.
.
.
I'm In Trouble
Disclaimer :
Naruto by Masashi Kishimoto
5-toubun no Hanayome by Negi Haruba
Pair : ?
Rate : T
Mark :
"Naruto." : Berbicara
Naruto : PoV Start / Flashback Start / Letter or Announcement Content
Naruto : Efek suara (Sfx) / Skip Time / Previous Chapter
'Naruto.' : Pikiran atau Batin
["Naruto."] : Berbicara melalui pesan atau panggilan telepon
Genre : School, Drama, Family, Hurt/Comfort, Romance, Tragedy
Warning : Semi-Canon, Alternate Universe, Alternate Fact & Reality, Original & Other Character, dan Out of Character.
.
.
Skip Time : Saturday, Naruto House
Dini hari, terlihat Naruto yang sedang membuat banyak kertas latihan yang ditambah dengan beberapa materi ujian tengah semester yang mereka lakukan sebelumnya. Naruko yang terbangun kemudian menghampiri Naruto yang tidak jauh dari dirinya.
"Nii-chan, kau tidak tidur?"
"Ah, Naruko. Kau terbangun rupanya. Tidak, sepertinya aku tidak akan tidur. Aku hari ini perlu membuat ini semua untuk mereka. Persediaan mengajarku sudah habis."
"Baiklah, aku akan tidur lagi kalau begitu. Jangan memaksakan dirimu, Nii-chan."
"Aku tahu."
Setelah itu, Naruko tidur kembali dengan Naruto yang memperhatikan adiknya itu. Setelah Naruko tertidur, Naruto melanjutkan pekerjaannya yang tertunda.
Selama membuat kertas latihan dengan banyak materi, Naruto menggumam dengan pelan, "Ujian akhir semester akan diadakan minggu depan. Ditambah lagi, ujian kenaikan kelas akan diadakan pada bulan Maret jika dilihat dari jadwal akademik yang sudah disebarkan. Setelah dilihat-lihat, nilai rata-rata latihan dan nilai rata-rata ujian tengah semester mereka itu tidaklah jauh."
'Jika mereka memiliki perkembangan walaupun perlahan, itu tidak akan menjadi masalah. Seperti kata pepatah … sedikit demi sedikit, lama-kelamaan akan menjadi bukit. Kalau begitu, ayo kita lakukan bersama-sama!'
.
[0_0]
.
Skip Time : Nakano Quintuplets Residence
Terlihat Itsuki yang duduk bersimpuh di lantai dan terlihat menunggu seseorang, wajahnya terlihat cemberut.
"Uzumaki-kun mana, sih? Lama sekali …."
Tiba-tiba bel dibunyikan dari luar, membuat Itsuki dengan cepat bangun dan membuka pintu hotel ruangan mereka. Ia dapat melihat Naruto yang sudah datang. Akan tetapi, wajah Naruto sangat pucat saat ini. Membuat Itsuki terkejut dan menatapnya dengan khawatir.
"Uzumaki-kun, wajahmu pucat sekali. Apa kau tidak apa-apa?"
"A-aku tidak apa-apa, aku hanya kelelahan karena aku tidak tidur."
"Eh? Mengapa kau tidak tidur?"
Naruto tidak menjawab, melainkan ia membuka tas miliknya dan mengeluarkan sesuatu dari dalamnya. Ia mengeluarkan satu tumpukan kertas berisi latihan dan materi yang sudah ia buat dini hari tadi dan memberikannya kepada Itsuki.
"Ambil dan lihatlah itu, Itsuki."
Itsuki yang menerima semua kertas yang dibuat Naruto menjadi terkejut, "I-ini … kau tidak tidur hanya karena membuat ini semua untuk kami?"
"Ya, itu adalah latihan dan materi ujian yang sudah kita lakukan. Aku juga sudah membuat tambahan materi yang kusimpan di rumah, itu semua akan berguna untuk perkembangan kalian. Karena kalian sudah bekerja keras, aku juga tidak bisa diam dan bersantai saja, kan?"
Mendengar itu membuat Itsuki tersenyum lembut dan berkata, "Aku mengerti. Kalau begitu, ayo kita masuk. Semuanya sudah menunggu."
"Baiklah."
Baru saja mereka masuk ke ruang tamu, mereka berdua melihat Nino dan Miku yang saling merebut remote televisi dengan siaran televisi yang terus berganti. Naruto dan Itsuki yang melihat itu menjadi sweatdrop di tempat.
"Miku, lepaskan tanganmu!"
"Menyerah saja, Nino!"
"Kau yang seharusnya menyerah! Ada aktor favoritku di acara reality show!"
"Tidak, ada film dokumenter sejarah sekarang. Aku tidak ingin melewatkannya!"
Naruto yang tidak ambil pusing kemudian mencabut kabel televisi yang saat ini terhubung dengan stop kontak yang tidak jauh dari sana. Hal itu tentu saja membuat televisi itu dengan cepat mati, "Selama belajar, televisi tidak boleh dinyalakan. Paham?"
Nino dan Miku yang menyadari itu kemudian cemberut dan berteriak secara bersamaan, "Haaa!"
Menyadari itu, mereka melihat antara satu sama lain dan membuang muka dengan cara menatap ke arah lain. Naruto yang melihat itu kemudian menghampiri Ichika, "Oi, Ichika. Apa mereka memang selalu seperti ini?"
Ichika menjawab pertanyaan Naruto dengan pose berpikir, "Entahlah. Mungkin mereka seperti tom and jerry. Sewaktu-waktu mereka bermusuhan, tapi ada kalanya mereka bersahabat seperti biasanya."
"Ya, semoga saja mereka cepat akur."
"Ngomong-ngomong, wajahmu terlihat sangat pucat. Apa kau sedang sakit?"
"Tidak, aku tidak sedang sakit. Aku hanya kelelahan saja, kok."
"Baiklah jika kau berkata seperti itu, aku tidak akan bertanya lebih jauh."
Setelah itu, Ichika berjalan menjauhi Naruto. Ia menghampiri Nino dan Miku lalu berkata, "Sudah, sudah. Bagaimana jika kita mulai belajar sekarang?"
"Ya!" balas Yotsuba dengan semangat.
Kemudian Ichika berbalik menatap Naruto dengan senyum yang ia tunjukkan, "Selama seminggu ini, tolong bimbing kami semua ya, Naruto-kun …," ucap sang kembar tertua, dibelakangnya terlihat Yotsuba dan Itsuki yang juga ikut tersenyum menatap Naruto.
"Sudah pasti akan kulakukan, karena itu adalah kewajibanku."
.
"Itu penghapusku."
Miku yang meminjam penghapus milik Nino membalas, "Aku hanya meminjamnya sebentar."
Nino kemudian mengambil Matcha Soda milik Miku yang sudah terbuka. Miku yang melihat itu merespon, "Itu minumanku."
"Aku hanya ingin memintanya sedikit saja, kok," ucap Nino. Setelah meminumnya sedikit, ia menunjukkan reaksi wajah yang menjulurkan lidah dengan wajah yang berkerut, "Rasanya tidak enak …."
Hal itu membuat Miku menatap Nino dengan tajam, Nino yang menyadari hal itu juga melakukan hal yang sama. Di sisi lain, Naruto yang melihat kelakuan keduanya kemudian menghela nafas berat dan menatap keduanya dengan malas.
'Jujur saja, aku senang semuanya mau dan bisa berkumpul untuk belajar bersama. Tapi, hal yang merepotkan terjadi lagi saat ini ….'
Naruto menggumam, "Aku butuh ide …."
Yotsuba yang mendengar itu berkata dengan mengangkat tangannya, "Aku tahu! Bagaimana dengan ini? Ide untuk membuat mereka menjadi akur!"
Yotsuba melanjutkan, "Caranya adalah dengan Uzumaki-san memuji mereka berdua. Mungkin saja mereka bisa berhenti berselisih. Apa kau mau mencobanya, Uzumaki-san?"
"Aku tidak yakin itu adalah ide yang bagus. Tapi, aku akan mencobanya."
Naruto kemudian berdiri dari tempat duduknya, ia berjalan ke sisi meja di mana Nino dan Miku berada. Setelah sampai, dia berkata dengan tersenyum, "Kalian berdua sangat rajin ya. Aku senang kalian bekerja keras untuk menjadi pintar."
Yotsuba yang mendengar itu berpikir, 'Cara memujinya bagus. Tapi, aku tidak yakin jika mereka akan langsung akur.'
Miku merespon terlebih dahulu dengan menatap Naruto, "Ada apa, Naruto?"
Nino menimpali dengan nada yang mengejek, "Kau memuji kami untuk tujuan yang tersembunyi kan, Uzumaki? Jika iya, berhentilah. Itu menjijikkan."
Miku yang mendengar balasan dari Nino kemudian berkata dengan ekspresi yang mengeras dan menatap Nino dengan tajam, "Dia tidak menjijikkan."
Nino menutup matanya, kemudian tersenyum seolah mengejek Miku dan berkata, "Apa? Aku hanya mengatakan hal yang sebenarnya, kok."
"Itu keterlaluan, tarik kata-katamu sekarang juga!"
"Aku tidak mau melakukannya."
Situasi makin memanas. Kali ini, Nino dan Miku justru saling menatap tajam satu sama lain dengan wajah mereka yang terlihat kesal. Naruto bahkan dapat melihat aura permusuhan yang semakin besar. Hal itu membuat Naruto kembali ke tempat duduknya semula dengan wajah yang frustasi.
"Percobaan pertama, gagal."
Ichika yang mendengar itu kemudian menepuk bahu Naruto dan berkata, "Aku punya ide. Bagaimana jika kau bersikap keras kepada mereka dan menjadi musuh mereka berdua. Ada kemungkinan mereka akan melakukan kerjasama untuk mengalahkanmu. Bagaimana, apa kau mau mencoba ideku ini, Naruto-kun?"
"Kurasa tidak. Aku tidak ingin membuat suasana menjadi lebih buruk hanya karena itu. Ditambah lagi, mereka berdua sudah berusaha sebisa mungkin. Maka dari itu, aku tidak ingin menyangkal dan membuat usaha mereka menjadi sia-sia."
"Kau memang pengertian, Uzumaki-kun. Kupikir kau akan tetap melakukan itu," ucap Itsuki.
"Maaf, tetapi aku tidaklah seperti itu."
Mendapatkan sebuah ide, Naruto kemudian bangun dari tempat duduknya dan berjalan ke sisi meja dimana Nino dan Miku berada untuk kedua kalinya. Setelah sampai, ia berbicara.
"Nino, Miku. Bisakah aku melihat apa yang kalian catat atau kalian kerjakan sekarang?"
"Untuk apa, Uzumaki?" tanya Nino.
"Aku hanya ingin mengeceknya saja. Memangnya tidak boleh?"
"Tentu saja boleh. Ini, Naruto," ucap Miku yang memberikan buku tulisnya. Naruto kemudian menerimanya dan mulai melihat apa yang Miku kerjakan di sana. Setelah selesai, ia mengembalikan buku tulis Miku.
"Bagus, Miku. Kau sudah mencatat banyak materi dan menyelesaikan beberapa latihan yang akan masuk akan masuk ke ujian akhir nanti. Teruskan kinerjamu, Miku."
"Arigatou, Naruto."
"Douitashimashite."
Naruto kemudian menatap Nino, "Bagaimana denganmu, Nino? Apa kau belum menyelesaikannya?"
Nino yang mendengar itu kemudian bangun dari acara duduknya. Ia menunjukkan buku tulis miliknya kepada Naruto dengan cara memegangi bagian tengah buku tulis dengan salah satu tangannya. Dengan wajah yang bangga dan mata yang terpejam, ia berkata.
"Tanpa kau suruh pun, aku sudah menyelesaikan semuanya, Uzumaki …."
Naruto kemudian mengecek apa yang dikerjakan Nino. Setelah mengeceknya, ia berkata sembari menunjukkan kisi-kisi ujian yang berada di tangannya, "Err, Nino … apa yang kau kerjakan itu tidak masuk di materi yang diujikan saat ujian nanti."
Hal itu tentu saja membuat Nino terkejut, "Eh? Yang benar?"
"Itu benar, coba saja kau lihat ini. Aku tidak berbohong, kok."
Nino kemudian melihat kisi-kisi yang Naruto tunjukkan kepadanya. Setelah melihat dan mencocokkan dengan apa yang ia tulis, ia berkata, "Gawat. Bagaimana ini?"
"Tenanglah, Nino. Kau bisa menulis ulang itu kembali. Waktu masih panjang, tidak perlu panik seperti itu," ucap Naruto.
Sementara itu, Miku berucap tanpa ekspresi, "Nino, lakukanlah yang serius."
"Aku tidak bisa serius jika melakukan hal yang membosankan seperti ini, tahu!"
"Aku akan belajar sendiri di kamarku. Silahkan kalian lanjutkan tanpa diriku," lanjut Nino yang berbalik dan berjalan pergi.
Naruto yang melihat itu hanya bisa menghela nafas dan menaruh setumpuk kertas yang ia buat di sisi meja yang sebelumnya ditempati Nino. Dengan ekspresi yang kecewa, ia berkata, "Huft, usahaku sia-sia."
Itsuki yang melihat itu kemudian berkata sembari tersenyum, "Jangan terlalu dipikirkan secara berlebihan, Uzumaki-kun. Kau ingin menjadi contoh untuk kami, bukan? Kau juga pasti tahu kalau kami sangat mengandalkanmu."
"Ya, aku tahu. Aku harus melakukan apa yang harus kulakukan sekarang."
Setelah mengatakan itu, Naruto dengan cepat menghampiri Nino yang sedang berada di tangga, "Nino, tunggu dulu!"
Hal itu membuat Nino berhenti melangkah. Naruto yang menyadari itu melanjutkan perkataannya, "Tidak bisakah kau bergabung kembali dengan kami? Dibanding yang lainnya, kau adalah orang yang paling tertinggal jauh. Maka dari itu, ayo kita kejar saudari-saudarimu yang lain."
Hal itu membuat Nino tersentak. Tanpa membalikkan badannya, ia berkata, "Berisik sekali. Padahal kau itu tidak tahu apa-apa. Kau tidak berhak menasihatiku."
Nino kemudian berbalik dan menunjuk Naruto yang berada di anak tangga paling bawah. Dengan tatapan yang tajam, ia berkata, "Kau itu hanyalah seorang guru les dan kau hanyalah orang lain di kehidupan kami!"
Miku kemudian muncul dan memberikan Nino banyak kertas materi dan latihan yang Naruto buat, ia memberikan itu dengan salah satu tangannya, "Setidaknya, ambillah ini. Naruto sudah membuat ini semua untuk kita."
"Hanya beberapa kertas soal seperti ini. Apa bagusnya? Aku tidak butuh semua ini," ucap Nino yang menampar tangan Miku dengan kasar, membuat kertas-kertas yang Naruto buat berterbangan dan berserakan di tangga.
Mereka semua yang melihat itu terkejut, kecuali Miku yang justru menatap tajam Nino. Ichika yang bersama Yotsuba dan Itsuki merasakan suasana menjadi buruk. Ichika berkata, "K-kalian, tenanglah dulu."
Naruto yang menyadari suasananya menjadi buruk mulai mencoba untuk melerai mereka berdua, "Itu benar. Kalian …."
Ucapan Naruto terpotong dengan oleh perkataan Miku. Dengan wajah tanpa ekspresi, gadis itu berkata, "Nino, ambil itu semua …."
Nino kemudian mengambil salah satu kertas ujian dan materi yang berserakan, ia berkata, "Kalian, janganlah tertipu dengan hal yang seperti ini!"
Kemudian, ia memegangi kertas itu dengan kedua tangannya dan melanjutkan perkataannya dengan ekspresi kesal, "Kalian juga pasti tahu kalau Uzumaki itu terlambat, bukan? Jika ia memang ingin mengajari kita dengan benar, seharusnya dia juga tahu akan hal itu!"
Hal yang selanjutnya Nino lakukan membuat semuanya sangat terkejut, terutama Miku dan Itsuki. Nino merobek kertas yang Naruto buat menjadi dua. Hal itu tentu saja membuat Miku menjadi sangat emosi dan berjalan menghampiri Nino.
Akan tetapi, Naruto menyadari hal itu. Naruto langsung saja berdiri di depan Miku dan berkata, "Miku, cukup. Kau tidak perlu memikirkanku."
"Tapi …."
"Miku, aku tahu kau ingin membelaku. Tapi … aku tidak ingin kau bertindak lebih jauh hanya karena diriku. Bisakah kau melakukannya untukku?" ucap Naruto yang memotong perkataan Miku dan menatap gadis itu dengan tatapan memohon.
Miku yang mendengar dan melihat itu hanya bisa mengangguk lemah dan tidak melangkah lebih jauh, membuat Naruto bernafas lega karena itu. Di sisi lain, Itsuki kemudian menghampiri Nino.
PLAK!
Suara tamparan yang keras mengejutkan semuanya, terutama untuk Nino sendiri yang ternyata ditampar oleh Itsuki. Membuat pipi Nino memerah karena hal itu. Itsuki yang menjadi pelaku utama kejadian itu menatap Nino dengan tatapan yang tegas.
"Nino, kau sudah keterlaluan. Minta maaf kepada Uzumaki-kun sekarang …."
Nino yang sudah sadar dari keterkejutannya kemudian menatap Itsuki dengan ekspresi yang kesal. Ia kemudian menampar balik Itsuki dan membuat yang lain terkejut untuk kedua kalinya. Akan tetapi, Itsuki tidak bergeming dan justru tetap menatap Nino dengan poni rambut yang menutupi mata kirinya.
"Aku sudah bilang, kan? Agar kau minta maaf kepadanya …."
Nino memberikan tatapan seolah tidak percaya dan berkata, "Kau … mengapa kau membelanya sampai sejauh ini? Padahal ini semua hanyalah sesuatu yang tidak akan berguna untuk kita! Ini sampah!"
Mendengar itu, Miku kemudian mengambil salah satu kertas buatan Naruto dan menunjukkan itu tepat di depan wajah Nino sembari berkata, "Perlu kau ketahui, ini bukanlah sampah. Bacalah terlebih dahulu sebelum kau menyimpulkan dengan pendapat liarmu itu."
Nino kemudian mulai membaca apa yang Naruto buat. Setelah itu, ia terkejut dengan bola mata yang membulat ketika menyadari bahwa itu semua merupakan tulisan tangan yang asli. Tidak sekedar melalui alat printer atau mesin fotocopy yang tentunya akan membuat segalanya menjadi lebih mudah.
"Sekarang kau menyadarinya, kan? Ia tidak memiliki alat untuk membantu dirinya membuat itu semua. Semuanya itu ditulis dengan tangan dan dilakukan dengan usahanya sendiri."
Mendengar perkataan Itsuki membuat diri Nino bergetar. Ia berkata, "Memangnya kenapa? Apa karena hal itu saja yang membuat kalian sangat menghargainya?"
Itsuki kemudian menatap Nino dengan serius, "Sebenarnya masih ada satu alasan utama yang tidak perlu kau ketahui untuk sekarang karena itu adalah sebuah rahasia. Untuk saat ini setidaknya kita juga harus serius dalam menghargai usaha yang Uzumaki-kun lakukan untuk kita. Kau bisa lihat sekarang dari awal … sejak kita mulai diajari olehnya, dirinya selalu rela mengorbankan segalanya untuk kita!"
'Itu benar, ada sesuatu yang tidak bisa aku dan Itsuki beritahu kepada kalian karena aku sudah berjanji kepada Naruto. Maafkan aku, minna,' pikir Miku sembari menatap Naruto yang berada di depannya.
Naruto yang mendengar itu hanya bisa menatap Itsuki dalam diam dan berpikir, 'Itsuki ….'
Ichika berpikir, 'Sebenarnya apa yang disembunyikan oleh kalian berdua terhadap apa yang menjadi privasi Naruto-kun?'
'Aku tidak mengerti dengan apa yang Itsuki maksud, tapi aku juga penasaran,' ucap Yotsuba dalam pikirannya.
"Aku …," ucapan Nino terpotong. Ia kemudian melihat wajah Ichika dan Yotsuba yang terlihat memandang dirinya dengan sedih. Ia juga dapat melihat Itsuki yang tetap menatapnya dengan tegas, Miku yang menatapnya tanpa ekspresi dan Naruto yang menatap dirinya dengan tatapan yang dipenuhi rasa bersalah.
Akan tetapi, perasaan egois lebih memenuhi diri Nino saat ini. Dengan dirinya yang bergetar menahan rasa kesal, ia berkata, "Begitu ternyata, kalian lebih mementingkan dia daripada aku? Kalau begitu, aku akan pergi dari sini …."
Hal itu tentu saja membuat semuanya terkejut. Setelah berkata seperti itu, Nino mulai turun dari tangga dan mulai melangkah pergi. Itsuki kemudian mengikutinya dan berkata.
"Nino, berhentilah bersikap seperti itu atau Kaa-san akan menjadi sedih karena melihat kita seperti ini …."
Nino yang mendengar itu kemudian berhenti melangkah. Ia kemudian berbalik dan berkata, "Itsuki, aku beritahu satu hal. Berhentilah bersikap seperti Kaa-san seolah-olah dirimu adalah penggantinya untuk menghentikan diriku! Aku muak melihatnya!"
Hal itu membuat Itsuki terdiam. Menyadari itu, Naruto kemudian menghampiri Itsuki dan mengelus kepalanya dengan lembut. Membuat gadis itu menatap Naruto. Naruto yang ditatap oleh Itsuki kemudian berkata, "Kau sudah melakukannya dengan baik, Itsuki. Sayangnya, itu gagal. Mungkin lain kali …."
Naruto kemudian menatap Nino, "Kuakui, melihatmu melakukan ini semua menandakan dirimu masih belum menerimaku dan aku tidak masalah untuk itu. Jika kau pergi sekarang, aku juga tidak masalah. Pada dasarnya, aku bisa saja melaporkan segala kekacauan yang sudah kau buat kepada Nakano-sensei. Ia bisa saja memblokir kartu kreditmu agar kau tidak bisa mengaksesnya dengan mudah dan melakukan segala hal sesuai dengan keinginanmu."
"Kau …."
Ucapan Nino terpotong oleh Naruto, ia melanjutkan, "Tapi, aku tidak akan melakukannya. Aku mengerti dirimu masih memerlukan waktu untuk bisa menerimaku. Ditambah lagi, kau akan perlu waktu untuk mendinginkan kepalamu sekarang. Terakhir, aku akan menemukanmu cepat ataupun lambat."
Perkataan itu tentu saja membuat semuanya terkejut, terutama Nino. Itu dikarenakan ia sendiri tidak menyangka kalau Naruto tidak akan melakukannya demi dirinya. Ia tahu betul kalau Naruto tidak pernah bermain-main dengan kata-katanya, bahkan ia tidak pernah melihat sebuah kebohongan dari apa yang lelaki itu ucapkan.
Tanpa berlama-lama, Nino kemudian mengambil dompet miliknya dan mulai pergi dari sana. Meninggalkan mereka semua di ruang tamu. Kemudian, Itsuki menatap Naruto dan berkata, "Apa ini tidak apa-apa?"
"Ini adalah solusi terbaik karena semuanya sudah terjadi. Untuk memulainya kembali, kita akan memerlukan usaha dan proses. Maka dari itu …."
Ucapan Naruto terpotong ketika ia merasakan tenggorokannya tercekat dengan sesuatu yang akan keluar dari dirinya. Miku dan Itsuki yang menyadari itu dengan cepat menghampiri Naruto. Tapi, itu sudah terlambat.
UHUK! UHUK! UHUK! UHUK! UHUK!
Sekarang, Ichika dan Yotsuba menjadi orang selanjutnya yang terkejut ketika melihat Naruto yang saat ini menutupi mulutnya yang mengeluarkan darah dengan kedua tangannya.
"Naruto-kun! Kau tidak apa-apa?!" teriak Ichika dengan wajah yang diisi ekspresi penuh kekhawatiran.
"Ada apa denganmu, Uzumaki-san?!"
Naruto menjawab, "A-aku tidak bisa menjawabnya sekarang. I-Ichika, Y-Yotsuba … maafkan aku karena sudah menyembunyikan ini dari kalian. A-aku rasa, Miku dan Itsuki bisa menjelaskannya kepada kalian berdua."
Beberapa saat kemudian. Naruto terlihat sudah tertidur di sofa setelah meminum obatnya. Sementara itu, Ichika dan Yotsuba masih penasaran dengan apa yang terjadi. Di sisi lain, Miku dan Itsuki tetap memandang Naruto dengan wajah penuh kekhawatiran.
Ichika kemudian berpikir, 'Apa ini ada kaitannya dengan kupikirkan di taman saat festival kembang api beberapa bulan yang lalu? Lebih baik kutanyakan saja sekarang.'
"Jadi, bisakah kalian menjelaskannya kepada kami?"
"Itu benar, aku juga penasaran …," ucap Yotsuba menimpali perkataan Ichika.
Mendengar itu, Miku dan Itsuki saling memandang satu sama lain yang setelahnya diakhiri dengan anggukan keduanya sebagai tanda persetujuan. Itsuki dengan suara yang lirih berkata, "Perlu kalian ketahui satu hal."
Miku menambahkan, "Bahwa, selama ini Naruto memiliki penyakit kanker paru-paru dengan stadium 4A …."
.
.
.
To Be Continued
.
.
Notes : Fic ini terinspirasi oleh beberapa fanfic tertentu dengan crossover Naruto x Quintessential Quintuplets. Hmm, ini project kedua gua dengan tipe fic yang multichapter. Gua bikin alurnya semi-canon tapi dengan banyak perubahan. Chapter 25 Up, jadi tolong buat reader gausah banyak protes dan Stay tune aja ye. Cukup doain gua biar banyak ide + sehat, secara perlahan nanti gua coba sebisa mungkin buat tamatin fic ini. Soalnya gua tim begadang buat ngelarin ini fic.
Next, gue gak bisa ngejawab review kalian satu per satu karena terlalu malas. Gua minimal baca review dari kalian, dan maksimal berakhir dengan baca PM dari reader or whoever else. Next. Jika fic ini diplagiat oleh oknum sampah yang nggak bertanggung jawab + tidak mendapat perizinan dari gua, bahkan gak naruh nama gua di tempat di mana dia ngepost cerita ini. Tolong bantu report / PM ke gua. Biar gua tinggal ikutan jadi tim report. Sebagai catatan, gua hanya memiliki akun FFN. Tidak ada yang di luar platform yang gua sebutkan.
Lagi dan lagi, gue ingin mempromosikan sesuatu di sini. Gue telah bergabung dengan sebuah Group Chat WhatsApp yang bernama Fanfic Community Indonesia, yang berisikan banyak author dan reader fanfiksi, bahkan platform lain. Di grup tersebut terdapat cukup banyak author senior, ataupun author baru seperti gue. Kepada siapapun yang berminat untuk bergabung, silahkan PM gue baik melalui web, ataupun aplikasi. Join with us! Feel like home! Let's move together!
Sepertinya hanya itu saja pesan gue kepada kalian. Sampai jumpa lagi. Jaa na!
FCI. Cursed-Eternal Out
