Outlander Heroes
Disclaimer
Naruto : Masashi Kishimoto
HighSchoolDxD : Ichie Ishibumi
Genre : Fantasy, Action, Adventure
Warning : Typo bertebaran (seperti biasa), Gaje, OOC
.
Suasana hening, bau tanah yang lembab serta pencahayaan redup menjadi latar gua yang saat ini dimasuki oleh dua anak perempuan dan satu laki-laki. Kewaspadaan terus dipertahankan oleh Naruto yang berjalan di belakang dua anak gadis itu. Matanya terus menelusuri setiap inci dari gua, bahkan tanpa diketahui oleh yang lain dia sudah mengaktifkan sihir yang diajarkan ibunya yakni Kagura Shingan, sihir yang bisa mendeteksi keberadaan energi mana suatu makhluk hidup.
Rias dan Akeno yang berjalan di depan hatus menghentikan langkah mereka kala Naruto bergumam tak jelas.
"Ada apa" keduanya menoleh ke arah belakang.
Bukannya menimpali pertanyaan dua gadis itu si bocah Namikaze malah melebarkan kakinya dan membuat posisi siap bertarung, mengerti dengan apa yang terjadi mereka juga langsung mempersiapkan diri seperti Naruto.
Suara derap langkah kecil terdengar, bukan hanya satu tapi ada beberapa hingga lebih terdengar seperti suara berlari.
Ekspresi ketiganya berubah serius kala segerombolan makhluk berwarna hijau, bermata kuning dan memiliki telinga panjang muncul di depan sana.
"Rupanya kita memasuki sarang goblin" Rias sudah siap jika harus segera menembakkan sihirnya, begitupun dengan Akeno. Gadis yang selalu ada di samping Rias itu juga sudah sangat siap, bahkan senyuman sadis tercetak di wajahnya yang imut tersebut.
Makhluk-makhluk hijau yang di sebut goblin itu menatap buas pada ketiga bocah itu seolah menemukan mangsa, gigi mereka yang runcing terlihat saat mereka berteriak dan maju menerjang menyerang. Semua goblin yang berjumlah lima belas itu berlarian menyerang.
Dua lingkaran sihir berwarna merah dan kuning tercipta melontarkan serangan, power destruction dan petir milik Akeno mengenai target.
Di tengah pertarungan itu Naruto yang ada di belakang tak ikut menyerang dan lebih berkonsentrasi bila mana ada goblin yang lolos, namun di samping itu juga bocah Namikaze sedang memikirkan sesuatu. 'Jika goblinnya sebanyak ini walaupun kita belum terlalu masuk ke dalam gua pasti masih ada yang lainnya, Semoga saja ini hanya sarang kecil yang di huni oleh goblin biasa dan bukan sarang besar. Karena jika sarang yang besar maka sudah pasti di dalamnya ada jenderal dan raja goblin, jika itu memang ada maka situasinya bisa buruk".
Beberapa saat kedua gadis itu bertarung akhirnya lima belas goblin itu sudah tergeletak di tanah, "hanya itu saja?, mudah sekali" Rias membersihkan debu tanah di bajunya. Naruto yang masih terus waspada merasakan kedatangan sesuatu yang dia asumsikan adalah goblin lainnya namun kini jumlahnya terasa lebih banyak. Benar saja dari tempat goblin tadi keluar kini bermunculan lebih banyak makhluk hijau tersebut.
"Rias, sepertinya pesta ini akan lebih lama" Akeno dengan percaya diri kembali mempersiapkan sihirnya.
"Kau benar Akeno".
Suara teriakan tak jelas dari goblin menggema bersahutan dengan dentuman sihir yang di keluarkan, karena terlalu banyak jumlah goblin yang menyerang dari berbagai arah akhirnya kedua anak perempuan tersebut lebih menggunakan serangan fisik seperti memukul dan menendang, sesekali sihir digunakan jika ada celah. Naruto yang sebelumnya diam dan berfokus mendeteksi musuh akhirnya ikut dalam pertarungan tersebut, dirinya juga lebih sering menggunakan keahlian bela dirinya karena hampir susah mendapatkan ruang untuk mengeluarkan sihir.
Gerakan bocah pirang itu tampak fleksibel dan lincah menghindar dan menyerang balik lawan, untungnya walaupun mereka bisa mengeluarkan sihir tapi kemampuan bertarung tangan kosong juga dilatih agar bisa melindungi diri dari kondisi seperti ini.
Satu persatu goblin dikalahkan hingga jumlah yang menyerang sudah berkurang, namun karena tadi sibuk bertarung sampai-sampai si pirang sedikit lalai dan secara tiba-tiba matanya membulat merasakan sebuah keberadaan yang memiliki energi lebih besar dari para goblin. Sebuah bola batu melesat ke arah Akeno yang sedang menghadapi beberapa musuh.
" Accel".
Naruto menyebutkan sihir yang membuat gerakannya jadi sangat cepat hingga bisa menggapai Akeno dan menyelamatkan gadis tersebut dengan berguling ke samping.
"Naruto, Akeno" Rias menendang satu goblin dan mendekati Naruto serta Akeno yang baru saja berdiri setelah berguling di tanah.
"Untung saja, sepertinya tempat ini bukan sarang goblin biasa. Dengan jumlah dan keberadaan jenderal goblin di sana mungkin saja rajanya juga ada" Naruto memberitahukan hipotesis yang sedari tadi ia bayangkan.
"Jadi kita harus kabur?" Rias menatap dan memperhatikan goblin yang Naruto bilang sebagai jenderal goblin. Penampilan makhluk hijau itu memang sedikit berbeda jika dibandingkan dengan yang ia lawan.
"Jika hanya melawan satu jenderal goblin sudah pasti kita akan menang, namun jika ada lebih dari itu ditambah sang raja maka level kita yang sekarang hanya akan jadi mainan mereka saja" Naruto menghela nafas dan memenangkan dirinya.
"Ayo kabur!" Rias mengintip Naruto lewat ekor matanya, bocah Namikaze itu mengangguk.
"Baiklah, aku akan melancarkan serangan tingkat menengah dan membuat mereka tak bisa melihat kita, saat itu kita akan kabur" si pirang membuat lingkaran sihir, para goblin yang tadi dilawan oleh mereka langsung berkumpul mencoba melindungi sang jenderal.
Saat Naruto akan melakukan sihirnya ketiga bocah itu melotot kala sebuah benda berputar dan meluncur cepat ke arah mereka, si pirang membatalkan sihirnya dan langsung menghindar sambil menarik kedua temannya karena hanya dia yang bisa melakukan sihir Accel.
"Sial. Inilah yang tidak kuinginkan" Naruto berkeringat dingin.
Suara derap kaki yang jauh lebih berat terdengar berjalan mendekat. Dari balik kegelapan muncullah sesosok makhluk hijau besar dengan tinggi lebih dari dua meter, jauh lebih tinggi daripada goblin biasa yang memiliki ukuran tubuh sekitar 60-80cm saja dan jenderal gobil sedikit di atas 100cm.
"KALIAN AKAN MENJADI MAKAN SIANGKU" tak hanya ukurannya yang besar tapi suara makhluk itu cukup mengintimidasi dan berat.
Degup jantung ketiga bocah itu berdetak cepat, walaupun gemetar karena takut namun Naruto mencoba berdiri di depan Akeno serta Rias.
"Kalian berdua, rencananya tetap sama. Setelah aku melancarkan serangan pengalihan maka saat itu juga berlarilah keluar dari gua ini!".
Naruto kembali membuat lingkaran sihir, namun lagi-lagi belum sempat dirinya menyerang sang raja goblin yang baru tiba menyerang dengan cepat hingga berada di samping bocah Namikaze itu. Mata si pirang membulat bagaimana bisa dengan ukuran tubuh yang besar tapi punya gerakan cepat hingga kini berada di sampingnya apalagi kini dirinya yang sebelumnya akan menyerang kini balik terancam, kepalan tangan mengarah padanya dengan kecepatan tinggi.
.
.
"Menma, katanya ingin ikut menjemput kakakmu?" Minato keluar dari mansionnya dan memanggil putra keduanya yang memiliki surai merah itu.
"Sebentar" Menma datang berbarengan dengan Kushina.
"Kita tidak akan menggunakan kendaraan tapi akan langsung berteleport ke kediaman Gremory" perkataan Minato itu membuat manik indah anaknya berbinar. Sangat jarang sekali dia bisa dibawa menggunakan sihir teleportasi Minato yang melegenda itu, karena hanya Minato saja seorang yang saat ini diketahui bisa melakukan sihir teleportasi secara instan.
"Apa harus menggunakan sihir teleportasi?" Kushina merasa sedikit khawatir, apalagi dia tahu rasanya bagaimana dibawa oleh sihir Minato itu dan saat pertama kali dia langsung muntah-muntah setelah sukses berpindah. Menma dan Naruto juga muntah saat mereka dibawa dengan sihir itu untuk pertama kali.
"Tak apa, ini agar mereka bisa terbiasa saat aku mengajari mereka nanti" Minato beraladan yang membuat Kushina menghela napas.
"Kami pergi dulu" sepasang ayah dan anak itu langsung menghilang begitu saja di hadapan Kushina.
.
.
Kondisi gua yang tadi dimasuki oleh ketiga bocah penyihir itu tanpak baik-baik saja dan tak ada yang aneh dari luar namun berbanding terbalik dengan kondisi di dalam. Mayat goblin bergeletakan akibat terbunuh dalam sebuah pertarungan. Wilayah yang sebelumnya menjadi tempat bertempur itu sudah kembali sepi sama seperti sebelumnya, namun jika menyusur lebih ke dalam bagian gua sepertinya di sana sedang terjadi pertempuran yang seru dan mendekati puncaknya.
Beberapa mayat goblin juga terletak begitu saja di tanah, ada yang kondisinya sempurna dan ada juga yang sampai berdarah-darah.
Di tengah gelap dan lembabnya tempat tersebut seorang anak kecil bersurai pirang sedang jatuh berlutut sambil mengatur ritme napasnya. Kondisi anak tersebut tampak kacau, pakaiannya sudah kotor sana dan sini juga terlihat beberapa luka ia alami bahkan beberapa bercak darah ikut menghiasi wajahnya. Pandangannya yang sudah agak buram melihat kondisi sekitar, dua gadis yang tadi bersamanya sudah tak lagi sadarkan diri. Rias bersandar pada tembok dinding, dari mulutnya juga seperti berdarah, sementara Akeno pun tak jauh berbeda, gadis bersurai gelap itu terbaring telungkup yang Naruto lihat sekilas tampaknya ia masih hidup.
Naruto menarik sebuah napas panjang yang ia hembuskan cepat, senyuman lebar terbentuk di wajahnya yang sudah kotor bercampur luka itu. Sungguh ia entah harus berbangga diri karena dirinya beserta dua teman perempuannya itu bisa membantai satu sarang goblin yang berisi jenderal dan rajanya walaupun sang raja kini masih hidup dan bisa saja menghabisinya namun bisa menyulitkan makhluk hijau itu sudah merupakan pencapaian baginya ataukah harus sedih meratapi nasib yang tampaknya bisa saja menjadi makan siang si raja goblin.
Dirinya terbatuk pelan dan meludahkan darah dari mulutnya, kaki yang gemetar karena sudah lelah dan merasakan sakit dia paksa untuk bisa berdiri. "Pertarungan ini sudah akan segera selesai" dengan sisa tenaga dan mana di tubuhnya Naruto melesat maju setelah menggunakan sihir Accel.
Si pirang terus bergerak cepat mencoba mengecoh sang raja goblin, tendangan dan pukulan berhasil di daratkan Naruto yang sayangnya tak terlalu berpengaruh. Di tangan kanannya Naruto memusatkan energi sihir untuk membentuk pisau dari mananya, begitu dalam jarak jangkau Naruto menyerang ke arah kepala namun sayangnya hal itu memperlambat gerakannya yang sudah pasti si raja goblin melakukan serangan balasan.
Pukulan keras menghantam perut Naruto yang membuat bocah itu terlempar ke arah dinding gua, bahkan saking kerasnya dinding batu tersebut sampai jebol dan si pirang berada di sisi lain gua, darah dari mulutnya mengucur deras. Berbarengan dengan Naruto yang terlempar tiba-tiba dari pipi si raja goblin meneteskan darah. Sebuah luka melintang horizontal tercipta dari serangan Naruto tadi.
Merasakan pipinya terluka si raja goblin menyentuh hasil perbuatan Naruto, cairan kental berwarna ungu itu diusapnya perlahan lalu kemudian ia lihat dan perhatian. Si raja goblin mengepalkan tangannya erat dan mulai berjalan ke arah tembok berlubang dimana Naruto tadi terlempar. Mungkin monster hijau itu marah karena berhasil dilukai oleh Naruto.
Di tengah kegelapan gua, Naruto yang sudah terluka parah berbaring tak berdaya. Darahnya tercecer di bebatuan dan tanah, kesadarannya hampir hilang namun sebuah cahaya berwarna ungu bersinar terang kala darah Naruto yang entah kenapa seperti terserap oleh bebatuan di sana. Suara seperti gelas pecah terdengar diikuti luapan energi berwarna ungu memancar dari tempat Naruto terbaring.
Bocah pirang yang kesadarannya terus menurun itu melihat raja goblin yang berjalan kearahnya seperti diserang sesuatu namun kesadaran Naruto keburu hilang sebelum ia mengetahui hal tersebut.
.
Naruto berdiri di suatu tempat yang sepanjang penglihatannya berwarna putih, namun tak berselang lama itu semua berganti menjadi gelap gulita. Tubuhnya seperti meluncur jatuh hingga berhenti ketika sampai di dasar.
Perlahan suasana gelap gulita itu mulai memudar, area pegunungan serta padang tumput menjadi tempat di mana saat ini bocah Namikaze itu berada. Bocah pirang itu menoleh ke kiri dan kanan melihat sekeliling kau, walaupun tak lagi gelap gulita namun suasana tempat tersebut sangat hening dan warna langitnya seperti ketika malam hari.
Kaki-kaki kecilnya melangkah maju mengikuti jalan setapak yang ada hingga tibalah di sebuah lubang besar berbentuk gua yang dari ukurannya jauh lebih besar jika dibandingkan dengan gua sarang goblin. Saat memandangi gua tersebut tubuhnya langsung mematung kala sepasang bola mata berukuran besar tengah memandanginya dari dalam gua.
" HEBAT SEKALI KAU BISA LANGSUNG DATANG KE TEMPAT INI BOCAH".
Suara berat dan terkesan menakutkan menggema dari dalam gua, entah makhluk apa yang memiliki ukuran dan suara tersebut.. Naruto masih mematung, selain karena dirinya terintimidasi namun ia juga bingung kenapa bisa ada di sana. Apakah dia sudah mati dan jatuh ke neraka?, namun seingatnya sang Ibu pernah bilang jika menjadi orang baik maka akan masuk surga dan selama ini juga dia selalu bersikap lebih baik jika dibandingkan dengan adiknya ataupun Sasuke namun kenapa ia masuk ke neraka?.
Naruto hendak berbicara namun sosok tersebut mendahuluinya, "KAU BELUM MATI BOCAH. SETIDAKNYA TIDAK AKAN DALAM WAKTU DEKAT".
Tatapan mata makhluk tersebut tertuju pada sosok bocah pirang di depan guanya, perlu diacungi jempol dengan tidak kaburnya Naruto dari sana dan malam bertukar tatapan dengan makhluk tersebut.
"BOCAH YANG MENARIK, KITA AKAN BERTEMU LAGI NANTI. JADI SIMPAN SEMUA PERTANYAANMU UNTUK SAAT ITU" sosok tersebut memejamkan matanya dan kemudian Naruto seperti kembali terjatuh ke dalam sebuah lubang yang begitu dalam.
.
Naruto saat ini terbaring di sebuah ranjang, kelopak matanya sedikit bergerak dan menunjukkan bahwa bocah pirang itu akan segera bangun. Dengan perlahan matanya terbuka, pemandangan yang terlihat pertama kali adalah atap tempat dirinya terbaring.
Posisi tidurannya kini berubah menjadi duduk, dari tempatnya saat ini Naruto dapat tahu bahwa dia tak ada di rumahnya. Entah apa yang terjadi setelah melawan raja goblin tapi yang Naruto tahu saat ini dia masih hidup tapi di mana Rias dan Akeno?. Saat kepalanya penuh dengan pertanyaan tiba-tiba pintu ruangan itu dibuka.
Sesosok wanita cantik bersurai merah diam mematung di pintu yang batu saja dibuka, Naruto balas menatap orang tersebut hingga detik berikutnya kepala pirang si bocah Namikaze sudah tenggelam dalam pelukan hangat wanita tadi.
"Akhirnya kamu siuman juga, Naru". Kushina memeluk dengan lembut putranya itu takut-takut membuat si pirang kesakitan setelah tak sadarkan diri usai ditemukan dalam keadaan terluka oleh Minato dan Zeoticus di dalam gua.
Masih dalam posisi memeluk Naruto akhirnya Kushina melepaskan pelukannya itu dan beralih menangkup pipi gembil putranya kemudian mencium kedua pipi serta kening dari si bocah kuning. Senyuman bahagia Kushina karena putranya sudah siuman itu terpotong karena ketukan pada pintu yang masih terbuka, kedua ibu dan anak itu menoleh. Wanita pirang dengan tanda unik di dahinya masuk.
"Apa masih ada rasa sakit yang kau rasakan?" wanita itu menghampiri Naruto serta Kushina.
Naruto menggelengkan kepala saat Kushina sudah tak lagi menangkup pipinya, "Tsunade-sama" Kushina memanggil nama orang tersebut yang kini sedang melakukan pemeriksaan pada Naruto menggunakan sihir.
"Semua luka luarnya sudah sembuh, tapi kita masih harus melakukan observasi selama beberapa hari ke depan" selesai memeriksa Naruto wanita bernama Tsunade itu mengacak-acak rambut Naruto, "kau memang bocah yang penuh kejutan".
Tsunade melempar senyum, dirinya juga merasa bahagia karena bocah pirang yang masih memiliki ikatan kekeluargaan dengannya itu bisa lolos dari situasi kritis setelah dibawa ke rumah sakit dalam keadaan terluka parah.
Dirasa sudah cukup memeriksa kondisi si Namikaze muda Tsunade akhirnya pergi dari sana karena masih memiliki tugas hingga meninggalkan Kushina serta buah hatinya tersebut.
"Kaa-chan~" Naruto memanggil ibunya yang barusan mengantar Tsunade sampai pintu.
"Kenapa Naru?" Kushina dengan sigap mengampiri Naruto.
"Kaa-chan, aku lapar?" dengan ekspresi kelaparan Naruto hampir saja membuat Kushina mencubit pipinya. Namun wanita merah itu menahan diri dan segera mengambilkan makanan bagi Naruto, toh dia bisa mencubiti wajah menggemaskan anaknya itu.
Sebari menyuapi makanan, Kushina juga mengajak anaknya itu berbicara mengenai apa yang terjadi dan juga Kushina memberitahu sudah berapa hari si pirang tak sadarkan diri. Dari sana juga Naruto tahu bahwa dirinya sudah seminggu tak sadarkan diri sementara Rias dan Akeno sudah siuman dalam waktu sehari saja dan saat ini kedua gadis itu sudah kembali sehat. Naruto memang menjadi orang yang terluka paling parah dari dua temannya itu ditambah dia bertarung hingga mananya habis.
Sisa siang itu Naruto habiskan dengan beristirahat di ranjang hingga sore harinya Minato datang dengan Menna seperti biasanya namun salah satu bangsawan kerajaan itu sangat bahagia setelah mengetahui putranya sudah siuman dari pembicaraannya dengan Tsunade selaku kepala rumah sakit dan bibirnya serta istri dari gurunya, Jiraiya.
Kepala keluarga Namikaze itu sangat senang saat mendapati replika dirinya yang lebih mini sudah sadar, dirinya juga senang bisa melihat kembali senyuman Kushina setelah lebih dari seminggu selalu sendu dan murung namun kini keceriaan wanita bersurai merah tersebut sudah kembali.
Suara gelak tawa dari seorang wanita dan dua orang anak kecil membuat Minato tak kuasa menahan senyum, ketiga orang yang paling ia sayangi itu kini tengah membercandai satu sama lain. Mata Minato tertuju pada satu orang yang bersurai sama sepertinya. Minato bisa dibilang sangat takjub dengan bocah pirang itu, bisa tetap tertawa setelah hampir kehilangan nyawanya.
Namikaze dewasa itu memejamkan matanya mengingat kembali kejadian di mana ia menemukan putranya terluka parah dan hampir sekarat. Memasuki sarang goblin yang entah kenapa bisa ada di wilayah Gremory serta mendapati berserakan mayat makhluk hijau tersebut, setelah ditelusuri lebih dalam ternyata dua gadis yang salah satunya adalah putri Zeoticus sudah tak sadarkan diri dengan luka yang ia alami serta yang paling mengejutkan adalah mayat goblin king tak jauh tergeletak di dekat bocah pirang dengan luka tampaknya serius.
Zeoticus dan Minato tak punya banyak waktu untuk melihat-lihat lagi karena mereka segera membawa ketiga anak-anak itu ke rumah sakit. Walaupun mereka bisa melakukan sihir tapi sihir penyembuhan adalah salah satu yang paling sulit dilakukan dan tak semua penyihir bisa melakukannya.
Setelah kejadian itu Zeoticus memerintahkan bawahannya menyisir seluruh wilayah Gremory untuk memastikan tak ada lagi sarang zombie di wilayahnya yang bisa menyebabkan kejadian serupa, apalagi jika sampai raja goblin ataupun jenderalnya juga ada. Perlu di ketahui bahwa petualang tingkat C saja sudah kerepotan melawan kedua makhluk tersebut. Sebuah keajaiban bagi anak kecil seperti Naruto dan Rias bisa melawan bahkan membunuh makhluk-makhluk itu walaupun dibayar dengan luka menengah di derita Rias, Akeno dan luka berat diderita Naruto.
Minato yang tadi hanya berdiri memandangi keluarganya itu kini ingin ikut nimbrung, kedua telapak tangannya yang besar mengacak surai putra-putranya. "Sepertinya setelah ini kalian akan kulatih lebih intens" celetuk si Namikaze dewasa. Bakat kembar Namikaze itu memang luar biasa tapi sekilas Minato sedikit menatap sendu pada Naruto yang kemudian dia buang tatapan itu dan kembali tersenyum lebar sebari merangkul pundak dua buah hatinya bersama Kushina.
.
.
.
TBC
