki-san … tapi jangan khawatir, kita memiliki Miku untuk selanjutnya. Dia adalah yang terpintar di antara kami semua," hibur Yotsuba.
.
[0_0]
.
Miku's Room
Terlihat saat ini Naruto dan Yotsuba sedang duduk bersimpuh, sementara Miku berdiri dengan menatap malas mereka berdua malas dengan pose bersidekap dada.
"Tidak … mengapa aku harus diajari olehmu? Padahal kita seumuran."
Mendengar itu membuat Naruto menghela nafas dan mulai pergi dari ruangan Miku dengan diikuti Yotsuba di belakangnya. Kemudian, Naruto dan Yotsuba berpindah ke arah pintu ruangan Nino. Setelah mengetuk pintu ruangan Nino beberapa kali dan tidak ada respon, Naruto menatap Yotsuba kembali.
"Sepertinya ia tidak ada di ruangannya …," ucap Naruto dengan kecewa.
"Tenang, Uzumaki-san. Mari kita coba ajak Ichika … tapi jangan terkejut ya."
'Huh?' pikir Naruto yang bingung.
Mereka berdua kemudian berjalan ke arah ruangan Ichika dan Yotsuba mulai membuka pintu ruangan Ichika dengan santai. Sementara Naruto yang melihat keadaan kamar itu menjadi bingung. Bagaimana bisa? Itu dikarenakan keadaan kamar Ichika sebagai perempuan sangatlah berantakan dan tidak tertata rapi sebagaimana mestinya. Lalu, Naruto masuk perlahan-lahan dan melihat langkahnya sendiri dengan penuh berhati-hati.
"Bagaimana bisa seseorang bisa tinggal di kamar seperti ini?"
Sementara orang yang berada di kasur menjawab, "Jangan memperlakukan ruangan orang lain dengan sembarangan …."
Mendengar itu membuat Naruto membatin, 'Ini tidak ada bedanya dengan sebuah tempat sampah. Jika Kaa-chan melihatku dengan keadaan kamar seperti ini, bisa habis aku dihajar olehnya.'
Yotsuba kemudian menyalakan lampu kamar Ichika, dan Ichika yang mulai duduk sembari menguap. Lalu, Yotsuba menghampiri Ichika.
"Kau ini, selalu saja membuat kamarmu berantakan …."
"Jujur, aku tidak menyangka jika dirimu yang akan menjadi guru les kami. Jadi … itu alasannya kau mendekati Itsuki-chan?" tanya Ichika yang masih menutupi dirinya dengan selimut yang ia pakai.
"Begitulah, karena hanya Itsuki yang kukenal. Jadi tolong berpakaian dengan normal, aku tahu kau tidak memakai baju ataupun celana saat ini. Jika sudah, temui aku di bawah …," ucap Naruto dengan santai yang kemudian berjalan menjauh dari kamar itu.
"Kau berada di kamar seorang perempuan, seharusnya kau tidak memikirkan tentang belajar saat ini …," ucap Ichika yang saat ini menggoda Naruto. Akan tetapi, Naruto tidak peduli akan hal itu.
"Maaf, tapi itu tidak ada dalam kamusku …," ucap Naruto sebelum benar-benar keluar dari kamar Ichika.
Setelah keluar dari kamar Ichika, ia dapat melihat Miku yang menunggunya di luar dan memberhentikan dirinya untuk melangkah lebih jauh.
"Naruto, kan?"
"Ada perlu apa denganku, Miku?"
"Ada yang ingin kutanyakan padamu … baju olahragaku hilang, sebuah jaket berwarna merah. Apa kau melihatnya?"
"Maaf, Miku. Aku tidak melihatnya. Jika kau menganggap diriku mengambilnya saat masuk ke kamarmu, itu salah besar. Karena aku tidak butuh pakaian perempuan, bahkan aku tidak yakin itu akan muat jika aku pakai," jelas Naruto dengan santai. Kemudian, ia melanjutkan langkahnya untuk menuju lantai dasar. Akan tetapi, sebuah suara menghentikan langkahnya itu.
"Hei, aku membuat kue terlalu banyak. Ada yang mau?"
Mendengar itu, membuat baik Naruto ataupun Miku melihat ke arah ruang tamu. Ia mendapati Nino di sana yang memegang piring berisi kue, terlebih lagi ia juga memakai jaket olahraga berwarna merah milik Miku. Kemudian, ia melihat Miku kembali.
"Kau sudah melihatnya kan? Bukan aku yang mengambilnya …," ucap Naruto dengan santai, lalu pergi ke ruang tamu yang ada di lantai bawah.
Tidak lama kemudian, semuanya berkumpul di sana. Sudah terlihat dirinya, Ichika, Nino, Miku, Yotsuba, dan Itsuki. Di meja ruang tamu itu, cukup banyak makanan yang dibuat Nino diletakkan di sana.
"Yosh, semuanya sudah berkumpul di sini. Kalau begitu, mari kita mulai belajar …," ucap Naruto. Akan tetapi, ia dibuat heran dengan apa yang dilihatnya sekarang.
"Enak sekali … rasa apa ini?" tanya Ichika dan Itsuki dengan ekspresi yang terlihat senang.
"Mengapa kau memakai jaketku?" tanya Miku kepada Nino yang terlihat kesal saat ini.
"Karena aku tidak ingin pakaianku kotor saat memasak," jawab Nino dengan santai.
Mendengar itu, membuat Miku semakin kesal dan mencoba melepaskan jaket miliknya yang digunakan oleh Nino secara paksa, "Cepat lepaskan …."
"Tidak perlu khawatir, Uzumaki-san … aku sedang belajar," ucap Yotsuba yang terlihat sedang mengerjakan sesuatu. Ketika Naruto melihat apa yang ia kerjakan, ia menjadi sweatdrop. Bukan karena apa-apa, itu dikarenakan ia melihat Yotsuba hanya menggambar bunga matahari pada bukunya.
Lalu, Naruto menghela nafas panjang. Ia kehabisan ide untuk mengajari mereka. Ia tidak menyangka jika situasinya serumit ini, sangat jauh dari apa yang ia bayangkan. Nino yang melihat itu, mengambil nampan berisi kue buatannya dan berjalan di belakang Naruto.
"Apa kau tidak suka kue?"
"Bukannya begitu …."
"Kau tidak perlu takut, aku tidak memasukkan racun ke dalamnya …."
Kemudian, Nino menambahkan dengan tersenyum, "Jika kau memakannya, aku akan belajar kok …."
'Kheh, senyuman palsu … aku tahu dia ini hanya memancingku saja,' pikir Naruto yang melihat itu.
Naruto lalu mengambil satu kue, kemudian memakannya, "Ya, kuakui ini enak …."
"Senang mendengarnya. Tapi jika boleh jujur, kami tidak memerlukan guru les …," ucap Nino yang tersenyum aneh.
Mendengar itu, Naruto hanya diam saja tanpa memberikan reaksi yang berarti. Berbeda dengan Ichika yang menoleh ke arah dirinya, Miku yang berhenti sejenak memasukkan kue ke mulutnya, Yotsuba yang terbangun dari tidurnya, dan Itsuki yang diam saja tanpa respon apa-apa.
"Aku bercanda, dan ini air untukmu," ucap Nino yang memberikan segelas air.
"Arigatou …."
Naruto yang melihat kandungan airnya sedikit tidak bening menjadi menyeringai, dan memilih untuk meminumnya sedikit saja. Nino yang melihat itu langsung berdiri dan berkata,
"Bye-bye …," ucapnya sambil melambaikan tangan ke dirinya.
Kemudian, Naruto berdiri dengan cepat,
"Aku tahu kau sudah memasukkan sesuatu ke dalam minumanku, dan itu pastinya obat tidur. Aku tidak bodoh jika dengan mudah diriku menyadari senyum palsu dan gelagatmu yang mencurigakan itu, Nino Nakano …," ucap Naruto dengan dingin.
Mereka yang mendengar itu tentu saja terkejut. Naruto kemudian meletakkan gelas itu kembali di meja, dan menatap kembar lima itu dengan santai, "Jika kalian memang sangat menginginkan diriku keluar, aku tidak masalah. Tetapi, aku tidak akan menyerah dalam mengajari kalian. Lagipula, aku memiliki nomor Nakano-sensei untuk melaporkan kegiatan kalian …."
Kemudian, Naruto menyiapkan barang-barangnya ke dalam tas. Dan ia mulai beranjak pergi dari sana.
.
[0_0]
.
Itsuki PoV on
Jujur, aku sangat terkejut melihat perubahan gestur, sikap, bahkan cara bicara dari Naruto barusan. Ia tampak seperti orang yang berbeda karena ulah yang Nino perbuat. Kulihat, Naruto bersiap-siap pergi dari ruangan apartemen yang kami sewa dan sudah berjalan keluar. Aku pun berlari untuk menyusulnya, kini kulihat ia sedang menunggu di depan lift. Aku pun menghampirinya.
"Tunggu … aku akui, kami memang tidak suka belajar. Tapi, lebih baik kau menyerah saja, Uzumaki-kun."
"Maaf, Itsuki. Aku tidak bisa melakukannya. Aku diajarkan ayahku untuk melakukan tanggung jawab yang diberikan secara professional, apalagi yang memintaku untuk melakukan ini adalah ayah kalian sendiri. Ditambah lagi, aku berhutang banyak pada ayah kalian …."
Mendengar kata-katanya membuatku menjadi bingung, "Berhutang?"
"Kau akan tahu nanti, Itsuki. Untuk sekarang, belum saatnya dirimu untuk tahu," ucap Naruto yang tersenyum tipis kepadaku.
Kemudian, kulihat Naruto mendapatkan sebuah panggilan masuk melalui teleponnya. Aku hanya bisa mendengarkannya tanpa menginterupsi kegiatannya.
"Moshi-moshi, Naruko-chan … iya, aku akan pulang sekarang."
'Naruko-chan, itu pasti adik perempuannya …,' pikirku yang mendengarnya. Kemudian, ia melihat Naruto dalam ekspresi yang terkejut.
"Apa?! Itu permintaan konyol, Naruko. Mengapa aku harus melakukannya?"
Aku sekarang juga melihat Naruto dalam ekspresi keheranan yang terlihat dengan wajah yang menunjukkan rasa frustasi dikarenakan permintaan adiknya yang mungkin sangat merepotkan untuknya.
"Baiklah, baiklah. Kau menang. Aku ubah ke mode video call. Tapi kau juga harus berpartisipasi untuk mengajaknya …."
Setelah itu, aku melihat Naruto menatapku dan memberikan handphone miliknya kepadaku. Handphone itu masih tersambung dengan panggilan kepada adiknya, bedanya kali ini dengan mode video call yang dapat memperlihatkan sosok adiknya itu.
"Adikku meminta dirimu untuk makan bersama di kediaman kami. Hahh … aku tidak mengerti apa yang ia inginkan …."
Saat ini, aku sedang melihat seorang gadis dengan kisaran umur dua belas tahun yang berwajah menyerupai Naruto. Gadis itu berambut pirang panjang dengan style twintail yang membuat dirinya terlihat imut dengan birthmark berupa kumis kucing yang ia miliki seperti Naruto. Ia terlihat sangat imut di mataku.
["Moshi-moshi, Nee-chan … perkenalkan namaku Namikaze Naruko. Aku adalah adik perempuan dari Naruto-nii. Apakah kamu ingin datang ke kediaman kami untuk makan malam bersama?"] ucap Naruko dengan ekspresi yang ceria.
Saat ini, aku terdiam mendengarnya. Karena menurutku, ini terlalu mendadak.
["Nee-chan, kenapa diam saja? Tidak mau ya …,"] ucap Naruko yang kini mengeluarkan ekspresi memohon dan terlihat akan menangis. Terlihat Naruko mengeluarkan jurus andalannya yaitu puppy eyes no jutsu.
Melihat itu, membuat hatiku seketika tersentuh. Tanpa kusadari, aku menganggukan kepalaku dan tersenyum.
["B-baik, a-aku akan datang …."]
Lalu, kuserahkan handphone itu kepada Naruto. Tapi panggilannya tidak kumatikan.
"Kau sudah dengar kan, Naruko? Kalau begitu aku tutup ya … sampai jumpa di rumah."
Setelah itu, Naruto mematikan panggilan itu. Ia kemudian menghampiriku, "Kediaman kami tidak jauh dari sini, hanya sepuluh menit saja jika kita berjalan kaki. Jadi, ayo kita berangkat …."
"Baiklah …."
Itsuki PoV end
.
[0_0]
.
Normal PoV on
Saat ini, Naruto dan Itsuki berjalan bersama tetapi dengan suasana yang sunyi tanpa ada pembicaraan. Naruto yang menyadari itu mencoba membuka pembicaraan, "Jujur, aku tidak menyangka kau akan menerima ajakan adikku …."
"Aku tidak bisa melawan tatapan yang memohon seperti itu, apalagi dari seorang anak kecil."
"Hahaha, aku juga. Aku akui, Naruko memang punya jurus ampuh untuk meluluhkanku …."
"Apa kalian tinggal hanya berdua saja, Uzumaki-kun? Dari video call tadi, aku tidak melihat kehadiran orang tua kalian."
Mendengar itu, membuat Naruto tersenyum getir dan menatap ke arah langit. Dan Itsuki menyadarinya dikarenakan sinar bulan yang menerpa remaja yang ada di sampingnya itu.
"Kami tinggal berdua, terkadang bertiga jika murid ayahku datang menginap. Untuk orang tuaku, mereka sudah tiada saat aku berumur sepuluh tahun karena kecelakaan …," jelas Naruto tanpa mengubah ekspresinya.
Mendengar itu, membuat Itsuki menunjukkan raut wajah yang menyesal, "M-maaf, Uzumaki-kun. Karena aku sudah bertanya yang tidak-tidak."
"Tidak masalah, Itsuki. Lagipula kau adalah teman pertamaku …."
"Benarkah?"
Naruto yang mendengar itu mengangguk membenarkan, kemudian ia tersenyum tulus di wajahnya yang tampan, "Aku adalah seseorang yang penyendiri dan anti-sosialisasi. Jujur, saat dirimu mengajakku berteman. Aku selalu terpikirkan saat itu. Sebuah ikatan pertemanan yang tidak pernah kurasakan … maka dari itu, aku berterima kasih kepadamu, Itsuki."
Melihat itu, membuat Itsuki merona tipis dibuatnya, "S-sama-sama, U-Uzumaki-kun …."
Kemudian, Itsuki bertanya kembali, "Lalu, bagaimana caramu untuk menghidupi dirimu dan Naruko?"
"Dulunya, diriku sudah terbiasa bekerja paruh waktu, terkadang murid ayahku juga suka membantu kami dari sisi finansial. Aku hanya memikirkan masa depan Naruko untuk sekarang. Sebagai kakak, aku tidak mungkin membiarkan adikku punya masa depan yang suram."
Kemudian, Naruto menambahkan, "Untuk sekarang, aku tidak memiliki pekerjaan apapun. Aku beristirahat sementara. Ditambah lagi, pekerjaanku yang sekarang menjadi guru les kalian sudah bisa menghidupi keluarga kami."
Mendengar itu, membuat Itsuki tersenyum, "Kau kakak yang hebat, setidaknya kau memainkan peran yang besar layaknya ayah dan ibu dalam keluargamu. Ternyata itu alasannya kau tidak mau menyerah dalam mengajari kami."
"Begitulah, Itsuki …."
Ketika mereka berjalan di bawah sinar lampu jalan yang terang. Naruto tiba-tiba berhenti, Itsuki yang menyadari itu juga menghentikan langkahnya. Merasa dirinya akan batuk, ia dengan cepat menutup mulutnya itu dengan kedua tangannya.
'Sial, mengapa harus di saat seperti ini …,' pikir Naruto.
UHUK! UHUK! UHUK! UHUK!
Itsuki yang melihat itu langsung saja khawatir dan bertanya, "Apa kau tidak apa-apa, Uzumaki-kun?"
Itsuki seketika terkejut ketika ia melihat tangan Naruto yang dipenuhi banyak darah yang keluar dari mulutnya, bahkan hingga menetes ke bawah, "Uzumaki-kun, kau …."
"Aku tidak apa-apa, Itsuki. Aku hanya kelelahan karena membuat soal-soal untuk kalian secara manual …," ucap Naruto yang tersenyum secara terpaksa.
Kemudian, Naruto melanjutkan, "Kumohon padamu, tolong rahasiakan ini dari Naruko …."
"Aku berjanji akan merahasiakannya, asalkan dirimu memberikan penjelasan kepadaku nanti …."
"Kalau begitu, aku juga berjanji akan menjelaskannya, bersamaan dengan bagaimana aku bisa mengenali ayahmu … untuk sekarang, lebih baik kita cepat pergi ke rumahku. Aku tidak ingin dicurigai oleh Naruko untuk saat ini …."
"Baiklah, Uzumaki-kun …."
.
[0_0]
.
Skip Time : Naruto House
"Ya, kita sudah sampai …."
Saat ini, Itsuki melihat sebuah rumah sederhana yang tidak terlalu besar, tapi tidak terlalu kecil. Ia bersama Naruto sekarang sudah ada di depan rumah yang merupakan kediaman Naruto. Naruto saat ini juga sudah bersih dari darah yang ia keluarkan beberapa saat yang lalu, ia dengan cepat mencucinya dengan air keran yang tersedia di samping rumahnya.
"Baiklah, ayo kita masuk …," ajak Naruto.
Kemudian, Naruto membuka pintu rumahnya, "Tadaima …."
"Okaeri …."
Dari dalam rumah terdengar suara balasan kepada Naruto. Naruto yang sudah melepaskan sepatunya kemudian masuk menuju ruang makan dan diikuti oleh Itsuki, di sana sudah terlihat Naruko yang sedang menyiapkan makanan.
"Oi, Naruko. Nih orangnya sudah kubawa …."
"Jadi ini muridnya Nii-chan … cantik sekali, warna rambutnya juga seperti Kaa-chan."
Sementara Naruto dan Itsuki yang mendengar itu terkejut. Bagi Naruto sendiri, Itsuki memang terlihat seperti Kushina. Dengan rambut merah yang terang, itu mengingatkannya pada mendiang ibunya yang sudah tiada. Berbeda dengan Itsuki yang terkejut karena dirinya dikatakan seperti ibu mereka.
"Jika kau bingung, lihatlah salah satu foto di sana," ucap Naruto yang menunjuk salah satu foto yang berisikan Minato, Kushina, Naruto, dan Naruko.
Itsuki yang penasaran langsung melihat foto tersebut, dan alangkah terkejutnya ia melihat sosok Kushina yang memiliki rambut dan bentuk wajah yang sama seperti dirinya. Naruto yang melihat itu tersenyum kecil, "Sekarang kau sudah mengerti kan mengapa adikku menyamakan dirimu dengan ibu kami?"
Itsuki yang mendengar itu hanya mengangguk saja sebagai respon. Kemudian, mereka duduk bersama di ruang makan.
Ketika Naruto menyadari tidak ada ramen, ia pun sontak bertanya, "Tidak ada ramen, Naruko-chan?"
"Hari ini tidak boleh ramen lagi, aku tahu Nii-chan sudah makan ramen di sekolah. Dan itu tidak baik jika dikonsumsi terus-menerus …."
Kemudian Naruko melanjutkan, "Lagipula, hari ini ada tamu spesial. Jadi kita harus bisa memberikan usaha terbaik yang kita punya … menu hari ini adalah kari spesial dengan telur gulung sebagai tambahan."
"Baiklah, baiklah. Kau menang, adikku yang menyebalkan."
'Betapa hangatnya keluarga ini …,' pikir Itsuki. Tetapi itu tidak bertahan lama karena Naruko bertanya kepadanya.
"Emm, Nee-chan. Siapa namamu?"
"Namaku Itsuki Nakano … salam kenal, Naruko-chan," balas Itsuki sembari tersenyum.
"Salam kenal … semoga makanan kami cocok denganmu, Itsuki-san ...," ucap Naruko ceria.
"Sepertinya enak …."
Sementara Naruto yang mendengar itu hanya berpikir, 'Dari semua kembar Nakano yang sudah kuberikan pengamatan per individunya. Itsuki adalah tipikal orang yang gemar makan. Aku pikir, selama rasanya enak … ia akan memakannya. Lagipula, Naruko mewarisi bakat memasak milik Kaa-chan ….'
Mereka bertiga kemudian menangkupkan tangan ke depan dan berucap, "Itadakimasu …."
Lalu, mereka bertiga makan dengan perlahan. Mencoba menikmati makanan mereka. Setelah selesai, Naruto langsung mencuci piring dan yang lain sebagai alat memasak. Setelah beberapa saat, ia bergabung kembali dengan mereka berdua.
"Ah, Nii-chan … kau sudah kembali. Aku ingin bertanya, bagaimana dengan kegiatan mengajarmu hari ini?"
Mendengar itu membuat baik Naruto dan Itsuki terdiam, karena mereka berdua tahu. Kalau hari ini benar-benar terjadi ketegangan diantara mereka.
"Hari ini aku belum mengajar, Imouto. Hari ini hanya di isi dengan perkenalan saja …," bohong Naruto. Itsuki yang mendengar itu justru terkejut, Naruto yang melihat itu memberikan isyarat kepada Itsuki untuk menyetujuinya. Karena jika tidak, itu akan membuat Naruko menjadi sedih.
"I-itu benar, Naruko-chan," timpal Itsuki.
"Padahal aku pikir Nii-chan sudah mengajar, aku tahu Nii-chan semalam sudah bergadang membuat soal-soal sampai jam empat pagi."
"Kau tahu ternyata … maaf-maaf, itu untuk persiapan jangka panjang saja kok. Kau tahu sendiri, kita tidak punya mesin printer atau fotocopy. Mau tidak mau, harus kubuat manual secara massal dengan mempertaruhkan waktu tidurku," ucap Naruto yang menggaruk kepala bagian belakangnya yang tidak gatal.
Sementara, Itsuki yang mendengar itu justru terkejut dengan bola mata yang membulat. Karena ia tidak menyangka, seserius itukah niat Naruto untuk mengajari mereka. Sampai-sampai mengorbankan dirinya dan waktu istirahatnya hanya demi mereka.
"Jangan terlalu sering. Itu akan buruk untuk kesehatanmu sendiri, Nii-chan …."
Naruto yang mendengar itu hanya tersenyum, kemudian ia merespon, "Akan kuusahakan, tapi aku tidak janji …."
Setelah banyak berbincang dalam waktu yang cukup lama, Itsuki memutuskan untuk pulang agar tidak terlalu larut.
"Terima kasih atas makanannya, Naruko-chan …."
"Sama-sama. Ano, Itsuki-san …."
"Iya, ada apa, Naruko-chan?"
Naruko kemudian mengepalkan kedua tangannya di depan dadanya, "Naruto-nii memang bersikap sampah, egois, dan selalu frontal jika menghadapi sesuatu …."
"Oi, oi …."
Itsuki yang mendengar itu hanya tertawa kecil. Berbeda dengan Naruto yang saat ini sedang menatap adiknya itu dengan tatapan tajam, yang di balas dengan juluran lidah oleh adiknya itu.
Kemudian, Naruko melanjutkan, "Tetapi, dia adalah sosok kakak yang baik dan lebih mementingkan orang lain dibanding dirinya sendiri. Jika ia menyayangi seseorang, kau akan selalu dilindungi olehnya baik itu secara langsung ataupun tidak langsung. Karena kakak adalah orang yang dapat mengubah hidup orang lain dengan caranya sendiri … jadi, jika kau tidak keberatan. Maukah kau datang ke sini lagi untuk makan malam bersama kami?"
Naruto yang mendengar itu langsung menghilangkan tatapan tajam yang ia tujukan kepada Naruko. Berbeda dengan Itsuki yang awalnya menatap Naruto, kemudian ia menatap Naruko sembari merenggangkan kedua tangannya ke arah depan dan tersenyum dengan manis.
"Tentu saja, aku pasti akan datang. Berpikir selalu menguras otak, dan itu membuatku lapar. Jadi, izinkan aku untuk makan bersama kalian lagi …."
"Janji?"
"Aku janji, Naruko-chan …."
"Baiklah, kalau begitu … aku akan mengantar Itsuki ke depan. Setidaknya sampai ia mendapatkan taksi untuk dirinya pulang. Jika kau mengantuk, tidurlah duluan, Naruko …," ucap Naruto yang sudah bersiap-siap.
"Baiklah, Nii-chan. Sampai jumpa, Itsuki-san."
"Sampai jumpa lagi, Naruko-chan …."
.
[0_0]
.
"Jadi … bisa kau ceritakan sekarang?" tanya Itsuki kepada Naruto.
Saat ini mereka berdua sedang duduk bersama di sebuah bangku kayu yang memanjang dan berada di pinggir jalan. Tidak ada pejalan kaki yang melewati jalan itu karena sudah hampir larut malam.
"Baiklah. Dengarkan aku, karena aku tidak mau mengulangi perkataanku untuk kedua kalinya …."
Kemudian, Naruto mulai bercerita secara penuh dan rinci kepada Itsuki. Itsuki yang mendengar itu sangat terkejut, sampai-sampai ia tidak bisa berkata apapun. Kehidupan lelaki yang ada di depannya ini sangat rumit menurutnya, seperti sebuah ujian besar yang harus ia lewati dalam hidupnya.
"Itu adalah takdir yang sudah diberikan tuhan kepadaku, dan aku harus menerimanya. Walaupun harus beberapa kali aku melakukan kemoterapi, itu tidak mengubah fakta waktu kematianku tetap berjalan karena waktuku yang terbatas di dunia ini."
Kemudian, Naruto melanjutkan, "Yang menjadi tanggung jawabku sekarang adalah kalian dan Naruko. Aku sebisa mungkin akan memaksimalkan kinerjaku untuk kalian sebagai guru les, dan juga sebagai kakak bagi Naruko. Dan tolong jangan kau beritahu siapapun, baik itu kepada saudari-saudarimu sendiri ataupun Naruko."
"Aku mengerti. Tapi … mengapa dirimu berani untuk menceritakan segalanya kepada orang baru sepertiku, kita baru kenal sekitar dua sampai tiga hari. Apakah kau tidak takut rahasiamu akan kusebarkan? Dan juga … mengapa kau melakukannya untuk kami dengan dirimu yang seperti itu?" tanya Itsuki bertubi-tubi dengan suara yang lirih.
"Jawabannya simple. Sebagai teman, aku mempercayai dirimu. Lagipula … jika kau menyebarkannya, itu tidak ada keuntungannya bagi dirimu. Alasan aku melakukannya? Bagiku … orang yang melanggar aturan memanglah sampah … tetapi, orang-orang yang meninggalkan teman-temannya itu lebih rendah dari sampah."
Kemudian, Naruto menambahkan dengan tersenyum tulus, "Dan juga, karena kau adalah teman pertamaku. Maka aku akan percaya dan melakukan apa yang aku bisa untukmu, dan juga untuk kalian sebagai bentuk tanggung jawabku sebagai guru les …."
Mendengar itu membuat Itsuki tidak bisa berkata apa-apa lagi. Itsuki saat ini terpana karena melihat kesungguhan, semangat, dan determinasi Naruto sudah membuat dirinya sangat yakin bahwa orang di depannya ini adalah tipikal orang yang tidak akan menyerah jika tujuannya belum tercapai.
"Hahh … baiklah, Uzumaki-kun. Terserahmu saja …."
Kemudian, Itsuki melanjutkan dalam pikirannya, 'Setidaknya, aku dan yang lain harus bisa memberinya kesempatan untuk membuktikannya … sebenarnya, diriku sudah percaya kepadanya. Tetapi … aku juga akan berusaha dengan caraku sendiri.'
Naruto yang melihat sebuah taksi langsung saja memberhentikannya untuk Itsuki. Setelah itu, ia membukakan pintu taksi itu untuk Itsuki. Sebelum Itsuki masuk ke dalam taksi itu, Naruto lalu berkata, "Besok aku akan datang setelah pulang sekolah, aku minta tolong padamu untuk mengumpulkan semuanya …."
"Iya … akan aku lakukan."
Mendengar itu, membuat Naruto tersenyum tipis, "Terima kasih atas pengertiannya, Itsuki …."
Setelah itu, pintu taksi ia tutup. Dan taksi itu mulai berjalan untuk mengantarkan Itsuki pulang. Naruto yang saat ini sedang menatap langit hanya bisa berharap.
'Tou-chan … Kaa-chan … semoga apa yang aku lakukan ini benar.'
.
[0_0]
.
Sementara itu bersama dengan Nakano bersaudara yang lain. Terlihat Yotsuba yang tengah tertidur di sofa. Sementara Ichika, Nino, dan Miku sedang duduk di bangku dengan meja yang berada di belakang sofa di mana Yotsuba sedang tidur.
Terlihat juga Miku yang sedang mengecek handphone miliknya, Ichika yang sedang membaca majalah, dan Nino yang sedang mengikir kukunya.
"Apa Naruto sudah tahu atau belum?" tanya Miku.
Mendengar itu membuat Ichika menoleh kepadanya.
"Saat ini, kurasa dia tidak tahu sama sekali akan fakta bahwa … kita berlima dipindahkan karena tidak naik kelas …."
.
.
.
To Be Continued
.
.
Notes : Fic ini terinspirasi oleh beberapa fanfic tertentu dengan crossover Naruto x Quintessential Quintuplets. Hmm, ini project kedua gua dengan tipe fic yang multichapter. Gua bikin alurnya semi-canon tapi dengan banyak perubahan. Chapter 4 Up, jadi tolong buat reader gausah banyak protes dan Stay tune aja ye. Cukup doain gua biar banyak ide + sehat, secara perlahan nanti gua coba sebisa mungkin buat tamatin fic ini. Soalnya gua tim begadang buat ngelarin ini fic.
Next, gue gak bisa ngejawab review kalian satu per satu karena terlalu malas. Gua minimal baca review dari kalian, dan maksimal berakhir dengan baca PM dari reader or whoever else. Next. Jika fic ini diplagiat oleh oknum sampah yang nggak bertanggung jawab + tidak mendapat perizinan dari gua, bahkan gak naruh nama gua di tempat di mana dia ngepost cerita ini. Tolong bantu report / PM ke gua. Biar gua tinggal ikutan jadi tim report. Sebagai catatan, gua hanya memiliki akun FFN. Tidak ada yang di luar platform yang gua sebutkan.
Lagi dan lagi, gue ingin mempromosikan sesuatu di sini. Gue telah bergabung dengan sebuah Group Chat WhatsApp yang bernama Fanfic Community Indonesia, yang berisikan banyak author dan reader fanfiksi, bahkan platform lain. Di grup tersebut terdapat cukup banyak author senior, ataupun author baru seperti gue. Kepada siapapun yang berminat untuk bergabung, silahkan PM gue baik melalui web, ataupun aplikasi. Join with us! Feel like home! Let's move together!
Sepertinya hanya itu saja pesan gue kepada kalian. Sampai jumpa lagi. Jaa na!
FCI. Cursed-Eternal Out
