I Can't Change Your Death, But I Can Make Your Life Better

Rate T

Naruto milik Masashi Kishimoto. Author hanya meminjam karakternya dan latarnya.

Warning! Fanfiksi ini mengandung beberapa unsur kebencian, kalau tidak suka mohon tekan tombol kembali. Time Travel AU. NO PAIR (ada ShiIta sedikit, selain itu sama sekali gaada). Alur tidak jelas dan pendek, karena aku hanya ingin fanfiksi cepat (walau aku tahu alur ini bisa dikembangkan lagi). Ada kemungkinan OOC (aku usahakan tidak).

Fanfiksi ini terinspirasi dari [Ashes and Dust] by RecklessWriter di AO3.

Link fanfiksinya: /works/27864413/chapters/68223693

Oke, selamat membaca!

.

.

.

Para kepala klan bekerja dengan sangat efesien hingga tidak perlu waktu lama untuk memeriksa semua sudut labolatorium dan kantor Danzo.

Labolatorium itu tidak seburuk milik Orochimaru, tapi banyaknya jurus keturunan dari klan lain cukup membuat Sasuke terkejut. Tidak hanya itu, ada tiga bola mata klan Hyuuga selain sharingan Uchiha. Ada juga serangga milik klan Aburame dan gulungan berisi jurus keturunan dari klan Yamanaka, Inuzuka, Hatake, Uzumaki, Akamichi, Nara, dan Senju.

Sasuke tidak terlalu mempedulikan itu semua dan hanya mengambil kembali apa yang menjadi milik klannya sebelum pergi dari sana.

Tidak ada yang memperhatikannya, mengingat Kakashi terlalu tenggelam dalam rasa emosional dan yang lainnya terlalu sibuk mengumpat dan memerintah masing-masing anggota klan untuk membawa gulungan klan mereka kembali.

Dia membakar empat belas mata sharingan di atas altar Susanoo dengan api Amaterasu di tengah malam bulan purnama sebelum mengambil barang bawaannya dan pergi dari Konoha tanpa mengucapkan apapun.

'Nii-san, aku datang.' Pikirnya sebelum menghilang ditengah gelapnya malam.

Sasuke tidak menyadari adanya sepasang mata dari burung gagak yang bertengger diatas pohon dekat rumahnya terus memperhatikannya sebelum ikut terbang mengikutinya.

.

.

.

Sudah tiga hari lamanya Sasuke pergi meninggalkan desa. Tidak ada tim yang mengejarnya dan untuk berjaga-jaga dia mengirimkan bunshin yang berkebalikan arah dengannya.

Trik ini dia pelajari dari Naruto saat si bodoh itu mencoba mengejarnya dulu, meskipun Sasuke tidak bisa membuat begitu banyak bunshin sekaligus.

Dia juga sudah mengirimkan elangnya pada Itachi, meminta pria itu menemuinya di kuil Uchiha di daerah Konoha. Tentu saja, Sasuke tidak mengatakan apapun selain kalimat 'aku akan menunggumu di kuil Uchiha di luar Konoha' dan beberapa bungkus dango juga teh herbal.

Sasuke tidak tahu dimana Itachi sekarang, jadi ketika dia tidak mendapatkan jawaban dari Itachi sekalipun elangnya kembali dengan kantung yang kosong, Sasuke memutuskan untuk menunggu sambil mencoba melacak lokasi Senju Tsunade dengan bantuan Aoda dan burung elangnya.

Penantiannya membuahkan hasil, karena setelah empat hari menunggu di kuil Uchiha, Itachi muncul sendirian.

Jantung Sasuke berdetak kencang ketika melihat sosok kakaknya—yang masih hidup dan bernapas dan hangat dan melihat—dan tidak dapat menahan diri dari berlari dan memeluk Itachi. Dia ingin mendengarkan detak jantung Itachi dan merasakan kehangatan tubuhnya dan ingin bersamanya hingga akhir hidupnya—

"Nii-san!"

Ekspresi terkejut Itachi ketika Sasuke memeluknya sangat layak untuk diabadikan dengan sharingan, tapi Sasuke mengabaikannya untuk merasakan detak jantung Itachi dan mencium bau Itachi—bukan bau tanah dan kematian—dia dapat merasakan detak jantung Itachi yang meningkat dan—

Sasuke melepaskan pelukannya sebelum Itachi mendorongnya, dengan canggung menjaga Itachi dalam jangkauan lengannya. "Maaf membuatmu terkejut, nii-san."

Itachi, mungkin untuk yang pertama kalinya dalam hidupnya terkejut hingga kehilangan kata-kata.

"Kau pasti punya banyak pertanyaan." Ujar Sasuke sambil menarik pergelangan tangan Itachi, "kemarilah, aku akan memberitahumu."

"Sasuke, apa…?" tanya Itachi, untuk yang pertama kalinya dalam hidup Sasuke terdengar bingung.

"Aku janji, nii-san. Aku akan menjelaskan semuanya."

Sasuke menarik Itachi ke ruangan yang digunakannya selama beberapa hari belakangan ini, memaksanya duduk, kemudian memberikan secangkir teh dan setusuk dango.

Itachi hanya menerima semuanya dengan ekspresi luar biasa bingung.

"Nii-san,"

"Apa kau akan memberitahuku? Apa yang sebenarnya sedang kau lakukan, otouto?"

Sasuke memutar mata, "aku berasal dari masa depan. Tepatnya, empat tahun di masa depan."

Itachi mengangkat alis, terlihat jelas bahwa dia tidak percaya dengan apa yang Sasuke katakan. "Lucu sekali, otouto. Perjalanan waktu adalah hal yang mustahil."

"Aku bisa menunjukkannya padamu, jika kau ingin? Kau tidak harus percaya padaku, nii-san. Tapi kehatuilah satu hal, aku tidak akan membiarkanmu meninggalkanku lagi. Aku akan ikut denganmu, kemanapun kau pergi."

Itachi terlihat kaget dengan perkataan itu, dan untuk beberapa saat ekspresinya menunjukkan rasa sakit. "Otouto, kebodohan apa yang akan kau lakukan ini?"

"Kebodohan? Tanyakan pada dirimu sendiri. Kebodohan apa yang kau lakukan, nii-san? Meninggalkanku sendirian di desa yang penuh dengan ular? Setelah apa yang mereka lakukan pada klan kita? Kau lebih naif dari yang kukira, nii-san."

Sharingan Itachi aktif, dan Sasuke membalasnya dengan mengaktifkan eternal mangekyou sharingannya. Dia hampir tersenyum ketika melihat ketidakpercayaan yang terlihat di wajah kakaknya ketika melihat mangekyounya.

"Apa—bagaimana kau mendapatkannya? Sasuke, apa yang sudah kau lakukan?"

"Aku sudah mengatakannya padamu, perjalanan waktu."

Kali ini Itachi terdiam. "… baiklah, tunjukkan padaku, otouto. Aku akan mencoba mempercayai kebodohan yang kau lakukan untuk sekarang."

Sasuke lagi-lagi memutar mata. Apa kakaknya memang selalu keras kepala seperti ini? "Ya-ya, nii-san, bermimpilah sesukamu." Ujarnya sebelum menarik Itachi masuk kedalam tsukuyomi dan menunjukkan ingatannya.

Tentu saja dia juga menunjukkan ingatan tentang perjanjiannya dengan para dewa.

Itachi menonton semuanya selama berhari-hari, tapi di dunia nyata hanya beberapa menit sudah berlalu.

Ketika Itachi keluar dari tsukuyomi, ekspresinya penuh dengan kesedihan. Dia mencengkram gelas teh yang diberikan Sasuke sebelumnya erat-erat hingga hampir pecah. "Empat tahun, otouto? Seberapa bodohnya kau hingga membuat perjanjian dengan dewa?"

Sasuke mengangkat bahu dengan tidak peduli. "Seperti yang Amaterasu katakan, aku sekarat. Jadi lebih baik kembali ke masa lalu dan mencoba memperbaiki semuanya sebelum kita berdua mati."

"Otouto—"

"Nii-san. Berhentilah keras kepala. Aku kembali dengan tugas dari dewa, benar. Tapi aku juga kembali untuk mengubah hidupmu lebih baik sebelum kematianmu." Sasuke menghembuskan napas. Dia ingin sekali memukul Itachi karena kekeras kepalaannya. Tapi melihat ekspresi hilang di wajah Itachi membuatnya menghentikan niatnya. "Apakah kau tahu, yang kubutuhkan itu kau, nii-san. Bukan desa, bukan teman, bukan kekuatan."

"…"

"… aku berencana melacak Senju Tsunade dan memintanya untuk mengoperasimu dengan imbalan informasi yang kudapatkan. Aku ragu Konoha sudah selesai memilah dan memperbaiki apa yang Shimura Danzo perbuat."

"Sasuke, aku—" Itachi menarik napas, terlihat jelas mencoba menenangkan diri sebelum semua ekspresi terhapus dari wajahnya. "Memangnya apa yang membuatmu yakin bahwa Tsunade-sama mau membantumu?"

"Aku sudah mengatakannya, informasi, nii-san. Dan sebaiknya kau ambil kembali mata Shisui dari burung gagak kalian itu. Aku akan mengganti matamu dengan miliknya."

Itachi menghembuskan napas seolah-olah Sasuke adalah anak kecil yang sangat keras kepala. "Aku masih tidak yakin Tsunade-sama mau membantu."

"Kau akan melihat bahwa wanita itu mau membantu demi sebuah informasi."

"Bagaimana dengan Akatsuki? Aku tidak bisa meninggalkan mereka begitu saja, dan aku yakin kau tidak akan suka jika… liburan ini diganggu oleh mereka."

Sasuke tersenyum—untuk yang pertama kalinya setelah sekian lama. Dari ekspresi Itachi, sepertinya pria itu tidak lagi ingin menentang keinginan adiknya. "Persetan dengan mereka. Kita bisa pergi kemana saja. Kau dan aku akan mengalahkan mereka jika mereka menghalangi jalan."

"Bahasa, otouto." Itachi mengingatkan.

"Hnn."

Lagi-lagi Itachi menghembuskan napas. "Baiklah, bagaimana caramu melacak Tsunade-sama?"

"Aku punya ide."

.

.

.

Satu bulan kemudian, Senju Tsunade mendengarkan informasi yang diberikan Uchiha bersaudara dan langsung menghancurkan hotel tempat mereka beristirahat sebelum berteriak pada muridnya.

"Shizune! Kemasi barangmu! Kita akan kembali ke Konoha! Aku akan membunuh pak tua itu!"

.

.

.

Tbc.