Extra Chapter 5


Chanyeol benar-benar terlihat seperti orang yang sedang putus cinta. Wajahnya yang setiap hari menampilkan senyum manis itu kini begitu suram. Suaranya yang selalu berisik kini hanya mengeluarkan helaan napas berat. Untung saja Chanyeol masih memperhatikan penampilannya, kalau tidak ia akan sangat terlihat menyedihkan.

Siapa pun yang menghampiri Chanyeol dan bertanya apa yang terjadi padanya selalu mendapatkan jawaban yang sama. Tidak satu pun dari mereka mendengar jawaban selain, "Aku baik-baik saja."

Chanyeol juga selalu menatap ponselnya yang begitu hening. Ia menunggu panggilan dari satu orang yang sudah tidak ia temui selama seminggu ini. Dua minggu sebenarnya, karena Chanyeol sudah tidak melihat Baekhyun sejak ia sibuk dengan tugas kuliahnya. Dan satu minggu tambahan datang tanpa ia tahu apa alasannya. Bahkan Chanyeol sudah bertanya pada Kyungsoo, namun ternyata Baekhyun juga tidak memberitahukan alasan sesungguhnya padanya. Satu-satunya hal yang bisa Chanyeol lakukan sekarang adalah menunggu.

Dengan pikiran yang masih penuh akan Baekhyun, Chanyeol menyadari sesuatu. Ia yang sedari tadi berjalan tanpa arah kini tiba di gedung fakultas Baekhyun. Ia terdiam di tempatnya sambil melihat ke arah taman yang penuh dengan mahasiswa lain.

Chanyeol sebenarnya tidak takut untuk mencari Baekhyun. Ia bisa saja pergi ke kelas Baekhyun karena ia tahu semua jadwal Baekhyun. Tapi Chanyeol ingat dengan apa yang dikatakan Kyungsoo sebelumnya. Baekhyun meminta waktu untuk sendiri. Ia akan menghubunginya jika dirinya sudah siap untuk bertemu. Dan Chanyeol akan berjuang untuk menunggu karena ia tahu jika Baekhyun tidak akan menarik kata-katanya begitu saja.

Pada akhirnya Chanyeol hanya terus berjalan. Ia meninggalkan tempat yang memberinya peluang besar untuk bertemu Baekhyun. Chanyeol pun segera pergi menuju salah satu cafe yang berada tidak jauh dari kampus. Ia duduk di sudut yang begitu sepi setelah memesan americano.

Hingga seseorang yang baru saja masuk ke cafe bergabung dengan Chanyeol. Jongdae, yang mendapati Chanyeol begitu kesepian duduk di depannya. "Apa aku boleh duduk di sini?" tanyanya dan Chanyeol mengangguk sebagai jawaban.

Setelah duduk, Jongdae merasa sedikit tidak nyaman karena Chanyeol benar-benar hanya diam saja. Bahkan Chanyeol sama sekali belum mengangkat pandangannya dan terus saja menundukkan wajah. Tidak mungkin Jongdae tidak menyadari jika temannya itu sedang dirundung masalah.

"Kalau butuh seseorang untuk jadi pendengar, aku punya waktu luang," kata Jongdae, tidak memaksa Chanyeol untuk bercerita.

Chanyeol hanya menghela napas. Ia akhirnya berbicara walau masih belum mau mengangkat pandangannya. "Jongdae, apa kau benar-benar bisa memberikan kiat-kiat seputar masalah percintaan?"

Jongdae berseru. "Sudah kuduga. Pasti tentang pacarmu yang kau bicarakan saat makan malam itu, kan?"

Chanyeol akhirnya mengangkat wajahnya. Matanya melebar karena terkejut sekaligus bingung. "Apa maksudmu? Aku tidak pernah bilang kalau aku punya pacar."

"Kau mengatakannya saat mabuk," balas Jongdae. "Kau menghabiskan lebih dari tiga botol soju sendirian, makanya kau tidak ingat apa yang terjadi. Apa kau bahkan tidak sadar jika hampir semua temanmu bertanya tentang pacarmu akhir-akhir ini?"

Kalau diingat-ingat, belakangan ini memang banyak temannya yang mengira kalau ia jadi lesu begini karena ada masalah dengan pacarnya. Dan sekali pun Chanyeol menyangkal, tidak ada satu pun dari mereka yang percaya. Semua orang seolah tahu kalau dia punya pacar dan tidak dalam hubungan yang baik.

Chanyeol tiba-tiba menjadi panik. Bagaimanapun juga, ia sudah berjanji pada Baekhyun untuk merahasiakan hubungan mereka. "Apa aku mengatakan siapa orangnya?"

Jongdae menggeleng, membuat Chanyeol menghela napas lega. "Kau benar-benar tidak mau orang lain tau tentang hubunganmu, ya?"

Chanyeol menghela napas. "Aku sebenarnya tidak masalah untuk memberitahu semua orang tentang hubungan kami. Tapi dia yang belum siap."

Jongdae berseru diam. Ia tidak tahu pasti situasi seperti apa yang dialami Chanyeol, tapi ia punya dugaan. Jongdae punya banyak teman yang memiliki kisah cinta yang berbeda-beda. Ini bukan pertama kalinya ia bertemu pasangan yang sulit untuk diterima oleh masyarakat. Jongdae berdeham dan kemudian berbicara. "Beruntung saja kau bicara tentang masalahmu padaku."

"Benarkah?"

"Hm, aku tidak akan mengatakan hal itu benar seratus persen. Tapi anak-anak yang lain sangat berisik dan tidak peduli lagi padamu setelah kau menolak untuk bermain."

Kedua alis Chanyeol menekuk. Ia mencoba mengingat permainan apa yang mereka mainkan malam itu.

"Sepertinya kau benar-benar tidak ingat." Jongdae bisa tahu dari wajah Chanyeol jika ia sudah melupakan dua pertiga kejadian malam itu. "Mau kuceritakan seberapa menyedihkannya kau malam itu?"

Chanyeol mengangguk. Ia memajukan sedikit tubuhnya untuk menyimak cerita Jongdae.

.

"Bersiaplah kalian semua!" Salah seorang pemuda yang wajahnya sudah memerah karena alkohol berdiri. "Sebagai pemenang game hari ini, aku yang akan memutuskan hukuman untuk kalian!" Ia berteriak sambil membanggakan dirinya.

Pemuda itu makin merasa punya kuasa setelah mendengar teman-temannya mengeluh. Semua orang memohon padanya untuk tidak memilih mereka. Namun matanya menangkap seorang temannya yang bahkan tidak peduli dengan apa yang terjadi di sekitarnya. Sebuah senyum muncul diwajahnya.

"Siapa gadis beruntung yang mau menerima hukuman untuk mencuri ciuman dari pangeran kampus kita?"

Para gadis di sana langsung riuh. Beberapa laki-laki bersorak karena merasa iri pada Chanyeol yang sama sekali tidak memberikan reaksi. Bahkan saat salah seorang gadis terpilih dan sudah duduk di depannya.

"Cium! Cium! Cium!"

Saat mendengar sorakan-sorakan itu, barulah Chanyeol mulai memberikan reaksi. Ia mengangkat pandangannya dan menatap gadis di depannya. Namun apa yang ia lakukan berikutnya langsung membuat teman-temannya berseru kecewa. Alasannya adalah karena Chanyeol mendorong gadis yang mencoba mendekatinya.

"Ya, Chanyeol-ah, kau benar-benar akan menolaknya? Ini hukuman dari sang pemenang!" protes pemuda yang memenangkan permainan.

Chanyeol menggeleng. "Mianhae. Aku tidak bisa mencium orang lain."

"Kau mengkhawatirkan citramu sekarang? Lupakan itu, kita bersenang-senang malam ini!" teriak salah seorang yang duduk tidak jauh dari Chanyeol.

Chanyeol lagi-lagi menggeleng. Wajahnya yang sudah merah menolak. "Aku akan menerima hukuman apapun selain yang satu ini."

"Kenapa? Kau pasti sangat membenciku." Gadis yang duduk di depannya itu memasang wajah cemberut.

Teman-temannya kembali berseru. Beberapa meminta Chanyeol untuk mencium gadis itu dan beberapa lagi menyarankan untuk menggantikan posisi si gadis untuk mencium Chanyeol.

Meskipun sudah menolak berkali-kali, teman-temannya itu tetap tidak mau berhenti. Chanyeol yang sudah muak pun akhirnya tidak tahan. "Aku bilang aku tidak bisa! Aku menjaga perasaan pacarku!"

Semua seketika diam. Semuanya saling pandang dan berakhir menatap Chanyeol. Dan suasana hening itu seketika berubah riuh. Semua orang yang ada di sana menyoraki dan menggoda Chanyeol. Bagi mereka, Chanyeol yang mengatakan sesuatu tentang kehidupan percintaannya adalah suatu keajaiban dunia. Bahkan sebagian gadis di sana sudah menyerah dan ikut-ikutan menggoda Chanyeol. Sebagian gadis lainnya tentu saja sudah menangisi harapan mereka yang kandas dan berharap jika Chanyeol hanya bercanda.

Karena tidak nyaman dengan teman-teman yang terus saja menggodanya, Chanyeol akhirnya bergeser dan pindah ke sudut. Ia akhirnya bisa tenang setelah teman-temannya kembali mulai bermain. Chanyeol pun memilih untuk menuangkan lagi soju ke gelasnya. Ia terus minum sendirian, tidak peduli betapa ributnya keadaan di sekitarnya.

"Kau mau menghabiskan dua botol sendirian?"

Chanyeol tidak perlu menoleh untuk mengetahui jika Jongdae duduk di sampingnya. Ia tampak begitu lelah karena terlalu banyak memberikan energi untuk bermain. Jongdae mengambil botol soju yang sudah hampir habis oleh Chanyeol. Sebenarnya ini adalah botol kedua Chanyeol. "Bukankah kau harus pulang sekarang? Kau bahkan tidak bisa mengangkat kepalamu dengan benar."

Chanyeol tidak menjawab dan hanya bergumam tidak jelas. Ia sudah sepenuhnya mabuk. Bahkan Chanyeol mulai memukul-mukul meja dengan pelan tanpa tau apa yang sebenarnya dia lakukan.

"Kau kenapa?" tanya Jongdae setelah meneguk soju miliknya. "Kau tidak akan mulai menangis, kan?"

"Ah, terserah. Aku akan menangis saja semalaman," perkataan Chanyeol sedikit tidak jelas. Ia bahkan sudah menjatuhkan kepalanya di atas meja. "Satu minggu itu memang tidak lama, tapi ini jadi sangat berat karena dia tidak mau menghubungiku. Apa salahnya sih membalas pesan? Dan saat akhirnya aku bisa meneleponnya, dia tidak mau bicara lama denganku! Argh!"

Jongdae terkejut saat Chanyeol tiba-tiba mengacak rambutnya. Ia juga mendengar gumaman dan rengekan dari pemuda itu. "Wah, kau benar-benar berantakan sekarang. Sekalinya kau mengakui kalau kau punya pacar, kau langsung galau begini?"

Chanyeol tidak membalas. Ia terus melanjutkan rengekannya. Jongdae pun hanya menggelengkan kepala. Ia sepertinya harus pulang terlambat untuk mengantarkan temannya yang galau ini.

.

"Butuh tiga orang untuk mengantarkanmu pulang," kata Jongdae kesal mengingat kesulitannya membawa Chanyeol pulang.

Chanyeol tertawa canggung dan meminta maaf. Ia kemudian terpikirkan akan malam itu. Sekarang ia bisa mengingat beberapa potong kejadian yang terjadi. Namun sayangnya hal itu tidak bisa membuatnya menaikkan sedikit semangatnya. Malahan Chanyeol semakin teringat dengan Baekhyun.

"Malam itu aku juga tidak sempat mengajak Baekhyun bergabung, padahal dia sudah datang," ucap Jongdae sambil menenggak minumannya. Ia kembali menoleh kearah Chanyeol dan bingung melihat ekspresi terkejut di wajahnya.

"Baekhyun datang?" tanya Chanyeol memastikan. Ia sampai mengulangi pertanyaannya berkali-kali meskipun Jongdae sudah menjawab.

"Iya. Dia meneleponku karena kau tidak menjawab panggilannya. Lalu aku mengajaknya untuk bergabung dengan kita. Aku melihatnya masuk dan sibuk mencari tempat, tapi saat aku mau menyapanya dia malah pergi," jelas Jongdae.

Chanyeol terdiam, berpikir begitu lama. "Kapan dia datang?" tanya Chanyeol sedikit mendesak Jongdae untuk segera menjawab.

"Ah, tunggu sebentar, biar kuingat," Jongdae menutup matanya untuk mengingat. "Mungkin beberapa saat sebelum kau mengaku kalau kau punya pacar. Aku ingat sekali jika aku hampir berdiri untuk menyusul Baekhyun, tapi kau tiba-tiba mengatakan hal mengejutkan itu. Andai saja aku berhasil menahannya saat itu. Setidaknya kalau ada dia aku tidak perlu mengatarkanmu. Lalu kemarin aku bertemu dengannya dan... Kau mau ke mana?" tanya Jongdae bingung saat Chanyeol tiba-tiba mengemas barang-barangnya dan segera berdiri.

Chanyeol tampak begitu terburu-buru. Ia bahkan hampir menumpahkan kopi miliknya sebelum berdiri. "Maaf, aku harus pergi sekarang," kata Chanyeol pada Jongdae. "Dan, terima kasih, Jongdae. Kapan-kapan aku akan mentraktirmu," dan setelahnya Chanyeol langsung saja berlari dan pergi meninggalkan Jongdae.

Sekarang, Chanyeol terus saja berlari sambil menyalakan ponselnya. Ia tau jika percuma menghubungi Baekhyun, makanya Chanyeol memilih untuk menghubungi Kyungsoo.

Chanyeol terus memaki temannya itu karena tidak mengangkat panggilannya dengan cepat. Dan saat Kyungsoo mengangkat panggilannya, Chanyeol langsung bicara tanpa menyapa. "Kyungsoo, tolong katakan pada Baekhyun kalau aku sudah tau kesalahanku sekarang. Katakan padanya kalau aku ingin menemuinya dan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi." Chanyeol bicara tanpa jeda dan sama sekali tidak melambatkan larinya. Ngomong-ngomong, meskipun ia terus berlari, sebenarnya Chanyeol tidak tahu pasti kemana ia harus pergi.

"Kebetulan sekali kau membahasnya," sahut Kyungsoo dari seberang telepon, "Baekhyun baru saja bilang padaku kalau kau tidak bisa menemuinya begitu saja kalau bukan dia yang pertama mau menemuimu."

"Ha?" Chanyeol akhirnya berhenti berlari. Dengan napas terebgah-engah, Chanyeol bersandar di tempok di dekatnya. "Tapi Baekhyun bilang jika aku sudah tau apa kesalahnku maka aku bisa bicara dengannya."

Kyungsoo menghela napas. Bicara dengan Chanyeol memang terkadang tidak ada gunanya karena percuma jika dia tidak mendengarkan. "Aku bilang, Baekhyun menyuruhmu untuk mengetahui kesalahanmu. Tapi, dia akan berbicara lagi padamu jika dia sudah bisa menenangkan dirinya."

Chanyeol terdiam seketika. Kakinya terasa lemas, tapi Chanyeol masih bisa tetap berdiri. "Begitu ya..." suaranya terdengar sangat lemah. Bahkan Kyungsoo tidak bisa mendengar apa yang barusan ia katakan.

"Lalu apa yang harus aku lakukan? Aku tidak bisa diam begitu saja saat dia salah paham padaku!"

Kyungsoo sepertinya mulai merasa kasihan pada temannya itu. Ia memberikannya beberapa kalimat penghibur. "Setidaknya Baekhyun selalu bertanya padaku apa yang kau lakukan setiap menitnya. Kau harus berbahagia karena dia masih sangat peduli padamu."

Chanyeol akhirnya bisa sedikit tersenyum "Benarkah?" ia kembali memastikan, dan saat Kyungsoo bilang jika hal itu benar, ia tersenyum makin lebar. Hanya saja, Chanyeol masih belum bisa menghilangkan kesedihannya begitu saja.

Karena diam terlalu lama, Kyungsoo memilih untuk memulai pembicaraan baru. "Kau tau tentang festival persahabatan sekolah tahun ini, kan?"

Chanyeol berdeham singkat. "Kudengar karena ini malam terakhir festival, makanya banyak alumni yang datang."

"Dan kau tidak berharap jika Baekhyun akan datang?"

Chanyeol tidak menjawab. Ia tentu saja berharap, hanya saja harapan itu seolah tidak berguna. Chanyeol bisa merasakan jika Baekhyun tidak akan datang.

Lagi, Kyungsoo menghela napasnya. Chanyeol yang tidak melihat wajah Kyungsoo pun tau jika temannya itu sudah lelah akan hal ini. "Dengarkan aku baik-baik karena aku hanya akan mengatakan ini sekali saja," Kyungsoo berdeham. "Baekhyun penasaran apakah kau akan datang atau tidak. Lalu dia dengan anehnya memintaku agar mengajakmu datang. Sekarang terserah padamu mau melakukan apa."

Dan setelah bicara dengan cepat, panggilannya langsung terputus. Chanyeol menatap bingung pada layar ponselnya yang sudah mati. Ia terdiam memikirkan perkataan Kyungsoo barusan. Ia terdiam begitu lama hingga pada akhirnya berseru dan bangkit. Dengan harapan yang tinggi, Chanyeol berlari ke rumahnya dan berharap jika besok segera datang.

.

.

TBC

.

.