.
.
.
I'm In Trouble
Disclaimer :
Naruto by Masashi Kishimoto
5-toubun no Hanayome by Negi Haruba
Pair : ?
Rate : T
Mark :
"Naruto." : Berbicara
Naruto : PoV Start / Flashback Start / Letter or Announcement Content
Naruto : Efek suara (Sfx) / Skip Time / Previous Chapter
'Naruto.' : Pikiran atau Batin
["Naruto."] : Berbicara melalui pesan atau panggilan telepon
Genre : School, Drama, Family, Hurt/Comfort, Romance, Tragedy
Warning : Semi-Canon, Alternate Universe, Alternate Fact & Reality, Original & Other Character, dan Out of Character.
.
.
Skip Time : 1 January
Terlihat Naruto dan Naruko yang sedang berada di sebuah kuil dan berjalan dengan bergandengan tangan. Ya, mereka sedang menikmati hari tahun baru dengan cara berkunjung ke kuil dan mencoba mencari jimat keberuntungan.
"Wah, keberuntunganku bagus. Tahun ini aku akan bernasib baik. Bagaimana denganmu, Nii-chan?"
Naruto kemudian membuka kertas yang ada di tangannya. Setelah ia membacanya, ia seketika sweatdrop. Menyadari adiknya masih menunggunya, ia kemudian menunjukkan apa isi kertas itu kepada Naruko.
"Jangan kau tanya lagi. Sudah pasti nasibku itu sial."
Naruko tertawa kecil, "Jangan bersedih hati ya, Nii-chan. Aku percaya suatu saat kau akan bernasib baik."
"Ya, aku juga berharap seperti itu."
Kemudian, banyak suara derap langkah kaki yang terdengar jelas. Membuat mereka berdua menoleh ke asal suara. Di sana, mereka melihat lima kembar Nakano yang kebetulan mengunjungi kuil yang sama.
Mereka terlihat sangat cantik dengan kimono yang mereka gunakan. Naruto terlihat biasa saja ketika melihat mereka, berbeda dengan Naruko yang justru terpesona dengan kehadiran mereka yang begitu menawan.
"Uzumaki-san dan Naruko-chan! Kalian datang ke kuil ini juga ternyata …," sapa Yotsuba.
"Begitulah, hanya kuil ini yang paling dekat dengan rumah kami," balas Naruko dengan ceria. Sementara itu, Nino kemudian menghampiri dan menunjuk Naruto.
"Mengapa kau selalu muncul di mana kami berada, Uzumaki? Apa kau stalker?"
Naruto menyeringai, "Perlu kau ketahui beberapa hal. Pertama, aku tidak ingin membuang waktuku secara sia-sia. Kedua, aku tidak mungkin mengikuti kalian jika kau sendiri tidak laku untuk para lelaki. Yang ketiga, itu terlalu merepotkan."
Mendengar itu tentu saja membuat semuanya tertawa, kecuali Nino yang justru sangat kesal. Ya, sudah menjadi rutinitas jika Naruto dan Nino dipertemukan. Membuat mereka berselisih secara langsung karena sifat Naruto yang jahil dan Nino yang anti-Naruto.
"Naruto-kun, apa kami semua terlihat cantik dengan pakaian ini?"
"Kuakui, kalian semua terlihat cantik dengan apa yang kalian gunakan," ucap Naruto dengan santai. Hal itu tentu saja membuat lima kembar Nakano bereaksi dengan wajah yang memerah. Hal itu berlangsung cukup lama, sampai Naruto berkata kembali.
"Oi, mau sampai kapan kalian seperti itu? Jika masih lama, aku akan pergi duluan dengan Naruko."
Ichika tersadar, "Maafkan kami untuk itu. Ngomong-ngomong, apa kalian mau mampir ke rumah kami?
Naruto yang mendengar itu langsung saja menatap Naruko, "Oi, Naruko. Mereka mengajak kita untuk bertamu. Aku sih terserah kau saja."
"Aku mau, asalkan Nii-chan juga ikut bersamaku!" balas Naruko dengan semangat. Naruto yang mendengar itu langsung menatap lima kembar Nakano.
"Kalian sudah dengar, kan? Kalau begitu, ayo kita pergi."
.
[0_0]
.
Skip Time : Nakano Quintuplets Residence
"M-mereka berciuman …," ucap Itsuki dengan wajah yang memerah. Bahkan rambut unik gadis itu terlihat melambai seolah menunjukkan apa yang ia pikirkan.
Nino berkata sembari menutup mata dan memeluk dirinya sendiri, "Itu romantis sekali …."
Yotsuba dan Miku terlihat terdiam dengan wajah yang memerah. Sementara itu, Ichika memiliki reaksi yang biasa saja. Di sisi lain, Naruto menutupi mata Naruko agar tidak melihat adegan film romantis yang seharusnya tidak boleh ditunjukkan kepada anak di bawah umur. Tepat setelah adegan itu, filmnya pun berakhir.
Naruto melepaskan tangannya pada mata Naruko dan berkata, "Ngomong-ngomong, ada apa sampai kalian mengundang kami?"
Ichika menoleh dan membalas, "Tidak ada apa-apa. Karena ini adalah tahun baru, bukankah lebih baik kita berkumpul dan bersantai bersama-sama?"
"Ya, kurasa kau ada benarnya. Lagipula, hari libur ini bisa kugunakan untuk bersantai dan mengistirahatkan tubuhku."
Naruko terlihat mengamati sekitarnya, ia merasa ada sesuatu yang janggal. Yotsuba menyadari itu dan berkata, "Ada apa, Naruko-chan?"
"Aku merasa ada sesuatu yang terjadi. Kudengar keluarga kalian sangat kaya. Tapi, sekarang kalian tinggal di sini dan mengalami sebuah perubahan yang signifikan."
Kembar lima Nakano yang mendengar itu pun terkejut. Yotsuba kemudian menjawab, "Ya, terjadi banyak hal sebelum kami memutuskan untuk tinggal di sini."
Ichika menambahkan sembari tersenyum, "Maaf ya, jika tempat kami yang sekarang ini memiliki banyak kekosongan. Intinya, anggap saja ini sebagai rumah sendiri."
Naruko kemudian mengangguk saja sebagai respon. Di sisi lain, Naruto yang awalnya berdiri kemudian menyandarkan dirinya dengan tembok. Setelah itu, ia duduk perlahan-lahan. Nino menyadari itu.
"Mengapa kau duduk di sana, Uzumaki? Setidaknya bergabunglah bersama kami atau masuk ke kotatsu jika kau merasa dingin …."
"Maaf, kurasa itu tidak perlu. Aku akan duduk di sini saja dan terima kasih atas tawaranmu, Nino."
Ichika yang mendengar itu kemudian bangun dan menghampiri Naruto, "Bagaimana jika aku memijatmu, Naruto-kun? Kudengar dirimu ingin mengistirahatkan tubuhmu, kan? Kau pasti capek karena akhir-akhir ini kau juga bekerja."
Naruto tersenyum meyakinkan, "Kau tidak perlu melakukannya, Ichika. Aku baik-baik saja, kok."
"Ayolah, tidak perlu sungkan," balas Ichika yang memijat bahu kanan Naruto. Melihat itu membuat empat kembar Nakano lainnya terkejut dengan mata yang membulat. Mereka bereaksi dengan mulai berdiri dan menghampiri Naruto dengan cepat.
Sekarang, Naruto terlihat dipijat oleh lima gadis yang berbeda. Ichika memijat bahu kanan, Nino memijat bahu kiri, Yotsuba memijat kedua tangan, Miku memijat kaki kanan dan terakhir Itsuki yang memijat kaki kiri. Naruko yang melihat itu semua kemudian tersenyum senang, sementara itu Naruto terlihat sweatdrop di tempatnya.
"Sekarang kau terlihat sangat populer, Nii-chan. Kapan lagi kau akan dipijat oleh lima gadis cantik secara gratis dan bersamaan? Aku merasa kau sudah seperti VIP di sini."
"VIP apanya? Aku justru merasa aneh dengan situasi yang seperti ini," balas Naruto. Ia kemudian menghela nafas dan berkata dengan ekspresi malas yang terlihat jelas dari wajahnya, "Sebenarnya, apa yang kalian rencanakan terhadap diriku?"
"T-tidak ada apa-apa kok, Uzumaki-san …," balas Yotsuba sembari tertawa gugup.
Miku menambahkan sembari tersenyum kecil, "Ya, anggap saja ini adalah ucapan terima kasih dari kami."
"Hmm, begitukah?"
"Itu benar, bukankah kau sudah bekerja keras?" ucap Nino yang tersenyum lembut. Naruto yang melihat itu seketika merasa ada sesuatu yang tidak beres.
Itsuki kemudian memberikan sebuah kue krim kepada Naruto, "I-ini punyaku. S-silahkan dimakan, Uzumaki-kun …."
Naruto dibuat sweatdrop ketika melihat Itsuki yang berkata dengan wajah yang menunjukkan kalau gadis itu tidak bisa merelakan kue miliknya. Kemudian, Naruto menghela nafas berat.
"Jujurlah kepadaku dan jangan mengalihkan pembicaraan ini. Sebenarnya apa yang kalian rencanakan, huh?"
Miku menjawab, "S-sebenarnya ada yang kami ingin bicarakan kepadamu, ini penting."
Yotsuba tersentak dengan ekspresi panik yang ia tunjukkan, "Bukankah itu terlalu cepat untuk dikatakan, Miku?"
Ichika kemudian berkata, "Daripada begitu, bagaimana jika kita membicarakannya terlebih dahulu di ruang lain?"
"Setuju!"
Dengan ucapan yang berakhir, lima kembar Nakano meninggalkan Naruto dan Naruko di ruang tamu. Naruto sendiri bahkan bisa melihat kue yang diberikan Itsuki main ditinggal begitu saja. Naruto kemudian membagi kue itu menjadi dua dan memberikannya kepada Naruko.
"Arigatou, Nii-chan!"
"Douitashimashite."
Mereka kemudian memakan kue itu bersama-sama. Naruto yang melihat ruangan yang menjadi tempat lima kembar Nakano berkumpul mulai berpikir, 'Sebenarnya apa yang mereka ingin katakan kepadaku? Cih, memikirkan itu membuatku pusing.'
Naruto kemudian melihat handphone Itsuki yang ditinggalkan di meja ruang tamu. Merasa bosan, ia mengambil handphone gadis itu dan mulai menggunakannya. Akan tetapi, ekspresinya mengeras dan ia terlihat marah karena melihat sesuatu hal.
'Begitu ternyata, huh? Aku sudah menduganya sejak awal. Kalau begitu, aku perlu melakukan sesuatu hal yang lebih jauh lagi.'
.
With Nakano Quintuplets
"Bagaimana, apa kita harus katakan semuanya? Bahkan Uzumaki sudah mencurigai kita karena kita bertingkah tidak jelas seperti ini."
Yotsuba membalas perkataan Nino, "Tapi, kita tidak bisa terus seperti ini. Aku merasa tidak enak pada Uzumaki-san. Waktu itu, dia sudah menghindari kita selama beberapa minggu dengan cara bekerja. Sekarang, kita justru memintanya kembali untuk mengajari kita …."
"Yotsuba benar. Setidaknya, aku ingin melakukan sesuatu untuk dirinya. Aku ingin melakukan hal yang setimpal dengan apa yang Naruto lakukan untuk kita."
"Aku mengerti. Lagipula, kita tidak bisa bergantung terus pada Tou-san," ucap Ichika yang menambahkan perkataan Miku.
Itsuki yang menunduk kemudian berkata, "Walaupun begitu, apa yang bisa kita lakukan untuknya? Aku tidak memiliki ide untuk itu."
Akan tetapi, Itsuki justru memiliki fantasi liar. Ia memikirkan adegan ciuman terakhir pada film yang belum lama mereka tonton bersama-sama.
Ia menggelengkan kepalanya dengan wajah yang memerah dan mengibaskan kedua tangannya seolah menghilangkan imajinasinya yang kotor. Selain Yotsuba, kembarannya yang lain juga menyadari gelagat Itsuki yang berpikir kotor mulai bereaksi dengan wajah mereka yang memerah.
"I-itu terlalu mesum …."
"Kurasa kalian juga memikirkan hal yang sama …," ucap Nino.
Ichika membalas, "Walaupun begitu, hal yang seperti itu tidak mungkin bisa membuat Naruto-kun senang."
Mendengar itu membuat Nino menyeringai, "Justru karena dia adalah laki-laki, itu membuat kita tidak mengetahui apapun jika kita tidak mencobanya. Lagipula, kau kan aktris. Kurasa kau bisa dengan mudah mencium pipinya."
"M-menurutmu seorang aktris bisa melakukan hal yang seperti itu dengan mudah? I-itu tidak semudah yang kau pikirkan, Nino," respon Ichika dengan wajah yang memerah. Ia kemudian menatap Miku yang tidak berkata-apa, "Bagaimana menurutmu, Miku?"
Miku yang ditanya seketika tersentak dengan wajah yang memerah, "A-aku? Aku dan Naruto …."
Miku seketika berimajinasi. Ia memikirkan dimana Naruto terlihat menatapnya dengan nafsu dan itu membuat dirinya over-blushing. Seketika, ia memeluk dirinya sendiri dan bergetar di tempat dimana ia sedang duduki, "J-jangan, Naruto. T-tidak, jangan berhenti."
Hal itu tentu saja membuat Ichika, Nino, dan Itsuki sweatdrop karena melihat Miku yang over-imagination. Nino berkata, "Seharusnya kau yang berhenti memikirkan itu, baka!"
"Sudah, sudah. Lebih baik kita keluar sekarang. Rasanya tidak enak jika kita meninggalkan tamu terlalu lama," ajak Ichika yang direspon dengan anggukan semuanya.
"Baiklah …."
.
"Jadi, kalian sudah selesai membicarakannya?"
"Ya, kurasa begitu," balas Ichika.
"Baiklah, aku tunggu jawaban yang baik."
Itsuki kemudian melangkah ke depan dan berkata, "Soal itu, kami merasa kalau kami tidak memberikan hal yang sepadan untukmu sebagai imbalan karena sudah mau mengajari kami kembali."
"Mengapa kalian tidak mengatakannya sejak awal? Kalian yang seperti itu justru membuatku curiga dengan apa yang kalian lakukan," balas Naruto yang mulai berdiri dan menghampiri lima kembar Nakano.
Setelah itu, Naruto melanjutkan, "Kalian tidak perlu memikirkan bayarannya, Perlu kalian ketahui, aku melakukan ini atas dasar kemauanku sendiri. Selain itu, aku bisa bekerja kembali untuk memenuhi kebutuhanku. Tidak perlu memikirkanku sejauh itu, karena itu justru akan merepotkan bagiku."
"Apa itu tidak akan menjadi masalah untukmu, Naruto-kun? Kau akan mengajari kami tanpa dibayar, loh," ucap Ichika.
Naruto membalas sembari tersenyum meyakinkan, "Tidak, itu tidak menjadi masalah bagiku. Aku sudah bilang kalau aku bisa bekerja kembali untuk memenuhi kebutuhan kami. Ditambah lagi, prioritasku hanyalah Naruko dan kalian sebagai tanggung jawabku. Tidak lebih dan tidak kurang."
Miku menghela nafas dan berkata, "Kami mengerti, kau ini memang selalu seperti itu. Arigatou, Naruto. Kuharap, kau tidak memaksakan diri saat bekerja. Kau mengerti, kan?"
"Ya, aku tahu. Arigatou karena sudah mengkhawatirkanku," balas Naruto. Ia kemudian melanjutkan, "Berhubung aku sedang diberi waktu libur, bagaimana jika kita mulai belajar dengan mengerjakan tugas musim dingin?"
"Tugas musim dingin?" celetuk Yotsuba yang direspon dengan senyuman oleh kembarannya yang lain.
"Uzumaki, kurasa kau sudah meremehkan kami."
Perkataan Nino tentu saja membuat Naruto kebingungan. Melihat itu, Nino mengeluarkan sebuah buku dan memperlihatkan isinya kepada Naruto, "Jangan salah, kami sudah menyelesaikan semua tugas yang kami punya."
"Impresif. Tanpa diriku, kalian sudah mulai berkembang dan mengerjakan ini semua secara mandiri. Setidaknya, aku senang atas kemajuan kalian yang seperti ini," balas Naruto sembari tersenyum. Ia melanjutkan, "Kalau begitu, kita ubah ke sesi belajar yang seperti biasa kita lakukan."
Naruko yang sejak awal diam saja kemudian berkata, "Nii-chan. Aku pulang duluan ya, aku tidak ingin mengganggu kalian belajar."
"Hmm, baiklah. Apa kau perlu kuantar, Naruko?"
"Tidak perlu, aku bisa pulang sendiri. Sebaiknya Nii-chan fokus saja mengajari mereka. Kalau begitu, aku pergi dulu."
"Hati-hati di jalan, Naruko."
Setelah Naruko pergi, Naruto memandang lima kembar Nakano yang sudah duduk di tempatnya masing-masing dan menyiapkan buku tulis mereka. Naruto tersenyum melihat itu.
"Jadi, bisakah kita mulai?"
.
"Tunggu, ia tertidur?" ucap Naruto ketika ia melihat Ichika yang tertidur dalam keadaan duduk. Ia juga dapat merasakan kalau gadis itu terlihat kelelahan.
"Biarkan ia tidur sebentar," ucap Nino. Ia melanjutkan, "Perlu kau ketahui, ia sudah menambah pekerjaannya. Ia yang membayar semua pengeluaran kami. Tidak hanya itu, alasan mengapa kami bisa belajar bersamamu kembali itu semua adalah karena dirinya."
Mendengar penjelasan itu membuat Naruto menggaruk bagian belakang kepalanya, "Ya, penjelasanmu sangat masuk akal untuk kupikirkan. Tapi, apa ia baik-baik saja? Itu berarti dia memaksakan dirinya sendiri, kan?"
"Ya, kami juga berpikir seperti itu," balas Itsuki.
Kemudian, Itsuki terlihat memikirkan sesuatu. Setelah mendapatkan sebuah ide, ia mengatakannya, "Umm, bagaimana jika kita ikut bekerja? Dengan begitu, kita bisa meringankan beban kita satu sama lain dan membantu Ichika."
Hal itu membuat semuanya terkejut. Naruto kemudian berkata, "Oi, oi. Apa kau serius dengan perkataanmu? Jika iya, bagaimana caramu melakukan pekerjaan itu?"
"A-aku serius, kok! Um, caranya … kurasa aku bisa menjadi guru les seperti dirimu."
"Mungkin, kita bisa bekerja sebagai pegawai di supermarket!" tambah Yotsuba dengan ceria.
Miku menimpali, "Kita juga bisa bekerja di maid café."
Naruto yang mendengar itu semua seketika sweatdrop di tempat. Yotsuba kemudian melihat Nino dan berkata, "Kalau untuk Nino pasti akan mudah, karena Nino bisa dengan mudah bekerja di bidang memasak! Kebetulan, membuka toko sendiri adalah impian Nino sejak kecil!"
"Benarkah? Aku baru dengar soal itu," respon Naruto, ia terlihat tertarik dengan informasi yang baru saja ia dengar.
Nino yang terkejut memalingkan wajahnya yang memerah. Ia merasa malu, "I-itu hanya candaanku saat masih kecil. J-jangan terlalu dianggap serius."
Naruto tersenyum dan berkata, "Seandainya itu benar-benar terjadi, aku hanya akan meminta dirimu untuk memperkerjakan adikku di dalam toko yang kau miliki."
"Tidak ada yang tahu akan hal itu, Uzumaki."
"Aku tahu, aku tahu," balas Naruto. Kemudian, ia melanjutkan, "Berbicara soal pekerjaan. Aku rasa, kalian perlu komitmen untuk melakukannya. Jika tidak memiliki itu, kalian akan kesulitan dalam melakukannya. Di antara kalian, aku hanya melihat Ichika dan Nino yang memiliki hal itu."
"Walaupun begitu, aku tidak akan menghalangi keputusan yang kalian buat. Aku hanya berharap, kalian tidak memaksakan diri seperti diriku dan Ichika. Kalian mengerti, kan?"
"Ya, kami mengerti."
"Bagus. Kalau begitu, kita lanjutkan pembelajaran kita yang sempat terhenti."
.
Skip Time : Saturday, Iruka Cake Shop
"Shizune-nee, aku sudah selesai membuatnya. Terlihat sama dengan apa yang kau buat, sih. Hanya saja, aku tidak yakin dengan rasanya."
Shizune yang mendengar itu kemudian mencoba kue buatan Naruto. Setelah itu, ia berkata, "Ada baiknya jika kau juga mencobanya, Naruto-kun."
Naruto mengangguk, ia kemudian mencoba kue yang ia buat. Seketika, ia berkata dengan wajah yang memucat, "Uh, rasanya tidak ada bedanya dengan kue yang pertama kali aku buat sebagai latihan. Ini masih sangat jauh dari harapan."
Naruto kemudian tertunduk dengan aura suram yang ia tunjukkan, "Itu berarti aku hanya bisa membuat ramen saja …."
Shizune yang melihat itu kemudian menepuk bahu Naruto, "Tidak apa-apa, Naruto-kun. Setidaknya, kau sudah mencobanya."
Tidak lama kemudian, Iruka datang menghampiri mereka berdua, "Bagaimana dengan Naruto, Shizune-chan? Apa dia sudah bisa membuatnya?"
"Belum, Iruka-kun. Ia masih gagal untuk membuatnya."
"Aku merasa kalau diriku memang tidak diperbolehkan untuk menyentuh area dapur," ucap Naruto yang masih murung dengan aura suram yang ia tunjukkan.
"Ayolah, jangan sedih begitu. Bagaimana jika begini, kau kuberi dua pilihan. Kau boleh pulang saat ini atau kau akan kuperbolehkan untuk belajar membuat kue sepuasmu hari ini."
"Apa itu tidak apa-apa, Iruka-nii? Nanti bahan-bahan untuk hari ini bisa habis karena diriku. Selain itu, apa kau punya alasan lain di balik izin yang kau berikan kepadaku?"
Iruka terlihat menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal, "Ketahuan, ya? Sebenarnya, hari ini aku menyewakan toko ini untuk syuting film. Jadi, kau bisa bebas untuk hari ini dan kami akan menutup toko ini tepat setelah syuting film selesai."
"Begitu ternyata. Ngomong-ngomong, apa kalian tidak akan memanfaatkan kesempatan ini? Toko ini akan masuk film, kan?"
"Tentu saja kami akan memanfaatkan kesempatan ini! Shizune-chan, lakukan rencana kita!" ucap Iruka.
"Siap!" balas Shizune. Ia kemudian memotong kue menjadi beberapa bagian dan menyelipkan sebuah kertas kecil yang berisi nama toko tepat di atasnya. Naruto yang melihat itu bersiul.
"Well, cara itu tidak terlalu buruk untuk sekaliber promosi tanpa biaya yang berlebihan."
"Tentu saja!" balas Iruka dan Shizune bersamaan dengan mata mereka yang berapi-api, mereka sangat optimis. Di sisi lain, Naruto sweatdrop melihat itu.
"Permisi, mohon bantuannya untuk hari ini!"
Suara itu terdengar dari pintu utama toko yang dibuka. Setelah itu, banyak orang dari crew pembuatan film mulai masuk ke dalam. Pemeran dari film yang merupakan tiga gadis remaja dengan berpakaian seragam sekolah terlihat menghampiri meja utama yang menjadi tempat penyediaan kue untuk pelanggan.
"Wah, kelihatannya enak!"
"Itu benar!"
"Aku jadi tidak sabar untuk memakannya!"
Naruto yang tidak tertarik kemudian melangkahkan dirinya untuk berjalan ke ruang ganti, ia sepertinya memilih untuk pulang saja.
"Mohon kerjasamanya!"
Naruto yang mendengar suara yang sangat ia kenal seketika menoleh ke asal suara, ia dapat melihat Ichika yang datang dengan berpakaian seragam sekolah dan model rambut yang berbeda. Ichika sendiri yang melihat Naruto seketika terkejut dengan wajah yang memerah.
"N-Naruto-kun?!"
.
"B-bisakah kau tidak melihatku ketika sedang bekerja, Naruto-kun?"
Mereka berada di area belakang toko yang terlihat sepi. Naruto ditahan oleh tangan Ichika yang berada tepat di samping kepalanya. Naruto yang melihat Ichika yang malu kemudian menyeringai.
"Apa ini? Seorang aktris secara mengejutkan menjadi tidak professional dalam melakukan pekerjaannya hanya karena aku melihat akting yang dia lakukan? Aku jadi kecewa …."
"Urusai, Naruto-kun. Berhenti menggodaku!"
"Kurasa aku tidak akan bisa berhenti menggodamu, Ichika."
"Mou …," balas Ichika yang cemberut dengan menggembungkan kedua pipinya. Ia kemudian melanjutkan, "Sebenarnya, ada yang ingin kuceritakan kepadamu."
"Katakan, aku mendengarkan."
"Sebenarnya aku ingin merahasiakan hal ini. Tapi, uang simpananku menipis dengan cepat. Ternyata, mengatur pengeluaran itu memang sangat sulit dari apa yang kupikirkan. Maka dari itu, aku menerima pekerjaan sekecil apapun. Jadi, jika kamu mengehentikanku …."
Ichika merasakan sebuah elusan lembut pada kepalanya, hal itu membuat dirinya terdiam dan menatap Naruto. Ia melihat lelaki itu tersenyum lembut.
"Perlu kau ketahui satu hal. Baik itu diriku dan saudarimu sendiri, kami tidak memiliki niat untuk menghentikanmu, Ichika. Aku justru ingin berterima kasih kepadamu, karena kaulah yang membuat sebuah kesempatan untuk diriku kembali mengajari kalian."
Naruto melanjutkan, "Akan kuberikan saran untukmu, Ichika."
"Katakan saja, Naruto-kun."
"Aku rasa kau perlu berpikir ulang. Pikirkanlah kembali soal dirimu yang melakukan pekerjaan lebih secara menuntut dan tidak menguntungkan. Cobalah berpikir kembali untuk mempertimbangkan semua hal yang kau pilih untuk kau lakukan."
"Baik dari diriku dan saudarimu tidak menginginkan kau yang berjuang dan memaksakan diri sendirian. Aku harap kau mengerti. Satu lagi … kita akan bicara lagi setelah syutingmu selesai, oke?"
Ichika yang mendengar itu mengangguk dan berpikir, 'Kurasa ucapan Naruto-kun ada benarnya.'
"Nakano-san! Persiapannya sudah selesai dan siap untuk dilakukan!"
"Baik!" ucap Ichika dengan keras dan pergi meninggalkan Naruto. Naruto yang ditinggalkan hanya bisa melihat Ichika yang berjalan menjauh dan terlihat dirinya tersenyum menatap kepergian gadis itu.
.
"Kue yang ini akan kami gunakan untuk adegan berikutnya, ya."
"Silahkan," balas Naruto. Akan tetapi, ia menyadari satu hal dan melihat kembali kue yang sudah dibawa dan diletakkan di meja oleh salah satu crew pembuatan film. Kue itu tidak memiliki kertas yang diselipkan Shizune sejak awal.
'Baka, itu kue gagal yang aku buat tadi! Bagaimana ini?'
"Siap, action!"
Naruto yang mendengar itu langsung mengurungkan niatnya untuk mengintervensi mereka, ia memilih untuk melihat Ichika yang akan memakan kue itu dan memulai aktingnya. Ia menggumam kecil, "Persetan, aku harap akting Ichika lebih baik daripada rasa kue yang aku buat."
"Enak sekali!" ucap Ichika yang berpose imut setelah memakan kue itu. Sutradara film yang berada tidak jauh dari Ichika juga terlihat senang.
"Itu bagus sekali! Bagaimana jika kita mencoba dengan pola lainnya?"
Di sisi lain, Naruto yang melihat itu justru bernafas lega dan berpikir, 'Ya, setidaknya aku selamat untuk saat ini.'
.
Di ruang istirahat, terlihat Ichika yang sedang duduk dan belajar. Ia terlihat sangat serius mengerjakan beberapa soal. Naruto yang baru saja datang kemudian menghampiri gadis itu.
"Tidak kusangka kau akan belajar walaupun kau sendiri sedang sibuk melakukan pekerjaanmu …."
"Begitulah, Naruto-kun," balas Ichika yang menoleh ke arah Naruto dan menutup bukunya. Setelah ia meletakkan bukunya, ia melanjutkan, "Lagipula, aku senang melakukan ini semua."
Naruto kemudian duduk di sebelah Ichika dan berkata, "Aku mengerti. Ngomong-ngomong, semua naskahmu sudah kau hafalkan?"
"Tenang saja, aku sudah hafal semuanya."
"Kalau begitu, mengapa kemampuan menghafalmu itu tidak kau gunakan ketika belajar? Atau memang adeganmu terlalu sedikit untuk itu?"
"Bukannya aku bisa menghafal banyak. Hanya saja, adeganku di film ini terlalu sedikit. Di film ini, aku akan mati karena kutukan. Maka dari itu, adeganku tidak banyak dan naskahku menjadi lebih sedikit," jelas Ichika sembari tertawa kecil.
Ichika kemudian teringat suatu hal dan mengatakannya kepada Naruto, "Ngomong-ngomong, apa kue di sini itu aman? Rasanya sangat unik menurutku. Saat pertama kali aku mencobanya, rasanya enak. Ketika aku mencoba untuk kedua kalinya, rasanya tidak jauh beda dengan buatan Miku."
"M-maafkan aku soal itu, kue kedua yang kau makan itu aku yang membuatnya. Aku diminta untuk belajar membuat kue itu oleh Shizune-nee tepat sebelum kalian datang," balas Naruto dengan wajah yang memerah dan memalingkan wajahnya karena malu.
"Ara, kau malu?"
"Urusai, Ichika," balas Naruto dengan cepat. Kemudian, ia tersenyum setelah menetralkan dirinya dan melanjutkan, "Berkat dirimu, aku selamat. Aku akui, itu adalah sebuah akting dan kebohongan yang hebat."
Mendengar itu membuat Ichika terkejut dalam diam dengan bola mata yang membulat. Naruto berkata, "Di satu sisi, aku terkejut melihat dirimu. Maksudku, kemampuan akting yang kau miliki itu sangat hebat. Seperti seorang aktris papan atas."
Naruto yang melihat Ichika kembali seketika tersenyum ketika ia melihat Ichika yang tertidur dengan posisi tertunduk. Ia kemudian membenarkan posisi tidur Ichika dan membiarkan gadis itu bersandar di bahunya.
"Walaupun begitu, aku tetap bangga ketika melihat temanku sukses dengan hobi yang menjadi pekerjaannya saat ini. Aku juga kagum ketika melihatmu dengan mudah bisa menyembunyikan ekspresi malu dirimu yang sebenarnya. Sungguh, aku ingin saudarimu juga melihatnya."
Naruto kemudian mengelus kepala Ichika dengan lembut dan berkata, "Kerja bagus dan terima kasih atas segala usahamu, Ichika. Tanpa dirimu, aku tidak akan bisa melanjutkan apa yang menjadi keinginanku bersama kalian."
Tanpa Naruto sadari, Ichika yang memejamkan matanya secara tiba-tiba membuka matanya dengan perlahan. Wajahnya terlihat sangat memerah dengan mata yang berkaca-kaca.
'Di saat seperti ini, aku masih berakting. Aku terkesan seperti pembohong karena ini. Tapi, wajah seperti ini tidak akan bisa kuperlihatkan kepada siapapun. Termasuk dirimu, Naruto-kun.'
.
.
.
To Be Continued
.
.
Notes : Fic ini terinspirasi oleh beberapa fanfic tertentu dengan crossover Naruto x Quintessential Quintuplets. Hmm, ini project kedua gua dengan tipe fic yang multichapter. Gua bikin alurnya semi-canon tapi dengan banyak perubahan.
Walaupun telat, tapi ya met lebaran gaes. Maaf kalau telat update selama satu bulan karena berbagai banyak faktor. Dari awal lebaran gua keluyuran kesana dan kemari nyari lootingan. Ditambah lagi, gua persiapan ujian sama Ujian Tengah Semester (UTS) jatuhnya dua minggu , setelahnya malah bantuin saudara yang punya acara lamaran.
Maka dari itu, kemungkinan update jadi agak nggak menentu. Intinya, gua mohon buat kalian agar terus sabar dan nunggu gua ada banyak waktu biar bisa up secara cepat. Tenang aja, kerangka ficnya masih kuat dan gua udah siapin banyak skema buat ngebanting alurnya biar nggak sama seperti canon.
Chapter 30 Up, jadi tolong buat reader gausah banyak protes dan Stay tune aja ye. Cukup doain gua biar banyak ide + sehat, secara perlahan nanti gua coba sebisa mungkin buat tamatin fic ini. Soalnya gua tim begadang buat ngelarin ini fic.
Next, gue gak bisa ngejawab review kalian satu per satu karena terlalu malas. Gua minimal baca review dari kalian, dan maksimal berakhir dengan baca PM dari reader or whoever else. Next. Jika fic ini diplagiat oleh oknum sampah yang nggak bertanggung jawab + tidak mendapat perizinan dari gua, bahkan gak naruh nama gua di tempat di mana dia ngepost cerita ini. Tolong bantu report / PM ke gua. Biar gua tinggal ikutan jadi tim report. Sebagai catatan, gua hanya memiliki akun FFN. Tidak ada yang di luar platform yang gua sebutkan.
Lagi dan lagi, gue ingin mempromosikan sesuatu di sini. Gue telah bergabung dengan sebuah Group Chat WhatsApp yang bernama Fanfic Community Indonesia, yang berisikan banyak author dan reader fanfiksi, bahkan platform lain. Di grup tersebut terdapat cukup banyak author senior, ataupun author baru seperti gue. Kepada siapapun yang berminat untuk bergabung, silahkan PM gue baik melalui web, ataupun aplikasi. Join with us! Feel like home! Let's move together!
Sepertinya hanya itu saja pesan gue kepada kalian. Sampai jumpa lagi. Jaa na!
FCI. Cursed-Eternal Out
