.
.
.
I'm In Trouble
Disclaimer :
Naruto by Masashi Kishimoto
5-toubun no Hanayome by Negi Haruba
Pair : ?
Rate : T
Mark :
"Naruto." : Berbicara
Naruto : PoV Start
Naruto : Efek suara (Sfx) / Skip Time / Previous Chapter
'Naruto.' : Pikiran atau Batin
["Naruto."] : Berbicara melalui pesan atau panggilan telepon
Genre : School, Drama, Family, Hurt/Comfort, Romance, Tragedy
Warning : Semi-Canon, Alternate Universe, Alternate Fact & Reality, Original & Other Character, dan Out of Character.
.
.
Skip Time : Next Day, Outside Hotel
Naruto yang saat ini berada di depan pintu hotel yang ditempati oleh lima kembar Nakano secara tidak sengaja bertemu dengan Miku secara bersamaan. Miku yang baru saja kembali membawa beberapa tas kantong berisi beberapa stok bahan makanan di kedua tangannya, sepertinya ia sehabis berbelanja.
"Yo, Miku …."
"Hai, Naruto …."
"Sehabis berbelanja, ya? Perlu kubantu bawakan?"
Mendengar itu, membuat Miku tersenyum, "Begitulah. Jika kau memaksa, kau boleh membantuku …."
Naruto yang mendengar perkataan Miku yang merupakan lampu hijau baginya, langsung mengambil barang belanjaan yang Miku bawa di kedua tangannya. Sementara Miku berjalan ke arah kontrol panel khusus yang dimiliki oleh hotel yang mereka tempati, ia kemudian menggesekan kartu hotel mereka di slot kartu yang ada pada kontrol panel itu untuk membuka pintu otomatis.
"Jika kau ingin masuk ke dalam dan kau tidak memiliki kartu nya, kau hanya perlu memencet sesuai dengan nomor hotel kami. Dan itu akan terbuka dengan sendirinya," jelas Miku yang mulai berjalan ke dalam dan diikuti oleh Naruto di belakangnya.
Naruto yang mendengar itu tersenyum, menyadari betapa baiknya Miku, "Terima kasih atas penjelasannya, Miku …."
Miku tiba-tiba berhenti berjalan, yang membuat Naruto ikut berhenti. Miku kemudian berbalik ke arah Naruto, terlihat juga senyum yang menghiasi wajah cantiknya itu.
"Sama-sama, Naruto. Jadi … apa kau akan mengajari kami hari ini?"
.
[0_0]
.
Skip Time : Nakano Quintuplets Residence
Saat ini, terlihat Miku yang sedang duduk santai di sofa. Berbeda dengan Naruto yang terlihat sedang mencoba mengumpulkan semua orang. Beruntung, Naruto bisa mengajak Itsuki, Yotsuba, dan Ichika untuk bergabung bersama di ruang tamu.
"Oke, kita semua sudah berkumpul. Ayo kita mulai belajar," ucap Yotsuba dengan ceria.
Ichika yang masih mengantuk terbangun dari tidurnya, ia memposisikan dirinya kembali setelah tidur dengan sebuah bantal di sofa. Setelah ia bangun, ia merenggangkan dirinya, "Sepertinya aku hanya akan melihat saja …."
"Meh, nanti juga tidur lagi …," balas Naruto yang direspon dengan tawa kecil Ichika.
Miku yang tersenyum bersiap untuk belajar langsung menyuarakan dirinya, "Ajarkan aku sejarah jepang seperti yang kau janjikan, Naruto …."
Sementara Itsuki memilih untuk duduk di meja samping yang berada di sebelah sofa, ia terlihat membawa beberapa buku di tangannya itu, "Aku akan belajar sendiri di sini, jangan pikirkan aku …."
Naruto yang menyadari mereka yang sulit untuk diajak kerjasama kecuali Miku dan Yotsuba hanya menghela nafas. Tapi setidaknya, ada orang tambahan untuk ia ajari hari ini, "Baiklah. Aku rasa, kita bisa memulainya."
Setelah mengatakan itu, Nino muncul dari kamarnya dan melihat mereka dari pagar lantai kedua, "Kau masih disini rupanya. Apa kau tidak ingin menyerah dalam mengajari kami?"
Mendengar itu, membuat Naruto menyeringai, "Maaf saja. Jika bukan karena ayah kalian, aku tidak mungkin akan mengajari kalian. Ditambah lagi, kata menyerah itu tidak ada dalam kamusku."
Ichika, Yotsuba, dan Nino yang mendengar itu justru kebingungan dengan respon Naruto. Berbeda dengan Miku dan Itsuki yang sudah mengetahui segalanya. Terlihat juga Itsuki yang berhenti menulis di buku setelah mendengar perkataan Naruto, berbeda dengan Miku yang menatap Naruto dengan serius.
"Daripada itu, apa kau mau bergabung dengan kami?"
Nino yang mendengar itu langsung menatap Naruto dengan tajam, "Tidak sudi."
Naruto yang mendengar respon Nino langsung saja menghampiri Miku dan Yotsuba, tetapi Nino yang melihat itu memiliki rencana tersendiri. Nino kemudian menuruni tangga menuju ruang tamu. Sesampainya di sana, ia menghampiri Yotsuba.
Nino yang masih memainkan handphone miliknya mulai berbicara, "Yotsuba, temanku yang berada di tim basket memerlukan seseorang untuk bergabung bersama mereka dalam sebuah pertandingan. Kau kan sangat atletik. Apakah kau bisa membantu mereka sekarang?"
Naruto yang mendengar itu hanya diam saja, ia mengerti Nino sedang mempermainkan dirinya sekali lagi. Dan ia tentunya akan meladeni dengan caranya sendiri, mencoba mengatasi semua rencana yang gadis itu buat.
"S-sekarang juga? Etto …," balas Yotsuba yang terlihat bingung. Di satu sisi ia tidak bisa menolak untuk membantu orang lain, tapi di satu sisi Naruto sudah siap untuk mengajari dirinya. Ia cukup bimbang saat ini, berkat berita mendadak yang Nino berikan.
Nino yang melihat itu langsung menambahkan, "Saat ini, mereka hanya memiliki lima orang sebagai anggota. Salah satu dari mereka mengalami patah kaki. Mereka tidak akan bisa bermain jika mereka kekurangan orang. Aku merasa kasihan pada mereka …."
Naruto yang sudah memiliki respon tersendiri langsung mengelus kepala Yotsuba dengan pelan, "Pergilah, Yotsuba. Jika mereka membutuhkan bantuan, aku tidak akan menghentikan dirimu. Karena aku tidak bisa mengekangmu dengan keegoisanku. Asalkan kau berjanji, kau akan belajar bersama nanti."
Hal itu membuat baik Nino ataupun Yotsuba terkejut. Tidak hanya itu, tiga kembar lainnya juga merasakan hal yang sama. Karena mereka tidak menyangka, jika Naruto akan melepaskannya dengan mudah.
"Aku berjanji akan belajar bersamamu, Uzumaki-san. Terima kasih atas pengertiannya, aku tidak bisa diam saja ketika orang lain membutuhkan bantuan …," setelah ucapan itu berakhir, Yotsuba berlari ke kamarnya dan berganti pakaian. Setelah itu, ia keluar dari sana dan mulai meninggalkan mereka.
Ichika yang melihat Yotsuba sudah pergi hanya bisa menanggapi, "Dia itu memang tidak mengerti bagaimana untuk berkata tidak."
Kemudian Nino tersenyum dan menutup matanya, "Bukankah kau ada pekerjaan jam dua nanti, Ichika?"
Ichika yang mendengar itu mulai menyadari sudah jam setengah dua siang, sontak ia pun bangun dari acara duduknya, "Sial, aku lupa …," setelah ucapan itu berakhir, ia kemudian berlari ke kamarnya dan berganti pakaian. Tidak lama setelah itu, ia keluar dari sana dan pergi meninggalkan mereka.
Melihat itu, Nino menyeringai. Kemudian, ia melihat ke arah Itsuki, "Itsuki, lebih baik kau pergi ke tempat yang lebih sepi. Seperti perpustakaan atau tempat lain …."
"Ide bagus …," balas Itsuki yang mulai merapikan beberapa buku dan kertas-kertas miliknya. Setelah itu, ia pergi meninggalkan mereka. Menyisakan Naruto, Nino, dan Miku di sana.
Naruto menyadari hanya Miku yang bisa ia andalkan sebagai faktor pendukung yang tersisa bagi dirinya untuk saat ini. Ia kemudian menghampiri Nino.
"Apa hanya itu saja yang bisa kau lakukan, Nino Nakano?" ucap Naruto dengan nada yang dingin.
Mendengar nada suaranya yang berubah, membuat Nino mundur beberapa langkah. Berbeda dengan Miku yang menatap Naruto dengan terkejut. Naruto menyadari itu.
"Tenang saja, Miku. Aku tidak akan melakukan apa-apa, aku akan memberinya peringatan kecil."
"Baiklah, Naruto. Aku percaya padamu …."
"Terima kasih sudah mempercayaiku, Miku …."
Miku yang mendengar itu hanya mengangguk saja. Kemudian, Naruto kembali menghadap Nino dengan tatapan yang tajam.
"Aku tidak akan takut dengan permainan yang kau buat untuk mempersulit pekerjaanku sebagai guru les kalian, Nino Nakano. Jika kau menungguku untuk menyerah, itu percuma saja. Karena kau harus menungguku selamanya untuk itu," ucap Naruto dengan suara yang dingin.
Ucapan Naruto itu sangat menekan Nino sampai-sampai ia tidak bisa membalas lagi. Saat ini, ia kehabisan kata-kata. Melihat itu, Naruto justru menyeringai kemenangan.
"Apa ada yang mau kau bicarakan sebelum kami pergi belajar, Nino?" ucap Miku.
"A-ah, soal minumanku yang kau minum sembarangan. Kau sudah membelinya?"
"Sudah, bersamaan dengan stok bahan makanan kita," balas Miku yang menunjuk sebuah plastik kecil berisi kaleng minuman yang ia letakkan di meja.
Mendengar itu, Nino langsung saja mengambil salah satu kaleng minuman dari plastik kecil yang Miku tunjuk. Sementara Miku mengajak Naruto untuk belajar di kamarnya, berjalan melewati Nino.
"Matcha Soda?" ucap Nino yang kebingungan.
"Hei, Miku …."
Ketika Nino berbalik, ia mendapati kedekatan Miku dan Naruto yang menurutnya tidak masuk akal.
"Darimana kita bisa memulainya?" tanya Miku yang tidak melepaskan pandangannya kepada Naruto. Sepertinya ia tidak sabar untuk memulai pelajarannya dengan Naruto.
Naruto yang mendengar itu tersenyum pada Miku, "Bagaimana jika kita memulainya dari periode Kamakura? Jika sudah, baru kita berpindah ke materi lain."
"Baiklah, Naruto …."
Melihat kedekatan mereka berdua memunculkan rasa tidak suka dalam diri Nino, kemudian ia menghampiri mereka, "Sejak kapan kalian berdua sedekat ini?"
Lalu, Nino menunjuk ke arah Naruto. Ia menghadap Miku dengan tatapan yang meremehkan, "Apa cowok yang biasa saja ini adalah tipemu?"
Naruto hanya diam saja, karena ia malas meladeni Nino. Berbeda dengan Miku yang menatap Nino dengan serius, "Memangnya kenapa? Lagipula, aku tidak sepertimu yang hanya menyukai cowok tampan saja …."
"Huh …," respon Nino. Ia kemudian menjauhkan Naruto dari Miku dengan cara mendorongnya ke samping, "Memangnya ada apa jika aku pilih cowok yang tampan? Apa itu berarti kau lebih memilih bagian dalam daripada penampilan luar?"
"Jika iya, apa yang mau kau lakukan?" balas Miku dengan wajah yang tidak menunjukkan ekspresi sama sekali.
Mendengar itu, Nino menyeringai. Ia kemudian menunjuk dada Miku dan menekannya sedikit, "Begitu ternyata. Itu berarti kau tidak peduli dengan penampilan dan lebih memilih untuk keluar dengan pakaian murahan seperti ini …."
"Setidaknya aku tidak suka mencari perhatian, seperti dirimu dengan pakaian dan kuku panjang tidak jelas itu," balas Miku, tetapi kali ini dengan sorot mata yang tajam. Naruto yang melihat itu hanya bisa menepuk dahinya sendiri, ia secara tidak langsung dapat melihat percikan petir tanda perselisihan dengan tensi yang meninggi diantara keduanya.
Lalu, Nino menekuk tangannya tepat di pinggulnya, "Kau tidak akan mengerti …."
Miku yang mendengar itu membalas, "Aku juga tidak ingin tahu."
Naruto yang sudah merasa jenuh dengan kelakuan mereka langsung saja melerainya. Ia mencoba menjauhkan Nino dan Miku, "Sudah cukup kalian berdua. Jangan berkelahi. Semua itu tidak ada artinya karena setiap orang punya selera yang berbeda-beda …."
Kemudian, ia menambahkan dengan senyum tipis, "Tolong mengertilah. Jika kalian sudah mengucapkan sesuatu dari mulut kalian, kalian tidak akan bisa menariknya kembali. Sekalinya kalian memutuskan hubungan, mungkin kalian tidak akan saling bertemu lagi …."
Mendengar itu, membuat Nino dan Miku terdiam. Mereka memikirkan kembali apa kata Naruto yang memang tepat sasaran. Mereka tahu seberapa sering mereka bertengkar karena masalah sepele, tetapi mereka tetap akur selama tidak ada rasa menghina di dalamnya. Tapi kali ini agak berbeda, karena mereka menghina kesukaan dan pilihan orang lain itu sendiri.
Miku menjadi orang pertama yang memecah kesunyian itu, "Kau benar, Naruto. Kalau begitu, ayo pergi dari sini. Dan kau, Nino. Berhentilah mengganggu kami …."
"Mengganggu katamu?" balas Nino.
Tiba-tiba perut Naruto berbunyi. Naruto yang menyadari itu hanya bisa menggaruk belakang kepalanya, jujur saja ia memang belum mengisi perutnya siang itu. Nino yang mendengar itu menyeringai. Ia memiliki ide, tepatnya memiliki rencana untuk memancing Miku agar tidak belajar bersama Naruto.
"Kalau begitu … sesuai perkataanmu, bagaimana jika kita bertanding mengenai bagian dalam? Mengenai siapa yang bisa memasak lebih enak," ucap Nino yang menyeringai. "Jika aku menang, tidak ada belajar hari ini …," lanjutnya dengan senyuman kemenangan.
"Apa kau yakin dengan ini, Miku? Jika kau kalah, kita tidak bisa belajar bersama hari ini," ucap Naruto dengan ekspresi khawatir.
Miku kemudian menggulung lengan bajunya, seolah-olah ia siap untuk menjawab tantangan Nino, "Jika aku kalah, masih ada hari besok. Kau memiliki janji untuk mengajariku, kau tahu? Lebih baik kau duduk dan menunggu, Naruto …."
Naruto yang mendengar itu menghela nafasnya, "Baiklah, baiklah. Kau menang, Miku …."
Kemudian, Naruto duduk di kursi khusus meja makan. Saat ini, ia melihat keduanya memasak dengan gigih dan itu memakan waktu sekitar satu jam. Naruto juga sudah mengabari Naruko, jika ia akan pulang terlambat untuk hari ini. Setelah itu, Naruto meletakkan handphone miliknya itu di meja.
Setelah beberapa saat, ia melihat Nino dan Miku yang membawa makanan yang masing-masing mereka buat. Kemudian meletakkannya tepat di depan dirinya. Pertama-tama Nino, meletakkan wajan berisi makanan. Makanan itu bernama Dutch Baby, yang merupakan sayuran yang direbus dengan daging sebagai tambahan. Nino menjelaskan makanan yang ia buat dengan rasa penuh percaya diri.
Yang kedua Miku, meletakkan piring berisi makanan. Makanan itu adalah Omurice, yang merupakan nasi goreng dengan telur dan saus di atasnya. Hanya saja, makanan yang disajikan Miku lebih berantakan dan tidak serapi Nino. Naruto juga dapat melihat ekspresi gugup Miku, ia dapat melihat gadis itu bergetar seperti ketakutan akan sesuatu. Ia dapat menyimpulkan, kalau bakat memasak Miku lebih rendah dari Nino. Itu dapat ia ketahui berkat sikap yang gadis itu tunjukkan.
Nino kemudian memposisikan tangan di pinggulnya, "Silahkan kau menentukan dan menilai mana yang lebih enak …."
"Lebih baik tidak usah. Biar aku saja yang memakannya," ucap Miku yang terlihat khawatir. Miku saat ini tidak ingin Naruto memakan makanan yang sudah jelas rasanya tidak enak. Karena ia tahu akan hal itu, ia berusaha mencegahnya.
"Padahal kau sudah membuatnya. Setidaknya, biarkan dia makan untuk menghargai usahamu itu," ucap Nino.
Naruto yang mendengar suara Miku yang terdengar mengkhawatirkan dirinya itu memiliki ide untuk menenangkannya. Lalu, ia menangkupkan kedua tangannya bersamaan, "Ucapan Nino benar adanya, Miku. Lagipula, aku tidak akan mati jika hanya dengan ini. Ah, terima kasih atas makanannya …."
Naruto kemudian mengambil sebuah sendok dan memakan sedikit makanan yang dibuat oleh Nino. Lalu, ia memakan sedikit makanan yang dibuat oleh Miku. Setelah itu, ia menghabiskan makanan yang Miku buat terlebih dahulu. Selanjutnya, ia menghabiskan makanan yang Nino buat. Setidaknya ia bersyukur, ia mendapatkan makanan gratis untuk menutupi rasa laparnya itu.
"Hmm, keduanya sama-sama enak."
Mendengar itu membuat Nino terkejut dengan bola mata yang melebar, dirinya terlihat kebingungan saat ini, "A-apa?! Tidak mungkin …."
Sementara Miku yang mendengar respon Naruto awalnya sangat terkejut dengan bola mata yang melebar, tapi itu tidak bertahan lama ketika ia menunjukkan ekspresi senang di wajah cantiknya dan menangkupkan kedua tangannya di depan wajahnya. Matanya bergetar dan pipinya memerah, tampaknya ia sangat senang ketika mendapat pujian itu.
Nino yang melihat itu mulai pergi dari sana, "Apa-apaan itu? Menyebalkan."
Naruto dan Miku yang melihat Nino pergi hanya cuek saja. Kemudian, mereka berdua membersihkan piring dan alat-alat lainnya di wastafel yang tersedia di dekat dapur.
"Sudah sore, kita terkena jebakan Nino. Sesuai yang kau bilang tadi, kita bisa belajar di hari lain."
"Maaf, itu salahku," ucap Miku dengan ekspresi menyesal. Tapi itu tidak bertahan lama, ia menjadi senang kembali mengingat Naruto yang memuji masakannya. Sementara Naruto berpikir kembali, ia dapat berpikir Nino membencinya. Apa karena ia adalah orang luar yang memasuki kehidupan kembar lima ini? Naruto tidak bisa berspekulasi lebih jauh lagi. Tetapi ia yakin, suatu saat ia akan dapat membuat Nino mempercayai dirinya.
"Apa kau tahu mengapa Nino membenciku, Miku?" tanya Naruto yang meletakkan cucian piring bersih ke dalam rak piring.
Miku yang mendengar itu belum menjawab, ia kemudian mematikan air dan mengeringkan tangannya. Lalu, ia berjalan ke arah jendela, "Jujur, dia tidak selalu seperti itu. Jika kau menghadapinya dengan jujur, tulus, dan sabar. Aku yakin dia bisa mempercayaimu secara perlahan-lahan."
Setelah itu, Miku berbalik. Menunjukkan dirinya yang tersenyum kepada Naruto, "Untuk caranya, hanya kau sendiri yang bisa menemukannya. Itu adalah tugasmu. Dan juga, aku percaya dirimu bisa melakukannya. Aku juga akan melihat usahamu untuk itu, Naruto …."
"Aku mengerti, Miku. Terima kasih …."
.
[0_0]
.
Saat sudah keluar dari hotel itu, Naruto baru menyadari bahwa handphone miliknya tertinggal di meja. Ia lupa akan hal itu. Naruto lalu beranjak ke kontrol panel dan mencoba memanggil ruangan Nakano bersaudara. Ia beruntung tadi siang Miku memberitahukan informasi itu, kebaikan Miku itu tidak bisa ia bandingkan dari keempat saudarinya yang lain.
Miku dari dalam merespon, "Ya, dengan kediaman Nakano."
Naruto yang menyadari itu suara Miku langsung berbicara, "Miku, aku lupa handphoneku tertinggal di meja. Bisakah aku datang kembali untuk mengambilnya?"
"Aku sedang mandi saat ini, kau ambil saja sendiri."
"Baiklah …."
Setelah itu, Naruto mulai kembali masuk ke hotel itu. Setelah beberapa saat, ia telah sampai ruangan tempat tinggal kembar lima Nakano. Kemudian, ia membuka pintunya.
"Permisi …," ucapnya sedikit keras. Agar ada yang menyadari suaranya, karena ia tidak ingin terlihat seperti pencuri atau orang yang memasuki properti orang lain tanpa izin. Ketika Naruto sudah ada di dalam, ia menyadari Nino yang sedang duduk di sofa hanya memakai handuk. Gadis itu sedang mengeringkan rambutnya.
"Huh, Nino rupanya …."
Nino yang mendengar itu terkejut, karena Naruto bisa membedakan dirinya dengan saudarinya yang lain, "Bagaimana kau bisa tahu kalau aku bukan Miku?"
Mendengar itu membuat Naruto tersenyum tipis, "Simpel, membedakan kalian itu mudah dari sifat, kebiasaan, dan penampilan. Yang pertama, rambut. Rambut Miku berwarna merah kecoklatan, berbeda denganmu yang berwarna merah muda kemerahan. Jika mau kubandingkan dengan rambut Ichika, rambut Ichika lebih cerah daripada rambutmu itu."
"Yang kedua, suara. Perbedaan suaramu dengan Miku itu sangat jauh. Suara Miku terdengar lebih kecil dan tidak memiliki energi yang berlebihan saat mengucapkan sesuatu. Ditambah lagi, Miku adalah orang yang lebih tenang dan minim ekspresi ketika berbicara. Itu semua berkebalikan denganmu."
"Dan yang terakhir, jika kau memang Miku yang asli. Apakah kau mengetahui alasanku kembali ke sini?" tanya Naruto dengan raut wajah yang penasaran.
"Kau ingin mengambil buku catatanmu, Uzumaki?"
Naruto yang mendengar itu langsung menyilangkan kedua tangannya, "Kau salah, aku kembali untuk mengambil handphone milikku yang tertinggal di meja. Dan juga, hanya kau yang memanggil margaku tanpa sebuah suffiks. Itu akan kucatat sebagai tambahan atas dirimu, Nino."
Setelah itu, Naruto dengan santai mendekat ke meja dan mengambil handphone miliknya. Setelah mengambilnya, ia menyimpannya di saku celananya. Sementara Nino yang sudah memakai pita kembar miliknya itu hanya menatapnya saja. Hingga suara gadis itu memecah kesunyian diantara keduanya.
"Uzumaki, bisa tolong ambilkan lensa kontak milikku? Itu berada di lemari di atas akuarium."
Nino kemudian berdiri dari sofa, sementara Naruto sudah berjalan dan memeriksa satu-persatu lemari yang berada di atas akuarium. Ia memerlukan banyak waktu untuk menemukannya, sudah banyak lemari yang ia buka. Tetapi tidak ada satu pun lemari yang berisi lensa kontak milik Nino.
"Itu tidak ada di sana," ucap Nino yang mendekat di belakang Naruto. Nino kemudian menekan punggung Naruto menggunakan dada yang hanya terbalut handuk, ia mencoba mengambil dan membuka rak bagian atas dengan cara berjinjit.
Sementara Naruto tidak bereaksi apa-apa ketika diperlakukan seperti itu, tetapi ia merasa jenuh dengan situasi yang ia hadapi saat ini. Untuk mayoritas kaum laki-laki, jika mereka diperlakukan seperti itu mungkin akan senang, tapi tidak untuk dirinya. Berhadapan dengan salah satu orang, apalagi itu adalah gadis yang membencimu itu merepotkan menurutnya.
"Oi, Nino. Apa kau sadar jika dadamu itu menekan punggungku?"
"Apa masalahnya untukmu? Bukannya seharusnya kau senang?"
"Bodoh. Aku laki-laki normal, justru diriku jenuh dengan keadaan ini."
Setelah ucapan itu berakhir, Naruto berpindah dari tempatnya. Ia memilih untuk menjauhi Nino saat ini, daripada membuat gadis itu kesal. Nino yang melihat itu hanya menatapnya saja.
"Kau tahu, mengapa aku marah padamu?"
Naruto yang mendengar itu menghentikan langkahnya, ia menatap Nino saat ini, "Lanjutkan, aku akan dengarkan."
"Itu karena perintah ayah kami yang membuat dirimu terus-terusan datang ke sini. Tempat ini adalah untuk kami berlima, tidak ada tempat untuk dirimu di sini …," ucap Nino yang menatap ke arah jendela.
"Mengapa kau tetap datang! Mengapa kau tidak tinggalkan saja kami! Sudah kuputuskan … mulai sekarang, kau tidak boleh datang lagi ke sini!" lanjut Nino sambil mengayunkan tangannya berkali-kali dengan kuat, menunjukkan dirinya yang sedang kesal. Sialnya, ayunan tangan Nino mengenai pintu lemari yang masih terbuka dan cukup untuk menggetarkan isi lemari itu.
Setelah itu, Nino yang mengibas-ngibas tangannya yang memerah karena aksinya itu. Sementara Naruto yang melihat buku yang menjadi isi barang dari lemari yang dihentakkan Nino mulai bergetar, mulai berlari ke arah Nino yang masih diam di tempatnya, "Bahaya, Nino. Lihat atasmu!"
Nino yang melihat buku-buku itu sudah terjatuh hanya bisa terdiam dengan air mata di ujung matanya. Sementara Naruto yang sudah dekat langsung saja menarik Nino dalam pelukannya, memaksa dirinya dan Nino untuk terjatuh secara bersamaan. Nino juga terkejut akan hal itu, matanya melebar ketika melihat beberapa buku yang jatuh itu menimpa kepala Naruto yang melindunginya. Setelah barang-barang yang terjatuh sudah berada di lantai, Naruto memastikan Nino baik-baik saja.
"Apa kau tidak apa-apa?"
Posisi mereka saat ini dapat dikatakan bisa membuat orang yang melihatnya salah paham. Bagaimana tidak? Nino hanya menggunakan handuk untuk menutupi dirinya menatap Naruto dengan posisi terlentang, sementara Naruto yang berpakaian lengkap menahan tumpuan yaitu dirinya sendiri dengan tangannya dan menghadap Nino dalam jarak yang sangat dekat.
Sementara, Naruto yang menyadari ada suara benda yang menggelinding terus-terusan melihat ke arah lemari dengan kewaspadaan yang tinggi. Nino yang melihat itu justru keheranan. Dan benar saja, Naruto dapat melihat sebuah botol kaca berukuran besar menggelinding dan siap menimpa dirinya dan Nino yang ada di bawahnya.
'Sial, tidak akan sempat …,' pikir Naruto yang melihat itu.
"Maaf, Nino," ketika ucapan itu berakhir. Naruto dengan cepat menggeser tubuh Nino ke samping dengan kuat, mencoba menjauhkan gadis itu dari botol kaca yang akan menimpa dirinya. Sementara botol kaca itu sudah meluncur jatuh ke arah dirinya, dan ia tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri.
PRANG!
.
[0_0]
.
Nino PoV on
Saat ini, aku dikagetkan dengan apa yang dilakukan oleh pria bermarga Uzumaki itu. Ia menggeser tubuhku ke samping dengan kuat. Membuatku tergeser hingga mendekati sofa yang ada di ruang tamu. Bahkan, aku dapat melihat dirinya yang membiarkan kepalanya tertimpa sebuah botol kaca berukuran besar untuk melindungiku. Setelah itu, ia melihatku dengan senyuman yang agak dipaksakan. Dari surai pirangnya itu, aku bisa melihat darah yang mengalir menuruni wajahnya. Dengan cara berjalan yang tidak sempurna, ia menghampiriku.
"A-apakah k-kau baik-baik s-saja?"
Mendengar perkataannya itu membuat bola mataku melebar. Aku sangat terkejut karena ia justru mengkhawatirkan diriku ketimbang dirinya sendiri. Diriku bertanya-tanya, mengapa ia melakukannya? Padahal dirinya sudah melakukan hal yang tidak baik kepada pemuda itu, karena ia selalu menghalangi apa yang pemuda itu ingin lakukan.
"M-mengapa kau melindungiku?"
Naruto membalas dengan senyuman yang masih dipaksakan, "A-aku tidak t-tahu, b-badanku b-bergerak sendiri, baka …."
Setelah mengucapkan itu, kulihat dirinya perlahan-lahan kehilangan kesadaran. Dan diriku dengan cepat menangkapnya, aku tidak memikirkan diriku yang saat ini hanya memakai handuk saja. Hingga suara Itsuki dan Miku yang datang ke telingaku.
Nino PoV end
.
[0_0]
.
Normal PoV on
Itsuki yang baru saja kembali dari acara belajar secara individual di tempat lain, dikejutkan dengan dirinya yang melihat Nino yang bersama dengan Naruto yang saat ini tidak sadarkan diri. Sama halnya dengan Miku yang baru saja selesai membersihkan dirinya sendiri, rambutnya saat ini masih basah. Ia juga terlihat terkejut.
"Nino, apa yang terjadi di sini?" tanya Itsuki.
Miku kemudian menambahkan dengan ekspresi khawatir yang terlihat jelas di wajah cantiknya itu, "Apa yang terjadi pada Naruto, Nino?"
Nino yang mendengar itu hanya mendecak kesal, "Aku tidak punya waktu untuk menjelaskannya sekarang. Lebih baik kalian bantu aku memapahnya ke sofa sekarang, setelah itu kalian panggil dokter dan layanan pembersihan ruangan. Nanti akan kujelaskan …."
Baik Miku ataupun Itsuki yang mendengar itu menurut saja. Walaupun mereka sama-sama bingung dengan apa yang terjadi, tetapi mereka tetap melakukannya.
.
[0_0]
.
Beberapa waktu berlalu, terlihat ruangan yang sudah lebih rapi dan tidak berantakan seperti sebelumnya. Di sofa, terlihat Dokter yang sudah memberi perban pada kepala Naruto. Di sofa lainnya, terlihat lima kembar Nakano yang saat ini sudah berkumpul.
Itsuki juga sudah menghubungi Naruko untuk datang ke kediaman mereka, beruntung handphone milik Naruto masih berada di saku celananya. Jadi ia dapat mengambil dan menghubungi Naruko dengan mudah.
"Jangan khawatir, ia tidak apa-apa. Beruntung kalian cepat memanggil dokter. Saat ini, ia hanya pingsan untuk sementara," ucap Dokter yang selesai merawat Naruto.
"Kira-kira, kapan ia akan terbangun?" tanya Itsuki.
"Mungkin sebentar lagi, mengingat ini hanyalah sebuah kecelakaan kecil yang dideritanya. Kalau begitu, saya permisi …," balas Dokter yang mulai pergi meninggalkan tempat itu. Setelah Dokter itu pergi, membuat suasana menjadi hening untuk sejenak. Miku yang masih penasaran mencoba memecahkan keheningan itu.
"Jadi, bisa kau jelaskan apa yang terjadi, Nino?"
Mendengar itu membuat Nino mengangguk lemah, ia kemudian menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Setelah ia menceritakannya, ia terdiam. Ia terlarut dalam pikirannya sendiri, sama halnya seperti kembarannya yang lain.
Tanpa di duga, tangan Naruto menunjukkan sebuah pergerakan yang menandakan ia akan terbangun. Dan Itsuki adalah orang pertama yang menyadari hal itu. Saat Naruto ingin bangun secara perlahan, ia dikejutkan dengan Miku yang menahan dirinya.
"M-Miku …."
"Naruto, tetaplah beristirahat. Adikmu akan datang, Itsuki sudah menghubunginya," ucap Miku.
"Itu benar, Uzumaki-kun," tambah Itsuki.
Naruto yang mendengar itu hanya menganggukan kepalanya dengan lemah, dan memilih untuk duduk saja. Ia kemudian melihat-lihat siapa saja yang ada di ruangan itu. Ketika ia mendapati ada kehadiran Nino, ia mulai berbicara.
"Nino, kau tidak apa-apa kan?"
Mendengar itu, membuat Nino terkejut. Pasalnya, ia tidak menyangka jika sampai akhir Naruto masih mengkhawatirkan dirinya dibandingkan memikirkan dirinya sendiri, "A-aku tidak apa-apa. L-lain kali jangan sok keren di depanku, Uzumaki …."
Kemudian, Nino menambahkan dengan suara yang lirih, "D-dan, T-ter-ima k-kasih …."
Jujur, ego Nino saat ini sangat menghantui dirinya. Itu disatukan dengan rasa bersalah yang dirinya rasakan kepada pemuda itu. Ditambah lagi, Nino bukanlah tipe orang yang mudah mengatakan terima kasih ataupun pujian kepada salah satu lelaki. Itulah hal yang membuatnya menjadi seperti itu.
Tetapi suaranya yang lirih itu masih bisa didengar oleh semuanya. Naruto yang mendengar itu hanya membalasnya sembari tersenyum dengan lemah, "Sama-sama, Nino."
"Apa kau sudah merasa baikan, Uzumaki-san?" tanya Yotsuba.
"Yeah, lumayan. Hanya saja aku masih sedikit pusing, Yotsuba …."
Kemudian, Ichika menghampiri Naruto, "Terima kasih, Naruto-kun. Karena sudah melindungi saudariku …."
"Tidak masalah, Ichika. Aku hanya melakukan apa yang bisa kulakukan untuk kalian …."
Setelah itu, terdengar pintu ruangan mereka yang diketuk oleh seseorang. Itsuki kemudian membukakan pintunya, rupanya itu adalah Naruko. Itsuki langsung mempersilahkan Naruko masuk dan membiarkannya menemui kakaknya itu. Naruko yang kelewat khawatir saat ini menabrakkan dirinya pada Naruto dan memeluk Naruto dengan erat.
"Ugh, setidaknya kau tidak perlu menabrakku seperti itu, Naruko."
"Hiks … aku kan khawatir padamu, baka-niichan …," balas Naruko yang mulai menangis.
Mendengar adiknya itu menangis, membuat Naruto mengelus kepala Naruko dengan lembut dan memeluknya dalam dekapan hangat. Mencoba menenangkan adiknya itu, "Maafkan aku karena sudah membuatmu khawatir, Imouto …."
Tiba-tiba, ia memiliki ide. Untuk mengusir rasa sedih Naruko. Kemudian, Naruto melanjutkan, "Jika kau berhenti menangis, Nii-chan janji akan mentraktir Naruko ramen sepuasnya khusus untuk hari Minggu yang merupakan hari festival kembang api di Higashicho …."
"Benarkah?" tanya Naruko dengan penuh harap.
Naruto yang melihat adiknya itu kemudian tersenyum dengan tulus dan mengelus kembali kepala adiknya itu dengan lembut, "Tentu saja, Nii-chan kan tidak pernah berbohong kepadamu."
Sementara itu, kembar lima Nakano yang melihat interaksi kakak beradik di depannya hanya bisa terdiam. Mereka menyadari perbedaan Naruto saat ini. Naruto yang berada di depan adiknya memiliki ekspresi yang lebih berwarna dan disertai dengan senyuman yang tulus. Berbeda dengan saat dirinya bersama mereka. Mereka menyadari perbedaan yang signifikan itu bersamaan dengan kehangatan yang mereka saksikan dalam interaksi yang mereka berdua lakukan.
"Lalu, bagaimana kau bisa seperti ini, Nii-chan?"
"Aku tertimpa botol kaca berukuran besar saat menyelamatkan salah satu temanku, Naruko."
Kembar lima Nakano yang mendengar kata teman dari Naruko justru terkejut dengan bola mata yang melebar, terutama Nino. Bagaimana tidak? Mereka semua tahu bahwa Nino adalah orang yang ia selamatkan, dan Nino adalah orang yang terlihat sangat membenci Naruto. Sementara Naruko yang mendengar itu menjadi penasaran.
"Teman? Bukankah kau tidak memiliki teman selain Itsuki-san, Nii-chan?"
"Justru karena Itsuki adalah teman pertamaku, membuat diriku menganggap keluarga mereka adalah temanku juga. Lagipula, mereka juga kembar lima yang umurnya tidak berbeda jauh satu sama lain dan merupakan orang yang harus kuajari," jelas Naruto.
Naruko yang mendengar itu mengangguk paham. Kemudian, Naruto melanjutkan, "Apa kau mau kukenalkan pada mereka?"
"Aku mau, Nii-chan …."
Kemudian, Naruto memperkenalkan Naruko kepada kembar lima Nakano yang tersisa, kecuali Itsuki yang sudah tahu tentang Naruko. Walaupun Nino terlihat kaku dengan adanya orang baru, tetapi mereka semua tetap menerimanya.
"Kau imut sekali, Naruko-chan," ucap Yotsuba yang memeluk Naruko saat ini.
"Itu benar, kau seperti miniatur Naruto versi mini tetapi berbeda gender," tambah Ichika.
"Mereka benar-benar hampir sama," timpal Miku.
Naruko yang mendengar itu hanya tersenyum senang dalam pelukan Yotsuba. Berbeda dengan Naruto dan Itsuki yang tersenyum melihat interaksi mereka berempat. Lain lagi dengan Nino yang hanya diam saja.
"Kau tidak ingin bergabung dengan mereka, Itsuki?" tanya Naruto.
"Tidak, aku bisa bermain bersama Naruko lain kali. Setidaknya, biarkan yang lain juga mengenal Naruko lebih dulu."
Itsuki yang menyadari Nino masih diam saja, mulai mengajaknya berbicara, "Mengapa kau diam saja, Nino?"
"Tidak ada apa-apa," balas Nino dengan cepat.
"Itsuki, jangan memaksakan dirinya. Aku tahu ia masih belum bisa menerima kedatangan orang asing sepertiku. Lagipula, aku tidak masalah asalkan ia tidak menyakiti adikku. Nino, lebih baik kau ikut aku ke balkon. Kita lanjutkan perbincangan ini." ucap Naruto.
'Bagaimana ia bisa tahu?' pikir Nino yang mendengar itu. Tetapi, Nino menurut saja. Setelah itu, mereka berdua pergi ke balkon yang berada di sebelah ruang tamu.
Lalu, Naruto menghadap ke Nino, "Aku tidak masalah jika kau masih membenciku dan berusaha menyingkirkanku dari sini. Aku akan menerima itu, dengan catatan aku tidak akan menyerah dalam mengajari kalian."
"Apa alasanmu mengatakan itu kepadaku?"
Mendengar itu, membuat Naruto tersenyum dengan tulus, "Karena … kau adalah temanku."
Nino yang mendengar itu terdiam, ia terlihat berpikir kembali. Setelah beberapa saat, ia baru berbicara, "Jika aku tetap membencimu dan berusaha menyingkirkanmu, apakah semuanya akan benci padaku?"
"Aku mengerti apa yang kau rasakan. Jawabannya adalah tidak … aku berani bertaruh walaupun dirimu melakukan itu, saudarimu takkan membencimu. Hubungan dan ikatan kalian sebagai keluarga itu sangat kuat, sama seperti diriku dengan Naruko. Bahkan mungkin lebih kuat daripada kami."
Seolah mendapat kepercayaan dirinya kembali, Nino kemudian tersenyum. Ia kemudian menunjuk Naruto dengan tatapan penuh determinasi, "Baiklah, sudah kuputuskan. Aku tidak akan menerimamu, walaupun semua kembaranku membenciku."
Mendengar itu membuat Naruto tersenyum tipis, ia sudah tahu pasti akan berakhir seperti ini. Mereka berdua sama-sama tersenyum dan menatap ke arah dalam ruangan, mereka berdua juga terlihat menikmati angin malam yang berhembus di balkon itu.
'Dasar gadis bodoh ….'
.
.
.
To Be Continued
.
.
Notes : Fic ini terinspirasi oleh beberapa fanfic tertentu dengan crossover Naruto x Quintessential Quintuplets. Hmm, ini project kedua gua dengan tipe fic yang multichapter. Gua bikin alurnya semi-canon tapi dengan banyak perubahan. Chapter 7 Up, jadi tolong buat reader gausah banyak protes dan Stay tune aja ye. Cukup doain gua biar banyak ide + sehat, secara perlahan nanti gua coba sebisa mungkin buat tamatin fic ini. Soalnya gua tim begadang buat ngelarin ini fic.
Next, gue gak bisa ngejawab review kalian satu per satu karena terlalu malas. Gua minimal baca review dari kalian, dan maksimal berakhir dengan baca PM dari reader or whoever else. Next. Jika fic ini diplagiat oleh oknum sampah yang nggak bertanggung jawab + tidak mendapat perizinan dari gua, bahkan gak naruh nama gua di tempat di mana dia ngepost cerita ini. Tolong bantu report / PM ke gua. Biar gua tinggal ikutan jadi tim report. Sebagai catatan, gua hanya memiliki akun FFN. Tidak ada yang di luar platform yang gua sebutkan.
Lagi dan lagi, gue ingin mempromosikan sesuatu di sini. Gue telah bergabung dengan sebuah Group Chat WhatsApp yang bernama Fanfic Community Indonesia, yang berisikan banyak author dan reader fanfiksi, bahkan platform lain. Di grup tersebut terdapat cukup banyak author senior, ataupun author baru seperti gue. Kepada siapapun yang berminat untuk bergabung, silahkan PM gue baik melalui web, ataupun aplikasi. Join with us! Feel like home! Let's move together!
Sepertinya hanya itu saja pesan gue kepada kalian. Sampai jumpa lagi. Jaa na!
FCI. Cursed-Eternal Out
