I Can't Change Your Death, But I Can Make Your Life Better
Rate T
Naruto milik Masashi Kishimoto. Author hanya meminjam karakternya dan latarnya.
Warning! Fanfiksi ini mengandung beberapa unsur kebencian, kalau tidak suka mohon tekan tombol kembali. Time Travel AU. NO PAIR (ada ShiIta sedikit, selain itu sama sekali gaada). Alur tidak jelas dan pendek, karena aku hanya ingin fanfiksi cepat (walau aku tahu alur ini bisa dikembangkan lagi). Ada kemungkinan OOC (aku usahakan tidak).
Fanfiksi ini terinspirasi dari [Ashes and Dust] by RecklessWriter di AO3.
Link fanfiksinya: /works/27864413/chapters/68223693
Oke, selamat membaca!
.
.
.
Secara mengejutkan, pertarungan mereka dengan Obito dan Zetsu (yang datang ketika melihat Obito terpojok dan terpengaruh kotoamatsukami) berakhir dengan biasa-biasa saja.
Itachi menggunakan kotoamatsukami pada Obito disaat melihat kesempatan dan Zetsu yang berusaha menyerang Itachi dan Sasuke dihentikan koleh kotak hitam yang menyerap Zetsu dan patung Gedo masuk kedalamnya.
Setelahnya, Sasuke membakar kotak hitam itu dan berniat ikut membunuh Obito ketika Pain menghentikannya.
"Ada segel di jantungnya. Kemungkinan selama ini dia juga dikendalikan oleh Zetsu."
Obito yang mengerang dan memegang kepalanya (topengnya sudah hancur karena serangan Sasuke sebelumnya) langsung mengangkat kepala dengan ekspresi ngeri. "Segel? Tunggu, DI JANTUNGKU?!"
.
.
.
Pada akhirnya, Sasuke harus menghancurkan jantung Obito untuk menghilangkan segel yang merantai jantung Obito. Dia menggunakan chidori—dan bukankah itu ironis? Kakashi juga melakukan hal yang sama pada Rin—dan cemberut ketika menyadari darah dan daging lunak yang menempel di jari tangan hingga sikunya.
Obito sendiri meringis ketika melihat ekspresi Sasuke dan darahnya yang menetes deras. Cepat-cepat dia meregenerasi tubuhnya dan menghentikan pendarahan yang parah.
Itachi tetap tenang, tidak menunjukkan ekspresi apapun sekalipun tatapan matanya menajam ketika melihat tangan kiri Sasuke yang penuh dengan darah dan gumpalan daging. "Otouto, aku akan menyarankanmu untuk mencuci tangan."
Sasuke memutar mata dan mengelap darah Obito yang menempel di tangannya menggunakan mantel hangatnya. "Di udara yang dingin ini? Tidak mau. Aku akan mencari air hangat."
Bibir Itachi berkedut, tapi pria itu tidak mengatakan apapun.
"Uchiha Madara, tidak, Uchiha Obito. Apa ada sesuatu yang ingin kau katakan mengenai ini semua?" Pain bertanya dengan tatapan tajam. Sekilas, Sasuke dan Itachi dapat melihat kebencian didalamnya, tapi hal itu dengan cepat menghilang seolah-olah tidak pernah ada.
Obito kembali mengerang dan memijat kepalanya. "Diamlah, aku tidak tahu apa yang kupikirkan dan kepalaku rasanya akan meledak! Ugh, apa yang kau lakukan padaku, huh?!" tanyanya pada Itachi.
Itachi tidak menjawab, dan Sasuke menahan keinginannya untuk segera membunuh Obito saat itu juga. Pain, disisi lain menjawab dengan tenang seolah-olah tidak pernah menatap Obito dengan ekspresi benci.
"Kami mengetahui bahwa kau merencanakan kehancuran dunia. Dengan rencana penangkapan jinchuuriki yang kalian ajukan sebelumnya, kurasa informasi ini tidak perlu dipertanyakan lagi."
"Proyek Tsuki no Me tidak mengarah pada kehancuran dunia! Proyek itu mengarah pada kedamaian dunia! Argh! Kepalaku rasanya membunuhku!"
"Kedamaian seperti apa jika seluruh manusia di bumi terjebak di dalam genjutsu abadi? Kau mungkin bisa memalsukan ingatan orang lain, tapi bagaimana dengan perasaan orang lain? Bahkan genjutsu sekalipun tidak bisa menutupi rasa kepalsuan, terutama jika genjutsu itu adalah genjutsu yang indah."
Itachi berjengit seolah-olah baru saja ditampar, membuat Sasuke menyipitkan mata dan mendekat pada kakaknya untuk memegang tangannya.
"Tujuan Akatsuki adalah kedamaian dunia, tapi jika kedamaian itu diperoleh dari genjutsu abadi, maka sama saja bahwa kedamaian yang akan dunia rasakan hanyalah mimpi belaka."
Obito mengerang sekali lagi sebelum jatuh pingsan begitu saja di atas lantai gua yang dingin. Tidak ada yang menangkapnya dan selama beberapa saat mereka semua hanya diam. Tapi Pain akhirnya menghembuskan napas dan melangkah mendekat untuk membawa Obito pergi.
"Aku akan membawanya kembali ke Ame. Masih ada hal yang harus dia jelaskan. Bagaimana dengan kalian?"
Sasuke dan Itachi bertukar pandangan. "Kami akan pergi ke daerah Uzu lebih dulu sebelum kembali menemuimu."
"Hn, udara dingin tidak baik untuk kesehatan nii-san." Sasuke menambahkan. "Lagipula Uchiha menyukai udara hangat."
Itachi terbatuk, "Sasuke, aku bisa menjaga diriku sendiri."
"Haha, kata orang yang baru saja batuk. Ayo pergi dari sini, nii-san." Sasuke memutar mata dan menarik pakaian hangat tambahan untuk melapisi tubuh Itachi. "Kita akan ke pantai dan bersantai selama beberapa minggu. Tugas sudah selesai, dan sekarang adalah saatnya kita liburan."
"Kalian bisa datang ke Ame setelah liburan kalian berakhir." Pain berkata, mengingatkan Itachi dan Sasuke bahwa dia belum pergi dari sana. "Selamat bersenang-senang, kalian berdua."
Dan dia pergi bersama Obito dibahunya, tergantung layaknya karung kentang.
Itachi dan Sasuke secara tidak terduga menghembuskan napas bersamaan. "… ayo pergi, otouto." Gumam Itachi sambil mengeratkan mantel yang Sasuke pakaikan di tubuhnya.
Sasuke mengerutkan kening, tapi tidak protes dan pergi mengikuti Itachi.
"… Hey, nii-san."
"Hn?"
"Kita berhasil menghentikan kehancuran dunia. Setelah liburan, ayo kita memburu ular."
"… kenapa kita tidak memburu ular itu sekarang? Lebih cepat akan lebih baik, bukankah begitu?"
Sasuke mengangkat bahu, "aku mau liburan, dan kau butuh liburan. Keriput di wajahmu bertambah. Kau terlihat seperti berumur empat puluh tahun dengan semua keriput di wajahmu itu."
"Aku tersinggung, otouto."
"Nah, tenanglah, aku yakin menurut Shisui wajahmu tetap cantik."
Itachi menendang Sasuke hingga terjungkal dan menolak untuk merasa bersalah ketika Sasuke mengumpat dengan kata-kata penuh warna.
.
.
.
Satu setengah bulan setelah Itachi dan Sasuke pergi berlibur, mereka mulai memburu labolatorium Orochimaru sambil bergerak ke arah Ame.
Untungnya, letak labolatorium Orochimaru sama sekali tidak berubah, jadi Sasuke dan Itachi dapat membereskan hampir delapan puluh persennya dalam waktu kurang dari lima bulan.
Mereka juga dengan sengaja meninggalkan jejak (karena Sasuke terlalu tidak peduli untuk membereskan kekacauan yang dibuatnya dan Itachi sudah terlalu lelah untuk membereskan kekacauan yang dibuat Sasuke terus menerus.)
Tentu saja, mereka juga berjalan berputar-putar sebelum mencapai Ame.
Selain karena Orochimaru belum mati, Sasuke dan Itachi juga gagal melacak keberadaan Kabuto. Mereka sudah mencoba meminta bantuan pada Sasori melalui Pain, tapi bahkan Sasori pun berhasil dikelabuhi oleh para ular yang licik.
"Aku tidak percaya masih ada Uchiha lain selain Itachi dan adiknya." Kisame berkomentar, terlihat sama sekali tidak marah pada Itachi dan Sasuke yang muncul di markas Akatsuki. "Kupikir dia membunuh semuanya kecuali adik kecilnya."
Konan yang juga ada disana hanya menyesap tehnya. Tampak tidak peduli dengan kehadiran dua Uchiha lain. Sasori juga hanya melihat mereka sekilas dan kembali mengutak atik bonekanya, hanya berkomentar tentang bagaimana Uchiha sangat menyebalkan.
Satu-satunya yang marah hanyalah Deidara—karena Kakuzu dan Hidan sedang pergi untuk mengerjakan misi lain—dan pria berambut kuning itu berteriak dan menunjuk-nunjuk Itachi dan Sasuke bergantian.
"Kenapa kau kembali kesini, un?!"
Itachi tidak bergeming, tapi Sasuke menyipitkan mata pada Deidara.
"Nii-san, sepertinya dia kesal dengan wajahmu. Atau mungkin karena dia kalah darimu?" gumam Sasuke, dengan sengaja mengeraskan suaranya hingga urat nadi muncul di kepala Deidara. "Menurutmu apakah dia akan muntah lumpur jika aku mengatakan bahwa aku pernah membunuhnya?"
"AKU INGIN MELIHAT APA KAU BISA MELAKUKANNYA, UN! SENI ADALAH LEDAKAN, DAN AKU TIDAK MUNGKIN KALAH DARI BOCAH SEPERTIMU!"
Bibir Itachi berkedut, tapi ekspresinya tetap netral. "Otouto, berhentilah membuatnya marah. Suaranya menyakiti telingaku."
Sasuke melambaikan tangan dengan tidak peduli pada Itachi. "Hn, tidak mau. Kenapa dia kesal padamu, ngomong-ngomong? Tidak mungkin karena dia ingin menjadi keriput sepertimu."
Itachi memukul kepala Sasuke, membuat adiknya mengumpat. "Bahasa, otouto. Sejak kapan kalimatmu menjadi sangat kasar?"
Mereka berdua mengabaikan Deidara yang masih menunjuk Sasuke dan Itachi, membuat pria itu hampir melemparkan salah satu benda buatannya pada kedua Uchiha itu. "JANGAN ABAIKAN AKU, UN!"
Secara bersamaan, Itachi dan Sasuke menoleh. "Hn."
Kisame tertawa melihatnya, sedangkan Konan hanya tersenyum kecil.
Deidara ikut mengumpati Uchiha bersaudara dengan kalimat yang… lebih berwarna dari Sasuke. Semuanya menjadi lebih parah ketika Obito dan Pain datang—Obito mulai membalas umpatan Deidara dan Deidara terlalu kesal karena ada satu lagi Uchiha di Ame.
.
.
.
Tbc.
