Disclaimer : Naruto dimiliki oleh Masashi Kishimoto, dan Sword Art Online dimiliki oleh Reki Kawahara. Saya hanya pembuat plot dan beberapa unsur tambahan di fanfict ini saja, Peace.

"Blablabla..." Percakapan Normal

'Blablabla...' Percakapan dalam hati


Hening. Tak ada satu pun dari mereka yang mengutarkan sepatah kata. Perjalanan menuju ruangan bos hanya ditemani oleh keheningan dan perasaan kosong semata. Seakan tidak mempercayai bahwa apa yang mereka lalui benar-benar nyata.

Agil yang berjalan di antara para player hanya bisa menghela nafas akan situasi ini. Bagaimana tidak, melihat kematian muncul di hadapan mata sangat menguras pikiran dan bisa jadi semangat hidup mereka sendiri. Dia dapat memahami perubahan suasana yang kian jadi menegangkan.

Dia tidak percaya bahwa pemuda berambut jingga itu bisa pergi secepat itu tanpa mereka sangka-sangka. Terlihat bagaimana pemuda itu yang selalu memberikan senyum yang lebar, suara yang lantang dan tatapan tanpa adanya keraguan bisa diambil oleh sang dewa kematian. seakan-akan dewa kematian tersebut mengingatkan mereka siapa di antara mereka yang menentukan nasib.

Berbalik ke belakang, dia melihat dua pemuda-pemudi yang berjalan mengikuti rombongan player ini. Dia tidak tahu apa yang terjadi dalam hati mereka, tetapi dia bisa mendapatkan gambaran apa yang dirasakan oleh pemuda-pemudi tersebut. Dia sudah mencoba untuk mengurangi beban perasaan mereka, tetapi waktu terus berjalan, mereka harus tetap melangkah untuk menyelesaikan permainan ini apapun yang telah terjadi atau mereka rasakan.

Kirito, pemuda ahli pedang berambut hitam, terlihat menampakkan ekspresi datar seolah tidak ada yang terjadi. Agil melihat pemuda tersebut menunjukkan sikap tubuh yang tegak. Namun melihat betapa kerasnya Kirito mengepalkan tangannya, membuat Agil paham bahwa pemuda ini hanya mencoba untuk menguatkan dirinya saja. Bukan hanya tangannya, Matanya juga walau lurus memandang ke depan, tapi terdapat pandangan kosong yang mengisyaratkan bahwa pemuda ini juga shock akan kejadian yang menimpanya. Pemuda ini seakan terkejut betapa dekatnya sang kematian bisa menyentuhnya.

Berbalik dari Kirito, di sampingnya terdapat pemudi yang sedang memakai jubah bertudung yang menutupi dirinya dari dunia sekitarnya. Kepala yang menunduk, jubah yang dipakainya menutup hampir seluruh tubuhnya, dan tangan yang memegang erat pedang di samping pinggulnya, menjadi pertanda siapa di antara mereka yang sangat terpukul oleh kejadian tadi. Agil hanya bisa memandanginya dengan tatapan iba.

Asuna berjalan mengikuti rombongan player di depannya, tetapi pikirannya tersangkut dalam ruang yang berbeda. Pemikiran untuk menghadapi bos lantai 1 saja sama sekali tidak terlintas. Dia tidak menyangka bahwa sahabatnya yang selalu hadir dengan senyum lebarnya, sikap bodo amat dan kejahilan yang selalu memancing tawanya, serta suara lantangnya yang selalu memanggil namanya kini sudah tiada.

Seandainya saja dia lebih kuat. Seandainya dia tidak berdiam diri saja. Seandainya dia berada di sampingnya.

Perkataan seandainya terus berulang-ulang di pikirannya. Tapi dia pun sadar, walaupun dia belum dapat menelan dengan bulat, bahwa Naruto sudah tiada. Mengingat fakta itu, hatinya menjadi sesak, pedang di tangannya dia genggam lebih erat.

Tapi demi pemuda itu, dia harus tetap berjalan dan keluar dari mimpi buruk ini.


Sebelumnya, di ruang harta karun

Pemandangan yang telah mereka lihat seakan menampar mereka dengan keras. Dimulai dari munculnya monster Makhluk Merah yang tidak bisa mereka kalahkan sampai adanya player yang meninggal akibat monster tersebut, seakan ruangan ini telah menjadi kotak permainan dari Takdir yang kejam. Dengan berakhirnya peristiwa tersebut, mereka hanya bisa merelakan tubuh mereka tersungkur lemas setelah tenaga mereka habis menghadapi situasi yang menegangkan.

Asuna yang terduduk lemas hanya bisa melihat dengan tatapan yang kosong dan mata lebar, melihat lubang yang ada di hadapannya menjadi penanda atas peristiwa tadi. Gelap dan dalam, dia tidak bisa melihat adanya tanda-tanda kehidupan dari lubang tersebut. Semangat kehidupan darinya seakan terserap dari matanya ke dalam lubang gelap itu.

Asuna perlahan berdiri dan berjalan menuju lubang tersebut. Dia berjalan mendekati lubang tersebut tanpa memperdulikan sekitarnya. Yang ada di pikirannya dalam lubang itu terdapat Naruto. Dia harus ke sana, dia harus menyelamatkan Naruto, dia harus membawa kembali Naruto.

Agil yang melihat Asuna berjalan mendekati lubang itu seketika panik. Dia pun degan sigap menahan Asuna. Dia bisa memperkirakan apa yang ada dalam pikiran gadis ini, tapi dia tidak bisa membiarkan tingkah gadis ini.

"Agil-san…" Kata Asuna dengan pelan.

"Asuna, apa yang kau ingin lakukan?" Tanya Agil dengan tatapan cemas.

"Tolong Agil-san, Naruto ada di dalam sana…" Kata Asuna menatap kosong lubang di belakang Agil.

"Asuna…" Kata Agil dengan cemas.

"Naruto ada di dalam sana Agil-san. Aku harus menyelamatkannya." Kata Asuna yang mencoba mendorong Agil kesamping.

Agil dengan tegar menahan dirinya dari Asuna yang mencoba mendorongnya. Asuna dengan sekuat tenaga mendorong Agil, tapi Agil tidak bergeming. Perlahan air mata Asuna menumpuk di matanya dan pada akhirnya tangisnya pecah.

Asuna tersungkur lemas sambil terisak tangis atas kepergian sahabatnya. Dia tidak menyangka akan ada hari di mana dia berpisah dari pria bersenyum cerah itu. Tubuhnya bergetar hebat dan tangisannya kian mengeras, ingin segera bangun dari mimpi buruk ini.

Orang-orang yang melihatnya hanya bisa memalingkan wajah mereka. Beberapa dari mereka dapat memahami apa yang dilalui oleh gadis ini. Mereka juga pernah kehilangan seseorang.

Asuna hanya bisa memeluk dirinya, mencoba memahami apa yang telah terjadi dan ingin segera keluar dari mimpi buruk ini. Agil hanya bisa ikut duduk di sampingnya dan mengelus bahu gadis itu mencoba untuk menenangkannya. Asuna dapat merasakan usaha Agil dalam menenangkannya, tapi rasa sakit ini tidak memudar sedikit pun.

Diavel yang sedari tadi memperhatikan mereka hanya bisa memberikan ruang dan waktu untuk berduka. Melihat ekspresi sedih mereka, Diavel dapat merasakan sakit pada hatinya atas kegagalannya dalam memimpin anggotanya. Dia mengeratkan kepalan tangannya, merasa kesal dan mengutuk dirinya atas apa yang terjadi.

Merasa mereka tidak bisa membuang waktu berlama-lama lagi, Diavel mendekati Agil dan Asuna.

"Agil-san… Kita… harus segera bersiap-siap untuk lanjut ke ruangan bos." Kata Diavel dengan pelan.

"Ya… Aku akan siap-siap." Balas Agil yang bangkit dari duduknya.

Diavel hanya mengangguk mendengar perkataan Agil. Agil yang melihat keadaan Asuna, enggan untuk mengganggunya. Tetapi mereka tidak bisa berlama-lama di sini, mereka harus melanjutkan perjalanan mereka.

"Asuna… Kami akan bersiap-siap untuk lanjut menuju ruangan bos lantai 1." Kata Agil.

Suara tangisan Asuna kian mereda, dia mencoba untuk menghentikan tangisannya.

"Aku tahu ini bukanlah waktu yang tepat untuk mengatakannya, tapi kami tidak bisa membiarkanmu di sini sendirian. Kami membutuhkan bantuanmu untuk menyelesaikan labirin ini." Kata Diavel.

"Dia… ada benarnya, sangat berbahaya untuk membiarkanmu sendirian di sini." Kata Agil menggaruk lehernya dengan perasaan canggung.

Asuna yang telah meredakan tangisannya membuka panel system, memakai jubah bertudung yang diambilnya dari inventory. Dia berjalan melewati Agil dan Diavel. Dia berhenti sejenak untuk mengutarakan sesuatu.

"Maaf membuang waktu kalian. Aku sudah siap sekarang, ayo kita lanjutkan perjalanan kita." Kata Asuna dengan nada datar.

"A-ah kalau begitu… SEMUANYA AYO BERSIAP MELANJUTKAN PERJALANAN KITA." Seru Diavel kepada seluruh player.

Semua player yang mendengarnya langsung bergegas, bersiap-siap melanjutkan perjalanan mereka. Diavel pun berjalan menuju ke depan, mengambil posisi untuk memimpin barisan. Sebelum mengikuti Diavel, Agil menepuk bahu Asuna lalu pergi kembali ke posisinya.

Kirito yang sedari tadi memperhatikan kejadian ini segera mendekati Asuna.

"Asuna-san Apa kau mendingan seka-"

"Kirito-san. Maaf, Aku… tidak ingin berbicara untuk sekarang." Potong Asuna dengan nada datar.

"Ah tidak apa-apa. Kalau begitu, ayo lanjutkan perjalanan kita." Kata Kirito yang bingung untuk berbicara dengan Asuna.

"Hmm… mohon bantuannya." Kata Asuna yang lalu berjalan mengikuti rombongan player.

"Ah… Aku juga." Balas Kirito dengan pelan, sebelum mengikuti Asuna.


Di suatu tempat yang gelap

Gelap, hanya suara tetesan air yang mengiringi gemerlap tempat ini. Perlahan dia bisa merasakan kasarnya tanah yang bersentuhan dengan kulitnya. Membuka mata secara perlahan, tapi dia tidak bisa melihat apapun yang ada di depannya.

Tubuh yang kaku perlahan dapat dia gerakkan, menggerakkan jari, menggeserkan kaki dan meregangkan badan sekarang dapat dia lakukan. Mencoba perlahan, meskipun sulit, untuk bangun dari tanah yang ditidurinya. Rasa sakit yang muncul pada kepala dan perut membuatnya meringis kesakitan. Entah apa yang terjadi, dia tidak tahu menahu situasinya sekarang maupun perihal apa yang sebabkan sebelumnya.

Perlahan dia merangkak ke sebuah tembok untuk bersandar dan bernafas. Mencoba untuk memulihkan tubuh dan pikirannya, dia bernafas dengan lembut dan hikmat. Seakan merespon, tubuhnya menjadi rileks dan udara yang masuk membawa oksigen untuk membantu penyembuhannya.

"Ini… di mana ya?"

Suara serak Naruto berbunyi secara pelan. Pikirannya masih kacau dan kepalanya kembali sakit ketika dia mencoba untuk mengingat apa yang terjadi sehingga dia ada di tempat ini. Mencoba kembali memulihkan dirinya dengan istirahat, sesekali menggerakkan dan meregangkan seluruh tubuhnya.

"Ah… benar. Tadi Aku tertusuk, Apa Aku sudah mati ya?" Tanya Naruto di dalam kegelapan.

Mengingat Makhluk Merah yang telah menusuknya, membuat Naruto mengingat kembali apa yang sudah dia lalui. Perjalanan menuju pilar, pertarungan goblin, ruangan harta karun dan jebakan Makhluk Merah membuatnya menghela nafas. Hal yang terakhir diingatnya hanya tusukan dari Makhluk Merah tersebut dan wajah kaget orang-orang yang melihatnya, terutama wajah Asuna.

Mengingat Asuna, dia merasa lega dan juga merasa menyesal. Lega karena Makhluk Merah itu tidak lagi bisa melukai orang-orang termasuk Asuna. Menyesal karena dia tidak bisa menepati janjinya untuk membebaskan Asuna dari permainan mematikan Sword Art Online.

Kesekian kalinya dia menghelakan nafas mengingat kejadian yang telah dilaluinya. Sekarang, dia berada di tempat entah berantah. Bahkan alam yang dipijaknya pun dia tidak tahu. Dia hanya ingin tahu apakah dia akan menemui orang tuanya yang mendahuluinya.

Menahan rasa sakit akan nyeri pada sekujur tubuhnya, dia bangkit untuk mencari petunjuk yang dapat menjelaskan situasinya. Namun ruangan ini sangat gelap untuk melihat bentuk tempat dirinya berada. Namun dia dapat mendengar tetesan air yang berjatuhan. Memberikan petunjuk bahwa kemungkinan dia berada di bawah tanah.

Naruto kemudia berjalan dengan merenggangkan tangannya dengan bertumpu pada tembok tempat bersandarnya tadi. Dia bisa merasakan dari struktur tembok rata yang ditempatinya, dia sedang berada dalam sebuah ruangan. Tembok bawah tanah setidaknya memiliki ukiran yang bergelombang, tapi di sini rata seperti buatan manusia.

Mendapatkan petunjuk bahwa dia berada dalam sebuah ruangan, berarti ada satu akses untuk masuk. Perlahan dia berjalan, dia merasakan sebuah benda. Meraba dan mencoba untuk menggoyangkannya, dia merasa ini seperti ganggang pintu. Dia pun mencoba menekan ganggang pintu tersebut, memunculkan sebuah cahaya pada celah pintu dan kusennya. Dengan sigap, Naruto langsung mendorong pintu tersebut.

Cahaya dari obor menerangi lorong yang berada depan ruangan Naruto. Semangat kehidupan Naruto kembali hidup melihat cahaya dan merasakan kehangatan dari obor tersebut. Membuat Naruto bersandar pada kusen pintu dan bernafas lega bisa mendapatkan petunjuk akan situasinya.

Melihat ke dalam ruangan ditempatinya tadi, dia melihat ruangan kecil ini tidak memiliki apa-apa. Hanya lumut yang bertumbuh pada beberapa area tembok ruangan tersebut. Setelah memeriksa ruangannya, Naruto pun segera bangkit dari duduknya.

Melihat antar ujung dari lorong tempatnya berada, dia mengetahui bahwa ruangannya tadi berada pada ujung lorong. Di ujung lain lorong tersebut, terdapat sebuah satu jalan yang mungkin saja mengarahkannya ke tempat lain atau keluar dari ruang bawah tanah ini. Selain obor yang menghiasi lorong ini, sepertinya ruangan Naruto bukan satu-satunya ruangan yang ada pada lorong ini melihat masih terdapat beberapa ruang lainnya yang berjejer sepanjang lorong.

Naruto berjalan menyusuri lorong ini, membuka tiap pintu ruangan yang ada pada lorong ini untuk memuaskan kepenasarannya adanya makhluk hidup lain selain dirinya di sini. Tapi sepertinya hanya dirinya saja yang ada di sini, setiap ruangan yang dibukanya menunjukkan bahwa tidak adanya makhluk hidup lainnya. Setelah memuaskan keingintahuannya, Naruto melanjutkan perjalanannya dalam mencari jalan keluar dari lorong ini.

Saat Naruto berada di dalam ruangannya tadi, dia dapat mendengar tetesan air yang berjatuhan. Memikirkan hal tersebut, Naruto berekspekatasi bahwa ada semacam sumber air yang mengalir pada tempat ini. Namun tak perlu menunggu lama, dia bisa melihat bukan hanya air terjun yang mengalir, tapi juga jalan keluar dari tempat ini.

Setelah melewati tempat keluar goa atau lorong tempatnya tadi, terdapat air terjun yang mengalir deras yang turun tepat di ujung pijakan depan goa tersebut. Naruto menyentuh air tersebut, merasakan kesejukan yang mengalir pada tangannya. Tanpa berpikir Naruto mengambil air tersebut dengan kedua tangannya, meminum dan membasuh mukanya. Rasa segar ini menimbulkan tawa Naruto yang dapat merasakan kenikmatan sederhana ini.

Melihat sekeliling area air terjun ini, dia melihat dia berada di sebuah gua besar berbentuk lingkaran. Tidak ada pijakan yang luas, hanya pijakan kecil yang hanya bisa dilewatinya dengan bergerak sambil bersandar di tembok. Ke atas dia melihat secercah cahaya kecil dan ke bawah terlihat sebuah pijakan berupa lingkaran dan jalanan yang mengarah ke sebuah pintu besar dengan dua obor menghiasi kiri dan kanannya, di sekelilingnya hanya kegelapan tak berujung. Sepertinya dia tidak bisa untuk keluar lewat atas dan pastinya dia tidak ada niatan untuk terjun ke kegelapan yang lebih dalam.

Melihat tidak ada jalan lain, Naruto memutuskan untuk mengecek pintu yang ada di bawah sana. Menghela nafas dan bersandar pada tembok, dia pun bergerak secara hati-hati menuju area lingkaran di bawah. Sebuah pijakan yang diinjaknya ada yang rubuh, dengan cekatan dia langsung mengamankan dirinya dan mengatur nafasnya. Di tempat berbahaya semacam ini dia harus berhati-hati.

Ketika area lingkaran sudah berada tepat di hadapannya, dia mengumpulkan nafas sembari mengumpulkan tenaga untuk melompat. Tubuhnya terhempas ke udara seraya kakinya terlepas dari pijakan kecil yang dipijaknya, Naruto segera membentuk postur tubuhnya untuk mengurangi dampak mendarat. Berguling dan bangkit, Naruto bernafas lega telah mendarat tepat di jalanan menuju pintu besar.

Naruto berjalan mendekati pintu besar yang dihiasi oleh obor di sisi kanan dan kirinya. Dia perlahan membuka pintu tersebut, menampakkan lorong yang diterangi oleh cahaya obor. Dia berjalan menyusuri lorong tersebut hingga mencapai ujungnya.

Saat keluar dari lorong tersebut, dia menyadari sekarang dia berada di sebuah area lingkaran yang luas. Dia memperkirakan diameternya ada sekitar 70 meter. Melihat sekelilingnya, area ini memiliki ke dalaman sekitar 30 meter dan tepat di bawah terdapat sebuah area yang memiliki sebuah pola simbol terukir pada lantainya. Jalan menuju area bawah itu melalui jalan berputar yang terbentuk pada sisi area lingkaran tersebut, seakan mengelilingi area bawah.

Saat menengok ke area bawah, dia melihat sesuatu yang menarik perhatiannya. Pada area bawah, tepat berada di tengahnya terdapat sebuah altar yang dikelilingi oleh obor api ungu. Dia tidak bisa melihat dengan jelas apa yang ada altar tersebut selain sebuah benda berwarna hitam. Penasaran dan tidak memiliki kegiatan lain, dia berjalan menuju area bawah.

Setelah berjalan berputar dan mencapai area bawah, dia segera mendekati altar yang dilihatnya tadi. Menaiki tangga kecil pada altar tersebut, dia akhirnya menemukan bahwa benda yang dilihatnya adalah sebuah kristal. Kristal tersebut berwarna hitam pekat, sampai tiap garis sisinya hampir tidak kelihatan. Mengambil kristal tersebut, Naruto mengetahui bahwa benda dipegangnya memiliki nama "Flame of Devour".

"Flame of Devour" dijelaskan bahwa benda itu "melahap segalanya hingga menyisakan ketiadaan". Menekan-nekan benda tersebut, dia seketika terkejut akan munculnya jendela notifikasi. Akhirnya dia menyadari bahwa dirinya masih berada dalam Sword Art Online.

"Heh… berarti Aku belum lepas ya." Kata Naruto.

Notifikasi tersebut berisi untuk mengaktifkan item tersebut. Menaikkan alisnya, Naruto berpikir sejenak sebelum mengambil keputusan. Berdasarkan pengalamannya, hal seperti ini menandakan bahwa akan terjadi sebuah event. Dia hanya berharap bahwa ketika menekan untuk "Terima", tidak terjadi hal yang merepotkan.

Naruto menekan tombol "Terima", seketika membuat kristal itu pecah. Sebuah api hitam kelam muncul di telapak tangan Naruto, membuat Naruto kaget dan merasakan sensasi terbakar luar biasa. Dia tidak menyangka bahwa api kecil ini sangat menyakitkan. Dia segera mencoba mematikan api tersebut dengan menepuk, tapi bukannya api itu padam malah menyebar ke tangan lainnya. Perlahan api menjalar ke seluruh tubuhnya, merangkak dari tangan menujuk pundak dan segera menyentuh badannya. Dia pun mencoba mematikan Api tersebut dengan berguling di tanah.

Belum selesai dengan api yang melahapnya, Naruto merasakan sensasi sakit, bagaikan seluruh perutnya ditusuk dan sarafnya terangsang hebat. Perlahan rasa sakit itu menggeliat dari perutnya menuju dadanya. Hal itu terasa sangat mengerikan dan menggelikan seperti ada ular atau ulat yang menggeliat di badannya. Tak sempat untuk melihat apa yang terjadi pada tubuhnya, rasa terbakar dan tertusuk memenuhi pikirannya.

Sekilas terlihat pada leher dan tangan Naruto sebuah cairan lengket seperti slime berwarna merah. Perlahan benda… atau makhluk itu menggeliat menuju mata Naruto. Seakan merasakan kehadiran makhluk tersebut, api hitam bergerak membakar tiap bagian dari seluruh yang ada pada diri Naruto.

Naruto tak dapat meneriakkan kesakitannya hingga dia kehilangan kesadaran.

Saat terbangun, kepalanya terasa sakit seakan ada yang menekan-nekan otaknya. Dia menggelengkan kepala untuk menghilangkan rasa sakit itu. Bangkit dari tidurnya, dia melihat sekeliling dan menyadari bahwa dia masih ada di dekat altar tempat kristal itu berada.

Dia mengingat kembali sebelum dia kehilangan kesadaran, seluruh tubuhnya terbakar oleh api hitam kelam. Dia memeriksa sekujur tubuhnya dan menghela nafas saat tak ada luka bakar pada dirinya. Tidak ada yang bisa dilakukan lagi di area sini, dia segera melangkah kembali ke lorong tempat dia masuk.

Tidak cukup 3 langkah, tempat tersebut bergetar hebat seakan gempa. Naruto mencoba menyeimbangkan dirinya sembari mencari tahu apa yang terjadi di sekelilingnya. Tak ingin berlama-lama di situ dia segera berlari ke jalan naik menuju lorong yang dimasukinya.

Sebuah tentakel menangkap kaki Naruto dan mengayunkannya lalu menghantamnya ke tembok di ujung lainnya jalan naik itu. Naruto sontak kaget dan kesakitan setelah terhantam ke tembok dan jatuh ke lantai. Berusaha untuk berdiri dan mencoba mempertahankan kesadarannya, dia melihat Makhluk Merah yang di hadapinya di ruang harta karun itu ada di depannya.

'Sial, kenapa dia bisa ada di sini?' Batin Naruto yang terheran akan keberadaan monster merah itu.

Makhluk Merah tersebut mengeluarkan auman yang sangat keras dan mengeluarkan tekanan udara yang mendorong Naruto ke belakang. Naruto sambil menutup telinganya mencoba untuk tidak terdorong ke belakang. Makhluk Merah itu langsung menyadari keberadaan Naruto, dan dia langsung menyerangnya dengan tentakelnya.

Tentakel itu melaju kencang sehingga Naruto dengan refleks berguling untuk menghindar. Menghindari dua serangan tentakel dengan melompat dan berseluncur, Naruto berlari kencang menuju ke lorong tempatnya masuk tadi. Dia tidak ingin bertarung melawan Makhluk Merah itu di saat dia tidak memiliki senjata, terlebih lagi tidak ada yang bisa melukai Makhluk Merah itu.

Namun seakan tak ingin melepas pemuda berambut jingga itu, Makhluk Merah tersebut mengayunkan tentakelnya lebih cepat dan agresif mengarah ke Naruto, mengabaikan benda yang ikut hancur akibat terkena libasannya. Sebuah tentakel berayun mengarah wajah Naruto. Melihat adanya celah yang bisa dilewatinya, dia berseluncur di bawahnya untuk menghindari tentakel tersebut. Tak cukup itu saja sebuah tentakel bergerak kearahnya lagi. Tak habis piker, Naruto meloncat ke tembok untuk mendapat bantuan pijakan untuk meloncati tentakel tersebut. Akhirnya dia bisa melewati kedua serangan beruntun tersebut.

Tak menyadari tentakel di belakangnya, Naruto terhempas ke depan saat terkena ayunan tentakel tersebut. Naruto terguling dan menabrak tembok yang menghentikan lajunya, membuatnya merengis kesakitan dan sempat sulit untuk bangkit. Merasakan adanya sesuatu yang bergerak cepat, Naruto langsung menghindar dengan mendorong tubuhnya ke samping. Merasakan adanya serangan lagi, Naruto berguling kesamping dan menghindari tentakel yang hampil menggepengnya pada tembok.

Kembali bangkit sambil menahan rasa sakit, Naruto berlari sekuat mungkin menggapai tujuannya. Dia menghindari dengan berguling, merunduk dan meloncati tentakel Makhluk Merah tersebut walaupun terkena dua kali serangannya sehingga dia hampir kehilangan kesadaran. Terlihat sedikit lagi untuk mencapai tujuannya, dia segera mempercepat pergerakan kakinya karena dia juga menyadari, tenaganya tinggal sedikit lagi.

Sesampai diujung jalan naik tersebut, Naruto kaget melihat tembok yang ada di depannya. Lorong tempatnya masuk seakan menghilang dan tak pernah ada. Naruto maju dengan meraba-raba tembok tersebut seakan tidak mempercayai bahwa tembok itu ada. Batu yang dirasakan pada permukaan tangannya menamparnya bahwa apa yang di hadapannya adalah benar-benar tembok.

Berbalik ke belakang dengan sigap, Naruto menghindari serangan tentakel tersebut, menghancurkan tembok tempat lorong itu berada. Tapi apa yang dilihatnya membuatnya terheran-heran. Tembok yang hancur tersebut hanya menampakkan lapisan batu.

"Bagaimana… di situkan lorong yang tadi…" Kata Naruto yang tidak percaya dengan apa yang diliatnya.

Auman keras Makhuk Merah tersebut menyadarkannya akan keberadan monster di dekatnya. Naruto merasa kebingungan dan mulai kehilangan harapan untuk keluar dari sini. Dia tidak dapat fokus dengan apa yang dihadapinya sekarang.

Dia pun segera berbalik namun tidak terlalu cepat untuk menghindari tentakel yang menusuknya.

Dirinya tersentak akan hantaman kuat, merasakan kesakitan yang perlahan muncul di area perutnya. Mencoba sekuat tenaga mendorong keluar tentakel tersebut. Namun dia meringis kesakitan saat tentakel itu mendorong masuk lebih dalam lagi. Naruto hanya menggertakkan giginya menahan rasa sakit itu.

Menatap Makhluk Merah besar itu dengan rasa panas dalam hatinya. Dia mengeluarkan seluruh tenaganya untuk menjauhkan tentakel ini dari tubuhnya. Dia mengeluarkan teriakan yang keras, mengerahkan seluruh tenaga pada lengan dan bahunya mendorong tentakel itu.

Tangannya mengeram erat-erat, mencoba menarik keluar benda yang menusuknya. Dia tidak melepaskan pandangannya dari bajingan yang telah menusuknya. Seakan merasakan tatapan tajam pemuda itu, Makhluk Merah itu mengaum dengan keras dan mendorong tentakelnya untuk menusuk lebih dalam lagi.

Tiba-tiba api hitam muncul pada perut Naruto yang tertusuk. Api hitam itu membakar tentakel yang menusuk tubuh Naruto dengan membara. Makhluk Merah itu mengaum kesakitan saat merasakan kekuatan api yang membakarnya itu. Dia segera mencoba menarik bagian tubuhnya kembali.

"Mau ke mana kau bangsat? Tadi kau mau menusukku kan? Sebaiknya kau jangan setengah-setengah." Kata Naruto.

Dia menggeram dengan kuat tentakel itu agar tidak terlepas. Walaupun dia tahu makhluk di depannya ini lebih kuat darinya, dia tidak akan semudah itu melepaskan tentakel tersebut. Meskipun Naruto tidak tahu bagaimana caranya api itu muncul dan kenapa, ini bukanlah saatnya untuk mempertanyakan apa yang sedang terjadi. Ini waktu yang tepat untuk balas dendam.

Makhluk Merah tersebut secara refleks memutuskan tentakel yang tertancap pada tubuh Naruto. Dia segera berhati-hati dalam menangani serangga kecil di hadapannya ini. Instingnya berkata, serangga kecil ini menjadi berbahaya.

Tentakel yang tertancap tersebut habis terbakar oleh api hitam yang melahapnya, menyisakan Naruto yang berdiri terengah-engah setelah terlepas dari tentakel tersebut. Menyadari Makhluk Merah di depannya berhati-hati dalam menyentuhnya, dia tersenyum girang melihat situasi ini. Sekarang posisinya sudah seimbang, dia akan menghabisi makhluk merah ini.

Naruto langsung berlari kencang, ingin menciptakan momentum untuk melompat jauh ke Makhluk Merah tersebut. Melihat Naruto yang berlari ke arahnya, Makhluk Merah tersebut segera menggerakkan tentakelnya untuk menusuk kepala Naruto. Melihat pergerakan sang monster, Naruto langsung menghindari dengan melompat ke samping lalu lompat menaiki tentakel tersebut.

Merasakan serangga kecil pada tentakelnya, Makhluk Merah tersebut mengayunkantentakelnya untuk menghempaskan Naruto. Naruto yang merasakan pergerakan dari Makhluk Merah tersebut, segera berpegangan erat pada tentakelnya agar tidak ikut terhempas. Naruto pun ikut terayun dengan tentakel merah tersebut.

Serangga kecil itu tidak mau lepas dari tentakelnya, Makhluk Merah tersebut segera mengayunkan tentakelnya ke arah tembok. Melihat arah ayunan tentakel tersebut, Naruto segera melepaskan tangannya yang menggenggam tentakel tersebut pada saat posisinya berada di atas satu tentakel lainnya. Dia mendarat dengan aman dan langsung berlari ke bagian tubuh utama Makhluk Merah tersebut.

Makhluk Merah tersebut segera menggerakkan tentakelnya ke arah kiri-kanan agar serangga itu menjauh dari dirinya. Naruto dengan sigap tengkurap dan memegang erat tentakel tersebut. Dia perlahan merangkak dan memanjat ke tubuh utama monster di hadapannya.

Merasa tambah kesal tak bisa lepas dari Naruto, Makhluk Merah tersebut segera menggerakkan tentakel yang satunya untuk menghantam Naruto, seperti menepuk nyamuk pada tangan. Melihat bayangan yang terbentuk pada area sekitarnya, Naruto langsung melihat naik dan segera berlari saat menyadari niat Makhluk Merah tersebut.

Sebelum terkena oleh hantaman Makhluk Merah tersebut, Naruto langsung membuang dirinya untuk menggapai tubuh utama Makhluk Merah itu. Menggenggam erat lapisan luarnya yang terasa seperti slime, Naruto memanjat naik ke puncak tubuh ini. Dia akan menghabisi makhluk ini dengan mencabik-cabiknya.

Perlahan-lahan dia naik, Naruto melihat api hitam itu muncul kembali pada tangannya. Sambil memanjat, Naruto membakar dengan tangannya dan mencabik-cabiknya monster tersebut. Merasakan kesakitan, monster tersebut menyerang serangga mengganggu ini dengan menghantamkan tentakelnya atau mengeluarkan tentakel kecil pada tubuhnya untuk menusuk Narutp.

Dia menghindari serangan-serangan Makhluk Merah ini dengan menghindari hantaman ataupun tusukan yang tiba-tiba muncul pada permukaan Makhluk Merah tersebut. Sesampainya di puncak tubuh Makhluk Merah itu, dia segera mencabik-cabik tiap bagian tubuh tanpa berbasa-basi. Makhluk Merah tersebut mengaum kesakitan, menandakan serangan yang dilakukan oleh Naruto bekerja dengan baik. Tentunya api hitam itu menjadi pengaruh besar kenapa ini bisa terjadi.

Tidak tahan dengan semua ini, Makhluk Merah tersebut langsung mengekang tangan kanan yang mencoba untuk mencabiknya, dengan menarik masuk tangan tersebut ke dalam tubuhnya. Naruto mencoba sekuat tenaga untuk melepaskan tangannya, tapi dia segera melanjutkan serangannya dengan tangan yang satunya lagi. Makhluk Merah itu pun segera mengekang tangan yang satunya juga.

Naruto menjadi kesal dengan tangannya yang terkekang oleh Makhluk Merah tersebut, dia berusaha sekuat tenaga agar terlepas dari penahannya ini. Makhluk Merah tersebut segera mengeluarkan tentakel tepat mengarah wajah Naruto. Dengan sigap, Naruto menghindari serangan itu.

Naruto kembali berusaha untuk membebaskan diri dari Makhluk Merah tersebut, tapi dirinya juga disibukkan oleh berbagai macam serangan dari Makhluk Merah itu. Dia mengarahkan seluruh tenaga dan emosinya agar terbebas dari monster slime ini. Merasakan usaha Naruto, api hitam yang padam kembali membara dari tangan ke seluruh lengan Naruto.

Akhirnya Naruto dapat terbebaskan dan Makhluk Merah itu mengaum kesakitan oleh kekuatan api yang membakarnya tubuhnya. Melihat situasinya sekarang terbalik, Naruto segera menggenggam erat-erat tubuh Makhluk Merah tersebut. Api hitam yang menyelimuti lengannya segera membakar Makhluk Merah itu.

"Oi oi oi mau ke mana kamu hah? Kau tidak bisa kabur sekarang. Kau sudah menusuk tubuhku untuk kedua kalinya dan menjebakku ke ruangan entah-berantah ini, mana mungkin Aku akan melepaskanmu begitu saja. Sekarang matilah kamu, matilah, MATILAH!" Auman Naruto terdengar keras penuh dengan amarah membara.

Makhluk Merah tersebut mengaum kesakitan saat tiap bagian tubuhnya tercabik-cabik dan terbakar tanpa sisa oleh Naruto. Mata Naruto penuh dengan haus darah, dipenuhi oleh hasrat membunuh, amarah yang bergejolak dan ada sedikit kegilaan pada matanya. Dia tanpa berpikir lagi mencabik-cabik habis setiap bagian yang dipegangnya.

Perlahan Naruto masuk ke dalam tubuh Makhluk Merah tersebut dengan mencabik-cabik tiap bagiannya, tanpa meninggalkan sisa sedikit pun.


Di depan pintu bos lantai 1

Diterangi oleh cahaya api obor, Para player berkumpul untuk mendengarkan sepatah kata dari pemimpin penyerangan ini, Diavel. Dengan perasaan gugup dan detak jantungnya yang berdegup kencang, Diavel mengambil nafas yang Panjang dan menghela. Perasaan takut akan kematian tak dapat terelakkan saat mereka mengetahui bahaya apa yang akan mereka hadapi dibalik pintu besar ini.

"Baik semuanya, kita sedikit lagi akan mencapai tujuan kita. Di balik pintu besar ini terdapat satu rintangan besar menuju lantai kedua. Saya rasa semuanya sudah membaca apa yang tertulis pada panduan lantai 1 dan makhluk apa yang akan kita hadapi…" Kata Diavel dengan ekspresi yang serius.

Para player yang memerhatikan perkataannya hanya bisa terdiam seribu bahasa dan mengangguk paham akan marabahaya yang dimaksud oleh pemimpin mereka.

"Aku tahu kalian semua… khawatir untuk menghadapi bosnya. Tapi kita harus menguatkan diri dan membarakan semangat kita untuk mengalahkan semua rintangan untuk mencapai kebebasan kita. Kita harus membuka jalan untuk mereka yang masih terperangkap di game gila ini dan meneruskan harapan yang sudah tiada!" Diavel bersorak dengan suara yang lantang.

"Benar!"

"Iya!"

"Kita akan habisi bos bajingan itu!"

"Baiklah semua, tetaplah waspada dan bertahanlah." Diavel pun berbalik ke pintu tersebut dan mendorong untuk membukanya.

Kedua pintu besar itu perlahan terbuka dan memperlihatkan sebuah ruangan yang mirip dengan ruangan harta karun yang sempat mereka singgahi. Ruangan tersebut dikelilingi oleh kaca berwarna dan dekat dengan pintu diujung ruangan ini terdapat sosok makhluk besar. Seluruh player menjadi tegang melihatnya, mereka mencoba menenangkan diri agar tidak membangunkan monster tersebut.

Diavel pun mengangkat pedangnya dan mengacungkannya ke makhluk besar itu.

"SEMUANYA, SERBU!" Dengan komando Diavel, seluruh player pun berlari maju untuk menyerang makhluk merah tersebut.

Merasakan kehadiran para player, terdapat sebuah kotak nama di atas makhluk besar tersebut tertulis . Satu-per satu health bar-nya muncul dan berakhir menunjukkan terdapat 4 health bar pada bos lantai 1 ini. Memutarkan badan untuk menghadapi para player, sang tuan kobold pun mengeluarkan auman keras yang memekikkan telinga.

Sang bos pun mengeluarkan kapak dan perisainya lalu berlari maju untuk menyerang para player tersebut.

"Tim B, maju dan halangi serangan kapak Illfang." Dengan itu, Tim B pun maju untuk menjalankan komando Diavel.

mengambil ancang-ancang untuk mengayunkan kapaknya saat memasuki area serangan para player. Para pemain tim B diisi oleh tanker dan juga player senjata besar untuk menahan serangan bos lantai 1 tersebut. Melihat pergerakan sang bos, mereka juga segera mempersiapkan [Sword Skills] mereka untuk membenturkan kapak sang pemimpin kobold tersebut.

Benturan pun terjadi, membuat lengan dan para player terdorong ke belakang.

"Tim A maju, jangan lewatkan kesempatan untuk menyicil darahnya." Para player dari tim A pun maju setelah mendengar komando Diavel.

Secara susunan player-nya hampir sama dengan tim B. Mereka segera berlari kencang ke Illfang dan memberikan beberapa serangan pada . Serangan tersebut membuat langsung mengayunkan kapaknya Kembali mengarah ke tim A. Menggunakan taktik yang sama dengan tim B, tim A segera mempersiapkan [Sword Skills] mereka untuk menghentikan serangan dari .

Benturan pun kembali terjadi, tim A berhasil menghentikan ayunan kapak dari sang pemimpin kobold. Hal tersebut mendorong mundur dan player tim A. Merasaksn ada celah terbuka, pun segera memanggil para anak buahnya, untuk menghadapi serangan berikutnya.

"Tim B, maju untuk melakukan serangan besar pada Illfang. Tim D dan tim E, maju dan lindungi tim B." Tim B pun segera maju menghadapi pemimpin kobold tersebut.

Kirito dan Asuna yang berada di tim E segera bergegas menghadapi . Mereka langsung mengeluarkan senjata mereka, bersiap untuk menebas para minion tersebut. Keempat kobold tersebut langsung bersorak saat mengetahui mereka diserang.

Kirito langsung menebas dua kobold yang menghampirinya. Kobold ketiga tiba-tiba muncul di hadapannya, namun masih sempat untuk Kirito menangkis serangannya. Saat berhasil mendorong mundur, dia langsung menebasnya sampai mati.

Kedua kobold dibelakangnya langsung maju untuk menyerang Kirito saat dia membelakangi para kobold tersebut. Asuna dengan kecepatan luar biasa langsung menusuk dan menebas kedua kobold tersebut dan membunuh salah satunya. Saat kobold terakhir mengayunkan pedangnya, serangannya dihentikan oleh Kirito dan mati tertusuk oleh rapier Asuna.

"Terima Kasih, Kirito." Kata Asuna.

"Ah, sama-sama." Balas Kirito.

Setelah memastikan telah tidak ada minion lagi, mereka segera kembali mengambil posisi dan melihat penyerangan bos lantai 1 tersebut. Auman sang pemimpin Kobold menggema saat terkena [Sword Skills] dari Agil. Serangan tersebut membuatnya jatuh berlutut, memberikan kesempatan untuk para player menyerang.

"Tim C, tim F, bersama ku, MAJU!" Sorak Diavel sebelum maju untuk ikut menyerang juga Bersama tim C dan tim F.

Serangan beruntun dari tim C dan tim F memberikan damage sedang namun bertubi-tubi, membuat mereka berhasil menghabiskan satu health bar dari bos tersebut. selagi darahnya berkurang, bangkit dari keterpurukannya dan menghempas para player di sekitarnya dengan perisai di tangannya, membuat para player terdorong dan terlempar mundur dari bos lantai 1 tersebut.

Auman yang keras menimbulkan efek angin yang mendorong para player tersebut mundur sekali lagi, memberikan jarak antar mereka dan sang bos. Embun endusan yang keluar dari hidung, serta mata merah menyala dari memberikan isyarat bahwa menyerangnya adalah pilihan yang buruk. Dia langsung berlari kencang lurus ke arah player sambal mengayunkan kapaknya ke kiri dan kanan.

"SEMUANYA MENGHINDAR!" Peringatan dari Diavel saat dia melihat makhluk besar berbulu merah ini maju ke arah dirinya dan timnya.

Semuanya pun menghindar ke samping sisi kiri atau kanan. Walaupun sempat meloncat, tapi ada beberapa player yang terkena oleh libasan dari sang bos lantai 1 tersebut. mereka terlempar dan menerima luka cukup besar sehingga mereka segera bergegas bangkit atau dibantu oleh teman-temannya.

Walaupun serangan terobosnya sempat dihindari, tidak berhenti di situ saja. Saat berhenti, dia segera melompat tinggi ke udara lalu bersalto, siap-siap untuk memberikan serangan ke bawah mengarah ke kumpulan para player. Meski tidak mengenai serangan langsung, ledakan hantamannya menghempaskan para player, membuat formasi mereka terbongkar dan menerima luka.

"Ada waktu sebelum dia bangkit. Tim A dan tim B, segera berikan serangan besar pada bos tersebut." Mengangguk paham dengan arahan Diavel, mereka segera mendekati pemimpin kobold tersebut sembari mempersiapkan [Sword Skills] mereka.

Serangan tersebut memberikan luka yang cukup besar pada bos tersebut, membuatnya mengaum kesakitan. Saat merasa nyawanya terancam, dia segera mengayunkan kapaknya berputar 360 derajat. Serangan tersebut untungnya sempat dihindari namun terdapat beberapa player yang terkena oleh serangan tersebut.

"Semuanya yang terluka segera gunakan kristal kalian untuk memulihkan HP kalian. Tim A dan Tim B perhatikan serangannya, jangan sampai kalian kena. Semuanya segera atur formasi kalian Kembali dan focus dalam penyerangannya." Semua yang tersungkur bangkit Kembali dan bergegas mengambil posisinya Kembali.

Auman sang pemimpin kobold tersebut membuat ledakan angin yang mendorong player di sekitarnya terdorong mundur kembali. Para kembali hadir dan maju menyerang para player yang tidak siap. Tanpa menunggu aba-aba, Kirito dan Asuna segera maju menghentikan serangan mereka, lalu diikuti oleh tim D yang membantu mereka dalam menghabisi para minion tersebut.

"Tim C dan tim F bersiap lah kalian untuk mengambil kesempatan untuk menyerang. Tim A dan tim B tolong serang Illfang dan buat dia tertunduk lagi."

Para tim A dan tim B langsung menyerang bos tersebut. walaupun berhasil mengenai perisainya, namun masih saja terdapat serangan yang masuk mengenai dirinya. Marah karena hal ini, dengan auman yang kencang, dia langsung mengayunkan kapaknya dengan kencang mengarah ke player di depannya.

Melihat pergerakan dari sang bos, Agil langsung mengambil posisi untuk membalas ayunan tersebut dengan kapaknya sendiri untuk menghentikannya. Mengaktifkan [Sword Skills] [Giant Swing], Agil dengan sendirinya berhasil menghentikan serangan tersebut dengan membenturkan kapak mereka, namun Agil terdorong mundur dan kehilangan keseimbangan sehinggar tersungkur. Melihat ada kesempatan terbuka, Diavel langsung mengarahkan teman-temannya.

"SEMUANYA MAJU!" Diavel beserta tim C dan tim F maju menyerang .

Tim C dan tim F segera mengaktifkan [Sword Skills] mereka masing-masing. Mereka menyerang bos tersebut dengan sekuat tenaga, mencoba memberikan serangan sebanyak mungkin sebelum bos tersebut mendapat kembali keseimbangannya. Berbagai serangan yang diterimanya membuat health bar-nya menjadi tersisa dua baris lagi.

Terlarut dalam menyerang bos tersebut, mereka tidak menyadari saat ekor pemimpin kobold tersebut menghempaskan mereka. Player di sekitarnya mendapatkan luka dan formasi menjadi terbongkar. Mereka sekarang mengelilingi bos tersebut meskipun agak berjauhan dengan satu dan lainnya.

Tak memberikan kesempatan bagi mereka, langsung memasangkan posisi perisainya ke depan tubuhnya, menerobos orang-orang di depannya. Saat berhenti dia segera mengayunkan tangan yang memakai perisai tersebut, menghempaskan orang-orang yang berada di jangkauannya. Tidak berhenti di situ saja, dia lalu mengayunkan kapaknya ke sekelilingnya. Orang-orang yang terkena oleh serangan tersebut mendapatkan luka yang cukup besar.

"Semuanya fokus dalam mengatur dan menjaga formasi kalian. Semua yang terluka segera gunakan kristal kalian. Perhatikan apa yang dilakukan oleh Illfang, hindari serangannya dan langsung menyerang ketika kesempatan sudah ada."

"BAIK!" ucapan seluruh player setelah mendengar komando pemimpin mereka.

langsung memanggil para minion-nya untuk menyerang para player di dekatnya. Saat terjadi bentrokan antara dengan player tersebut, para minion tersebut secara agresif meneka para player itu. Melihat ada player yang berhasil tertekan, sang bos tersebut segera mengambil posisi menerobos pakai perisainya kembali dan berlari ke arah targetnya.

Player yang tertekan tersebut sibuk menghadapi minion yang dilawannya. Merasakan adanya getaran dan langkah kaki yang kencang, dia melihat sang bos bersiap untuk menabraknya dengan perisai besarnya. Minion yang melihat perhatian lawannya yang teralihkan, berhasil mencuri kesempatan melukai lawannya.

Player tersebut menjadi panik, membuat pergerakannya jadi kacau. Tekanan dari minion beserta bosnya, tidak memberinya kesempatan untuk bergerak luas. Saat bos tersebut sudah hampir menabraknya, tiba-tiba dia terdorong keluar dari area serangan tersebut.

Dirinya terselamatkan oleh Asuna yang untungnya mampu berlari sangat kencang.

"Semuanya, segera serang bagian terbuka dari bosnya. Sebagian habisi para minion tersebut." Sorak Asuna saat melihat kesempatan terbuka pada bos tersebut.

Para player lainnya hanya terbengong melihat kejadian tadi.

"SEMUA LAKUKAN APA YANG DIKATAKANNYA!" Sorak Diavel yang kesal saat yang lainnya kehilangan fokus.

Para player lainnya tersebut segera bergegas untuk menyerang . Sebagian lainnya, yakni tim D dan tim E segera menghabisi para tersebut. Para pasukan tersebut kembali focus dan teratur untuk tidak melewatkan kesempatan yang hadir.

Bertubi-tubi serangan dari para player yang menyerang mengurangi nyawanya dengan cepat. Setiap kali bos lantai 1 tersebut ingin menyerang, berhasil digagalkan oleh serangan balik dari Agil dan kawan-kawan. Di saat dia tersungkur, tim D dan tim E yang berhasil mengalahkan seluruh ikut berkontribusi dalam mengurangi nyawanya.

Tidak terasa nyawa dari sang pemimpin kobold tersebut sudah melewati health bar ke empat. Dengan auman, dia mengeluarkan ledakan angin yang menhempaskan para player di sekitarnya. Dia mengayunkan kapaknya membabi buta dan melempar kapak dan perisainya mengarah ke para player, membuat mereka menghindari dan formasi mereka jadi terpecah.

Merasa bahwa bos tersebut akan memasuki mode terakhirnya, Diavel segera memberi aba-aba kepada lainnya.

"Semuanya, sekarang Illfang akan menggunakan nodachi sebagai senjatanya. Untuk kali ini, biar aku yang menghadapinya." Diavel lalu berlari kencang untuk mengambil kesempatan dalam menyerang dan menghabisi bos kobold itu.

Semuanya sempat terheran dengan perkataan Diavel. pun segera mengeluarkan senjatanya. Tapi dari bentukannya, bukan nodachi yang keluar.

'Tunggu dulu… itu bukan nodachi… itu kan…!' Batin Kirito melihat senjata yang keluar dari dari polygon tersebut.

"DIAVEL-SAN, ITU BUKAN NODACHI. ITU TALWAR!" Teriak Kirito.

Suara Kirito tersebut mengalihkan perhatian Diavel. Saat berbalik ke depan, dia tidak melihat adanya di situ. Merasakan ada benda bergerak di atas, dia kaget saat melihat bos kobold itu terjun dengan pedangnya yang ingin menebasnya.

Sebuah benda melaju sangat cepat menghantam pedang tersebut. yang merasakan bahaya segera melompat mundur membuat jarak antara dirinya dengan lawan barunya ini. Semua yang melihat sesosok yang menghentikan pedang tersebut tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.

"Maaf, Apa Aku telat?"

Air mata Asuna seketika mengalir pemilik suara itu. Dia tidak menyangka akan mendengarnya lagi. Pria berambut jingga itu kembali menyelamatkan mereka. Naruto Uzumaki memasuki medan pertempuran.


AN: Yo, Fool di sini. Kembali lagi dengan chapter terbaru dari kisah Naruto ini. Cukup lama untuk saya kembali lagi, karena pas nulis ini tiba-tiba aja kepikiran beberapa hal untuk kelanjutannya. Penasaran apa itu, tunggu aja ya kelanjutannya wkwkwk.

Kalau begitu, mari kita baca komentar para pembaca:

Untuk moulanasaktialmag, memang perasaan bangga itu pasti akan selalu ada, tak terkecuali dari Naruto sendiri wkwkwkwk. Gila solo squad bro.

Untuk It's Cristiano Ronaldo, siap mang!