.
.
.
I'm In Trouble
Disclaimer :
Naruto by Masashi Kishimoto
5-toubun no Hanayome by Negi Haruba
Pair : ?
Rate : T
Mark :
"Naruto." : Berbicara
Naruto : PoV Start / Flashback Start / Letter or Announcement Content
Naruto : Efek suara (Sfx) / Skip Time / Previous Chapter
'Naruto.' : Pikiran atau Batin
["Naruto."] : Berbicara melalui pesan atau panggilan telepon
Genre : School, Drama, Family, Hurt/Comfort, Romance, Tragedy
Warning : Semi-Canon, Alternate Universe, Alternate Fact & Reality, Original & Other Character, dan Out of Character.
.
.
Skip Time : Next Day, Naruto Room
Terlihat Naruto yang terbangun dari tidurnya, ia kemudian duduk di kasur yang ia gunakan. Setelah itu, ia mengingat-ingat kejadian semalam. Ia mengingat kalau mereka semalam menjelaskan apa yang terjadi kepada para guru beserta dengan Miku dan Itsuki yang sudah menemukan mereka.
Beruntung sekali, Naruto tidak punya riwayat mengenai kenakalan remaja di sekolahnya dan ia di cap jujur oleh kebanyakan guru. Itu membuat dirinya mudah untuk keluar dari masalah yang menimpanya bersama Ichika, tetapi justru merubah pandangan Miku dan Itsuki yang sepertinya tidak ingin membiarkannya begitu saja.
'Ini sudah hari terakhir. Bagaimana bisa wisata sekolah kami berakhir seperti ini? Tahu begitu, lebih baik aku tidak ikut ….'
.
With Miku
Miku saat ini sedang berada di kamarnya. Ia menatap ke arah luar melalui jendela dari dalam kamar, di belakangnya terlihat dua gadis yang merupakan teman sekelasnya.
"Miku-chan, kami pergi duluan ke ruang makan, ya?"
"Ya, aku akan menyusul nanti," jawab Miku tanpa berbalik. Miku memiliki banyak pikiran saat ini, ia menatap persiapan api unggun yang sudah jadi dari jendela kamarnya dengan wajah yang terlihat khawatir.
'Jika kami semua harus setara. Apa yang harus kulakukan?'
.
With Ichika
Saat ini, Ichika sedang berbaring di kasur kamarnya dengan tangannya yang memegangi kepalanya, "Aku tidak menyangka akan sakit di saat seperti ini."
Itsuki yang berada di sampingnya menjawab, "Kecelakaan atau bukan, ini salahmu karena tidak berhati-hati. Kau harus tetap beristirahat sambil menyesali perbuatanmu."
"Ya, aku tahu. Ngomong-ngomong, kau tidak perlu memaksakan diri untuk menemaniku, Itsuki. Pergilah bermain ski bersama yang lain."
"Tapi …."
"Tidak apa-apa, kau juga seharusnya bersenang-senang dengan yang lain. Lagipula, ini salahku. Jika aku sudah membaik, aku akan menyusul kalian," balas Ichika dengan tersenyum, memotong perkataan Itsuki.
Ichika kemudian menatap Itsuki dan melanjutkan, "Atau karena kau gugup ketika menghadapi Naruto-kun?"
Mendengar itu, membuat Itsuki terkejut dengan mata yang melebar. Ia mengingat kejadian di penginapan dimana seseorang yang mendekati Naruto saat dia sedang tertidur.
"Melihat reaksimu, kurasa itu benar. Aku tahu, kau menjaga jarak dengannya semenjak kejadian di penginapan itu.
"Ternyata benar kalau itu kau, Ichika."
Itsuki kemudian menutup matanya dan melanjutkan, "Sudah tiga bulan berlalu. Aku mengingat hari dimana aku bertemu dengannya di kantin, aku meminta dirinya untuk mengajariku. Saat itu, aku tidak memikirkannya sama sekali. Siapa yang menyangka akan menjadi seperti ini."
Ichika tertawa kecil, kemudian ia berkata, "Apa kau menganggap Naruto-kun sebegitu buruknya dari sudut pandangmu?"
"T-tidak seperti itu."
.
With Naruto
Naruto yang masih mengantuk dan merasa dingin mulai memakai selimutnya kembali. Ia berniat untuk melanjutkan tidurnya. Akan tetapi, sesuatu menghentikannya.
BRAK!
"Uzumaki-san!"
Ya, aksi itu membuat Naruto terkejut. Rupanya, Yotsuba datang tanpa diduga dengan membuka pintu kamar Naruto dengan kasar.
"Setidaknya ketuklah terlebih dahulu sebelum kau masuk ke kamar orang lain, bodoh. Ada apa?"
"Maaf, maaf. Aku terlalu bersemangat. Aku tidak akan membiarkanmu malas-malasan seperti ini walaupun hari terakhir ini adalah hari bebas. Kalau begitu, ayo kita bermain ski!"
Naruto menatap Yotsuba dengan malas dan berpikir, 'Aku merasa hari terakhirku di wisata sekolah ini akan hancur mulai dari sekarang.'
.
Skip Time : Ski Area
Saat ini, Naruto bersama Yotsuba sudah berada di area ski dengan pakaian khusus ski yang mereka gunakan. Yotsuba yang berada di sampingnya berkata dengan semangat, "Nah, ayo kita mulai meluncur sampai bawah!"
Naruto membalas, "Perlu kau ketahui, aku tidak bisa bermain ski."
Yotsuba kemudian menatap Naruto dengan serius, "Tenang saja, Uzumaki-san. Jika kau tidak bisa bermain ski, aku akan mengajarimu dengan memegangi tanganmu sambil meluncur!"
"Ya, kurasa tidak masalah. Ngomong-ngomong, dimana kembaranmu yang lain?"
"Ichika sedang sakit, sementara Itsuki menjaganya."
Naruto sedikit merona dan memegangi bagian belakang kepalanya, "Ya, aku tidak terkejut setelah apa yang terjadi semalam. Lalu, dimana sisanya?"
"Nino sudah bermain ski duluan. Oh, itu dia!"
Naruto yang menyadari seseorang sudah berada di belakangnya langsung menoleh dan menghampiri sosok itu. Ia kemudian menatap Yotsuba kembali setelah melihat siapa orang itu, "Itu bukan Nino, itu Miku."
Mendengar perkataan Naruto membuat Miku dan Yotsuba terkejut dengan mata yang melebar. Yotsuba berkata, "Apa! Aku bahkan tidak menyadari itu terlebih dahulu. Bagaimana kau bisa mengetahuinya, Uzumaki-san?"
"Itu benar. Kau selalu bisa menebak kami dengan benar. Bagaimana caramu melakukan itu, Naruto?" tanya Miku dengan tatapan kebingungan yang ia tunjukkan.
Walaupun begitu, Miku tetap senang dalam hatinya. Itu dikarenakan Naruto yang bisa membedakan mereka dengan mudah membuat dirinya merasa spesial. Tidak hanya dari penampilan saja. Bahkan sampai perbedaan sifat, kesukaan, dan lain-lain.
Naruto menggaruk pipinya, "Ya, itu dikarenakan aku sudah mengamati kalian dan mengingat kalian dengan baik. Sehingga aku bisa membedakan kalian dengan mudah. Suatu hari nanti, aku merasa diriku akan kesulitan menebak kalian jika kalian menggunakan penampilan yang sama."
Miku membalas, "Mungkin suatu saat aku akan melihat wajahmu yang kebingungan karena itu, Naruto."
"Aku akui! Kau seperti detektif, Uzumaki-san!" ucap Yotsuba.
"Memperhatikan hal-hal kecil juga penting, itu bisa kujadikan informasi untuk diriku sendiri. Jadi, begitulah …."
Naruto kemudian melanjutkan, "Bagaimana jika kita mulai saja untuk bermain skinya?"
Yotsuba kemudian meluncur mendekati Naruto dan Miku, "Baiklah! Aku adalah orang yang selalu diajari untuk melakukan sesuatu. Tapi sekarang, aku yang akan mengajari kalian berdua!"
.
Skip Time : 10 Minutes Later
Naruto saat ini sedang meluncur ke bawah dengan tingkat kemiringan yang lebih besar. Ia melakukan itu dengan perlahan-lahan dan mempertahankan kecepatannya. Beruntung beberapa menit yang lalu, Yotsuba mengajarinya. Berkat dirinya yang mudah menanggapi sesuatu, itu mempermudah dirinya untuk melakukannya.
Tiba-tiba, seseorang datang melewatinya dan berkata, "Wah, seru sekali, ya?"
Mendengar suara yang ia kenal, Naruto mengikuti sosok itu sampai ke tempat yang lebih datar. Ia bertemu dengan orang itu yang sudah melepas maskernya dan menaikan kacamata skinya. Naruto langsung menghampirinya, "Yo, Ichika. Sudah membaik?"
Ichika terbatuk-batuk. Ia kemudian menjawab dengan tersenyum kepada Naruto, "Ya, kurasa begitu."
Naruto yang menyadari itu langsung berpikir, 'Senyum itu berbeda, aku yakin itu. Jika Yotsuba mengatakan Ichika sedang sakit, tidak mungkin orang yang baru saja sakit bisa menyusul ke sini dalam waktu yang dekat. Baiklah, aku akan mencoba untuk membongkar penyamarannya dengan caraku.'
Naruto kemudian bertanya, "Dimana Itsuki, apa dia tidak ikut?"
"Itsuki sedang bermain ski sendirian di tempat lain. Katanya, ia tidak berani bertemu denganmu," ucap Ichika yang menggunakan kacamata skinya kembali. Ia melanjutkan, "Ayo kita bermain kejar-kejaran. Yotsuba yang mengejar karena Yotsuba sudah jago!"
Naruto menghela nafas, "Padahal aku baru belajar, tapi apa boleh buat. Aku duluan, Miku, Yotsuba."
Melihat Naruto yang sudah pergi duluan membuat Miku cemberut, ia kemudian memakai kacamata skinya kembali dan mulai meluncur ke bawah. Meninggalkan Yotsuba yang berhitung sebelum mulai menyusul mereka.
Saat Naruto sedang sendirian meluncur ke bawah, tiba-tiba Ichika mendatanginya, "Hei, Naruto-kun. Ada sesuatu yang ingin kutanyakan kepadamu."
"Katakan saja, Ichika."
Tanpa menatap Naruto, Ichika bertanya dengan tatapan serius ke arah depan, "Kau tidak memberitahu yang lain mengetahui pembicaraan kita semalam, kan?"
"Tentu saja aku tidak melakukan itu. Lagipula, itu adalah urusanmu. Bisa saja itu akan menjadi privasi bagi dirimu. Lagipula, mengatakan itu semua kepada orang lain tidak ada manfaatnya untukku. Justru membuang waktuku saja."
Kemudian, Naruto menoleh kepada Ichika dengan wajah yang panik, "Ichika, bagaimana caranya untuk berhenti?"
"Eh?" respon Ichika kebingungan.
"AKU LUPA MEMINTA YOTSUBA MENGAJARIKU CARA UNTUK BERHENTI!"
Dengan berakhirnya teriakan itu, Naruto dengan cepat menuruni bukit penuh salju dengan kecepatan yang sangat tinggi. Meninggalkan Ichika yang berteriak memanggil namanya berkali-kali, "Uzumaki-kun!"
Ia mencoba meraih tangan Naruto, tetapi sudah terlambat. Naruto sudah turun sangat jauh dan menghilang dari hadapannya. Bersama Naruto, dirinya yang teriakan Ichika mengenai nama dirinya mulai menyeringai penuh kemenangan. Akan tetapi, ekspresi panik tidak terlepas dari wajahnya.
'Aku hanya bisa berdoa dan berharap, everything will be daijoubu ….'
Itu semua berakhir ketika Naruto terpental karena menabrak sesuatu dan berakhir dengan dirinya yang berbaring dalam tumpukan salju. Hal itu membuat dirinya menjadi perhatian banyak orang. Dengan cepat, ia melepaskan peralatan skinya dan pergi dari sana.
'Itu memalukan. Membuatku menjadi pusat perhatian saja.'
Tidak lama berjalan, Naruto bertemu dengan Nino di suatu tempat. Naruto berinisiatif menyapanya duluan, "Yo, Nino!"
"Uzumaki? Sedang apa kau di sini?"
"Habis bermain ski dan berakhir dengan menjadi superman yang gagal. Kurang lebih seperti itu," jawab Naruto dengan tawa gugupnya. Mendengar itu, membuat Nino tertawa.
"Bilang saja jika kau tidak bisa bermain ski. Iya kan, U-zu-ma-ki?"
"Urusai! Kalau begitu, aku ingin pergi lagi," balas Naruto yang ingin melangkah pergi. Namun, ucapan Nino menghentikannya.
"Tunggu dulu, Uzumaki."
Naruto berbalik dan menghadap Nino kembali, "Ada apa?"
"Ada yang ingin aku tanyakan padamu."
"Ya, katakan saja."
Nino kemudian mengingat-ingat apa yang menjadi rasa penasarannya selama perjalanan di hari pertama. Yaitu hubungan antara Naruto dan Ebata. Setelah ia yakin, ia bertanya, "Apa hubunganmu dengan Ebata-san? Kulihat, kalian akrab sekali. Padahal Ebata-san adalah sekretaris papa."
Mendengar itu membuat Naruto sangat terkejut dengan mata yang bergetar. Ia tidak menyangka jika Nino akan bertanya mengenai hal itu. Ia tidak menjawab sama sekali, justru ia berlari dengan cepat menjauhi Nino. Membuat gadis itu terkejut.
"Uzumaki! Mengapa kau kabur! Aku kan hanya bertanya."
'Ya, hanya bertanya. Tapi cukup untuk membongkar kedok dan rahasiaku,' pikir Naruto yang mendengar itu.
Masalahnya, ia tidak ingin orang lain mengetahui tentang penyakit yang ia miliki. Apalagi alasan Ebata bisa akrab dengan dirinya itu dikarenakan rasa hormat yang diberikan kepadanya karena perjuangannya dengan penyakit yang ia miliki sembari menghidupi dirinya sendiri dan Naruko.
Ia berlari sampai tiba di samping rumah besar yang tidak jauh dari posisi awal dia berlari. Di sana ia berdiri di dekat sebuah rumah salju yang dipenuhi dengan banyak papan ski. Ketika ia mencoba mencari tempat bersembunyi, ia tidak sengaja melihat Yotsuba yang tidak jauh dari dirinya.
Yotsuba menyadari kehadiran Naruto dan menyeringai, "Uzumaki-san, ketemu."
"Sial, bagaimana ini?" ucap Naruto dengan kebingungan. Tiba-tiba, dirinya ditarik seseorang untuk masuk ke dalam rumah salju yang tepat berada di sampingnya. Orang itu juga menutup pintu rumah salju itu kembali dengan tiga buah papan ski.
Sementara itu, Nino dan Yotsuba yang bertemu antara satu sama lain dari arah yang berbeda seketika terkejut bersamaan. Dikarenakan Naruto juga sudah tidak ada di sana.
"Yotsuba?!"
"Oh, Nino. Ketemu juga akhirnya."
"Apa kau melihat Uzumaki di sekitar sini?"
"Tidak, aku justru ingin bertanya hal yang sama. Karena aku juga sedang mencari Uzumaki-san."
Nino mendecih, "Aneh, padahal aku masih ingin memastikan sesuatu. Tapi, biarkanlah. Kalau begitu, ayo kita mencari yang lain, Yotsuba."
"Ayo!"
Sementara itu, Naruto yang berada di dalam rumah salju kemudian melihat siapa yang menariknya. Setelah ia mengetahui siapa orang itu, membuat dirinya sangat terkejut.
"M-Miku?!"
Naruto dan Miku duduk bersebelahan, karena rumah salju itu dapat dikatakan sempit dan hanya muat untuk dua orang saja.
Miku menjawab dengan wajah yang merona dan menatap arah lain, "Hampir saja, sedikit lagi mereka akan menangkapmu."
"Ya, aku tahu. Arigatou untuk bantuannya, Miku."
Miku membalas dengan tersenyum kecil, "Douitashimashite, Naruto …."
Naruto kemudian melihat-lihat sekelilingnya, "Ngomong-ngomong, apa rumah salju ini kau yang membuatnya?"
"Tidak, ini sudah ada sejak awal."
"Ya, setidaknya ini cukup hangat untuk kita berdua."
Naruto kemudian bergeser sedikit. Sialnya, sikunya mengenai dada Miku dan menekannya secara tidak sengaja. Hal itu membuat Miku merona, "Di sini sempit, jangan bergerak terlalu banyak, Naruto."
"M-maafkan aku, aku tidak sengaja," balas Naruto yang dengan cepat menarik tangannya kembali. Wajah Naruto sedikit merona karena apa yang ia perbuat. Naruto melanjutkan, "Kalau begitu, aku akan keluar saja. Agar kau lebih memiliki ruang di sini."
Baru saja Naruto ingin keluar, tetapi itu dihentikan oleh Miku yang menarik jaketnya dari belakang. Naruto yang menyadari itu mulai menatap Miku yang bersikap gugup.
"J-jangan keluar dulu, Naruto."
Setelah mengatakan itu, Miku terlihat kebingungan. Naruto menyadari hal itu karena melihat ekspresi yang gadis itu tunjukkan. Miku melanjutkan perkataannya dengan wajah yang tertunduk ke bawah.
"A-aku tidak tahu …."
"Apa maksudmu, Miku? Apa terjadi sesuatu? Jika iya, katakan padaku sekarang. Aku adalah temanmu, maka aku akan membantumu untuk keluar dari segala masalah apapun itu bentuknya!"
Miku tidak menjawab, melihat wajah serius Naruto dari dekat membuatnya merona hebat. Sampai-sampai asap keluar dari kepalanya. Ia tidak bisa untuk menceritakannya karena terlalu gugup dan tidak memiliki keberanian yang lebih untuk mengatakannya.
Naruto menyadari hal itu, ia kemudian tersenyum dan berkata, "Apa kau memikirkan kesetaraan di antara kalian? Itu adalah pembicaraan kita tiga bulan yang lalu dimana aku mencoba mendapatkan kepercayaanmu, Miku."
Mendengar itu membuat Miku terkejut dengan bola mata yang melebar, ia menatap Naruto dengan cepat. Membuat Naruto tertawa kecil karena itu, "Bingo, tebakanku tepat sasaran."
"Urusai, Naruto," balas Miku yang cemberut sembari menatap ke arah lain. Naruto yang melihat itu kemudian memegang tangan kiri Miku, membuat gadis itu terkejut.
"Hei, Miku. Dengarkan aku. Kesetaraan itu memang ada diantara kalian sebagai hak kalian antar sesama saudari. Tetapi, sekarang berbeda. Kau sudah tahu jati dirimu, kau sudah berusaha keras untuk berubah dan melakukan segalanya dengan caramu sendiri."
Melihat Miku memperhatikan dirinya, Naruto melanjutkan, "Karena kau sudah mengerti dirimu sendiri. Maka tidak ada lagi kesamaan atau kesetaraan dengan yang lainnya. Setidaknya, kau sudah berusaha. Aku tidak akan menyangkal usahamu. Asalkan, kalian bisa menjalankan itu semua bersama-sama dengan adil."
Mendengar semua kalimat Naruto membuat Miku tersenyum seolah mendapatkan jawaban yang pasti. Ia kemudian berdiri. Sialnya, kepalanya terbentur langit-langit dari rumah salju. Membuat dirinya meringis kesakitan.
"I-ittai …."
Naruto tertawa melihat itu, ia kemudian melepas topi rajut yang Miku gunakan. Beserta dengan kacamata ski yang Miku sampirkan di atas topi rajut itu. Ia kemudian dengan lembut mengelus kepala Miku. Membuat gadis itu over-blushing dengan asap yang keluar dari kepalanya.
Setelah beberapa saat, Naruto mengecek Miku kembali, "Bagaimana, apa sudah tidak sakit?"
Dengan wajah yang masih sedikit merona, Miku menjawab, "Y-ya, a-aku rasa ini sudah lebih baik. Arigatou, Naruto."
"Douitashimashite, Miku. Kalau begitu, aku akan keluar sebentar. Apa kau mau ikut denganku?"
Miku terlihat berpikir. Setelah itu, ia menjawab, "Kurasa tidak, Naruto. Aku masih ingin di sini untuk sementara waktu. Kau duluan saja, nanti aku akan menyusul."
"Baiklah, Miku."
Miku yang melihat Naruto sudah pergi kemudian mengeluarkan handphone miliknya. Ia kemudian membuka kontak dan menghubungi Ichika. Setelah tersambung, ia berbicara.
"Ichika, ini penting. Ada yang ingin kubicarakan denganmu."
.
.
.
To Be Continued
.
.
Notes : Fic ini terinspirasi oleh beberapa fanfic tertentu dengan crossover Naruto x Quintessential Quintuplets. Hmm, ini project kedua gua dengan tipe fic yang multichapter. Gua bikin alurnya semi-canon tapi dengan banyak perubahan. Chapter 22 Up, jadi tolong buat reader gausah banyak protes dan Stay tune aja ye. Cukup doain gua biar banyak ide + sehat, secara perlahan nanti gua coba sebisa mungkin buat tamatin fic ini. Soalnya gua tim begadang buat ngelarin ini fic.
Next, gue gak bisa ngejawab review kalian satu per satu karena terlalu malas. Gua minimal baca review dari kalian, dan maksimal berakhir dengan baca PM dari reader or whoever else. Next. Jika fic ini diplagiat oleh oknum sampah yang nggak bertanggung jawab + tidak mendapat perizinan dari gua, bahkan gak naruh nama gua di tempat di mana dia ngepost cerita ini. Tolong bantu report / PM ke gua. Biar gua tinggal ikutan jadi tim report. Sebagai catatan, gua hanya memiliki akun FFN. Tidak ada yang di luar platform yang gua sebutkan.
Lagi dan lagi, gue ingin mempromosikan sesuatu di sini. Gue telah bergabung dengan sebuah Group Chat WhatsApp yang bernama Fanfic Community Indonesia, yang berisikan banyak author dan reader fanfiksi, bahkan platform lain. Di grup tersebut terdapat cukup banyak author senior, ataupun author baru seperti gue. Kepada siapapun yang berminat untuk bergabung, silahkan PM gue baik melalui web, ataupun aplikasi. Join with us! Feel like home! Let's move together!
Sepertinya hanya itu saja pesan gue kepada kalian. Sampai jumpa lagi. Jaa na!
FCI. Cursed-Eternal Out
