Previous Chapter
Naruto tersenyum tipis setelah mendengar perkataan Ichika, "Aku mengerti. Awalnya, aku berpikir kau adalah seorang gadis kembar yang hanya bisa menjahili dan menggoda orang lain."
Mendengar itu, membuat Ichika menatap Naruto dengan cemberut. Seolah dirinya ingin protes dengan perkataan yang Naruto keluarkan mengenai dirinya. Tetapi itu tidak bertahan lama, karena Naruto mengelus kepala Ichika dengan lembut dan tersenyum tulus. Membuat Ichika terkejut dengan bola mata yang membulat.
"Ternyata, kau bisa juga berperan sebagai kakak. Kalau begitu, sama juga denganku …."
Merasakan angin malam yang semakin dingin, Naruto menghentikan itu dan mulai masuk ke ruang tamu, "Oi, Ichika. Lebih baik kita masuk ke dalam, hawanya mulai dingin di sini."
Mendengar itu, Ichika hanya bisa terdiam dan tidak bergerak sama sekali dari tempatnya. Wajahnya terlihat sangat merona saat ini. Sepertinya apa yang Naruto lakukan kepadanya sangat memiliki efek tersendiri untuknya.
'Apakah saat ini benar-benar dingin? Aku rasa tidak, karena hati dan wajahku justru memanas saat ini ….'
.
.
.
I'm In Trouble
Disclaimer :
Naruto by Masashi Kishimoto
5-toubun no Hanayome by Negi Haruba
Pair : ?
Rate : T
Mark :
"Naruto." : Berbicara
Naruto : PoV Start / Letter or Announcement Content
Naruto : Efek suara (Sfx) / Skip Time / Previous Chapter
'Naruto.' : Pikiran atau Batin
["Naruto."] : Berbicara melalui pesan atau panggilan telepon
Genre : School, Drama, Family, Hurt/Comfort, Romance, Tragedy
Warning : Semi-Canon, Alternate Universe, Alternate Fact & Reality, Original & Other Character, dan Out of Character.
.
.
"Karena sudah larut malam, lebih baik kita sudahi dulu kegiatan belajarnya," ajak Naruto kepada mereka. Setidaknya mereka sudah melakukannya dengan baik.
"Baiklah, aku juga sudah mengantuk," balas Ichika yang menguap.
"Aku juga," tambah Yotsuba. Sementara itu, Miku yang tidak merespon sama sekali hanya terlihat sedang memikirkan sesuatu.
"Lalu, kau akan tidur di mana, Naruto-kun?" tanya Ichika.
Naruto dengan santai menjawab sembari merenggangkan tangannya, "Itu mudah. Aku bisa tidur di sofa. Asalkan tidak tidur di lantai, kupikir tidak masalah."
Miku yang dari tadi hanya diam tanpa berkata apapun mulai berbicara, "Bagaimana jika kau tidur di kamarku, Naruto?"
Mendengar Miku mengajukan diri, membuat mereka menatapnya terkejut. Menurut Ichika dan Yotsuba, jarang sekali Miku membiarkan orang lain tidur di kamarnya, apalagi itu adalah Naruto yang notabene adalah seorang laki-laki.
"Tunggu dulu, bukannya aku tidak ingin menerima usulanmu. Lalu, bagaimana dengan dirimu sendiri? Aku tidak ingin kau pindah tempat hanya karena diriku, Miku."
Mendengar respon Naruto membuat Ichika berpikir, 'Walaupun hanya sekedar masalah sepele seperti ini, ia masih saja mengutamakan orang lain dibandingkan dirinya sendiri. Ia memang terlalu baik untuk kami semua.'
"I-itu tidak masalah. A-aku bisa tidur bersama dengan Ichika. Satu lagi, a-aku tidak menerima penolakan," balas Miku dengan sedikit rona merah pada wajahnya. Mendapatkan respon itu, Naruto langsung menatap Ichika. Seolah ingin mengetahui pendapat gadis itu.
Ichika yang menyadari itu langsung berbicara, "Aku sih tidak masalah. Lagipula, mana mungkin tamu spesial diperlakukan dengan tidak layak. Kalau begitu, aku duluan. Nanti kau menyusul saja, Miku …."
"Baiklah …."
Setelah itu, Ichika dan Yotsuba mulai pergi menuju kamarnya masing-masing. Meninggalkan Naruto dan Miku yang sekarang hanya berdua saja.
"Jadi … bisa kau tunjukkan arahnya, Miku? Walaupun aku sudah mengetahuinya, aku justru merasa diriku tidak sopan jika aku main masuk ke kamar orang lain. Apalagi itu kamar perempuan …."
Miku kemudian tersenyum, "Tentu saja bisa, Naruto. Kalau begitu, ikuti aku …."
"Baiklah, Miku …."
Tidak butuh dua menit, mereka sudah tiba di depan pintu kamar Miku. Miku kemudian membuka pintunya, "Silahkan gunakan kamarku ini, Naruto. Jangan sungkan."
"Uh, baiklah. Arigatou, Miku …."
"Douitashimashite, Naruto …," balas Miku yang menutup pintu kamarnya. Naruto yang sekarang sendirian hanya bisa memandangi kamar Miku saat ini.
Kamarnya sangat bersih dan tertata rapi, berbanding terbalik dengan kamar Ichika yang sangat berantakan saat ia masuki untuk pertama kalinya. Mengingat Miku yang tidur di kamar Ichika yang menurutnya seperti kapal pecah membuatnya berpikir kembali.
'Apakah Miku betah di kamar Ichika yang seperti itu? Mungkin tidak, mungkin iya. Mereka kan saudari ….'
Setelah itu, Naruto mematikan lampu. Ia kemudian merebahkan dirinya di kasur yang terdapat di kamar itu. Ia dapat merasakan perbedaan kasur dan futon yang biasa ia gunakan di rumah.
"Ya, setidaknya ini lebih nyaman."
Naruto saat ini memandangi langit-langit kamar Miku. Setelah menggunakan selimut dan berdoa, ia pun memilih untuk tidur.
[0_0]
Ichika's Room
Pada tengah malam, Miku terbangun dari tidurnya. Ia kemudian keluar dari kamar Ichika. Akan tetapi, Ichika menyadari itu.
"Mau kemana kau, Miku?"
"Ingin buang air kecil," balas Miku yang membuka pintu kamar Ichika, kemudian menutupnya kembali. Ichika yang mendengar jawaban Miku mulai tidur kembali.
Saat ini, wajah Miku terlihat sayu, ia sangat mengantuk. Setelah buang air kecil, Miku kembali ke lantai atas. Akan tetapi, bukannya kembali ke kamar Ichika. Miku justru kembali ke kamarnya sendiri.
[0_0]
Skip Time : Next Day, Miku's Room
Jam lima pagi di kamar Miku, Naruto yang masih mengantuk terbangun dari tidurnya. Akan tetapi, ia merasakan dirinya terbebani akan sesuatu dan sulit untuk bergerak. Terutama pada bagian dada, dan tangan kanannya.
Merasa ada yang tidak beres, ia kemudian menarik selimutnya perlahan-lahan dengan tangan kirinya. Setelah selimut itu tertarik setengahnya, Naruto sangat terkejut dengan bola mata yang membulat setelah tiga detik memproses apa yang dilihatnya.
'DEMI BUKU ICHA-ICHA PARADISE MILIK KAKASHI-NII YANG MENULARKAN KEMESUMANNYA KEPADAKU. APA YANG SEBENARNYA TERJADI DI SINI?!' batin Naruto berteriak, seolah tidak percaya dengan apa yang ia lihat sekarang.
Bagaimana tidak? Disampingnya, ia melihat Miku yang tertidur dengan menghadap dirinya. Bahkan gadis itu memeluk dirinya sebagai guling hidup, Miku juga menggunakan tangan kanan Naruto yang terbuka lebar sebagai bantal tidurnya.
Tidak sampai disitu, ia menelan ludah ketika melihat piyama biru Miku yang menunjukkan belahan dadanya yang besar. Tepat didepan dirinya saat ini.
'Jujur saja, aku tidak tega untuk membangunkannya. Di sisi lain, jika ada orang lain yang mengetahui hal ini. Ini akan menjadi masalah besar,' lanjut Naruto dalam pikirannya. Akan tetapi, dirinya saat ini juga masih mengantuk walaupun sempat terkejut untuk sesaat.
Ia kemudian menarik selimutnya seperti semula dengan tangan kirinya, kemudian memilih untuk melanjutkan tidurnya. Lagipula, ia mengingat kesepakatan yang terjadi sudah disetujui oleh Ichika dan Yotsuba sebelum mereka tidur. Mereka pasti akan membela dirinya, kecuali Nino.
'Aku harap, ini akan berakhir dengan happy ending ….'
[0_0]
Jam 7 pagi, terlihat empat kembar Nakano yang sudah berkumpul dan sedang sarapan bersama-sama di meja makan. Setelah selesai dan membersihkan segala peralatan yang mereka gunakan, mereka duduk kembali di meja makan.
"Tumben sekali Ichika sudah bangun jam segini," ucap Yotsuba dengan ceria.
"Tidak juga, Yotsuba. Akulah yang paling terakhir datang ke sini."
Itsuki kemudian bertanya kepada Ichika, "Ichika, apa kau sudah menanyakannya kepada Uzumaki-kun? Jika sudah, bagaimana dengan tanggapannya?"
Ichika tersenyum mendengarnya, "Sudah, dan responnya sangat positif. Katanya ia tidak membencimu, bahkan ia ingin memaafkan dirimu."
Mendengar itu membuat Itsuki terkejut, "Benarkah?! Ia tidak membenciku?! Apa alasannya, Ichika? Apa kau mengetahuinya?" ucapnya dengan bertubi-tubi.
Melihat Itsuki yang antusias membuat Ichika tertawa kecil, "Kau sangat bersemangat sekali hanya karena Uzumaki-kun, Itsuki. Apakah kau menyukainya?"
"U-urusai, Ichika … jawab saja pertanyaanku!" balas Itsuki dengan rona merah yang terlihat jelas di wajahnya, tetapi tatapannya tetap serius.
"Aku juga penasaran akan hal itu. Mengetahui Uzumaki itu memang berbeda dari yang lain, aku jadi ingin tahu apa yang ia katakan kepadamu," tambah Nino.
"Aku juga! Aku juga ingin tahu!" ujar Yotsuba dengan semangat.
"Intinya, seperti yang kukatakan. Ia tidak membenci Itsuki, justru ia ingin memaafkannya. Alasannya karena ia teringat ajaran Kaa-sannya mengenai setiap orang berhak memiliki kesempatan kedua."
Ichika melanjutkan, "Ditambah lagi, ia tidak bisa membencimu karena kaulah teman pertama yang menerima dirinya tanpa banyak berpikir. Ia juga bilang bahwa dirimu mengingatkan dirinya di masa lalu."
Mendengar itu membuat Itsuki menangis kembali, "Hiks … a-aku kira dia m-membenciku. A-aku takut dia m-menjauhiku, hiks."
Ichika kemudian menepuk bahu Itsuki yang kebetulan duduk di sebelahnya, "Tenang saja, ia tidak akan melakukan itu. Aku berani jamin akan hal itu."
Ichika melanjutkan perkataannya, "Sekarang, kau hanya perlu sedikit jujur pada dirimu sendiri. Setidaknya, hargailah Naruto-kun yang melakukan itu semua demi kita. Ia sangat tulus untuk membantu kita semua."
Nino kemudian menimpali, "Kau juga harus minta maaf kepadanya. Jangan sampai Uzumaki yang melakukannya terlebih dahulu, karena ini adalah ulahmu."
"Aku tidak bisa berkata apa-apa, tetapi aku hanya berharap semoga permasalahan kalian cepat selesai," ucap Yotsuba dengan menggaruk kepala belakangnya yang tidak gatal.
Itsuki yang sudah berhenti menangis dengan mata yang sembab menatap mereka dengan tersenyum, "Arigatou, minna …."
"Douitashimashite …."
"Ngomong-ngomong, dimana Uzumaki itu tidur? Dan juga, dimana Miku? Biasanya ia sudah ada bersama kita di sini," tanya Nino.
"Naruto-kun tidur di kamar Miku, Miku yang meminta itu sendiri. Jika kau tidak percaya, tanya saja Yotsuba," respon Ichika.
"Itu benar, Nino," ucap Yotsuba.
Setelah itu, Ichika melanjutkan perkataannya, "Miku justru memilih tidur di kamarku, tetapi … saat tengah malam, ia keluar untuk buang air kecil dan tidak kembali lagi."
Mendengar itu, membuat Nino terkejut. Menyadari sesuatu yang biasa dilakukan Miku, "Tunggu … jangan-jangan, ia kembali lagi ke kamarnya?! Kalau begitu, ayo kita periksa secara langsung!"
"Aku ikut saja, asalkan kita melakukannya dengan santai. Agar kita bisa mengambil bukti tanpa perlu membangunkan mereka," ujar Ichika yang direspon dengan anggukan kepala oleh ketiganya. Setelah itu, mereka pergi ke kamar Miku.
Sesampainya di depan kamar Miku, Ichika membuka pintunya secara perlahan. Mencoba meminimalisir suara yang dapat membangunkan seseorang didalamnya. Setelah merasa aman, ia mengisyaratkan yang lain untuk mengikuti dirinya masuk ke dalam kamar Miku.
Saat ini, mereka dapat melihat Naruto yang tidur dengan damai. Akan tetapi, mereka merasa curiga dengan apa yang ada di balik selimut itu. Kemudian, Ichika secara perlahan menarik selimut itu. Betapa terkejutnya mereka ketika selimut itu ditarik sepenuhnya.
Mereka dapat melihat Miku yang benar-benar tidur bersama Naruto. Tidak hanya itu, mereka dapat melihat Miku yang memeluk Naruto dan menggunakan tangan Naruto sebagai bantalnya. Nino yang sudah tidak tahan ingin membangunkannya mulai mendekati kasur, tetapi ia ditahan oleh Ichika.
"Kau membawa handphone milikmu kan, Nino? Aku pinjam sebentar, untuk mengambil bukti," bisik Ichika. Nino yang mendengar itu kemudian mengeluarkan handphone miliknya dan memberikannya kepada Ichika.
'Lumayan, ada bahan yang bagus untuk menggoda mereka. Ini sih bisa dijadikan sebuah masterpiece yang indah …,' pikir Ichika yang sudah mengambil handphone Nino. Ia terlihat menunjukkan senyum jahilnya saat ini.
CKREK!
[0_0]
Lima belas menit kemudian. Entah secara kebetulan atau tidak, Naruto dan Miku terbangun di saat yang bersamaan. Miku yang menyadari Naruto telah bangun menjadi terkejut, tetapi tidak untuk Naruto yang terlihat santai saja.
"N-Naruto …."
"Yo, Miku. Ohayou …."
"O-ohayou mo, N-Naruto. M-maafkan aku … a-aku tidak melakukan apa-apa denganmu, kan?" tanya Miku dengan wajah yang merona.
"Tidak, kau tidak melakukan apa-apa. Kau hanya memeluk dan menggunakan diriku saja sih, lihat saja tangan dan kepalamu sekarang," balas Naruto dengan tersenyum. Miku yang mendengar itu menjadi merona hebat, sampai-sampai muncul asap di atas kepalanya.
Miku yang merasakan dirinya memang melakukan itu mulai membenarkan posisinya. Ia menatap Naruto, "Mengapa kau terlihat santai-santai saja, Naruto?"
"Untuk itu sih, aku awalnya juga terkejut saat mengetahuinya. Aku sempat terbangun tadi … tetapi, aku tidak tega membangunkanmu. Karena aku masih mengantuk, aku memilih untuk tidur lagi," jelas Naruto dengan santai.
'Ia sangat memikirkanku …,' pikir Miku yang mendengar penjelasan Naruto.
Naruto melanjutkan perkataannya sembari berjalan keluar, "Daripada begitu, bagaimana jika kita pergi ke bawah? Kau pasti lapar kan, Miku?"
"B-begitulah. Kalau begitu, aku ikut …."
Sesampainya di ruang tamu, mereka dapat melihat banyak orang. Ichika yang sedang membaca majalah, Nino yang sedang bermain handphone miliknya dengan santai, Yotsuba yang sedang membaca komik, dan Itsuki yang sedang belajar.
Menyadari kehadiran Naruto dan Miku, membuat Ichika menghentikan kegiatannya dan menghampiri Nino untuk meminjam handphonenya sebentar. Ia terlihat sangat semangat untuk menjahili mereka, terutama Miku.
"Yo, minna. Ohayou …," sapa Naruto.
"Ohayou, Uzumaki-san …."
"Ohayou, Naruto-kun …."
"Ohayou," balas Itsuki dengan nada yang kecil. Sementara itu, Nino tidak membalas. Ia hanya melihat keduanya dengan malas.
Ichika kemudian menghampiri keduanya, dibalik tangannya ia menyiapkan foto yang sempat diambilnya tadi, "Ne, Naruto-kun, Miku. Apa kalian bisa menjelaskan mengenai apa yang kudapat di sini?" ucapnya dengan menunjukkan handphone Nino yang memperlihatkan sebuah foto Miku sedang memeluk Naruto.
Yotsuba kemudian berbicara, "Aku tidak menyangka kalian sudah melakukan itu!"
Ichika menambahkan, "Aku juga tidak menyangka Miku akan mengambil start duluan."
Nino menimpali, "Sebenarnya aku ingin menghajarmu karena sudah berani tidur satu kasur dengan saudariku, Uzumaki. Tetapi, karena mereka menjelaskan situasinya kepadaku. Jadi, apa boleh buat …."
Baik Naruto ataupun Miku yang mendengar ucapan mereka dan melihat apa yang Ichika tunjukkan justru menunjukkan reaksi tersendiri. Naruto hanya merona tipis, berbeda dengan Miku yang merona hebat.
"Oi, oi … aku hanyalah korban di sini. Bukankah kalian sudah mengetahui apa yang Miku minta padaku, Ichika, Yotsuba? Ditambah lagi, aku tidak memperkirakan hal ini sama sekali …," ujar Naruto sebagai bentuk pembelaan terhadap dirinya sendiri.
"Kami tahu, kok. Kami juga percaya denganmu, Naruto-kun. Bagaimana denganmu, Miku?"
Miku yang ditanya mulai merona kembali, "A-aku … s-sepertinya secara tidak sadar, a-aku kembali ke k-kamarku …."
"Apa kau menikmatinya?"
Mendengar itu, wajah Miku semakin memerah layaknya tomat rebus. Ia dengan cepat menggeleng-gelengkan kepalanya, "T-tidak!"
Ichika tersenyum jahil, "Jika dilihat-lihat, foto ini terlihat seperti pasangan yang sedang berbulan madu."
"Ichika, sudahlah. Apa kau tidak kasihan dengannya?" ucap Naruto yang membela Miku. Sementara itu, Miku hanya bisa terdiam dengan wajah yang sudah sepenuhnya memerah.
"Mou, kau tidak asik sama sekali, Naruto-kun …," balas Ichika. Ia kemudian mengirim foto itu ke handphone miliknya. Lalu, ia menghapus foto yang sebelumnya ia ambil di handphone Nino dan mengembalikannya handphone itu kepada sang pemilik.
"A-arigatou, Naruto …," ucap Miku.
"Tidak masalah, Miku."
Naruto kemudian melanjutkan, "Ngomong-ngomong, apa kita jadi pergi ke perpustakaan umum?"
"Tentu saja jadi, Uzumaki-san! Aku sudah tidak sabar," balas Yotsuba dengan semangat.
"Yang jelas, kami bertiga setuju. Nino memilih tidak ikut …," tambah Ichika.
"Kalau Itsuki?"
Mendengar namanya disebut oleh Naruto, membuat Itsuki terdiam dan berhenti sejenak dari kegiatannya. Ia menatap Naruto dengan serius. Mereka yang mendengar itu mulai menyadari sudah saatnya.
"Untuk Itsuki, aku tidak tahu. Bagaimana jika kalian berdua membicarakannya sekarang? Berhubung kalian sama-sama berada di sini," ujar Ichika yang mengedipkan matanya kepada Naruto.
"Uh, baiklah," ujar Naruto yang mengerti maksud Ichika saat ini. Berbeda dengan Naruto, Itsuki tidak bereaksi apa-apa. Akan tetapi, pandangan Itsuki tidak lepas dari Ichika.
'Arigatou, Ichika ….'
Tidak hanya itu, Ichika mengajak tiga kembar lainnya untuk memberi ruang kepada mereka berdua. Mereka pergi ke lantai atas, memilih untuk menyaksikan Naruto dan Itsuki dari lantai atas tanpa sepengetahuan mereka.
Merasakan suasana yang sunyi diantara mereka berdua, Naruto mencoba berinisiatif mengajak Itsuki berbicara.
"Itsu …," perkataan Naruto tidak selesai, karena sudah dipotong oleh Itsuki dengan cepat.
"Berhenti sampai disitu, Uzumaki-kun. Seharusnya aku melakukan ini sejak awal …."
Itsuki menghela nafas, kemudian ia melanjutkan, "Aku minta maaf karena sudah menuduhmu yang tidak-tidak. A-aku menyesalinya," ucapnya dengan lirih. Wajahnya terlihat sangat serius, menatap Naruto dengan fokus yang mendalam.
Naruto yang mendengar itu menjadi tersenyum. Ia kemudian maju menghampiri Itsuki, lalu ia mengelus kepala Itsuki dengan lembut. Membuat Itsuki menatapnya dengan mata yang berkaca-kaca.
"Aku memaafkanmu, Itsuki. Aku sudah memutuskan untuk memaafkanmu, karena kau adalah teman pertamaku. Aku tidak ingin hubungan kita rusak hanya karena itu …."
Tanpa Naruto sadari, Itsuki yang mendengar jawaban Naruto mulai menangis dalam diam. Naruto kemudian melanjutkan, "Aku juga minta maaf karena membuat dirimu menangis. Ichika mengatakan kepadaku bahwa kau selalu menangis karena diriku. Aku memang lelaki yang payah, hanya bisa membuat perempuan menangis."
Ketika Naruto selesai mengatakannya, ia mulai menatap Itsuki dan menjadi terkejut karena melihat Itsuki yang menangis. Ia dengan cepat mengusap air mata Itsuki yang mengalir perlahan menuruni wajah gadis itu.
"I-Itsuki, mengapa kau menangis? Apa ada kata-kataku yang menyakitimu? Jika ada, aku minta maaf untuk itu."
"T-tidak, a-aku tidak menangis. M-mataku hanya kelilipan saja."
Naruto kemudian tersenyum jahil, "Kelilipan? Orang bodoh mana yang matanya kelilipan sehingga meneteskan air mata berkali-kali?"
"Urusai, Uzumaki-kun!" balas Itsuki dengan cemberut, membuat Naruto tertawa melihatnya. Walaupun seperti itu, Itsuki tidak bisa menahan rasa senangnya. Tidak hanya itu, ia tiba-tiba memeluk Naruto tanpa adanya sebuah peringatan. Membuat Naruto terkejut karena itu.
"I-Itsuki?"
"Tolong biarkan seperti ini sebentar saja, Uzumaki-kun."
"B-baiklah jika itu kemauanmu, Itsuki. Untuk sekali ini saja, ok?" ucap Naruto, ia kemudian membalas pelukan Itsuki.
Empat kembar Nakano yang melihat mereka dari lantai atas mulai tersenyum senang karena rencana mereka berhasil. Akan tetapi, Ichika mengeluarkan handphone miliknya dan memfoto mereka berkali-kali. Membuat tiga kembar lainnya menatap Ichika dengan sweatdrop.
"Kau ini memang tidak bisa berhenti menggoda seseorang ya, Ichika?" tanya Nino.
"Tentu saja! Aku tidak mungkin menyia-nyiakan momen ini. Walaupun, momen yang tadi pagi lebih bagus sih …."
Mendengar perkataan Ichika membuat Miku mengingat kembali kejadian tadi pagi, dimana dirinya yang tidur memeluk Naruto. Wajahnya memerah.
"Ichika!"
Ichika hanya tertawa kecil mendengar respon Miku. Kemudian, Ichika mengajak mereka untuk turun menghampiri Naruto dan Itsuki. Mereka hanya menyetujuinya dengan anggukan, kecuali Nino yang hanya mengikuti mereka saja.
"Wah, apa yang kita lihat di sini? Sebuah pasangan baru yang sedang berpelukan," ucap Ichika yang sudah sampai di sana. Diikuti oleh tiga kembar lainnya di belakangnya.
Mendengar suara Ichika membuat Naruto dan Itsuki cepat-cepat melepaskan pelukannya, membuat Ichika kecewa karena itu.
"Loh, kok kalian melepas pelukan kalian?"
"T-tidak ada apa-apa," balas Naruto dan Itsuki bersamaan.
"Tidak masalah jika kalian melepaskan pelukan kalian. Setidaknya, aku memiliki ini sebagai penggantinya …," ucap Ichika sembari tersenyum jahil, ia menunjukkan sebuah foto pada handphone miliknya yang saat ini. Apalagi kalau bukan foto Naruto dan Itsuki yang sedang berpelukan.
Naruto dan Itsuki yang melihat itu mulai merona pada wajah mereka. Mereka menjadi sasaran Ichika saat ini. Merasa kasihan, Miku mulai berbicara untuk mengalihkan itu.
"Ngomong-ngomong … apa kita jadi belajar bersama di perpustakaan umum?"
'Arigatou, Miku. Kau menyelamatkanku dari gadis penggoda sepertinya,' pikir Naruto yang menatap Ichika dengan kesal.
"Tentu saja. Aku sudah tidak sabar!" balas Yotsuba dengan semangat yang ditambah dengan anggukan kepala dari Ichika.
"Aku tidak ikut …," ujar Nino.
Sementara itu, Naruto menatap Itsuki, "Apa kau mau ikut belajar bersama kami, Itsuki?"
Itsuki sempat terdiam untuk beberapa saat. Dirinya memikirkan kembali kata-kata Ichika yang memintanya untuk jujur pada dirinya sendiri dan menghargai Naruto. Setelah ia yakin, ia merespon, "A-aku akan ikut dengan kalian …."
Mendengar itu membuat mereka semua tersenyum, kecuali Nino. Setelah itu, mereka semua kembali ke kamar mereka untuk menyiapkan barang-barang yang akan mereka bawa ke perpustakaan umum. Meninggalkan Naruto sendirian di ruang tamu.
Naruto menghela nafas lega, karena permasalahannya dengan Itsuki sudah selesai. Kesalahpahaman akan dirinya dan Miku yang tidur bersama juga berakhir tanpa hambatan. Sekarang, ia hanya perlu berpikir untuk mengajari mereka dalam waktu yang menurutnya sedikit.
'Sekarang, aku hanya perlu mengajari mereka sebisaku. Jika aku gagal, tidak akan ada masalah untukku. Lebih baik dicoba daripada tidak sama sekali ….'
.
.
.
To Be Continued
.
.
Notes : Fic ini terinspirasi oleh beberapa fanfic tertentu dengan crossover Naruto x Quintessential Quintuplets. Hmm, ini project kedua gua dengan tipe fic yang multichapter. Gua bikin alurnya semi-canon tapi dengan banyak perubahan. Chapter 14 Up, jadi tolong buat reader gausah banyak protes dan Stay tune aja ye. Cukup doain gua biar banyak ide + sehat, secara perlahan nanti gua coba sebisa mungkin buat tamatin fic ini. Soalnya gua tim begadang buat ngelarin ini fic.
Next, gue gak bisa ngejawab review kalian satu per satu karena terlalu malas. Gua minimal baca review dari kalian, dan maksimal berakhir dengan baca PM dari reader or whoever else. Next. Jika fic ini diplagiat oleh oknum sampah yang nggak bertanggung jawab + tidak mendapat perizinan dari gua, bahkan gak naruh nama gua di tempat di mana dia ngepost cerita ini. Tolong bantu report / PM ke gua. Biar gua tinggal ikutan jadi tim report. Sebagai catatan, gua hanya memiliki akun FFN. Tidak ada yang di luar platform yang gua sebutkan.
Lagi dan lagi, gue ingin mempromosikan sesuatu di sini. Gue telah bergabung dengan sebuah Group Chat WhatsApp yang bernama Fanfic Community Indonesia, yang berisikan banyak author dan reader fanfiksi, bahkan platform lain. Di grup tersebut terdapat cukup banyak author senior, ataupun author baru seperti gue. Kepada siapapun yang berminat untuk bergabung, silahkan PM gue baik melalui web, ataupun aplikasi. Join with us! Feel like home! Let's move together!
Sepertinya hanya itu saja pesan gue kepada kalian. Sampai jumpa lagi. Jaa na!
FCI. Cursed-Eternal Out
