.
.
.
I'm In Trouble
Disclaimer :
Naruto by Masashi Kishimoto
5-toubun no Hanayome by Negi Haruba
Pair : ?
Rate : T
Mark :
"Naruto." : Berbicara
Naruto : PoV Start / Flashback Start / Letter or Announcement Content
Naruto : Efek suara (Sfx) / Skip Time / Previous Chapter
'Naruto.' : Pikiran atau Batin
["Naruto."] : Berbicara melalui pesan atau panggilan telepon
Genre : School, Drama, Family, Hurt/Comfort, Romance, Tragedy
Warning : Semi-Canon, Alternate Universe, Alternate Fact & Reality, Original & Other Character, dan Out of Character.
.
.
Skip Time : Next Day
"Jadi, ada apa sampai kalian menghubungiku untuk datang ke sini secara mendadak?"
Ya, hal itu sungguh menyebalkan untuk Naruto. Bagaimana tidak? Dirinya baru saja pulang bekerja. Secara mendadak, ia dihubungi oleh Nino dan Yotsuba untuk datang ke sebuah supermarket.
Beruntung ia sempat meminum obatnya terlebih dahulu dan bertanya kepada Naruko mengenai sisa bahan-bahan yang tersisa. Karena itu, dirinya mendapatkan alasan yang kuat untuk pergi menemui mereka.
Mendengar Naruto yang menggerutu, Yotsuba merespon sembari tertawa gugup, "Maafkan kami untuk itu, Uzumaki-san."
"Kami hanya ingin mengajakmu berbelanja bersama. Kebetulan hari ini ada diskon besar di supermarket ini. Siapa tahu itu membantumu, Uzumaki," ucap Nino dengan santai.
"Ya, itu memang membantu. Hanya saja, aku belum beristirahat. Badanku rasanya lelah."
"Nanti kau bisa beristirahat sebentar di rumah kami, Uzumaki-san," balas Yotsuba sembari tersenyum ceria.
"Itu benar, Uzumaki."
"Baiklah, baiklah. Kalian menang," balas Naruto yang menatap keduanya dengan ekspresi malas, ia tidak ingin melanjutkan pembicaraan yang lama dengan mereka berdua.
"Kalau begitu, tunggu apa lagi? Ayo kita masuk …."
.
"Coklat sebanyak itu untuk siapa?"
Naruto terlihat penasaran setelah melihat Nino yang memasukkan beberapa coklat batangan ke dalam troli belanja mereka. Nino membalas pertanyaan Naruto, "Ini semua untuk Miku. Ia menitipkannya kepadaku."
"Apa yang akan ia lakukan dengan coklat sebanyak itu?"
"Kau tidak peka ternyata. Kukira kau akan mengetahui hal itu," ucap Nino dengan nada yang mengejek. Mendengar itu membuat Naruto mendengus.
"Mungkin aku terlalu lelah. Membuatku tidak bisa berpikir secara on-point seperti biasanya."
"Mungkin saja, Uzumaki-san," respon Yotsuba. Walaupun begitu, baik dirinya atau Nino tidak ada yang tahu apa niat Miku. Mereka juga penasaran tentang apa yang akan Miku lakukan dengan semua coklat itu.
"Daripada begitu, ayo kita berkeliling lagi. Aku ingin cepat-cepat beristirahat," ucap Naruto.
"Baiklah …."
.
Yotsuba terlihat mengambil sebuah beras yang memiliki berat sekitar sepuluh kilogram, ia kemudian berdiri dengan cepat seolah dirinya tidak merasa itu adalah hal yang sulit. Akan tetapi, Yotsuba secara tidak sengaja menyenggol Nino yang tepat berada di sebelahnya.
"Eh?"
Hal itu tentu saja membuat Nino limbung dan terhuyung ke belakang. Apalagi gadis itu memakai sepatu hak tinggi, membuat dirinya kesulitan untuk mempertahankan keseimbangan dirinya. Tapi, Naruto menyadari hal itu.
'A-aku tidak jadi jatuh ke lantai?' pikir Nino yang memejamkan matanya. Ketika ia membuka matanya, ia sangat terkejut dengan mata yang membulat.
Bagaimana tidak? Ia mengetahui Naruto yang menahan dirinya layaknya adegan romantis yang sering muncul di film. Ia dapat merasakan tangan Naruto yang kuat menahan punggungnya dan salah satu tangannya dipegang oleh lelaki itu.
Tidak hanya itu, wajah mereka juga sangat dekat. Hal itu tentu saja membuat wajah Nino memerah. Naruto kemudian mengecek Nino, "Apa kau tidak apa-apa, Nino? Hampir saja kau terjatuh."
"A-aku tidak apa-apa, Uzumaki …."
"Baguslah kalau begitu," balas Naruto. Kemudian ia menatap Yotsuba, "Oi, Yotsuba. Aku tahu kau sangat bersemangat dan sangat terbiasa dengan yang seperti ini. Setidaknya, keluarkan sebatasnya saja dan perhatikan sekelilingmu agar tidak terjadi hal seperti ini. Itu berbahaya, tahu …."
Yotsuba membalas sembari tertawa gugup, "Maafkan aku, Uzumaki-san."
"Tidak masalah, yang penting jangan diulangi lagi. Ngomong-ngomong, apa ada lagi yang harus dibeli? Jika tidak, ayo kita ke kasir untuk membayar ini semua dan kembali."
"Kurasa tidak ada lagi, Uzumaki-san. Kalau begitu, ayo kita pergi," balas Yotsuba yang direspon dengan anggukan kepala dari Naruto. Dengan berakhirnya ucapan itu, Naruto dan Yotsuba berjalan terlebih dahulu.
Sementara itu, Nino mengikuti mereka dari belakang. Wajahnya terlihat memerah, ia sepertinya masih memikirkan apa yang terjadi pada dirinya.
'M-mengapa aku berdebar-debar seperti ini?'
.
Mereka bertiga terlihat berjalan santai di pinggir jalan. Di sisi lain, Nino memandangi Naruto dengan wajah yang memerah.
'Akhir-akhir ini, diriku merasa aneh. Aku selalu merasa berdebar-debar dan wajahku selalu memanas. Terutama kalau berada dekat dengan Uzumaki itu. Apa mungkin diriku memiliki perasaan kepadanya?'
Naruto yang melihat Nino memandangi dirinya mulai bertanya, "Ada apa, Nino?"
"Tidak ada apa-apa," balas Nino yang memalingkan wajahnya. Melihat itu, Naruto mengeluarkan senyum jahilnya.
"Mana mungkin, padahal sudah jelas kau menatapku seperti itu. Aku jadi takut …."
"Urusai, Uzumaki!"
"Tunggu dulu …."
Mendengar ucapan Yotsuba membuat keduanya berhenti berjalan. Nino yang penasaran kemudian bertanya, "Ada apa, Yotsuba?"
"Bukankah itu Itsuki? Ia terlihat bersama dengan seseorang," balas Yotsuba yang menunjuk salah satu toko roti yang berada di seberang jalan.
"Penglihatanmu sangat bagus ternyata," puji Naruto sembari tersenyum kecil. Akan tetapi, Naruto justru terkejut ketika melihat siapa yang bersama Itsuki, "Tunggu dulu, dia bersama Nakano-sensei! Kira-kira, apa yang dibicarakan oleh mereka?"
Nino merespon, "Bagaimana jika kita diam-diam masuk ke sana dan mendengarkan semua yang bicarakan? Daripada kita mati karena penasaran di sini."
"Kurasa itu ide yang bagus. Kalau begitu, ayo kita lakukan …."
.
[0_0]
.
Skip Time : Bread Shop
"Jadi, apa yang ingin ayah katakan kepadaku?"
"Tidak perlu terburu-buru untuk ke poin utama, Itsuki-kun. Sebelum itu, nikmati saja apa yang ayah pesan untukmu."
Itsuki terlihat ragu-ragu ketika melihat banyak jenis roti yang ada di meja, "A-apa ini tidak berlebihan untukku?"
Maruo menggelengkan kepalanya dengan pelan, "Tidak sama sekali. Apa kau tidak mau?"
"B-bukan begitu. B-baiklah, aku akan memakannya."
"Bagus, dirimu memang sangat jujur dan mudah untuk dimengerti. Menurut ayah, itu adalah salah satu kepintaran yang ada dalam dirimu."
Sembari Itsuki meminum minuman miliknya, ia berpikir, 'Kepintaran apanya. Ini semua karena aku tidak bisa merelakan makanan enak dengan semudah itu …."
.
With Naruto, Nino and Yotsuba
"Kau benar, Uzumaki. Papa ada di sini."
"Mengapa ia bersama Itsuki?" tanya Yotsuba menambahkan ucapan Nino. Mereka terlihat mengintip dari pintu masuk toko. Naruto yang melihat itu justru menghela nafas. Walaupun begitu, ia terlihat tetap tenang dan memikirkan cara agar mereka bisa masuk tanpa ketahuan oleh keduanya.
"Ayo kita masuk. Kita cari beberapa kursi yang menghadap ke arah yang berlainan dengan mereka di sisi lain toko ini. Dengan itu, kita bisa mendengarkan semua percakapan mereka dengan mudah."
"Baiklah …."
.
With Itsuki
"Kulihat kau sudah selesai. Jadi, bisakah ayah mengatakannya?"
Setelah membersihkan mulutnya sendiri, Itsuki merespon, "Baiklah, aku mendengarkan."
"Ayah akan mengabaikan segala masalah yang sudah kalian lalui bersama. Tolong sampaikan kepada saudarimu yang lain, kalau ayah meminta kalian semua untuk kembali."
"T-tunggu, apa aku harus menyampaikan hal ini kepadanya?" balas Itsuki yang terkejut.
"Uzumaki-kun?" tanya Maruo dengan menunjukkan ekspresi malas. Ia kemudian melanjutkan, "Perlu kau ketahui. Bagi keluarga kita, ia hanyalah orang luar saja."
"Tapi, orang luar yang ayah maksud itu telah melakukan segalanya untuk mempersatukan kembali kami semua! Dirinya bahkan mengembalikan keretakan hubungan kami seperti sedia kala! Tidak bisakah ayah menghargainya sedikit saja?!" balas Itsuki bertubi-tubi.
Ya, Itsuki sangat kesal. Itu dikarenakan ia sudah tahu segalanya. Ia tahu kalau Naruto adalah anak dari sahabat dekat ayahnya. Ditambah lagi, Naruto adalah orang yang ia sukai. Tapi, ia merasa benci ketika Naruto tidak mendapatkan apresiasi yang sesuai dengan usaha besar yang sudah ia lakukan untuk mereka.
Maruo membalas dengan tenang, "Ya, ayah tahu kalian sangat menghargai dirinya. Tapi, ayah tidak ingin orang lain terlibat dalam masalah keluarga kita. Selain itu, ayah sedikit membencinya."
.
With Naruto, Nino and Yotsuba
"Itsuki membelamu sejauh itu, sementara papa membencimu. Sebenarnya, apa yang kau katakan kepadanya?" bisik Nino kepada Naruto yang menunduk dan berkeringat dingin.
"I-itu, aku membentaknya …."
.
Flashback on
["Yo, Nakano-sensei. Ada yang ingin kusampaikan."]
["Katakan …."]
["Aku ingin mengundurkan diri dari pekerjaanku sebagai guru les mereka,"] ucap Naruto dengan tenang. Ia melanjutkan, ["Banyak hal yang terjadi. Nino dan Itsuki bertengkar sehingga mereka meninggalkan rumah."]
["Benarkah? Aku baru dengar soal itu,"] balas Maruo. Ia melanjutkan, ["Apa masalah mereka sudah selesai?"]
["Ya, masalah itu sudah terselesaikan. Mereka sudah kembali."]
["Baguslah. Kalau begitu, kututup teleponnya."]
Mendengar itu, membuat Naruto dengan cepat berkata untuk mengintervensi, ["Tunggu dulu, Nakano-sensei …."]
["Huh?"]
["Apakah anda tidak ingin tahu apa yang menjadi penyebab mereka bertengkar? Apa yang mengganggu mereka? Apa yang mereka pikirkan?"]
Maruo membalas ["Aku tidak memikirkan hal itu sama sekali …."]
Hal itu membuat Naruto mengepalkan tangannya dengan kuat dan merespon sembari tertawa kecil, ["Jadi, begitu ternyata. Aku beritahu satu hal untukmu, Nakano-sensei."]
["BERTINDAKLAH LAYAKNYA SEORANG AYAH DAN PEDULIKAN SEMUA ANAK-ANAKMU, BAKA!"]
Flashback off
.
"S-seperti itulah yang terjadi. Aku tidak heran kalau Nakano-sensei akan membenciku."
"Kau itu memang sulit ditebak, Uzumaki. Rasanya kau seperti orang tidak waras yang suka ikut campur urusan orang lain. Yang lebih gila lagi, kau membentak atasanmu sendiri."
"Urusai, Nino."
Nino kemudian tersenyum lembut, "Tenanglah, Uzumaki. Papa memang membencimu, tapi tidak untuk kami. Bagi kami, kau sudah menjalankan semua ini dengan baik. Bahkan kau tidak meminta pengembalian atas segala apapun yang sudah kau lakukan untuk kami."
"Nino benar, Uzumaki-san. Keberadaanmu untuk kami itu sangatlah berharga. Maka dari itu, kami tidak akan meninggalkanmu," timpal Yotsuba. Mendengar itu membuat Naruto tersenyum.
"Arigatou …."
.
With Itsuki
"Huh, sebutan orang luar itu untuk ayah saja. Tidak untuk kami."
Itsuki melanjutkan, "Lagipula, dimana ayah ketika kami berada dalam masalah? Ayah hanya sibuk dengan pekerjaan tanpa mempedulikan kami! Bahkan ayah tidak mengunjungi kami! Uzumaki-kun justru berperan banyak menggantikan posisi ayah saat ini!"
Maruo tidak merubah ekspresinya, ia tetap tenang dan merespon, "Itu adalah kesalahan ayah dan ayah mengakui itu. Lupakan hal itu, ayah akan berikan kesepakatan untukmu."
"Katakan, aku akan mendengarkan."
"Baiklah. Ayah akan mengizinkan kembali Uzumaki-kun untuk datang ke kediaman kita dan melanjutkan pekerjaannya sebagai guru les kalian."
Mendengar itu membuat baik Itsuki maupun Naruto yang bersama Nino dan Yotsuba terkejut. Maruo kemudian menyilangkan kakinya dan melanjutkan, "Tapi, ia akan bekerja bersama seseorang yang professional. Dia akan bekerja sebagai pendukung saja."
"Maaf, kami tidak bisa menerima itu. Ditambah lagi, kami sudah bekerja keras."
"Begitukah?" respon Maruo dengan santai. Ia melanjutkan, "Apa kau tidak berpikir? Jika Uzumaki-kun tetap kembali untuk mengajari kalian akan memberikan hasil yang baik untuk Yotsuba-kun? Terutama untuk nilai merahnya itu."
Mendengar itu membuat Naruto, Nino dan Yotsuba tersentak. Naruto juga dapat melihat tubuh Yotsuba yang bergetar. Saat ini, ia juga dapat melihat dan merasakan kecemasan yang muncul dari tiga kembar Nakano.
Itsuki justru terdiam dan terlihat gugup, "I-itu …."
"Ditambah lagi, dari apa yang kulihat di nilai Yotsuba-kun sejauh ini. Ayah tidak memiliki harapan lebih untuknya. Bahkan ayah tidak yakin jika Yotsuba-kun bisa melewati ini semua."
Mendengar itu membuat Naruto terkejut dengan mata yang bergetar. Seketika ekspresi yang ia tunjukkan berubah menjadi sebuah kemarahan. Ia bahkan mengepalkan kedua tangannya dengan sangat kuat. Ia terlihat ingin berdiri dan menghampiri mereka.
Namun, Nino menyadari itu. Ia dengan cepat menaruh tangan lentiknya di atas tangan kiri Naruto sebelum lelaki itu melakukan aksinya. "Berhenti, Uzumaki …," bisik gadis itu yang terlihat tetap tenang.
"Mengapa kau menghentikanku, Nino?"
"Aku tahu kau emosi karena itu. Berpikirlah secara rasional. Jika kau pergi ke sana, itu hanya membuat keadaan menjadi semakin buruk."
Naruto yang merasa dirinya tidak bisa melakukan apapun hanya bisa menggeram kesal. Ketika ia menengok ke sebelah kanannya, ia tidak menemukan Yotsuba.
"Nino, dimana Yotsuba?"
.
Itsuki menatap ke bawah dengan senyum kecil dan berkata, "K-kurasa ayah benar, lebih baik kita melakukannya dengan dua tutor."
"Kami bisa melakukannya …."
Akan tetapi, sebuah suara lain berbicara, Membuat Itsuki terkejut karena ia mengenali suara itu. Ketika ia menoleh ke samping, ia sudah melihat Yotsuba yang sudah berada di sana.
"Yotsuba!"
"Kami berlima bersama Uzumaki-san bisa melakukannya!" ucap Yotsuba yang menunjukkan ekspresi serius. Gadis itu melanjutkan, "Kami berenam akan melewati ini semua. Jadi, percayalah kepada kami. Kami tidak akan mengulangi kesalahan yang sama lagi."
Maruo terlihat santai dan tidak menunjukkan ekspresinya sama sekali, ia merespon, "Bagaimana jika kalian mengulangi kesalahan itu dan gagal lagi?"
Mendengar itu membuat Yotsuba tersentak dengan bola mata yang melebar, ia terlihat khawatir, "I-itu …."
"Ayah tidak ingin mengatakan ini dengan keras. Tapi, kalian bisa tetap sekolah sampai kelas tiga dikarenakan ada kenalan ayah yang merupakan anggota dewan sekolah. Jika kalian gagal dalam ujian kenaikan kelas ini, ayah akan memindahkan kalian ke sekolah lain. Jika kamu ingin tetap melakukan itu, kamu harus bisa mempertanggung jawabkan semuanya. Kamu mengerti, kan?"
"Ya, kami mengerti."
Mendengar respon Itsuki membuat Maruo menutup matanya dan bersiap untuk berdiri, "Baguslah jika kau mengerti, Itsuki-kun. Baiklah, ayah akan …."
Akan tetapi, ucapan itu terpotong oleh perkataan Itsuki, "Tidak. Jika kami gagal, kami tidak keberatan untuk pindah sekolah dan mengikuti segala kemauan ayah. Aku minta maaf karena aku bukanlah anak yang jujur, pengertian, dan cerdas …."
Itsuki mengatakan itu semua sembari tersenyum. Ia mengingat kalau Naruto akan selalu mendukung dan tidak akan meninggalkan mereka lagi. Ia juga mengingat kalau mereka akan kembali pada kehidupan dimana mereka kesulitan.
Tapi, sekarang berbeda. Karena Itsuki tahu kalau semua saudarinya mulai menginginkan untuk menjalani kehidupan mereka yang bebas dengan usaha mereka sendiri. Ia juga senang karena bisa menyatukan keinginan mereka berdasarkan kebersamaan yang mereka miliki.
"Sepertinya mendengarkan keegoisan dan memarahi anaknya adalah tugas orang tua. Tidak akan ada kesempatan lain untuk kalian," ucap Maruo setelah ia menghela nafas dan berdiri. Baru saja ia ingin melangkah, ia melihat Naruto yang sudah berdiri di depannya.
Naruto menatap Maruo dengan tatapan tajam yang terlihat sangat dingin, "Kurasa diriku memang salah dalam menilai anda, Nakano-sensei …."
"Hentikan, Uzumaki!" ucap Nino yang sudah berdiri bersama Yotsuba dan Itsuki. Naruto yang melihat mereka hanya menggelengkan kepalanya.
"Maafkan aku, Nino. Aku sudah tidak bisa menahan kekesalanku."
BUAGH!
Apa yang selanjutnya terjadi membuat tiga kembar Nakano benar-benar terkejut. Mereka dapat melihat Naruto yang memukul pipi kiri ayah mereka dengan keras. Membuat Maruo jatuh terduduk karena itu. Setelah itu, Naruto mencengkram dan mengangkat Maruo dengan tangan kirinya.
"Aku menghormatimu karena kau adalah sahabat lama Tou-san. Aku juga menghormatimu karena kau adalah suami dari Rena-sensei dan dokter yang sudah mengobatiku bertahun-tahun lamanya. Tapi, aku tidak pernah bisa memaafkanmu dari sudut pandang seorang ayah bagi mereka. Rena-sensei pasti akan kecewa padamu karena ini."
"Dari pembicaraan kita sebelumnya. Aku menyadari kalau kau tidak memiliki rasa percaya kepada semua anak perempuanmu. Padahal mereka memiliki potensinya masing-masing dan bisa sukses suatu saat nanti."
"Tidak hanya itu, aku tidak pernah merasakan kalau kau memikirkan mereka. Aku tidak pernah melihatmu mengunjungi mereka sekalipun. Bahkan sampai mereka pindah ke tempat yang baru, kau masih belum mengunjungi mereka!"
"Yang lebih parah lagi, kau tidak mempedulikan mereka demi pekerjaanmu. Mereka beberapa kali mengajakmu untuk makan malam bersama dan kau selalu menolaknya. Orang tua macam apa yang berani menghiraukan kebersamaan keluarga dan hanya mengandalkan kekuatan uang untuk anak-anaknya!"
Itsuki terlihat terkejut mendengar itu, 'U-Uzumaki-kun mengetahui itu. Tapi, sejak kapan?'
Singkatnya, Naruto mengetahui hal itu dengan mudah berkat log pesan yang ada pada handphone milik Itsuki. Sejak saat itu, Naruto menahan kekesalannya sebisa mungkin dan mencoba untuk tidak melampiaskannya pada orang yang salah.
BUAGH! DUAK!
Sekali lagi, Naruto memukul Maruo. Kali ini, ia memukulnya pada pipi kanan pria itu dengan keras dan menendangnya hingga terjatuh. Setelah itu, Naruto mensejajarkan dirinya dengan Maruo yang terduduk di lantai.
"Dengarkan aku, Nakano-sensei. Pertama-tama, aku minta maaf karena sudah melakukan ini. Sekarang aku tidak peduli jika kau melaporkanku kepada polisi ataupun jika aku mati karena tidak diobati ketika penyakitku naik ke tahap akhir suatu saat nanti."
"Terakhir, walaupun kau masih berstatus sebagai ayah mereka. Kuharap kau tidak menghancurkan perasaan mereka dan merenggut kebebasan mereka lagi. Jika aku mengetahuinya lagi, aku tidak akan menahan diriku lagi untuk berbuat lebih jauh dari ini."
Setelah itu, Naruto mulai berjalan menghampiri tiga kembar Nakano yang berdiam diri di tempatnya, mereka terlihat sangat terkejut dengan segala hal yang Naruto lakukan.
"Minna, ayo kita pergi. Urusan di sini telah selesai."
Perkataan Naruto hanya dibalas dengan anggukan kepala dari mereka bertiga. Mereka kemudian pergi dari toko roti itu, meninggalkan Maruo yang didatangi oleh beberapa pelayan yang datang untuk mengobatinya. Selama diobati, ia berpikir.
'Kurasa, aku tidak akan melakukan keduanya. Akan tetapi … aku tidak akan membiarkan putriku menjadi orang yang seperti dirimu, Uzumaki-kun.'
.
[0_0]
.
Skip Time : Park
"Kau memang sudah gila, Uzumaki! Aku tidak mengerti pola berpikirmu. Aku tahu kau melakukan itu semua untuk kami. Kau tidak perlu melakukannya sejauh ini, baka!"
"Aku tidak peduli akan hal itu. Aku sudah berjanji pada diriku sendiri untuk memberikan apa yang ayah kalian tidak bisa berikan. Aku tidak bisa membiarkan harga diri temanku diinjak-injak begitu saja. Apalagi orang yang melakukan itu adalah ayah kalian sendiri."
Naruto menjawab pertanyaan Nino dengan ekspresi dingin yang ia tunjukkan. Nino yang melihat itu menyadari kalau Naruto masih merasa kesal. Gadis itu menghela nafasnya.
"Terserah kau saja, Uzumaki."
Itsuki kemudian bertanya, "Sejak kapan kau mengetahui hal itu, Uzumaki-kun? Padahal hanya diriku saja yang mencoba untuk membujuk ayah."
"Baru kemarin, ketika kalian sedang berdiskusi di suatu kamar. Itu semua berkat kau yang meninggalkan handphone milikmu di ruang tamu."
Setelah mengatakan itu, Naruto melihat Yotsuba yang duduk dan tetap menundukkan kepalanya. Ia tahu kalau gadis itu sedang menyembunyikan ekspresinya. Naruto kemudian menghampiri gadis itu dan berjongkok di depannya.
Ia dapat melihat gadis itu sedang down untuk saat ini. Ia dapat merasakan gadis itu sangat tertekan. Itu semua terlihat dari ekspresi murung dan kecemasan yang gadis itu tunjukkan. Naruto kemudian menepuk kedua pipi Yotsuba dengan kedua tangannya untuk mendapatkan perhatiannya.
"Yotsuba, kumohon dengarkan aku …."
Yotsuba dapat melihat Naruto yang sangat mengkhawatirkan dirinya. Ia kemudian tersenyum dan berkata, "Aku tidak apa-apa, Uzumaki-san."
"Yotsuba, kumohon berhenti …," ucap Naruto dengan lirih, ia menunduk sehingga ekspresinya tidak terlihat oleh gadis yang berada di depannya saat ini.
"Apa maksudmu, Uzumaki-san?"
"HENTIKAN SENYUMAN PALSUMU ITU, BAKA!"
Teriakan Naruto benar-benar membuat ketiga kembar Nakano terkejut dengan mata yang membulat, terutama Yotsuba yang tepat berada di depan Naruto. Beruntung taman itu sangat sepi, sehingga tidak akan ada yang menginterupsi ataupun mengganggu perbincangan mereka.
"Kau tidak perlu berpura-pura untuk tetap menjadi kuat! Aku tidak ingin kau berubah, aku tidak ingin kau menjadi pribadi yang lain! Yotsuba yang aku kenal adalah gadis yang selalu ceria dan selalu bersemangat. Bukan seperti ini!"
"Hatiku sakit ketika melihat temanku terluka! Aku tahu kalau ini memang berat untuk dirimu. Tapi, diriku tidak bisa menerima sesuatu yang menyangkut kesedihan temanku! Dengarkan aku, kami tidak akan meninggalkanmu! Kami akan selalu ada disisimu, Yotsuba!"
Yotsuba tersentak dengan mata yang berkaca-kaca, ia merespon, "M-maafkan aku …."
Naruto yang melihat itu kemudian mengelus kepala Yotsuba dengan lembut, mencoba memberikan kenyamanan pada gadis itu, "Tidak apa-apa. Keluarkan semua emosimu, Yotsuba. Untuk saat ini, aku akan menampungnya untuk dirimu."
Mendengar itu membuat Yotsuba secara tiba-tiba menangis dan memeluk Naruto. Melihat itu membuat Nino tersenyum kecil, sementara Itsuki ikut menangis. Naruto yang di peluk Yotsuba hanya bisa membalas pelukan itu dan menepuk punggung Yotsuba dengan pelan.
Setelah beberapa saat, Yotsuba tertidur. Naruto yang menyadari itu kemudian meminta bantuan kepada Nino dan Itsuki untuk memegangi Yotsuba sebentar dan memposisikan gadis itu untuk ia gendong di punggungnya. Mereka kemudian memutuskan untuk pulang ke rumah.
"Uzumaki-kun, apa pendapatmu tentang Yotsuba?"
Tanpa menoleh, Naruto merespon pertanyaan Itsuki, "Kau mau aku berikan jawaban yang positifnya saja atau negatifnya?"
"Semuanya. Satu lagi, kami ingin jawaban yang jujur atas pendapat dan pengamatanmu sendiri, Uzumaki," ucap Nino.
Ya, Nino juga terlihat penasaran dengan itu. Ia ingin sekali mendengar pendapat orang lain yang ia percaya selain saudarinya sendiri, apalagi itu menyangkut soal Yotsuba karena suatu alasan tertentu. Naruto yang mendengar itu seketika berpikir. Setelah beberapa saat, ia menjawab.
"Aku mulai dari sisi positifnya. Ia sangat ceria, energik dan suka menolong orang lain. Tidak hanya itu, aku menyukai kepribadiannya. Aku merasa kalau sikapnya itu dapat merubah diri kalian jika kalian mengalami sedikit kebimbangan ataupun hal yang tidak kalian duga sama sekali."
"Dirinya yang sangat ceria itu sangat mengingatkanku pada Naruko. Ia memang terlihat bodoh dan kekanak-kanakan. Tapi, hal itu menjadi alasan utama yang membuatku ingin melindunginya."
Nino mengangguk, ia kemudian berkata, "Begitu ternyata. Lalu, sisi negatifnya?"
"Ia sangat naif, terlalu pesimis, dan belum dewasa secara penuh seperti kalian berempat. Kalian pasti sadar bahwa tidak banyak hal yang dapat Yotsuba mengerti dengan mudah, ia tidak seperti kalian berempat yang punya pola pikir yang lebih baik dalam menanggapi sesuatu."
"Dari semua kekurangannya itu. Aku takut jika orang lain akan memanfaatkan, mempengaruhi dan menghancurkan dirinya dengan mudah. Maka dari itu, aku tidak ingin hal seperti ini dapat merusak dirinya dari dalam. Kalian mengerti, kan?"
"Kami mengerti …," balas Nino dan Itsuki secara bersamaan.
Mereka sadar kalau Naruto ini tidak main-main ketika membela seseorang. Di balik kekurangannya, mereka dapat merasakan besarnya rasa kepedulian dan rasa ingin melindungi dari sang Uzumaki muda. Nino yang memandangi Naruto dari belakang mulai berpikir sembari tersenyum kecil.
'Di luar semua hal yang sudah ia lakukan, ia selalu berprinsip untuk mengutamakan orang lain dibandingkan dirinya sendiri. Tidak hanya itu, aku tidak mengira kalau ia akan mempertaruhkan segala resiko besar pada dirinya sendiri tanpa banyak berpikir. Uzumaki, kau benar-benar menarik.'
.
[0_0]
.
Skip Time : Nakano Quintuplets Residence
"Tadaima …."
"Okaeri …," jawab Miku dan Ichika dari dalam.
Akan tetapi, pandangan mereka tidak lepas kepada Naruto. Mereka kebingungan karena melihat Naruto membawa Yotsuba yang tertidur di punggungnya. Sementara itu, Naruto dibantu dengan Nino dan Itsuki untuk membaringkan Yotsuba di kamar mereka. Setelah selesai, mereka kembali ke ruang tamu dan duduk bersama-sama.
"Tumben sekali kau datang ke sini, Naruto. Kukira kau akan datang pada hari sabtu atau minggu untuk mengajari kami."
"Itu benar, Naruto-kun. Ditambah lagi, aku tidak pernah melihat Yotsuba tertidur dan digendong oleh seseorang. Baru kali ini aku melihatnya. Apakah terjadi sesuatu?"
"Begitulah, ceritanya panjang. Tapi, aku tidak ingin diriku yang menceritakannya. Karena itu akan menguras emosiku kembali," ucap Naruto yang membalas pertanyaan Miku dan Ichika. Ia kemudian melihat Nino dan Itsuki, "Kalian saja yang menceritakannya kepada mereka."
Ucapan Naruto dibalas dengan sebuah anggukan kepala dari Nino dan Itsuki. Setelah itu, Itsuki menghela nafas berat.
"Jadi begini …."
.
"Aku tidak percaya kalau kau akan melakukan hal segila itu, Naruto …."
Ichika menambahkan ucapan Miku, "Perkataan Miku ada benarnya. Aku tidak menyangka kalau kau akan seberani itu untuk menghajar ayah kami."
"Aku sudah tidak peduli lagi. Aku sudah sangat kesal dan emosiku sudah menumpuk. Itu semua karena perkataan Nakano-sensei yang menurutku terdengar sangat tidak layak sebagai orang tua bagi kalian. Membuat diriku merespon dengan cara itu."
"Bagiku, Yotsuba sudah seperti adik kecilku di antara kalian semua. Dengan cara apapun, aku sangat ingin melindungi dirinya dan juga kalian semua. Bagi diriku, diri kalian tidak hanya sebagai temanku. Kalian juga merupakan tanggung jawab, keluarga kecil, dan prioritasku selain Naruko."
Nino kemudian berkata, "Walaupun kau hanyalah seseorang yang suka ikut campur urusan orang lain. Dirimu yang seperti itu sudah sangat menggantikan peran ayah kami, Uzumaki."
"Begitukah? Aku tidak berpikir sampai ke sana. Aku hanya melakukan apa yang bisa dan harus kulakukan untuk kalian," balas Naruto dengan santai. Ia kemudian berdiri dan berjalan ke arah pintu luar.
"Kau mau pergi ke mana, Naruto-kun?"
Naruto membalas pertanyaan Ichika, "Aku mau duduk di luar untuk menikmati angin malam. Hal itu kurasa bisa meringankan pikiranku."
Itsuki kemudian merespon, "Tunggu, aku ikut."
.
With Naruto and Itsuki
Mereka berdua duduk bersebelahan di tangga yang menghadap ke arah sungai. Suasananya cukup hening sampai Naruto memecahkan keheningan itu.
"Kau ikut denganku pasti karena suatu alasan. Apa ada yang mau kau katakan kepadaku, Itsuki?"
"Begitulah. Aku ingin mengucapkan terima kasih untukmu, karena kau sudah membela dan menuntun kami sejauh ini. Aku tidak bisa berhenti memikirkan balasan yang setimpal dan bisa kami lakukan untukmu, Uzumaki-kun."
Naruto yang mendengar itu tersenyum kecil. Ia kemudian menatap dan mengelus kepala Itsuki dengan lembut. Membuat gadis itu blushing.
"Kau masih memikirkan itu ternyata. Dengarkan aku, Itsuki. Kau tidak perlu memikirkan itu lagi. Selama diriku masih bisa bersama kalian, aku tidak akan merasa kalau diriku memerlukan sebuah balasan. Sungguh, aku tidak pernah mengharapkan hal itu."
Naruto melanjutkan, "Aku melakukan semua murni karena keinginanku sendiri. Sebelum semuanya berakhir, aku ingin melihat kalian semua sukses dengan segala usaha yang sudah aku lakukan. Apa alasanku cukup untuk meyakinkan dirimu, Itsuki?"
Itsuki hanya bisa menganggukan kepalanya tanpa berkata apapun, itu semua dikarenakan sifat Naruto yang begitu keras kepala. Pembahasan ini sudah mereka bahas pada saat tahun baru. Tapi, responnya tetaplah sama. Ia merasa kalau Naruto tidak akan pernah bisa dibujuk untuk menerima sesuatu.
"Uzumaki-kun …."
"Ya?"
"Sebelum semua ini berakhir. Aku berharap agar dirimu tetap bisa bersama dan selalu mengawasi kami. Bisakah kau berjanji kepadaku untuk hal itu?"
Naruto membalas dengan suara yang lirih, "Aku juga mengharapkan hal yang sama, Itsuki. Tapi, aku tidak bisa janji akan hal itu. Jika Kami-sama sudah memanggilku, mau tidak mau diriku pergi meninggalkan kalian semua."
"Aku tahu, Uzumaki-kun."
Mereka berdua kemudian menikmati angin malam yang selalu berhembus di sekitar mereka. Sesekali Itsuki menatap Naruto yang duduk di sebelahnya.
Hari ini terasa begitu sangat berat bagi dirinya. Berkat kehadiran Naruto, ia merasakan sesuatu yang dirinya dan saudarinya sangat inginkan sejak lama. Perasaan yang seharusnya diberikan oleh seorang ayah kepada mereka sebagai anak-anaknya.
'Sesuai dengan pembicaraan kita waktu itu, kau sudah memerankan dan menjalankan tugas sebagai ayah kami dengan sangat baik. Uzumaki-kun, kupikir dirimu adalah orang yang tepat untuk mendapatkan perasaanku ….'
.
.
.
To Be Continued
.
.
Notes : Fic ini terinspirasi oleh beberapa fanfic tertentu dengan crossover Naruto x Quintessential Quintuplets. Hmm, ini project kedua gua dengan tipe fic yang multichapter. Gua bikin alurnya semi-canon tapi dengan banyak perubahan. Chapter 31 Up, jadi tolong buat reader gausah banyak protes dan Stay tune aja ye. Cukup doain gua biar banyak ide + sehat, secara perlahan nanti gua coba sebisa mungkin buat tamatin fic ini. Soalnya gua tim begadang buat ngelarin ini fic.
Next, gue gak bisa ngejawab review kalian satu per satu karena terlalu malas. Gua minimal baca review dari kalian, dan maksimal berakhir dengan baca PM dari reader or whoever else. Next. Jika fic ini diplagiat oleh oknum sampah yang nggak bertanggung jawab + tidak mendapat perizinan dari gua, bahkan gak naruh nama gua di tempat di mana dia ngepost cerita ini. Tolong bantu report / PM ke gua. Biar gua tinggal ikutan jadi tim report. Sebagai catatan, gua hanya memiliki akun FFN. Tidak ada yang di luar platform yang gua sebutkan.
Lagi dan lagi, gue ingin mempromosikan sesuatu di sini. Gue telah bergabung dengan sebuah Group Chat WhatsApp yang bernama Fanfic Community Indonesia, yang berisikan banyak author dan reader fanfiksi, bahkan platform lain. Di grup tersebut terdapat cukup banyak author senior, ataupun author baru seperti gue. Kepada siapapun yang berminat untuk bergabung, silahkan PM gue baik melalui web, ataupun aplikasi. Join with us! Feel like home! Let's move together!
Sepertinya hanya itu saja pesan gue kepada kalian. Sampai jumpa lagi. Jaa na!
FCI. Cursed-Eternal Out
