Sesampainya di gerbang utama SMA Jujutsu, sejauh pandangannya mampu memindai setiap sudut, ia tidak menemukan keberadaan Yuta. Hanya ada sosok lelaki yang memakai penutup mata sedang bersender santai sembari meminum segelas milkshake.

Mengabaikan temen-temannya yang tertinggal jauh di belakangnya, ia bertanya tanpa basa-basi, "Gojo-sensei... Di mana Yuta?"

Satu tegukan terakhir kemudian Gojo memasang wajah tanpa dosa, "Diaaa... Sudah pergi. Aku baru saja kembali dari bandara."

Kaki gadis berambut hijau itu terasa tidak lagi berpijak. Nyaris saja ia terjatuh kalau saja Gojo tidak menahan lengan Maki.

"Sudah... Pergi?" ulang Maki pada sang guru.

"Ya, beberapa menit yang lalu, memangnya kenapa? Kenapa wajahmu jadi lucu begitu," pria itu berkedip-kedip polos menatap wajah maki yang sudah memerah bagai kepiting rebus. Sepasang kelereng hijau mendadak berair. Panda dan Inumaki sudah sampai di sana, selanjutnya mereka tercengang melihat bagaimana Maki terlihat kehilangan tenaga.

"Maki kau tidak apa-apa? Yuta, ya? Dia tidak akan selamanya di sana, dia pasti pulang."

Kenapa Yuta tidak mengabari kalau ia akan pergi malam ini juga. Kecewa. Terlambat, ia mungkin tidak akan pernah bisa mengungkapkan sesuatu pada Yuta jika tidak sesegera mungkin. Maki terduduk lunglai sementara kedua temannya berusaha menenangkan Maki yang tengah tertunduk tanpa suara.

"Eee kalian sedang apa di sini? Ramai sekali."

Maki melotot. Kaget mendengar suara familiar itu.

"YUTA!?"

Maki dan Panda menjerit bersamaan, sedangkan Inumaki seperti biasa hanya bergumam.

"Y-Yuta?" pelan-pelan mendapatkan kesadarannya, Maki menunjuk sang guru yang sedang tergelak, "S-sialan... seharusnya aku tahu kau sedang mengerjaiku!" Maki bertahan dari serangan beruntun jepretan kamera handphone Gojo. Pantas saja ekspresi pria itu tampak mencurigakan.

"Habisnya mukamu lucu sekali, kau harus lihat ini Yuta bhahahahaha~" Si Pria berambut silver memamerkan foto-foto Maki berwajah nelangsa di sana.

Yuta melirik Maki, tak sengaja menelan ludah ketika ia mendapati Maki yang auranya semakin suram.

"Errr, maaf Gojo-sensei, aku..."

Nyawa Yuta seakan melayang saat Maki tiba-tiba saja menarik tangannya, membawanya jauh dari kerumunan. Kini hanya tinggal mereka berdua saja. Di pinggiran danau, di bawah langit bertaburan kerlip bintang.

"Maki... apakah kau marah padaku?"

"Tidak... Si konyol itu membohongiku. Tapi aku masih punya banyak waktu untuk memberinya pelajaran..."

Suara gadis itu terdengar bergetar, mungkin marah, mungkin kecewa atau mungkin kesal, Yuta belum bisa memastikan.

"Soal janji kita malam ini aku minta maaf, aku juga tidak tahu akan dipercepat."

Maki lekas berbalik, menatap lembut tepat pada sepasang manik biru gelap Yuta, "aku lega kau masih ada di sini. Langsung saja... Aku belum sempat berterima kasih secara langsung karena telah menyelamatkan nyawaku pada waktu itu... Lalu..."

Yuta menunggu Maki menyelesaikan apa yang ingin ia katakan. Pemuda itu bahkan tak berniat sedikit pun memutus tatapan mereka berdua sebab ini pertama kalinya setelah sekian minggu berlalu, Maki tidak pernah mau menatap matanya.

"Yuta... Aku menyukaimu..."

"Aku juga menyukai Maki-san!"

Maki menepuk pelan dahinya, lupa kalau makhluk berjenis kelamin laki-laki di depannya ini sedikit lamban dalam beberapa hal, ia lalu memasang ekspresi datar, sepertinya Yuta salah tanggap, "... Bukan hanya menyukaimu sebagai teman. Kau tahu, kan?"

Yuta terbatuk pelan. Otaknya tiba-tiba saja berhenti bekerja, "hah? Bukan hanya suka sebagai teman? K-kau yakin?" tampang inosennya sekali lagi membuat Maki merasa gemas. Ditambah wajah pemuda itu mendadak merona sambil menutup mulutnya.

Maki berdehem melanjutkan, "aku tidak mungkin mengatakan sesuatu sepenting ini kalau tidak yakin."

"Tapi bagaimana mungkin kau menyukaiku... Maki-san gadis yang sangat hebat sedangkan aku bahkan tidak mampu mengendalikan diriku dan kekuatanku sendiri..."

"Aku suka kau karena kau adalah Yuta Okkotsu," senyum Maki mengembang tulus, berbanding terbalik dengan si lawan bicara yang tak henti-hentinya memajang wajah bingung.

"Aku? Suka aku karena aku Yuta Okkotsu? Maksudnya?"

Obrolan singkat mereka mendadak terhenti karena kedatangan Gojo.

"Ah di sini rupanya, kukira Maki menculikmu kemana~" Gojo berlari-lari bak anak kecil menemukan balon. Di sisi lain Yuta masih membeku, masih memproses ucapan Maki sebelumnya.

Si gadis berkacamata hanya memutar bola mata menanggapi keusilan si pria pemilik mata icy blue, "sudah waktunya berangkat, ya? Aku minta waktu beberapa detik lagi."

"M-Maki-san yakin akan berbicara di depan Gojo-sensei..." Rupanya Yuta sudah kembali ke dunia nyata, jelas sekali ia merasa gelisah karena bisa saja si guru muda bersikap heboh setelah mengetahui percakapan mereka beberapa detik lalu.

"Tidak apa-apa, aku sudah selesai. Kau tidak perlu membalas perasaanku... Aku hanya ingin mengungkapkan," bisik Maki, "sampai jumpa. Mungkin di lain waktu aku akan menjelaskan maksudku. Aku mungkin akan merindukanmu segera setelah kau pergi..."

Untuk pertama kalinya Yuta melihat gadis itu tersenyum manis. Yuta hampir saja tersandung kakinya sendiri ketika Gojo memanggilnya, mengingatkan waktu sudah semakin sempit. Satu-satunya kalimat yang terucap darinya, "Sampai jumpa, jaga dirimu baik-baik, Maki. Akan kukabari kau begitu sampai di sana."

"Dah Maki-chwannn~" teriak Gojo tak henti-hentinya mengusili Maki, ia bersiul gembira ketika ia dan Yuta melangkah pergi, "aaah indahnya masa muda~"

.

.

.

.

'Sampai jumpa, jaga dirimu baik-baik, Maki. Akan kukabari kau begitu sampai di sana.'

Maki tersenyum lebar, sedikit tersipu. Jantungnya berdebar kencang saat Yuta tak lagi menambahkan suffix -san di akhir namanya.

.

.

.

Maki menyukai laki-laki yang kuat. Pertama kali Maki mengenalnya, Yuta Okkotsu hanyalah pemuda biasa yang bahkan tak memiliki nyali. Semakin lama mengenalnya, ia pada akhirnya tahu bahwa pemuda itu memiliki hati yang tulus dan tekad sekeras baja. Ia melihat bagaimana laki-laki itu berjuang hingga berulangkali jatuh dan bangkit, bekerja keras untuk dirinya sendiri dan orang terdekatnya. Terlepas dari tekad kuatnya untuk melindungi orang-orang yang ia sayang, dia sangat menggemaskan, Maki masih menganggap senyum dan suara tawa Yuta yang terbaik. Menggemaskan ketika pemuda kikuk itu sangat serius menekuni sesuatu dan bahkan ketika dia tertidur pasca kelelahan latihan bersama. Maki sangat menyukai Yuta Okkotsu.

.

.

.

.

.

The End.