CHAPTER 19

"Ini menyebalkan," kata Cagalli.

Dia berhasil sampai di tepi pantai yang hanya terbentang sedikit dan melengkung, menyiratkan bahwa itu bukan pulau yang besar. Ada beberapa pohon tropis di depan, meskipun vegetasinya tidak terlalu terlihat, dan ada beberapa batu besar yang bercampur juga. Hari masih terang, meskipun dia tahu matahari akan terbenam beberapa jam lagi.

Gadis itu mulai berjalan menuju pedalaman pulau. Saat dia berjalan berkeliling, dia menemukan Ada beberapa semak dan pohon yang tersebar juga, Dia baru berjalan sekitar dua puluh menit ketika dia mulai memperhatikan bebatuan dan tanaman mulai menipis.

'Apa aku sudah sampai di sisi lain pulau?' Saat dia datang di sekitar batu raksasa, dia sekali lagi dihadapkan dengan laut, meskipun sisi pulau ini tidak memiliki pantai berpasir yang panjang, melainkan serangkaian singkapan berbatu. Dia melihat sekeliling, dan rahangnya ternganga ketika dia melihat benda yang dikenalnya.

"Tidak mungkin," Itu adalah Aegis. Phase Shift Armor-nya dimatikan, tetapi tidak salah lagi itu adalah prototype mobile suit Aliansi yang dicuri. Kemudian dia melihat gerakan di bebatuan, dan menyadari itu adalah seorang pria muda dengan setelan pilot merah. Pria itu adalah Arthurn Zala.

'Seorang pilot ZAFT!' Cagallimenarik pistolnya. Dan kemudian Pilot itu merasa kalau dia sedang diawasi, dia berbalik. Cagalli yang terkejut langsung menarik pelatuknya. Tembakan pertama sedikit menyerempet lengan kanan pria itu. Membuang tasnya, pilot tersebut berlari menghindari tembakan pistol Cagalli.

"Jangan bergerak!" Ucap Cagalli yang menuruni bebatuan, tapi terlambat. Pilot ZAFT sudah bersembunyi di balik batu untuk berlindung. Tapi saat itu pilot ZAFT menyadari kalau di dalam tas yang dia buang terdapat pistol miliknya, dia sangat kesal dengan kecerobohannya.


"Di mana kita kehilangan dia? Ada komunikasi?" Kapten Ramius bertanya dengan mendesak.

"Tidak bagus! Ada banyak gangguan di radar!" Miriallia menjawab. Tonomura hanya bisa memastikan bahwa dia telah meninggalkan area pertempuran. Cagalli telah kembali beberapa saat yang lalu dan memberitahunya semua yang dia tahu, tetapi itu pun belum cukup. Natarle dengan dingin menyarankan agar Cagalli terdaftar sebagai MIA. Sai bertanya apa maksudnya. Ketika dia diberitahu bahwa itu adalah singkatan dari 'Missing In Action' dan mengacu pada saat seorang tentara hilang selama pertempuran, dan itu adalah cara untuk mengatakan 'mungkin terbunuh dalam aksi tetapi tidak dikonfirmasi', dia dan Milly tersentak ketakutan. Tapi mereka diyakinkan ketika mereka mendengar Murrue.

"Saya pikir Anda melompat ke kesimpulan, Badgiruel-chuii. Kita masih tidak tahu apakah dia benar-beanr telah ditembak jatuh. Berapa lama sebelum matahari terbenam?" Kapten bertanya. Miriallia menjawab bahwa sekitar satu jam tersisa sebelum matahari terbenam.

"Apakah anda berencana untuk mencarinya?! Ini adalah wilayah ZAFT!" Badgiruel membalas, terkejut. Atasannya sepertinya lupa bahwa Samudera Hindia berada di bawah kendali musuh.

"Akan berbahaya bagi pertahanan kita jika meluncurkan AGE-1. Karena itu, Setelah kita menyelesaikan perawatan dan pengisian ulang Strike, kita akan mencarinya melalui jalur laut."

"Kapten!"

"Tulis apa pun yang kau inginkan dalam laporan atau catatan sialan-mu atau apa pun itu!" Ramius balas membentak, mengejutkannya yang kedua. Karena kepatuhannya yang terlalu ketat terhadap aturan, Natarle hanya terfokus pada peraturan militer tanpa mengamati lingkungan secara langsung. Hal inilah yang membuatnya cenderung melupakan sisi manusiawi dari perang, dia cenderung melupakan perasaan, kasih sayang, dan hubungan antara sesama rekan ataupun atasan dan bawahan.


Kembali di pulau, peremuan menegangkan antara cagalli dan pilot ZAFT masih berlangsung, dia berjalan mendekati batu besar dengan hati-hati. Disisi lain, Pemuda ZAFT juga bersiap-siap untuk bergerak. Cagalli sudah berada tepat di samping tas yang dijatuhkan oleh pilot ZAFT, dia melihat terdapat pistol disana, segera dia membuangnya.

Pada saat berikutnya dia mengdengar suara dari arah kiri dan menemukan pilot ZAFT yang mencoba kabur. dia menembaknya lagi. Namun, tembakannya tidak satupun mengenai pilot ZAFT. Dan dia kehilangan jejaknya. Dengan waspada Cagalli melihat di sekelilingnya. Tiba-tiba dia melihat bayangan, dan mendongak untuk melihat pemuda ZAFT itu melompat turun dari atas sebuah batu besar. Dia mendatanginya dan menjatuhkannya ke tanah, menyebabkan dia menjatuhkan senjatanya.

Saat dia menjepitnya, dia mengangkat pisau melengkung yang tajam. Pemuda itu memasang wajah dengan niat membunuh, Cagalli membeku. Tidak dapat berpikir, dia hanya menutup matanya dan berteriak.

Jeritan bernada tinggi itu membuat Pemuda ZAFT, Athrun benar-benar terkejut. Meringis melihat betapa tajamnya pisau itu, dia menurunkan pisaunya dan melihat lebih dekat pada orang yang disematkan di bawahnya.

"Hah? Seorang gadis?" dia berkata.

gadis pirang itu mendapatkan kembali ketenangannya dan memelototinya. "Kamu pikir aku ini apa? Kenapa kau dan si idiot itu sama saja?"

Arthurn sedikit bingung dengan gadis itu yang tiba-tiba marah, jadi dia segera mengikatnya dan kemudian membongkar senjata yang dia sita dan melemparkannya ke laut. Dia menyadari bahwa gadis itu tidak mengenakan seragam Aliansi, melainkan sepasang celana, kemeja merah, dan rompi hijau.

"Apa kau benar-benar tentara pasukan bumi?" tanya Arhurn yang berjalan menuju tas yang dia bawa untuk merawat lukannya. "Kau tidak punya ID apapun. Selain itu aku tidak pernah mendengar seseorang menjerit seperti itu di medan pertempuran." Sindir Pria itu yang membuat gadis itu merasa sedikit malu.

"Maaf saja aku mengecewakanmu." Ucap Cagalli dengan malu.

"Apa kau yang menembak jatuh pesawat transportasi kami?" Tanya Arthur sambil merawat lukannya, kemudian dia menambahkan, "Aku melihat pesawatmu di seberang pantai."

"Kaulah yang menembak jatuh pesawatku." Ucap Cagalli yang membalikan perkataan Arthurn dengan faktanya.

"Kau dari kelompok mana? Dan kenapa kau terbang sendirian?" Tanya Arthurn untuk memastikan asal usul gadis itu.

"Aku bukan seorang tentara! Aku juga tidak mengikuti kelompok manapun!" Jawab gadis itu dengan Tegas sambil mengakat sedikit posisi badannya, dia menambahkan, "Dan aku tidak dantang kesini karena aku ingin-" gadis itu terguling sebelum selesai mengucapkan kalimatnya. Dia merontah-rontah berusaha untuk memperbaiki posisinya.

Athrun tidak bisa menahan senyum sedikit. Memutuskan untuk tidak melihat lebih lama dan berjalan menuju Aegis. Tapi kemudian dia dihentikan oleh Cagalli yang bertanya "apakah kau salah satu dari orang yang menyerang Heliopolis?"

Arthurn berhenti dan menatap Cagalli yang sedang menatapnya dengan tajam. Gadis itu melanjutkan perkataannya. "Aku ada disana. Aku berada di Heliopolis ketika kalian mengancurkannya berkeping-keping!"


Hari sudah Sore. Sesuai rencana, Murrue memutuskan untuk melakukan pencarian. Dan yang bertugas melakukan pencarian adalah Kira, Awalnya Flit mengajukan diri untuk melakukan pencarian, karena dia merasa bisa melakukannya lebih cepat. Tapi sayangnya Murrue menolaknya Karena keberadaan Flit sangat dibutuhkan untuk melakukan penjagaan maksimal selagi Kira Pergi. Kapten memberitahukan untuk melakukan pencarian di salah satu pulau terdekat dan kembali dalam waktu dua jam. Dia tidak ingin pilot muda itu kelelahan. Setelah melakukan persiapan, Kira menluncur dengan Strike dengan bergerak di bawah air.

.

.

Di pangkalan ZAFT Carpentaria, Nicol dan Dearka sedang menunggu di ruang tunggu. Nicol sedang melihat ke luar jendela dan Dearka sedang duduk di sofa dan membaca ketika Yzak masuk. Mantel Merah termuda dengan mendesak bertanya kepadanya tentang keberadaan Athrun.

"Anggota Tim Zala!" Yzak memulai, nadanya mengejek saat dia sedikit berubah menjadi pose serius. "Sekarang aku ingin memberi kau pembaruan tentang misi pertama tim yang terhormat ini. Tidak ada misi yang lebih penting." Dia berhenti karena lebih banyak ketegangan. "Kita harus mencari pemimpin kita!" Dia menyeringai mengejek pada situasi yang menggelikan. Dearka tertawa terbahak-bahak, sependapat dengan teman lamanya. Hanya Nicol yang mengernyit karena keduanya tidak terlihat sedikit pun mengkhawatirkan rekan mereka yang hilang. "Yah, kurasa mau bagaimana lagi karena kapal induknya ditembak jatuh... tapi kebetulan markas terlalu sibuk untuk membantu kita. Jadi mereka menyuruh kita mencari pemimpin kita sendiri. "

"Wah, awal yang bagus untuk tim kita!" Si pirang berkomentar ironis, dan ringan hati.

"Dikatakan, matahari akan terbenam. Kami akan memulai pencarian kami besok." Joule menyimpulkan dengan tidak peduli.

"Kamu pasti bercanda!" Nicol membalas. Dearka mengingatkannya bahwa dia berada di Aegis. Bahkan jika dia telah ditembak jatuh, tidak perlu terlalu khawatir. Bukannya dia jatuh ke atmosfer bumi...

"Jadi begitulah. Kami akan menginap malam ini di barak. Aku diberitahu bahwa kapal induk harus siap berlayar besok jadi kami akan memulai pencarian kami." Yzak pergi dengan kata-kata ini. Nicol juga berbalik. Lebih dari ketidakpedulian sekutunya, dia tidak menyukai kenyataan bahwa mereka tampaknya hampir menikmati situasinya.


Didalam Aegis. Arthurn mencoba mengirimkan pesan, tapi sayangnya tidak ada satupun saluran komunikasi yang menangkap sinyalnya. Suara Gemuruh yang datang dari langit mengejutkannya, dan awan gelap mulai berkumpul. Sepertinya akan terjadi badai.

Di bawah, Cagalli mencoba merangkap untuk naik ke dataran yang lebih tinggit, tapi suara petir membuatnya kaget dan akhirnya dia berguling turun dan jatuh ke perairan dangkal. Pada saat berikutnya hujan mulai turun, dan gelombang air mulai semakin kuat. Dia berusaha sekuat mungkin untuk melepaskan ikatan tangannya dan agar tidak hanyut di sapu ombak.

Karena tidak dapat menghubungi rekan-rekannya, Arthurn melapaskan perangkat yang menyalurkan sinyal ke laut. kemudian dia menydarai kalau gadis yang dia sandera jatuh ke perairan dan sedang dalam kesulitan, jadi dia megarahkan lengan Aegis untuk melinduginya dari hujan. Dia turun dari Aegis dan berjalan kearah Caggali dan bertanya apa yang sedang dia lakukan?

"Apa kau tidak bisa melihatnya?" Tanya Cagalli dengan sedikit emosi. Tapi pemuda itu hanya diam dan linglung.

"Aku tidak bisa bergerak! Jangan diam saja dan cepat bantu aku!"

"AKu tidak pernah berpikir kau dalam posisi dimana bisa menyuruhku melakukan apapun yang kau mau."

"Cepat dan lakukan saja!"

Pada akhirnya pemuda itu setuju untuk membantu, dia menarik bahu gadis itu agar dia bisa duduk. Arhhurn bertanya apa dia baik-baik saja? Tapi Cagalli hanya diam saja, dan dari rambutnya keluar seekor kepiting kecil yang mulai berjalan ke lengan pria itu. Baru saja menempuh setengah jalan, kepitinh itu terjatuh ke dalam air.

Athrun terkekeh lagi, membuatnya sedikit tersipu. "Apa yang lucu?"

"Oh, Maaf." katanya, "Ini pertama kalinya aku melihat yang seperti ini."

"Apa di PLANT tidak ada kepiting?" Kata gadis itu yang mulai berdiri dan melompat-lompat untuk bisa berdiri di bawah hujan.

"Apa yang kau lakukan?"

"Aku membutuhkan hujan untuk membasuh tubuhku. Badanku penuh pasir." Ucap gadis itu yang kemudian menikmati air hujan yang turun membasahi tubuhnya dengan senyuman. Arthurn tersenyum melihat tingkah Cagalli dan berjalan kaerahnya untuk memotong ikatan tangan dan kakinya.

"Kau bisa melakukan apa yang kau mau, tanpa senjata kau bukanlah ancaman." Ucap Atrhurn dengan tenang. Tentu saja itu membuat Cagalli tersinggung. Kemudian Arthurn dengan bercanda memberi tahu mungki ada kepiting lain di bajunya. Cagalli dengan cepat menarik bajunya keatas dan memperlihatkan perutnya, dan kemudian kepiting kecil lainnya jatuh.

.

.
.

Kedua reamaja itu berlindung di gua. Api unggun sedang menyala, dengan pakaian gadis itu di gantung d idekat api unggun, perlahan mengering karena panas. Cagalli sendiri hanya mengenakan pakaian dalamnya, menutupi dirinya dengan selimut besar yang disediakan oleh pemuda yang duduk di seberang perapian darinya.

Gadis itu menatap api dengan tenang, sepertinya dia tenggelam dalam pikirannya. Memikirkan orang-orang di Archangel yang mungkin saja khawatir pada dirinya. Di tengah lamunanannya, Arthurn menyerahkan minuman hanya dan sebungkus makanan. Tapi karena Cagalli tidak menanggapinya, lantas dia meletakan makanan dan minuman tersebut didekatnya.

"Banyak Gangguan gelombang yang terjadi di udara." Ucap Arthurn.

"Kalianlah yang menyebabkan kekacauan itu!" Ucap gadis itu dengan tidak senang.

Athurn menatapnya sejenak dan kemudian di berbalik dan berjalan kembali ketempatnya, dan mengambil gelasnya. "Pasukan Bumilah yang pertama kali menyerang dengan menggunakan senjata nuklir." Ucap pemuda itu dengan tenang tapi cukup jelas kalau itu merupakan balasan dari perkataan Cagalli sebelumnya.

Gadis itu menundukan kepalanya dan kemudian melirik makanan yang sebelumnya di berikan padanya.

"Mungkin itu dari ZAFT, tapi makanan tetaplah makanan." Kemudian dia bertanya lagi, "Semua perlengkapanmu hanyut, kan?"

Pertanyaan itu bagaikan sindiran untuk cagalli, dia tidak bisa menyembunyikan rasa malunya. Akhirnya dia memutuskan untuk mengambil makanan tersebut dan memakannya. Athurn yang melihat itu tersenyum ringan dan meminum minumannya. Setelah selesai makan mereka berdua duduk berlawanan menatap api unggun.

"B-Bukankah kau seharusnya mengikatku? Jika aku mengambil pistolmu ketika kau lengah, posisi kita akan cepat berbalik! Jika itu terjadi kau akan terlihat seperti orang bodoh!"

"Hahahahaha.."

"Apanya yang lucu!"

"Tidak. AKu hanya berpikir, kalau kau tidak akan mudah menyerahkan,kan?" Ucap pemuda itu dengan tawa kecil, tapi ketika sudah tenang dia berkata "Jika kau mengambil pistolku, maka aku tidak punya pilihan lain selain membunuhmu. Jadi sebaiknya kau tidak berpikir seperti itu."

"Kau selamat bisa selamat di Heliopolis dan berhasil mendarat darurat disini, jadi sebaiknya kau jangan terlalu berharap pada keberuntunganmu."

"Hmmp, aku tidak bernah membayangkan kalau seorang ZAFT akan mengkhawatirkan hidupku."

Mendegar Gadis itu yang terus bersikeras, Arthurn hanya bisa menghela nafas dan melihat kelangit.

"Mengenai Heliopolis..." prajurit itu berkata dengan lembut, "...kami tidak pernah bermaksud untuk menghancurkannya. Satu-satunya tujuan kami adalah untuk mengambil senjata baru Pasukan Bumi yang sedang dibangun di sana."

"Apa yang kau katakan, Nyatanya kalian telah menghacurkan sebuah koloni!" kata Cagalli.

"Ini juga berlaku dengan fakta ORB yang mendeklarasikan diri sebagai negera netral, tapi kemudian membuat mesin seperti itu di Heliopolis." Lanjut kata pemuda itu, "Kami bertarung untuk melindungi PLANT. Kami tidak bisa mengabaikan pengembangan senjata tersebut.

"Begitu juga dengan bumi, kami bertarung karena kalian menyerang bumi dan menghancurkannya!" Ucap Cagalli Cagalli yang bersikeras. Mereka saling menatap tanpa ada satupun yang mengalah, tapi setelah beberapa saat pemuda itu menngalihkan pandangannya.

"Ibuku..." katanya lembut, "...berada di Junius Seven."

Cagalli terkejut.

"Itu adalah koloni pertanian di PLANT. Orang-orang tak berdosa tewas dalam sekejap, bahkan anak-anak. Apa Kau pikir kami akan diam begitu saja!?" Tanya Pemuda itu dengan emosi.

Tapi Cagalli masih bersikeras, "Banyak temanku yang tewas karena serangan kalian!"

Mereka saling menatap dengan tajam, hingga akhirnya pemuda itu menghela napas. "Lagipula itu tidak penting sekarang. Berdebat denganmu tidak akan mengubah apapun." Dengan itu dia mulai berbaring miring.

Cagalli berjalan keluar dan menatap Aegis, banyak pikiran yang melintas dikepalanya hingga akhirnya dia mengehela nafas dan berbalik ke gua dan menemukan kalau pemuda ZAFT sudah tertidur. Dia mencoba meneriakinya tapi sayangnya karena terlalu lelah pemuda melanjutkan tidurnya. Cagalli hanya duduk dan menatapnya selama beberapa saat sebelum tatapannya beralih ke pistol yang ada di pinggangnya.


Di archangel semua orang masih khawatir akan hilangnya Cagalli. Kisaka yang selalu mengawal gadis itu, menghabiskan waktu menyendiri. Di anjugan, pikiran Murrue dipenuhu perdebatan. Dia memikirkan kecilnya jangakauan pencarian Strike melalui jalur laut, dia mempertimangkan apakah harus menerima saran dari Wakilnya untuk menetapkan Status Cagalli sebagai MIA. Saat dia sedang berpikir dengan berat, pintu mulai terbuka dan seorang pemuda berambut Hijau koral masuk.

"Apa ada kemajuan?" Tanya Flit.

"Sayangnya saat ini belum ada." Ucap Murrue dengan nafas berat, "Pencarian melalui laut dimalam hari akan sulit menggunakan Strike. Di tambah dengan badai semakin mempersulit situasi. Satu-satunya kesempatan kita adalah melanjutkan pencarian di pagi hari."

"Bagaimana dengan Kira?"

"Aku dengar dia sempat berselisih dengan letnan komandan La Flaga karena dia ingin melanjutkan pencarian. Tapi sepertinya dia berhasil di bujuk untuk melakukan istirahat."

"Kau tahu kalau kita tidak bisa terus-terusan menghabiskan waktu untuk mencari gadis itu. Kan?"

"tentu aku tahu. Sebagai tentara, aku punya misi yang harus dituntaskan…" Ucap Murrue dengan perasaan yang berat "Tapi. Sebagai manusia, aku tidak bisa mengabaikan nyawa anak itu begitu saja …." Ekspresinya sangat berat, dia mengepalkan tangannya.

Flit tersyenyim kecil dan memberi pujian padanya, "Sepertinya Halberton mendidik bawahannya dengan baik."

Pujian itu membuat Murrue sedikit terkejut.

"Kalau begitu untuk pencarian selanjutnya, aku sendiri yang akan melakukannya."

"Sendiran, tapi…"

"Dengan AGE yang bisa terbang di udara, aku bisa memperluas jangakauan pencarian. Dan untuk itu, selama aku pergi, aku ingin kau tingkatkan pengawasan ke level tertinggi untuk keamanan kapal."

"Sepertinya aku harus merepotkanmu. Terima kasih, Flit."

"Tidak perlu berterima kasih, tapi setidaknya aku ingin bonus pada pembayaran terakhirku."

Setalah itu Flit sedang berjalan keluar dari Anjungan untuk menuju kamarnya untuk beristirahat.


Setelah beberapa saat, Cagalli berdiri dan berjalan ke pintu masuk gua. duduk di depan pintu masuk, dia menatap Aegis yang menjulang di atas tempat berlindung mereka. Dia memikirkan apa saja yang telah terjadi pada dirinya setelah Heliopolis dihancurkan.

Berjalan kembali ke gua, dia perlahan mendekati pemuda ZAFT. Seluruh tubuhnya tegang, dia meraih pistol di pinggulnya. Ketika dia hendak melakukannya, dia teringat perkataan Arthurn yang akan membunuhnya jika dia mencoba mengambil pistolnya. Dia sempat ragu, tapi meski begitu dia tetap bertekad.

Cagalli terus menggerakkan tangannya perlahan ke arah pistol. Saat dia meletakkan tangannya di atasnya, dia melihat kalau pemuda itu mulai membuka matanya dan menyadari tindakan Cagalli. Dengan cepat, dia menarik pistol dari sarungnya dan melempar selimutnya. Dia bergegas mundur tepat saat pilot ZAFT muncul dalam posisi berjongkok, memegang pisau melengkungnya.

"Brengsek kau!" Pemuda itu marah atas tindakan Cagalli.

"Maaf, Aku tidak ada niat untuk menembakmu." katanya, "tapi... kau berniat untuk menyerang bumi lagikan dengan benda itu?"

"Aku tahu bahwa itu kesalahan ORB karena menciptakan benda seperti itu! Tapi… Mobile suit itu bisa menghentikan pembunuhan dibumi, benarkan?"

"Kalau begitu tembaklah aku. Aku adalah yang bertanggung jawab atas mobile suit itu."

"Aku adalah Pilot ZAFT, aku tidak akan membiarkan kau menyentuk mesinku. Jikau kau memaksa, aku akan membunuhmu."

Mereka saling menatap di seberang api, tangan Cagalli masih gemetar, Dia tidak mengatur pernapasannya. Di mencoba menembaknya tapi dia tidak bisa, ketakutan dan kebimbangan menyelimuti dirinya.

"Sial!" Gadis itu melemparkan pistol tersebut dari tangannya. Meyadari tindakan berbawa yang di lakukan Cagalli, Pemuda ZAFT dengan cepat melopat ke arahnya, dan kemudian…

*Bang*

"Bagaimana bisa kau melemparkan pistol dengan pelatuk terbuka!"

"Maaf."

"Yang benar saja, ada apa dengan dirimu ini?"

"Tidak… itu… ah-" Cagalli melihat luka di tubuh pemuda itu "Itu.. apa karena yang barusan?"

"tidak perlu di pikirkan." Ucap pemuda yang mulai berdiri.

"Itu harus segera di obati."

"Tidak usah khawatir." Arhurn berjalan kearah tas-nya yang berisi kotak P3k

"Biarkan aku membantumu!" Cagalli yang merasa bersalah ingin membantu pemuda ZAFT untuk merawat lukanya, tapi Pria muda itu mengatakan kalau itu tidak perlu. Tapi cagalli tetap bersikeras untuk membantu, dia menarik tas pemuda itu "Kumohon, biarkan aku membantu. Bagaimana cara agar aku bisa minta maaf kepadamu?"

Dia mengangguk, dan mengambil gunting kecil dari perlengkapannya, dia mulai memotong sebagian dari baju terbangnya sehingga dia bisa melihat lukanya dengan lebih baik. Setelah mendisinfeksi, dia mulai membungkusnya dengan perban.

Dia menghela nafas lega ketika dia melihat bahwa lukanya cukup dangkal.


Saat Fajar Kira berada di Hangar, dia hendak kembali melakukan tugas pencarian sebelum akhirnya dia dihentikan oleh La FLaga.

"Pencariannya di batalkan!?" Kata Kira yang terkejut.

"Itu adalah perintah dari kapten, Strike harus terus bersiaga di kapal-" Mu hendak menjelaskan tapi omongannya di potong oleh kira yang marah.

"Apa kita akan mengabaikan Cagalli begitu saja!"

Mu terkejut dengan kira yang tiba-tiba memotong perkataannya, "Jangan marah dulu, aku belum menyelesaikan omonganku."

"Maaf." Kira yang kembali tenang meminta maaf dan mengengarkan apa yang akan dikatakan oleh atasannya.

"Strike harus terus bersiaga di kapal selama AGE-1 pergi dalam melakukan misi pencarian."

"AGE-1, Flit melakukan pencarian?"

"Benar." Sebuah suara muncul memasuki obrolan dua pilot tersebut, orang itu adalah Flit dengan pakaian pilotnya. "Dengan AGE-1 yang bisa bermanuver di udara akan memperluas jangankauan pencarian. Karena itu, aku serahkan penjagaan kapal pada kalian berdua." Ucap Flit menepuk punggung kedua pilot tersebut. "Tidak perlu khawatir, aku akan membawa kembali anak itu." Ucapnya sebelum dia pergi masuk kedalam Kokpit AGE-1.

Setelah mendapat izin, AGE-1 meluncur dari Archangel. Di saat bersamaan di Carpentaria, Pilot Muda ZAFT, Nicol juga berangkat menggunakan Helikopter untuk mencari temannya.


Beberapa waktu kemudian, Athrun terbangun karena 'jam tangan' berbunyi. Dia berlari ke tempat terbuka Aegis dan menekan beberapa tombol dan duduk.

"Art...Arthurn...bisa...dengar...?"

"Nicol?"

"Arthun, Syukurlah. aku bisa melacakmu melalui transmisi ini. Kami akan segera mengirimkan bantuan."

"Baik."

*bib**bib**bib*

"Resnpon ini dari aran yang lain..."

.

.

Ketika Cagalli membuka matanya, dia menemukan bahwa pilot ZAFT tidak ada di gua. Sinar matahari pertama memuncak di dalam, hari baru menyingsing. Bangun, dia mengenakan pakaiannya yang sekarang kering dan berjalan keluar.

Dia melihat Atrhurn turun dari dari mobile suit-nya dan berjalan mendekatinya.

"Apa yang terjadi?"

"Bantuan akan segera datang. Temanku akan mengirim pesawat untuk menjemputku. Dan juga, aku mendeteksi sesuatu. Aku tidak bisa memastikan apa itu tapi kurasa itu bukan ZAFT. Mungkin saja itu temanmu. dia datang dari arah dimana pesawatmu jatuh."

"Aku akan menyembunyikan benda ini. Kita lebih baik menghindari pertempuran di tempat seperti ini."

"Kau benar. Kalau begitu aku akan pergi ketempat pesawatku berada." Cagalli berjalan meninggalkan Arthurn. tapi belum jauh dia pergi, arthurn memanggilnya.

"Hei! Kau bukan bagian dari pasukan bumi kan?"

"Bukan!" Jawab gadis itu,

'Meski bukan bagian dari militer….tapi dia terseret masuk dalam perang ini' Pememuda itu merenung sambil mengingat wajah temannya yang juga terlibat dalam perang ini.

"Namaku Cagalli. Siapa namamu?"

Pemuda itu ragu-ragu sejenak sebelum menjawab. "Athrun."

"Tetap hidup, Athrun."Cagalli melambaikan tangannya sambil berlari.

Dia mengangguk. "Ya, kau juga."

.

.

Cagalli berbalik dan berlari menuju sisi berlawanan dari pulau tempat dia jatuh pada hari sebelumnya. Saat dia mendekati garis pantai, dia melihat sebuah Mobile Suit putih dengan sebuah simbol di bagian dadanya. dan dia menyadari siapa itu.

"FLIT!" teriaknya sambil tersenyum. Dia melambaikan tangannya, melompat-lompat, dan dia lega melihat mobile suit itu melambat dan mendekati posisinya.

Gundam mendarat di depannya, dan menurunkan tangan kanannya. Masih tersenyum, dia naik ke atasnya, dan itu mengangkatnya ke bagian kokpit. Pintu palka terbuka dan dia naik.

"Flit!" katanya saat pilot menutup palka, "Terima kasih! Aku tahu salah satu dari kalian akan menemukanku."

"Astaga kau benar-benar ahli membuat orang khawatir."

Gadis itu menundukan kepalannya. "Ya, maaf membuat kalian khawatir."

"Ya, setidaknya kali ini kau meminta maaf, tapi juga Kau harus mengatakan itu kepada yang lainnya saat kita sampai di kapal."

"ya

.

.
Bersambung-