.

.

.

I'm In Trouble

Disclaimer :

Naruto by Masashi Kishimoto

5-toubun no Hanayome by Negi Haruba

Pair : ?

Rate : T

Mark :

"Naruto." : Berbicara

Naruto : PoV Start / Flashback Start / Letter or Announcement Content

Naruto : Efek suara (Sfx) / Skip Time / Previous Chapter

'Naruto.' : Pikiran atau Batin

["Naruto."] : Berbicara melalui pesan atau panggilan telepon

Genre : School, Drama, Family, Hurt/Comfort, Romance, Tragedy

Warning : Semi-Canon, Alternate Universe, Alternate Fact & Reality, Original & Other Character, dan Out of Character.

.

.

Skip Time : Final Exam Day, School

"Pada akhirnya, waktu ujian telah tiba."

Ichika menambahkan perkataan Miku, "Menurut kalian, apa nilai kita akan bagus?"

"Kita kan sudah berusaha semaksimal mungkin. Seharusnya kita harus lebih percaya diri. Iya kan, Uzumaki-san?" jawab Yotsuba. Akan tetapi, ia terlihat kebingungan setelah menyadari bahwa Naruto tidak bersama mereka, "Tunggu, di mana Uzumaki-san?"

Itsuki merespon, "Uzumaki-kun tadi bilang kepadaku kalau dia ingin menelepon Naruko-chan."

"Di saat seperti ini?" tanya Ichika.

"Begitulah. Sepertinya ada urusan yang penting."

Sementara itu, Nino yang tidak merespon sama sekali terlihat memikirkan sesuatu, 'Bukankah itu terdengar aneh? Apa ini ada kaitannya dengan dirinya yang mengatakan kalau dia akan melakukan apa yang sangat aku harapkan dari awal? Aku harap pemikiranku ini salah.'

.

With Naruto

Saat ini, Naruto yang sedang berada di atap sekolah. Ia terlihat sudah selesai menghubungi seseorang dengan menggunakan handphone miliknya. Setelah itu, ia tersenyum dan menatap langit dengan tatapan yang sendu.

'Minna, semoga berhasil. Sekarang, aku perlu sebuah rencana untuk menghindari mereka.'

.

[0_0]

.

Skip Time : Saturday, Nakano Quintuplets Residence

Saat ini lima kembar Nakano terlihat gelisah. Bagaimana tidak? Mereka sudah melihat hasil ujian akhir semester mereka. Walaupun nilai mereka sedikit bertambah dibandingkan ketika ujian tengah semester, mereka merasa kalau itu tidaklah cukup.

Di meja ruang tamu, terlihat kartu hasil ujian mereka. Petama adalah Ichika, ia mendapatkan nilai 24 dalam bahasa Jepang, 47 dalam matematika, 41 dalam biologi, 28 dalam sejarah, dan 36 dalam bahasa Inggris. Total nilainya adalah 176.

Kedua adalah Nino, ia mendapatkan nilai 19 dalam bahasa Jepang, 22 dalam matematika, 38 dalam biologi, 27 dalam sejarah, dan 45 dalam bahasa Inggris. Total nilainya adalah 151.

Ketiga adalah Miku, ia mendapatkan nilai 35 dalam bahasa Jepang, 41 dalam matematika, 40 dalam biologi, 70 dalam sejarah, dan 20 dalam bahasa Inggris. Total nilainya adalah 206.

Keempat adalah Yotsuba, ia mendapatkan nilai 35 dalam bahasa Jepang, 15 dalam matematika, 22 dalam biologi, 30 dalam sejarah, dan 26 dalam bahasa Inggris. Total nilainya adalah 128.

Terakhir adalah Itsuki, ia mendapatkan nilai 43 dalam bahasa Jepang, 28 dalam matematika, 68 dalam biologi, 26 dalam sejarah, dan 34 dalam bahasa Inggris. Total nilainya adalah 199.

"Ini sangat buruk. Walaupun sudah bekerja keras, tidak ada perubahan yang signifikan dari nilai kita."

"Jika dipikir kembali, bukankah kita memanglah bodoh?" ucap Miku yang menambahkan perkataan Itsuki.

"Nino, yang semangat," ujar Yotsuba sembari menepuk pundak Nino.

"Seharusnya kau mengkhawatirkan dirimu sendiri," respon Nino. Walaupun begitu, ia tidak dapat menghilangkan pikiran-pikiran negatif yang ada di benaknya saat ini.

Ichika berkata, "Kebetulan hari ini hari sabtu. Biasanya Naruto-kun akan datang dan mengajari kita. Kemungkinan, kita akan membahas soal ujian akhir semester yang baru saja kita lakukan."

TING TONG

"Baru juga dibicarakan, dia sudah datang," ucap Itsuki yang bangun dari duduknya dan berjalan menuju intercom untuk mengecek.

"Mungkin kita akan diberi sebuah omelan dari Naruto …."

"Aku rasa begitu," tambah Yotsuba menimpali ucapan Miku sembari tersenyum. Nino yang melihat keduanya justru terlihat bingung.

"Mengapa kalian terlihat begitu senang jika kalian hanya akan dimarahi olehnya?"

Yotsuba merespon sembari tertawa kecil, "Ya, aku hanya senang saja. Walaupun hasilnya jelek, aku senang karena kita bisa melalui ini semua bersama-sama."

"Kalau aku sih senang karena bisa melihat dedikasi Naruto dalam mengajari kita."

Mendengar alasan keduanya membuat Nino merespon, "Aku mengerti …."

Kemudian, mereka menoleh ke Itsuki yang saat ini berada di depan intercom. Mereka sempat mendengar dirinya yang terkejut karena sesuatu.

"Ada apa, Itsuki?"

"Tidak, bukan apa-apa. Yang barusan itu bukanlah Uzumaki-kun, itu adalah Ebata-san."

Kemudian, Ebata masuk dan berkumpul di ruang tamu, "Permisi …."

"Ebata-san, tumben sekali datang ke sini."

"Apa kau sedang libur saat ini?"

"Uhm, saya di sini untuk menggantikan guru les kalian," balas Ebata menjawab pertanyaan Ichika dan Miku.

Yotsuba merespon, "Begitu ternyata."

"Kurasa itu masuk akal, karena Ebata-san adalah mantan guru sekolah," ujar Ichika yang terlihat tidak curiga sama sekali. Di sisi lain, Nino justru menunjukkan wajah yang menyelidik. Ia terlihat curiga akan sesuatu.

"Apa Uzumaki itu membolos dari pekerjaannya?"

Sementara itu, Miku juga bertanya, "Apa Naruto sedang sakit?"

"Biar kujelaskan. Uzumaki Naruto-sama sudah berhenti menjadi guru les kalian …."

Hal itu tentu saja membuat lima kembar Nakano menjadi sangat terkejut. Bagaimana tidak? Mereka tidak menyangka kalau Naruto yang notabene benar-benar semangat untuk mengajari mereka, secara mengejutkan berhenti secara mendadak.

Ebata melanjutkan, "Pagi ini, saya mendapatkan panggilan dari ayah kalian. Beliau mengatakan kalau kontrak dari Tuan Uzumaki Naruto sudah berakhir, tepat setelah selesainya ujian akhir semester yang diadakan minggu ini."

Íchika menjadi orang pertama yang merespon perkataan Ebata, "I-itu berarti, Naruto-kun tidak akan datang ke sini lagi?"

"T-tidak mungkin. I-ini bohong, kan?" ucap Miku, ia adalah orang yang benar-benar sangat terpukul oleh informasi yang ia terima. Ia tidak menerima jika Naruto berhenti dengan cara yang seperti ini.

'D-dia benar-benar melakukannya. Ia benar-benar melakukan sesuai dengan apa yang ia katakan, aku tidak menyangka kalau hal seperti ini akan terjadi. Seandainya aku tahu niatnya, aku tidak akan mengatakan dan meminta dirinya untuk keluar dari kehidupan kami,' pikir Nino yang menepuk dahinya sendiri.

Yotsuba yang penasaran kemudian bertanya, "A-apa ini dikarenakan hasil ujian kami?"

"Tidak, itu bukan karena hasil ujian kalian. Berdasarkan informasi yang kudapat dari ayah kalian, saya mengetahui bahwa Uzumaki-sama mengundurkan diri atas kemauannya sendiri."

"Apa?! Uzumaki-san mengundurkan diri karena kemauannya sendiri?!" ucap Yotsuba yang terlihat sangat terkejut akan hal itu.

Miku kemudian menunduk. Dari wajahnya, terlihat ekspresi sedih yang ia tunjukkan. Tidak hanya itu, ia juga mengepalkan kedua tangannya, "Naruto, mengapa kau melakukan itu?"

Itsuki terlihat kesal, ia kemudian mengeluarkan handphone miliknya, "Ini tidak bisa kami terima. Aku akan menghubunginya dan bicara langsung dengannya."

"Mohon maafkan saya, tapi saya rasa itu mustahil. Sebagai tambahan dari informasi yang ayah kalian berikan, Uzumaki-sama tidak diperbolehkan untuk datang ke sini. Itu adalah keinginan dan perintah dari ayah kalian."

"M-mengapa sampai seperti itu?" tanya Itsuki. Ebata tidak menjawab itu. Kemudian, Miku bangun dari duduknya dan menghampiri Ebata. Akan tetapi, Ebata menghentikannya untuk melangkah lebih jauh lagi.

"Ebata-san, mengapa?"

"Intinya kalian tidak boleh pergi kemana-mana," jawab Ebata yang membuat Miku cemberut dengan menggembungkan kedua pipinya. Saudarinya yang lain juga menatap Ebata dengan kesal.

"Walaupun begitu, apakah ada sebuah syarat agar kami bisa keluar dari sini?" tanya Itsuki.

"Saya tidak akan mengekang kalian secara berlebihan. Kalian boleh pergi asalkan kalian sudah menerima pelajaran yang saya berikan."

.

Mereka kemudian mengerjakan apa yang Ebata berikan mau tidak mau. Nino yang melihat Ebata kemudian berkata, "Jika ini sudah selesai. Kau benar-benar akan membiarkan kami pergi, kan?"

"Ya, kalian bebas untuk melakukan apapun. Memangnya ada apa?"

"Tidak, aku hanya memastikan saja agar kau tidak berbohong kepada kami."

Ebata yang mendengar itu hanya tertawa kecil sebelum pergi ke dapur. Sementara itu, Ichika terlihat kesulitan mengerjakan soal yang dibuat Ebata. Ia terlihat frustasi.

"Ini bukanlah soal yang mudah. Soal ini sangat berbeda dengan soal yang biasa Naruto-kun berikan kepada kita. Pasti Ebata-san sudah mempersiapkannya untuk kita."

"Kau benar. Tapi, jika kita mengingat diri kita kembali di mana kita belum diajari Uzumaki. Kita tidak akan bisa mengerjakan ini semua. Aku benci mengakuinya, tapi … kita bisa melakukannya sejauh ini berkat dirinya," balas Nino yang terlihat serius.

"Bagaimana kalau kita lihat kertas contekan?" bisik Itsuki yang membuat empat saudarinya tersentak dalam keterkejutan mereka.

Nino merespon, "Memang kau membuatnya? Setahuku, kita semua tidak membuatnya sama sekali karena Uzumaki melarang kita untuk melakukan itu."

"Err, aku tidak membuatnya," balas Itsuki sembari menggaruk belakang kepalanya. Mereka yang mendengar itu justru sweatdrop. Merasakan dirinya salah menulis jawaban, ia mengambil sebuah penghapus dari tempat pensilnya.

Akan tetapi, Itsuki justru terkejut ketika menemukan secarik kertas dalam keadaan tergulung dari dalam tempat pensilnya, "Kalian, apa kalian memiliki kertas seperti ini di dalam tempat pensil kalian? Jika iya, coba keluarkan …."

Mereka kemudian melakukan apa yang Itsuki minta. Dari semua tempat pensil mereka, masing-masing dari mereka juga menemukan secarik kertas yang sama seperti apa yang Itsuki temukan. Mereka terlihat penasaran dengan itu.

"Siapa yang membuat ini?"

"Aku tidak tahu, mungkin saja Uzumaki-kun yang membuatnya. Coba saja kau buka duluan, Ichika," ucap Itsuki yang membalas pertanyaan Miku.

"Baiklah."

Ichika kemudian membuka secarik kertas yang ada di tangannya, setelah itu ia membacanya agar saudarinya bisa mengetahui isi dari kertas itu, "Aku tahu kalian sedang kesulitan saat ini. Jangan coba-coba untuk mencontek, baka."

"Sudah kuduga kalau Uzumaki-kun yang membuatnya untuk kita," ujar Itsuki.

Miku menambahkan, "Tidak salah lagi, itu adalah sebuah pesan untuk kita. Apa ada lanjutannya, Ichika?"

"Masih ada, di sini ada panah dengan nomor dua yang dilingkari. Mungkin ini sesuai dengan urutan kita. Nino, lanjutkan."

"Umm, baiklah …," ucap Nino yang mulai membuka kertas yang ada ditangannya. Ia melanjutkan, "Perlu kalian ketahui, aku tidak akan pernah mengajari cara mencontek. Karena itu tidak ada dalam kamusku."

"Mulai dari sekarang, berusahalah dengan apa yang kalian miliki. Kemampuan dan kelebihan kalian adalah kunci utama untuk diri kalian sendiri," ujar Miku.

Kali ini adalah giliran Yotsuba, "Ingatlah satu hal, kalian dapat mendukung satu sama lain dengan cara bekerja sama. Ditambah lagi, hubungan kalian itu lebih kuat daripada apapun."

Terakhir adalah Itsuki. Ekspresi gadis itu terlihat berkaca-kaca setelah melihat isinya, bahkan ia sedikit gemetar untuk memegang kertas itu, "Kuakui, waktu bersama kalian itu terasa sangat cepat namun sangat menyenangkan. Aku akan selalu mendoakan yang terbaik untuk kalian semua. Minna, jaga diri kalian baik-baik dan sampai jumpa."

Kemudian Yotsuba menunduk dengan ekspresi sedih yang terlihat jelas dari wajahnya, "A-aku … aku masih ingin diajari oleh Uzumaki-san."

Miku pun sama. Akan tetapi, Miku justru sudah menitikkan air mata saat ini, "A-aku juga. Aku ingin Naruto tetap mengajariku."

"Walaupun begitu, ia tidak akan bisa kembali. Kita tidak bisa berbuat apa-apa untuk saat ini. Apa kalian memiliki sebuah ide?" tanya Nino.

Ichika terlihat berpikir keras. Setelah ia menemukan sesuatu dalam pikirannya, ia terlihat tersenyum walaupun ekspresinya sangat serius untuk saat ini.

"Minna, dengarkan aku. Aku punya sebuah rencana."

Beberapa saat kemudian, Ebata kembali dari dapur dengan membawa nampan besi yang berisi lima cangkir yang tentunya adalah sebuah minuman untuk Nakano bersaudari. Akan tetapi, ia berhenti ketika melihat kembar lima Nakano yang sudah menghentikan kegiatan belajar mereka dan berdiri tepat di depan dirinya.

"Ada apa sampai kalian berkumpul seperti ini?"

"Ebata-san. Kami mohon, bantulah kami," ucap Ichika dengan ekspresi wajah yang menunjukkan keseriusan dan determinasi yang tinggi. Tidak hanya itu, empat kembar yang lain juga melakukan hal yang sama.

Ebata tersentak karena hal itu. Ia terpikirkan kembali saat-saat ketika mereka masih kecil dan belum mengerti apapun. Setelah itu, ia tersenyum lembut, "Kalian sudah besar, ya."

'Naruto, aku tidak tahu bagaimana caramu mengubah mereka. Aku rasa dirimu tidak akan bisa lari dari mereka dengan mudah.'

.

[0_0]

.

With Naruto

Saat ini, Naruto berada di sebuah toko kue. Ia terlihat sedang berbicara dengan seseorang yang ia kenal. Orang yang Naruto ajak bicara adalah seorang laki-laki yang lebih tinggi dan lebih tua darinya. Orang itu bermata hitam dan memiliki rambut berwarna coklat dengan style kuncir kuda. Tidak hanya itu, orang itu memiliki sebuah bekas luka yang membentang di pangkal hidungnya.

"Yo, Iruka-nii …."

"Tebak siapa yang kembali. Apa kabarmu, jagoan?" ucap Iruka sembari mengulurkan bro-fist kepada Naruto.

Naruto menjawab sembari membalas bro-fist yang Iruka berikan, "Kabarku baik, bagaimana denganmu dan Shizune-nee?"

"Ya, kami sama-sama baik. Ngomong-ngomong, ada keperluan apa sampai kau kemari?"

"Err, aku sedang membutuhkan pekerjaan. Apa kau butuh tambahan pekerja untuk saat ini, Iruka-nii?" balas Naruto sembari menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.

"Tentu saja ada, Naruto. Tanpa perlu persyaratan, kau sudah pasti kuterima di sini."

"Benarkah?"

"Itu benar. Lagipula, kau kan adalah salah satu mantan pekerja di toko ini. Ditambah lagi, dirimu itu memiliki workrate yang tinggi dan istriku pasti akan senang dengan kembalinya dirimu," balas Iruka yang mengusap kepala Naruto dengan lembut.

"Arigatou, Iruka-nii," balas Naruto dengan tersenyum senang sembari melakukan ojigi.

"Oi, kau tidak perlu seperti itu."

Bukan Naruto namanya jika tidak menjahili seseorang, ia menyeringai dan berkata, "Baiklah, Danchou …."

"Sudah kubilang tidak perlu seperti itu. Aku jadi merasa kalau kau tidak ada bedanya dengan Shizune …."

"Apa kalian membicarakanku?"

Naruto dan Iruka yang mendengar itu kemudian menoleh ke arah suara. Mereka melihat seorang wanita yang berjalan menghampiri mereka berdua.

Wanita itu memiliki tinggi rata-rata dengan mata onyx dan rambut hitam legam. Rambutnya lurus sebahu dengan poni yang menutupi telinga dan membingkau wajahnya. Itu adalah Shizune, yang merupakan istri dari Iruka.

Shizune yang melihat Naruto kemudian dengan cepat memeluknya dengan kuat, "Wah, adik kesayanganku kembali!"

Hal itu tentu saja membuat Naruto kesulitan bernafas, "S-Shizune-nee, s-sesak."

"Ups, maaf. Habisnya aku terlalu senang," balas Shizune yang mulai melepaskan pelukannya terhadap Naruto. Ia melanjutkan, "Apa kau ingin bekerja di sini lagi, Naruto-kun?"

"Begitulah, Shizune-nee. Iruka-nii bilang dia menerimaku kembali. Jadi, kapan aku diperbolehkan untuk mulai bekerja?"

"Besok kau sudah bisa memulainya, Naruto. Seperti biasa, setelah pulang sekolah."

"Kau sudah pasti tahu, kan? Jika seandainya dirimu tidak kuat, kau tidak boleh memaksakan dirimu. Kami sebisa mungkin memberikan sebuah keringanan untukmu, Naruto-kun," ucap Shizune yang menambahkan perkataan Iruka.

"Aku mengerti. Aku mengucapkan banyak terima kasih kepada kalian karena sudah mau untuk menerima diriku kembali di sini," balas Naruto dengan melakukan ojigi untuk kedua kalinya. Ia sangat senang karena mereka benar-benar pengertian terhadap dirinya.

Melihat itu membuat mereka tersenyum dan membalas secara bersamaan, "Tidak masalah. Kau akan selalu menjadi bagian dari toko ini sampai kapanpun."

Perlu diketahui, Iruka dan Shizune sudah menganggap Naruto seperti adik sendiri. Mereka tahu bagaimana kerasnya Naruto berjuang untuk menghidupi dirinya dan Naruko. Mereka juga tahu dengan apa yang Naruto derita. Maka dari itu, mereka menaruh respect terhadapnya.

Naruto tersenyum mendengar itu. Ia sangat senang dikarenakan ia mendapatkan pekerjaan dengan mudah. Tidak hanya itu, ia juga sangat senang karena bisa bekerja bersama mereka. Menurut dirinya, mereka adalah orang-orang yang berharga untuk dirinya.

'Setidaknya, ini adalah jalan yang terbaik dan kuharap mereka tidak menemukan diriku.'

.

[0_0]

.

Skip Time : 25 December

Pada malam hari di hari natal, terlihat Naruto yang sedang melakukan sebuah promosi untuk toko Iruka. Ia berpakaian seperti Santa Claus dan memegangi sebuah papan yang memiliki sebuah gambar kue baru yang di jual secara khusus di hari natal.

"Selamat natal! Apakah ada yang mau membeli kue di toko kami? Kebetulan kami sedang mengadakan diskon untuk hari ini …."

"Permisi …."

Naruto yang mendengar suara yang ia kenali seketika terdiam dan berkeringat dingin. Dengan gerakan yang patah-patah, ia menoleh ke asal suara. Setelah itu, ia menjadi sangat terkejut dengan bola mata yang membulat ketika melihat lima kembar Nakano yang saat ini ada di depannya.

Walaupun sempat terkejut, ia dengan cepat menetralkan dirinya dan bersikap professional dalam bekerja, "Ya, apa ada yang bisa saya bantu?"

"Apakah kue yang kalian jual bisa diantarkan? Jika memang bisa, kami ingin kue itu diantarkan ke rumah kami," ucap Itsuki mewakili yang lain.

Naruto membalas dengan sopan, "Maafkan aku, nona. Tapi, toko kami saat ini tidak menyediakan jasa pengiriman."

KLEK!

Menyadari pintu utama toko dibuka oleh seseorang membuat Naruto dengan cepat berbalik. Di sana, ia melihat Iruka dan Shizune sudah berdiri di depannya.

"Iruka-nii, Shizune-nee. Apa ada yang bisa aku bantu?"

"Tidak ada, kami disini sudah selesai. Kerja bagus untuk hari ini, Naruto."

"Itu benar, persediaan kue yang kita miliki sudah terjual habis untuk hari ini. Kau sudah bekerja keras hari ini. Maka dari itu … kau boleh pergi sekarang, Naruto-kun," ucap Shizune menambahkan perkataan Iruka.

"Tunggu dulu. Bagaimana dengan pesanan mereka? Kita tidak bisa mengabaikannya begitu saja, kan?"

"Kalau itu sih gampang. Ambil ini, Naruto," ucap Iruka yang memberikan dua kotak kue untuk Naruto. Naruto yang menerimanya justru menunjukkan wajah yang kebingungan.

"Aku tahu kau bingung saat ini, Naruto-kun. Satu kotak itu untuk kau antarkan ke rumah mereka dan untuk yang satunya lagi itu untukmu dan adikmu. Kami sudah mempersiapkannya untukmu. Kebetulan hanya itu saja yang tersisa," tambah Shizune.

"Baiklah dan terima kasih untuk kuenya. Ngomong-ngomong, itu teman-temanku. Apa aku boleh membayar apa yang mereka pesan?"

"Sama-sama. Soal itu … kau tidak perlu melakukan itu, Naruto-kun."

Iruka menambahkan, "Shizune benar, Naruto. Karena ini adalah persediaan terakhir, anggap saja ini gratis untuk mereka. Kalau begitu, kami masuk kembali. Sampai jumpa besok."

Dengan berakhirnya ucapan itu, Iruka dan Shizune mulai kembali masuk ke toko mereka. Naruto kemudian menatap lima kembar Nakano yang masih memperhatikan dirinya. Ia kemudian menghela nafas.

"Sekali perintah adalah perintah. Kalau begitu, tolong pimpin jalannya."

.

"Huh, bukankah ini adalah jalan yang salah? Untuk kembali ke rumah kalian, kita seharusnya tidak lewat sini," ucap Naruto yang kebingungan. Mereka berjalan di pinggir sungai yang tidak memiliki penghalang apapun. Tentu saja hal itu membuat dirinya curiga dan merasa ada sesuatu yang tidak beres.

Ichika yang berada di depannya merespon, "Kau salah, Naruto-kun. Ini adalah jalan yang benar."

"Uh, baiklah. Aku tidak akan berkomentar lagi."

Miku kemudian berkata, "Apakah kau tidak akan mengatakan sesuatu kepada kami, Naruto?"

Mendengar itu membuat Naruto tersentak. Ia kemudian berkata, "Sebelumnya, aku minta maaf karena sudah berhenti secara mendadak tanpa memberitahu kalian sama sekali. Aku merasa diriku tidak bisa melanjutkan pekerjaan ini."

Mereka yang mendengar itu kemudian berhenti. Itsuki kemudian memperlihatkan sebuah kertas dan memberikannya kepada Naruto, "Lihat ini, Uzumaki-kun. Orang ini adalah guru les kami yang baru. Dengan kata lain, ia adalah pengganti dirimu."

Naruto kemudian mengambil dan melihat itu. Setelah melihatnya, ia tersenyum, "Baguslah. Kulihat orang ini sudah lulus dari universitas dan seorang mantan guru. Aku senang jika penggantiku lebih baik dari diriku."

Nino yang terlihat kesal kemudian menghampiri Naruto, "Baka, apa kau akan membiarkan kami diajari oleh orang lain begitu saja?"

Naruto tersenyum, "Sebenarnya, aku tidak ingin membiarkan itu. Tapi, aku menyadari kalau ada yang harus kulakukan."

"Jelaskan kepada kami, Uzumaki-san," ucap Yotsuba.

Naruto mengangguk, "Aku diberi dua kesempatan, itu berakhir dengan dua kali gagal. Walaupun gagal berkali-kali, aku selalu berpikir kalau suatu saat kalian akan bisa melakukannya."

Naruto menghela nafas dan melanjutkan, "Hanya saja, diriku masih merasa sangat bersalah karena masalah yang membuat kalian terpecah-belah. Hal itu selalu terpikirkan olehku dan membuat diriku mengambil keputusan berat untuk mengundurkan diri. Ditambah lagi, aku tidak ingin melibatkan kalian dalam keegoisanku. Aku juga tidak ingin menyeret kalian ke dalam masalah hanya karena diriku."

Mereka yang mendengar itu sempat terdiam untuk sesaat. Nino menjadi orang pertama yang memecahkan keheningan itu.

"Kau sangat egois, kau selalu memaksa kami belajar demi pekerjaanmu dan itu selalu menyulitkan kami karena kami yang tidak terbiasa. Akan tetapi, sekarang kami merasa senang setelah kami bisa menyelesaikan soal-soal yang diberikan."

Ia kemudian menunjuk Naruto tepat di depan wajahnya dan melanjutkan perkataannya, "Ini semua salahmu! Karena dirimu, kami sekarang berubah menjadi seperti ini! Kau seharusnya tetap egois demi kami semua, bukan mengundurkan diri secara diam-diam seperti itu! Dasar baka!"

"Maaf, aku tidak bisa melakukannya. Ini sudah terjadi dan aku tidak bisa kembali. Bahkan diriku tidak diperbolehkan untuk masuk ke rumah kalian. Ini sudah berakhir, tidak ada kesempatan lagi untuk diriku melakukannya," balas Naruto yang terlihat menunduk, sehingga ekspresinya tidak dapat dilihat oleh mereka.

"Apa hanya itu alasanmu yang tersisa, Naruto-kun?" tanya Ichika sembari tersenyum.

"Ya, kurasa begitu."

"Kalau begitu, tidak ada yang perlu dipikirkan lagi."

"Ap …."

"Sudah cukup, Naruto-kun," potong Ichika. Ia kemudian dengan cepat mengambil dua kotak kue yang ada di tangan Naruto, "Terima kasih karena sudah mengantarkan kuenya. Ini adalah rumah kami yang sekarang."

Naruto dapat melihat sebuah apartemen bertingkat dua lantai yang berada di sampingnya. Dilihat dari luar, tempat itu terlihat besar. Membuat dirinya terkejut karena itu, "A-apa kalian menyewanya?"

"Kau sangat cepat, aku terkesan," puji Ichika sembari tersenyum.

Gadis itu melanjutkan, "Ya, kami menyewanya. Perlu kau ketahui, semenjak debutku berjalan lancar dan aku sudah tampil di film-film sebagai peran sampingan. Semua itu membuatku memiliki penghasilan. Mulai dari sekarang, kami tinggal di sini. Dengan begitu, masalah yang tersisa bagi dirimu sudah hilang."

"K-kalian bercanda, kan? Kalian melakukan semua ini hanya untukku kembali?"

"Sayangnya kami tidak sedang bercanda, Uzumaki-kun," balas Itsuki.

"Kau selalu mengajarkan dan mengatakan kepada kami kalau kebersamaan kami lebih kuat dari apapun. Sampai pada akhirnya, kami mengerti apa yang kau maksud. Itulah yang membuat kami mengambil tindakan sejauh ini," tambah Miku.

"Maka dari itu, kami tidak akan peduli dengan apapun rintangannya. Selama kami melakukannya bersama-sama, kami akan tetap menyatukan pikiran kami dan melakukan semuanya sesuai dengan apa yang kami inginkan bagaimana pun caranya!" ucap Yotsuba dengan semangat.

Yotsuba kemudian mengeluarkan kunci apartemen mereka. Dengan tangan kanannya, ia kemudian melemparkannya ke atas. Naruto yang melihat itu terkejut dan mulai mencoba menangkapnya satu per satu. Akan tetapi, ia terpeleset dan terjatuh ke sungai.

BYURRR!

Di dalam air, Naruto membuka matanya. Seketika dirinya terkejut dengan mata yang membulat ketika melihat lima kembar Nakano yang juga ikut melompat ke sungai itu. Naruto kemudian dengan cepat naik ke permukaan untuk mencari pasokan udara yang lebih banyak.

'Aku tidak mengerti apa yang mereka pikirkan sampai melakukan semua hal ini,' pikir Naruto, ia menatap lima kembar Nakano yang muncul ke permukaan satu per satu.

Itsuki yang tidak jauh dari Naruto berkata, "Mengapa semuanya ikut melompat juga?"

Di sisi lain, Miku berenang menghampiri Naruto, "Naruto, apakah kau baik-baik saja?"

"Ya, aku baik-baik saja."

"Kumohon, jangan berpikiran untuk menyerah dalam mengajari kami. Jika kami terus bersama denganmu, kami percaya kalau diri kami akan bisa melakukannya!"

Mendengar itu membuat Naruto terdiam untuk sesaat. Akan tetapi, suara dari Yotsuba menghentikan Naruto untuk berdiam diri begitu saja, "Nino, ada apa!"

"Suhu airnya terlalu dingin, aku tidak bisa bergerak! Tubuhku rasanya kaku!"

Naruto yang melihat Nino yang kesulitan untuk berenang langsung saja berenang untuk menghampiri gadis itu. Ia dengan cepat membantu Nino dan membawanya ke pinggir sungai.

"Apa kau bisa naik, Nino? Jika tidak, pegang diriku dengan kuat."

Nino yang mendengar itu menurut saja. Ia memegang bahu Naruto dengan kuat. Tanpa Naruto sadari, wajah Nino memerah sejak awal Naruto membantunya untuk keluar dari sungai. Tidak butuh waktu lama untuk Naruto menaikkan dirinya dan Nino kembali ke atas.

Setelah itu, Naruto yang dibantu oleh Yotsuba membantu sisanya untuk naik. Yotsuba tidak perlu melakukannya karena ia cukup mandiri untuk itu. Setelah itu, Naruto melihat kertas yang merupakan profil guru pengganti mereka dan mengambilnya.

"Huft, kurasa aku tidak bisa lari lagi dari kalian."

Perkataan dari Naruto tentu saja mendapatkan perhatian dari lima kembar Nakano, kecuali Nino yang terlihat kedinginan dan meringkuk di dekat Ichika. Setelah itu, ia menunjukkan kertas yang ia ambil sebelumnya dan langsung merobeknya menjadi dua.

"Aku sudah sangat terbiasa dengan kalian semua. Kalian juga sudah bertindak sejauh ini hanya untuk diriku. Maka dari itu, aku tidak akan mundur lagi. Melihat usaha kalian sudah cukup menjadi alasan bagiku untuk kembali mengajari kalian."

Naruto yang melihat Nino terlihat gemetaran kemudian melepas jaket santa claus yang ia kenakan. Setelah itu, ia memerasnya agar air sungai yang terserap bisa keluar dari jaket itu. Ia kemudian menghampiri Nino dan memakaikan jaket miliknya pada gadis itu.

Nino yang menyadari itu terkejut dengan wajah yang memerah, ia menatap Naruto dan berkata, "T-tunggu dulu, bagaimana dengan dirimu?"

"Tenanglah, aku sudah terbiasa dengan hal yang seperti ini. Lagipula, aku rasa kau lebih membutuhkannya karena hanya dirimu yang terlihat sangat kedinginan. Tenang saja, jaketku itu sangat tebal. Kau bisa menggunakannya untuk sementara waktu, Nino."

"A-arigatou …," respon Nino. Ia kemudian melanjutkan dalam pikirannya, 'A-apa yang aku pikirkan tentang Uzumaki itu? S-seharusnya aku tidak memikirkannya terlalu dalam seperti ini.'

"Douitashimashite, Nino …."

Ichika kemudian berkata, "Karena semuanya sudah selesai seperti dengan apa yang kami inginkan. Bagaimana jika kita masuk ke dalam?"

"Ide bagus, Ichika," balas Yotsuba.

"T-tunggu, bagaimana dengan kuenya?" ucap Itsuki.

'Kalau urusan menyangkut tentang makanan, Itsuki itu adalah rajanya,' pikir Naruto yang sweatdrop setelah mendengar itu.

Ichika membalas sembari tersenyum, "Tenang saja, aku sudah meletakkannya di tangga sebelum kita ikut melompat ke sungai. Kuenya aman, kok."

"Syukurlah kalau begitu …."

Sementara itu, Naruto terlihat mengeluarkan senyum tulus dari wajahnya. Ia tidak bisa melepaskan pandangannya dari lima kembar Nakano yang saat ini berada di depannya.

'Aku hargai usaha kalian untuk membuatku kembali, terima kasih karena sudah memberikanku kesempatan lagi. Aku tidak akan membuang kesempatan ini, karena kesempatan ini tidak akan datang dua kali. Minna, ayo kita lakukan bersama-sama.'

.

.

.

To Be Continued

.

.

Notes : Fic ini terinspirasi oleh beberapa fanfic tertentu dengan crossover Naruto x Quintessential Quintuplets. Hmm, ini project kedua gua dengan tipe fic yang multichapter. Gua bikin alurnya semi-canon tapi dengan banyak perubahan. Chapter 29 Up, jadi tolong buat reader gausah banyak protes dan Stay tune aja ye. Cukup doain gua biar banyak ide + sehat, secara perlahan nanti gua coba sebisa mungkin buat tamatin fic ini. Soalnya gua tim begadang buat ngelarin ini fic.

Next, gue gak bisa ngejawab review kalian satu per satu karena terlalu malas. Gua minimal baca review dari kalian, dan maksimal berakhir dengan baca PM dari reader or whoever else. Next. Jika fic ini diplagiat oleh oknum sampah yang nggak bertanggung jawab + tidak mendapat perizinan dari gua, bahkan gak naruh nama gua di tempat di mana dia ngepost cerita ini. Tolong bantu report / PM ke gua. Biar gua tinggal ikutan jadi tim report. Sebagai catatan, gua hanya memiliki akun FFN. Tidak ada yang di luar platform yang gua sebutkan.

Lagi dan lagi, gue ingin mempromosikan sesuatu di sini. Gue telah bergabung dengan sebuah Group Chat WhatsApp yang bernama Fanfic Community Indonesia, yang berisikan banyak author dan reader fanfiksi, bahkan platform lain. Di grup tersebut terdapat cukup banyak author senior, ataupun author baru seperti gue. Kepada siapapun yang berminat untuk bergabung, silahkan PM gue baik melalui web, ataupun aplikasi. Join with us! Feel like home! Let's move together!

Sepertinya hanya itu saja pesan gue kepada kalian. Sampai jumpa lagi. Jaa na!

FCI. Cursed-Eternal Out