.

.

.

I'm In Trouble

Disclaimer :

Naruto by Masashi Kishimoto

5-toubun no Hanayome by Negi Haruba

Pair : ?

Rate : T

Mark :

"Naruto." : Berbicara

Naruto : PoV Start / Flashback Start / Letter or Announcement Content

Naruto : Efek suara (Sfx) / Skip Time / Previous Chapter

'Naruto.' : Pikiran atau Batin

["Naruto."] : Berbicara melalui pesan atau panggilan telepon

Genre : School, Drama, Family, Hurt/Comfort, Romance, Tragedy

Warning : Semi-Canon, Alternate Universe, Alternate Fact & Reality, Original & Other Character, dan Out of Character.

.

.

Skip Time : 2 February, Nakano Quintuplets Residence

Saat ini, Naruto terlihat bingung. Bagaimana bisa seperti itu? Ya, itu dikarenakan ia melihat lima kembar Nakano yang terlihat lesu dan sangat kekurangan motivasi untuk belajar. Naruto merutuki dirinya sendiri karena hal itu.

'Mengapa aku tidak sadar?Aku terlalu bodoh karena mengajari mereka tanpa berhenti. Membuat mereka burn-out seperti ini, ini semua salahku.'

"Mengapa aku seperti ini?" tanya Miku yang kebingungan.

Ichika menambahkan perkataan Miku, "Ya, kupikir ini adalah batas yang kami miliki. Konsentrasi kami sudah sangat terpecah. Kami merasa sangat sulit untuk mengerjakan soal yang dibuat oleh Naruto-kun."

Yotsuba menggelengkan kepalanya, "Tidak, aku masih bisa!"

"Aku suka semangatmu, Yotsuba. Tapi, kalian sudah melewati batas kalian sendiri. Itu juga adalah salahku …."

"Apa maksudmu, Uzumaki-san?" ujar Yotsuba yang kebingungan. Naruto tidak menjawab, ia justru bersujud tepat di depan mereka. Membuat mereka terkejut akan hal itu.

"Ini semua adalah kesalahanku sebagai guru kalian, karena tidak memperhatikan batas yang kalian miliki. Maafkan aku karena sudah mengajari kalian secara berlebihan. Aku tidak menyangka kalau dampaknya akan sebesar ini …."

Mendengar ucapan yang dipenuhi rasa bersalah dari Naruto, membuat Itsuki berdiri dan menghampiri lelaki bermarga Uzumaki itu. Ia menepuk pundak Naruto dan berkata, "Bangunlah, Uzumaki-kun. Tidak perlu seperti itu …."

"Walaupun kami seperti ini, lebih baik kau menghargai dirimu sendiri. Bagi kami, kau sudah sangat melakukan segalanya. Tidak hanya bekerja dengan kondisimu saat ini, kau bahkan rela menyisihkan waktumu untuk mengajari kami tanpa dibayar. Itu adalah sesuatu yang bahkan tidak bisa kami lakukan," tambah Nino.

Naruto yang mendengar itu kemudian mulai bangun, "Aku mengerti. Hanya saja, aku tetap merasa bersalah karena tidak menyadari hal itu lebih awal."

"Hal itu tidak perlu dipikirkan lagi, Naruto-kun …."

"Perkataan Ichika benar. Lagipula, kita memerlukan sebuah solusi untuk masalah ini. Apa kau memiliki cara untuk mengeluarkan kami dari situasi ini, Naruto?" ujar Miku.

"Ya, aku memiliki cara yang sangat menyenangkan …."

.

[0_0]

.

Skip Time : Amusement Park

Saat ini, terlihat Naruto bersama dengan lima kembar Nakano yang bermain bersama-sama di taman hiburan. Mereka menaiki segala wahana yang ada, dimulai dari roller-coaster, komedi putar, rumah hantu, dan lain-lain.

Dari mereka berenam, Itsuki adalah orang yang paling semangat untuk bermain. Ia bahkan menyeret Ichika yang kelelahan, "Ichika, ayo kita mencoba wahana itu!"

"Tunggu dulu, Itsuki-chan. Aku lelah …."

'Wah, betapa semangatnya Itsuki saat ini …,' pikir Naruto yang melihat itu. Setelah perginya Ichika dan Itsuki, itu hanya menyisakan dirinya yang berakhir bersama Nino dan Miku.

Mereka bertiga berjalan dengan santai. Naruto terlihat menikmati suasana dari taman hiburan itu, Nino memainkan handphone miliknya, sementara Miku membaca buku. Hingga Naruto berhenti ketika menyadari sesuatu.

"Ngomong-ngomong, aku tidak melihat Yotsuba sama sekali. Apa kalian tahu dimana dia?"

Miku kemudian mengeluarkan handphone miliknya. Setelah melihatnya, ia merespon, "Karena perutnya sakit, ia pergi ke toilet."

Naruto yang mendengar itu justru menjadi bingung. Itu dikarenakan ia menyadari kalau Yotsuba sudah tidak bergabung dengan mereka dalam waktu yang cukup lama. Rasa curiga muncul di dalam benaknya, mengatakan bahwa itu adalah sesuatu yang tidak logis.

Matanya menelusuri banyak wahana yang tersedia di sana. Posisi mereka saat ini berada di bagian tengah taman hiburan itu, membuat dirinya lebih mudah mendapatkan visi tambahan untuk mencari keberadaan Yotsuba. Setelah beberapa saat, ia menyeringai.

"Aku akui, rencanamu tidak buruk …," gumam Naruto. Akan tetapi, hal itu terdengar oleh Miku. Membuat gadis itu menoleh dan menatap Naruto dengan wajah tanpa ekspresi.

"Ada apa, Naruto?"

"Tidak ada. Ngomong-ngomong, aku juga ingin pergi ke toilet," balas Naruto yang mulai berjalan pergi meninggalkan mereka berdua.

Nino merespon, "Baiklah. Kami duluan, ya. Jika sudah, susul kami. Kami akan menunggu di dekat pintu keluar …."

Tanpa merespon, Naruto hanya memberikan tanggapan dengan ibu jari tangan kanan yang diacungkan. Nino yang melihat itu justru tidak melepaskan pandangannya terhadap Naruto yang berjalan menjauh. Miku menyadari hal itu dan mulai menatap Nino dengan ekspresi yang penuh akan kecurigaan.

"Ada apa?" ujar Nino, sepertinya ia juga menyadari dengan apa yang Miku lakukan. Mendengar itu, Miku kemudian mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Tidak ada …."

.

"Mau berapa kali anda menaiki wahana ini?"

Seorang petugas yang bertugas untuk mengurus wahana bianglala terlihat bingung. Itu dikarenakan ada seseorang yang menaiki bianglala itu berulang kali dan tidak berhenti untuk waktu yang lama. Naruto yang berada di sana dengan santai masuk ke dalam salah satu tempat di bianglala tersebut.

"Tunggu, itu sudah ditempati oleh orang lain!"

Naruto tidak menghiraukan ucapan dari petugas itu. Ia justru menatap seseorang yang berada dalam tempat yang saat ini ia naiki sembari tersenyum kecil, "Bolehkah aku bergabung bersamamu, Yotsuba?"

Yotsuba sangat terkejut ketika mengetahui Naruto yang sudah berada di depannya. Merasa sudah tertangkap basah, mau tidak mau dirinya mengizinkan lelaki itu untuk bergabung bersamanya.

"S-silahkan, Uzumaki-san …."

.

"Padahal aku sudah bersembunyi dengan sebaik mungkin. Pada akhirnya, aku tetap ketahuan oleh dirimu …."

Yotsuba berkata seperti itu sembari menunjukkan ekspresi yang cemberut. Naruto yang melihat itu hanya tertawa kecil.

"Aku akui, kau memilih tempat yang tepat untuk bersembunyi. Hanya saja, kau terlalu ceroboh untuk itu …."

"Apa maksudmu, Uzumaki-san?"

"Aku mengetahuinya dengan jelas berkat aksesoris yang kau pakai. Lebih tepatnya, pita kesayanganmu," ucap Naruto sembari menunjuk pita yang Yotsuba pakai saat ini. Yotsuba yang mendengar itu menepuk dahinya sendiri.

"Ditambah lagi, hanya kau saja yang berpisah dari kami setelah mencoba satu atau dua wahana di taman hiburan ini. Kau bahkan beralasan kalau perutmu sedang sakit. Jika kau menghabiskan waktu selama itu di toilet umum, orang-orang akan menjadi curiga dengan apa yang sedang terjadi."

Yotsuba terkagum setelah mendengar penjelasan Naruto, "Aku akui. Deduksimu sangat bagus, Uzumaki-san."

"Kita kesampingkan hal itu. Jadi, kau menghabiskan waktu di sini hanya untuk belajar?"

Bukan tanpa alasan yang membuat Naruto mengasumsikan hal itu. Itu dikarenakan ia melihat ada sebuah tempat pensil dan buku tulis yang tepat berada di sebelah Yotsuba. Membuat dirinya berpikir secara rasional akan hal tersebut.

"Itu benar, Uzumaki-san. Karena staminaku lebih banyak dibandingkan yang lain, membuatku semangat untuk belajar lagi dan lagi. Tidak hanya itu, aku adalah yang paling bodoh di antara kami berlima!"

Yotsuba mengatakan hal itu dengan ekspresi yang bangga, membuat Naruto sweatdrop karena hal itu. Naruto kemudian menyentakkan jarinya dengan sedikit keras ke arah dahi Yotsuba. Membuat Yotsuba meringis, tapi ia tidak melepaskan pandangannya kepada Naruto.

"Yotsuba, kau tidak bisa menyamakan dua hal yang berbeda. Aku akui kalau staminamu memang yang terbaik di antara semua saudarimu, bahkan termasuk diriku sendiri. Tapi, baik saudarimu dan dirimu sendiri sudah mencapai batas. Aku melihat konsentrasi kalian yang sudah tidak teratur, membuatku berinisiatif untuk mengajak kalian ke sini."

Naruto melanjutkan, "Satu lagi, aku sudah pernah bilang agar kau tidak merendahkan dirimu sendiri. Setiap orang memiliki bakat dan kelebihan masing-masing, sama halnya dengan dirimu sendiri. Maka dari itu, berhentilah bersikap seperti itu."

"Aku mengerti, Uzumaki-san. Aku sangat tahu kalau Uzumaki-san akan selalu mendukungku dan aku berterima kasih untuk itu …."

Yotsuba kemudian melanjutkan sembari menundukkan kepalanya, "Tapi, aku tidak bisa menghilangkan pikiran negatif tentang ketidakmampuan diriku dalam belajar karena suatu hal. Alasan kami yang selalu pindah sekolah, apa kau ingin mengetahuinya?"

"Ya, aku penasaran soal itu. Katakan saja, Yotsuba. Siapa tahu aku bisa memberikan solusi setelah mendengar ceritamu."

Yotsuba mengangguk, "Pada saat itu, kami bersekolah di SMA yang sangat terkenal dan bergengsi tinggi. Membuat diri kami kesulitan, karena saat itu kami belum terlalu pintar untuk memahami berbagai banyak pelajaran. Hal itu juga membuat diri kami selalu gagal dan terancam tidak naik kelas. Itu merupakan sebuah hal yang tidak langka untuk kami."

"Akan tetapi, selalu ada remedial yang diadakan secara khusus untuk para murid yang tidak mampu meraih nilai yang sudah ditentukan oleh pihak sekolah. Tentunya, kami berjuang sangat keras untuk itu."

Setelah mengatakan itu Yotsuba tidak melanjutkan ceritanya, membuat Naruto mengambil kesimpulan. Walaupun begitu, Naruto terlihat ragu-ragu ketika mengucapkannya.

"T-tunggu dulu, Yotsuba. J-jangan katakan kalau hanya dirimu saja yang gagal?"

"Uzumaki-san memang hebat, bisa mengambil kesimpulan yang benar dengan sedikit informasi yang kuberikan," ucap Yotsuba sembari tersenyum.

'Begitu ternyata, aku mengerti kalau Yotsuba merasa terbebani akan hal itu. Satu hal lagi, fakta bahwa mereka semua juga pindah sekolah menjadi sebuah bukti kalau bentuk kebersamaan mereka sudah terbentuk.'

Naruto memikirkan hal itu dari berbagai spekulasi yang sudah berkeliaran di otaknya saat ini. Yotsuba kemudian berkata, "Terlepas dari semua itu, mereka semua mengikuti diriku. Membuat diri mereka ikut dengan situasi yang seharusnya aku hadapi sendirian."

Yotsuba menunduk dan melanjutkan, "Aku senang karena mereka masih bersamaku. Tapi, diriku juga merasa bersalah karena membuat mereka terjerat dengan masalah yang aku miliki. Maka dari itu … tolong biarkan aku belajar lebih banyak, Uzumaki-san. Aku tidak ingin menjadi beban untuk mereka."

"Aku sih tidak masalah jika kau masih bersikeras untuk belajar. Tapi, saat ini kita berada dalam waktu untuk istirahat. Walaupun kau memiliki stamina yang lebih, bukan berarti kau bisa mempertahankan kapasitas konsentrasimu. Aku harap kau mengerti."

"Aku mengerti, Uzumaki-san. Tapi, kau tidak akan bisa menghentikan diriku …."

"Ya, kuakui kegigihanmu untuk saat ini. Tidak hanya gigih, kau juga sangat keras kepala," ucap Naruto yang dibalas dengan tawa kecil dari Yotsuba.

Naruto melanjutkan, "Daripada begitu, aku ada ide. Bagaimana jika kita belajar mengenai bahasa Jepang sampai bianglala ini berhenti? Alasan aku memilih bahasa Jepang dikarenakan itu adalah salah satu kelebihanmu dan kekurangan dari para saudarimu untuk saat ini."

"Ah, soal itu sih tidak perlu. Karena aku sudah bisa!" ucap Yotsuba dengan senang sembari membuka buku tulis miliknya yang sudah penuh dengan berbagai latihan yang diselesaikan.

Naruto yang melihat itu berpikir, 'Hmm, jawabannya benar semua. Padahal yang lain masih sangat kesulitan di pelajaran ini dibandingkan pelajaran yang lainnya.'

Kemudian, ia terkejut dalam diam ketika mendapatkan ide baru, 'Tunggu, aku punya ide yang lebih baik lagi. Mengapa aku baru terpikirkan cara ini sekarang? Padahal ini akan lebih mudah untuk dilakukan dan bisa diterapkan kepada semuanya.'

"Uzumaki-san?"

"Ah, maafkan aku. Aku terlalu lama berpikir …," ucap Naruto. Ia melanjutkan, "Sebelum itu, aku akan bertanya satu hal. Yotsuba, apa kau sudah melupakan segala ucapan dari Nakano-sensei di hari itu?"

"Sudah, Uzumaki-san. Berkat dirimu dan yang lain, aku bisa melupakannya. Sekarang, aku hanya berfokus untuk perkembangan diriku sendiri."

Melihat diri Yotsuba yang penuh akan determinasi membuat Naruto tersenyum, "Semangat yang bagus, Yotsuba. Aku beritahu satu hal. Mulai dari sekarang, kau akan mengajari saudarimu mengenai bahasa Jepang."

Mendengar itu membuat Yotsuba sangat terkejut dan menggelengkan kepalanya dengan cepat, "E-eh?! Mustahil, mustahil, mustahil! Aku tidak bisa melakukannya, Uzumaki-san!"

"Tenanglah, Yotsuba. Kau tidak akan mengajari mereka sendirian, karena aku juga akan membantumu untuk mengajari mereka."

Naruto melanjutkan, "Ditambah lagi, metode ini sangat bisa dilakukan juga oleh saudarimu yang lain dan memberikan simbiosis mutualisme yang saling menguntungkan untuk diri kalian. Mengingat kalian berlima memiliki kelebihan masing-masing terhadap salah satu mata pelajaran yang diujikan."

"A-apakah aku bisa melakukannya?" ucap Yotsuba yang terlihat berkaca-kaca, ia terlihat tidak yakin dengan dirinya sendiri.

Sembari tersenyum, Naruto menepuk bahu Yotsuba dan berkata, "Tentu saja kau bisa! Kau tidak perlu pesimis seperti itu, Yotsuba. Tidak ada hal yang tidak bisa kau lakukan jika kau sendiri belum mencobanya! Maka dari itu, tidak perlu memberatkan dirimu sendiri dengan berbagai hal dan cukup lakukan sesuai dengan apa yang kau bisa!"

"Percayalah bahwa tidak akan ada yang gagal! Percayalah kalau kalian semua akan berhasil! itu semua bisa kita lakukan jika kita bisa memaksimalkan segalanya. Jika kau bisa, maka keempat saudarimu juga bisa melakukannya! Aku percaya hal itu karena kalian adalah kembar lima!"

Hal itu membuat Yotsuba tersentak. Ia sekarang mengepalkan kedua tangannya dengan kepala yang tertunduk ke bawah, membuat ekspresinya tertutup dan tidak bisa dilihat oleh Naruto.

"A-aku masih sangat ragu dengan diriku sendiri. Apakah diriku yang bodoh bisa berguna untuk yang lain? Apakah orang bodoh sepertiku bisa melakukan sesuatu untuk orang lain? Apakah aku tidak akan membebani yang lainnya lagi seperti dulu?"

Yotsuba bertanya secara bertubi-tubi, gadis itu terlihat tidak percaya dengan apa yang bisa ia lakukan. Yotsuba yang merasakan elusan lembut pada kepalanya mulai menatap kembali Naruto. Ia bisa melihat Naruto yang menatapnya sambil tersenyum kecil.

"Tentu saja kau bisa melakukan segalanya untuk menunjukkan kapabilitas yang kau miliki. Saat ini, semuanya berada di tahap yang sama sebagai murid dan guru. Membuat situasinya sama dan tidak ada yang berbeda."

"Dengan itu, kau bisa melakukan sesuatu untuk orang lain dan menghilangkan beban yang menumpuk pada dirimu sendiri. Kau hanya perlu melakukan hal yang bisa kau lakukan, yaitu membimbing dan membantu saudarimu dengan apa yang kau miliki."

"Terakhir, ini akan berlaku untuk semuanya. Percayalah kalau mereka juga akan melakukan hal yang sama untukmu. Karena aku tahu bahwa kalian memiliki hubungan yang sangat kuat dan kalian tidak akan pernah meninggalkan satu sama lain …."

Dengan berakhirnya penjelasan Naruto, membuat pertahanan Yotsuba pecah. Ia menangis dalam diam. Dirinya senang dikarenakan sekarang ia mendapatkan kesempatan untuk berubah dan tidak membebani yang lain. Tidak hanya itu, itu juga dikarenakan kehadiran Naruto yang benar-benar menjadi sosok ayah bagi dirinya sendiri.

Ia sangat bersyukur telah bertemu Naruto sebagai pembimbingnya. Ia tidak pernah menyesal karena sudah diajari Naruto. Itu semua berkat rasa perhatian, kepedulian, kasih sayang dan kepercayaan yang lelaki itu berikan. Walaupun hanya sebatas teman, itu sudah sangat berarti bagi dirinya.

"Loh, kau menangis?"

"A-aku hanya kelilipan saja, Uzumaki-san …."

Naruto menyeringai, "Sayang sekali. Kau tidak memiliki bakat untuk berbohong, Yotsuba …."

"Urusai, Uzumaki-san!" ucap Yotsuba sembari menggembungkan pipinya. Naruto yang melihat Yotsuba cemberut hanya bisa tertawa. Walaupun seperti itu, Yotsuba tidak melepas pandangannya sedikit pun terhadap Naruto.

Saat ini, ia merasa kalau sekarang dirinya sedang merasa berdebar-debar terhadap sesuatu. Tidak hanya itu, ia merasa kalau sebuah perasaan asing muncul di dalam dirinya. Ia bahkan sampai blushing ketika memikirkan apa yang ia rasakan saat ini, terutama ketika dirinya bersama dengan Naruto.

'Perasaan apa ini? Apakah aku mulai menyukai Uzumaki-san?'

.

.

.

To Be Continued

.

.

Notes : Fic ini terinspirasi oleh beberapa fanfic tertentu dengan crossover Naruto x Quintessential Quintuplets. Hmm, ini project kedua gua dengan tipe fic yang multichapter. Gua bikin alurnya semi-canon tapi dengan banyak perubahan. Chapter 33 Up, jadi tolong buat reader gausah banyak protes dan Stay tune aja ye. Cukup doain gua biar banyak ide + sehat, secara perlahan nanti gua coba sebisa mungkin buat tamatin fic ini. Soalnya gua tim begadang buat ngelarin ini fic.

Next, gue gak bisa ngejawab review kalian satu per satu karena terlalu malas. Gua minimal baca review dari kalian, dan maksimal berakhir dengan baca PM dari reader or whoever else. Next. Jika fic ini diplagiat oleh oknum sampah yang nggak bertanggung jawab + tidak mendapat perizinan dari gua, bahkan gak naruh nama gua di tempat di mana dia ngepost cerita ini. Tolong bantu report / PM ke gua. Biar gua tinggal ikutan jadi tim report. Sebagai catatan, gua hanya memiliki akun FFN. Tidak ada yang di luar platform yang gua sebutkan.

Lagi dan lagi, gue ingin mempromosikan sesuatu di sini. Gue telah bergabung dengan sebuah Group Chat WhatsApp yang bernama Fanfic Community Indonesia, yang berisikan banyak author dan reader fanfiksi, bahkan platform lain. Di grup tersebut terdapat cukup banyak author senior, ataupun author baru seperti gue. Kepada siapapun yang berminat untuk bergabung, silahkan PM gue baik melalui web, ataupun aplikasi. Join with us! Feel like home! Let's move together!

Sepertinya hanya itu saja pesan gue kepada kalian. Sampai jumpa lagi. Jaa na!

FCI. Cursed-Eternal Out