Balas Review! :D

Bigfoot the 2nd: Seperti biasanya, selalu hilarious... :V a

Teiron: "Setauku Bibi Rilen nggak punya gaun pengantin..." -w-a

Elemy: "Thun-kun, apa kau tidak merasa kesal saat melihat John memainkan tubuhku tadi?" *memelas.*

Thundy: *memasang tampang datar.* "Menurutmu?"

Elemy: "Kau ini..." -w-'

Well, Thanks for Review! :D

RosyMiranto18: Sayangnya itu nggak ada hubungannya dengan 'Putri yang Tertukar' karena sumber inspirasi sudah kucantumkan di Author Note paling bawah (bacalah lebih teliti Chapter sebelumnya)... ^^a

Thundy: *sweatdrop.* "Sebesar itu gimana ngabisinnya?"

Yah, aku hanya kepikiran tentang Edgar, jadi maklumi saja... ^^/ Terima kasih telah me-Review! :D

Happy Reading! :D


Chapter 7: Tsuchi-tan yang Terbuang


"Ron, untuk apa sih kau memelihara kucing?" tanya Edgar.

Teiron hanya memiringkan kepala selagi mengelus punggung Tsuchi-tan. "Hmm, karena aku memang suka..."

"Dasar aneh!" ejek Edgar ketus.

"Nyaaaw!" Tsuchi-tan mengeong kesal mendengarnya.

Teiron menenangkan kucing kesayangannya dan menatap Edgar dengan tampang tidak senang. "Edgar, dia marah padamu tuh!"

"Terserah..." Edgar pun pergi meninggalkan mereka.

Anak itu hanya menghela nafas dan memilih untuk membaca sebuah buku berjudul 'Bermacam-macam Jenis Kucing dalam Berbagai Kategori', sementara kucingnya malah asik menonton perdebatan antara Alpha dan Maurice yang berada tidak jauh dari tempat mereka duduk.

"Ali-chan punyaku, nggak usah main klaim deh!"

"Eh kampret, sejak kapan oy?! Bewan aja kuy ke Colloseum!"

Alpha dan Maurice nyaris saling baku hantam kalau saja tidak dihentikan Ikyo dan Thundy.

"Kalian berdua hentikan!"

"Berantem jangan di sini!"

Di sisi lain, Teiron menaruh bukunya di atas meja dan pergi ke dapur untuk mengambil camilan kesukaannya. Edgar yang kembali lagi mengambil buku yang dibaca anak itu dan langsung memasang tampang jijik.

'Kenapa harus ada kucing di dunia ini?!' batinnya geram dan kemudian...

SREEEEEEEK!

Mereka semua menengok ke arah sumber suara dan mendapati Edgar baru saja merobek buku itu. Teiron yang kembali dengan sebungkus cupcake kesukaannya terlihat shock dengan kejadian itu. Bungkusan yang dipegangnya terjatuh dan tiba-tiba dia langsung nangis kejer sampai terjadi gempa bumi lokal.

"Huweeeeeeeee!"

"Kenapa jadi gempa begini?!"

"Udahlah, Ron, jangan nangis!"

"Edgar, beraninya kau..."

"Kyo, mau kau apakan Edgar?!"

Thundy berusaha menenangkan Teiron, Edgar nyaris dijadikan samsak tinju oleh Ikyo kalau saja Alpha tidak segera mencegahnya, Maurice terdiam karena tidak tau harus melakukan apa, sementara Tsuchi-tan hanya bisa menonton keributan di sana.

"Ganti rugi! Kasihanilah Teiron yang bersusah payah mencari buku itu tau!" sembur Ikyo kesal.

"Nggak sudi!" balas Edgar kasar.

"Atau novelmu yang kurobek!"

Edgar langsung kicep dan entah sejak kapan novel 'The Bride of Lammermoor' miliknya sudah berada di tangan Ikyo. Cakar si rubah menusuk sampul novel itu dan tangannya sudah bersiap merobek novel itu menjadi dua bagian.

"Geez, baiklah!" Edgar pun pergi keluar untuk mencari pengganti buku yang dirobeknya.


Setelah setengah jam kemudian, Edgar pun kembali dengan buku baru di tangannya dan mengancungkannya tepat di depan Teiron. "Nih!"

"Hiks..." Teiron mengambil buku itu dan memeluknya dengan erat. "Terima kasih..."

Edgar hanya mendengus sebal. "Terserah..."

Edgar pun menghampiri Ikyo dan merebut buku yang dipegangnya, kemudian langsung pergi dari ruang tengah (yang gempanya sudah berhenti).

Yah untungnya anggota lainnya sedang pergi latihan, jadi hanya mereka saja yang tau kejadian itu!


Sebenarnya bukan tanpa alasan Edgar sangat membenci kucing, tapi yang bersangkutan tidak mau mengatakan alasannya.

Dia selalu memikirkan segala cara agar bisa menyingkirkan satu-satunya kucing di squad sampai pada suatu hari, Edgar menemukan kesempatan untuk membuang Tsuchi-tan.


Ketika Teiron baru selesai memandikan Tsuchi-tan, dia meletakkannya di sofa dan kucing itu menunggu papanya ganti baju (dan juga mengobati luka cakar hasil 'perlawanan' Tsuchi-tan yang menghiasi tangan Teiron, itu pun kalau dia tidak lupa) sambil menjilati bulunya.

Edgar yang melihat 'kesempatan emas' itu langsung menyiapkan sebuah karung dan segera memasukkan Tsuchi-tan ke dalamnya.

"Nyaw nyaw, nyaaaaaaw!"

Tanpa memperdulikan pemberontakan Tsuchi-tan, Edgar segera membawa karung itu pergi sejauh mungkin dari Homebase Garuchan Squad.


Ketika Teiron kembali lagi, dia langsung kaget mendapati kucing kesayangannya sudah menghilang dari sofa.

"Tsuchi-tan? Dia pergi kemana?"

Dia pun mulai celingukan di sekitar ruang tengah dan tampangnya terlihat seperti Spongebob zaman purba yang keluyuran di masa depan. (Teiron: "Orang lagi panik jangan dibercandain woy!" *lempar batu bata ke arah Girl-chan.*)

"Ron, nyari apaan sih?" tanya Rendy yang kebetulan lewat.

"Ren, liat kucingku nggak?" Teiron nanya balik.

Rendy terlihat bingung. "Kucing? Nggak liat tuh!"

Teiron menggaruk kepalanya. "Padahal dari tadi ada di sofa, apa jangan-jangan dia pergi ya?"

"Mungkin dia ke dapur!" usul Rendy.

"Terima kasih..." Teiron segera pergi ke dapur dan ketika sampai di sana, dia hanya mendapati Thundy dan Elemy.

"Wah, ada Tei-kun!" sapa Elemy. "Sedang apa di sini?"

"Liat Tsuchi-tan nggak?" tanya Teiron.

Thundy hanya menggeleng. "Dari tadi nggak liat tuh, mungkin dia keluar!"

"Terima kasih, dan maaf telah menjadi obat nyamuk bagi kalian!" Teiron langsung kabur sebelum Thundy sempat melemparinya dengan gelas kaca.

"APA MAKSUDNYA 'OBAT NYAMUK' ITU?!" teriak Thundy kesal.


Ketika Teiron keluar dan berkeliling halaman depan, Ikyo yang melihat anak itu dari atas pohon bertanya, "Kau sedang apa, Ron?"

Teiron mendongak dan bertanya balik dengan tampang putus asa. "Nggak liat Tsuchi-tan?"

"Tidak..." Ikyo menggeleng pelan.

'Sebenarnya dia pergi kemana?' batin Teiron sangat cemas.

Anak itu pun masuk lagi ke markas dan terus mencari ke setiap sudut, sampai akhirnya dia menyerah dan memilih untuk mengurung diri di kamarnya.


Sementara itu...

Di sebuah tempat pembangunan yang terbengkalai, terlihat Tsuchi-tan yang berkeliling sambil mengeong-ngeong memanggil papanya.

"Nyaw, nyaw, nyaaaaw?"

Tapi karena hanya dia di tempat itu, dia tak bisa menemukan papanya dimanapun.


Kita kembali ke Garuchan Squad dimana Teiron tengah meringkuk di pojok kamarnya karena putus asa tidak menemukan kucingnya dimanapun.

"Tsuchi-tan..."

Tok tok tok!

Maurice mengetuk pintu kamar Teiron, tapi tak ada reaksi dari penghuninya.

"Dia nggak keluar juga?" tanya Alpha di sebelah Maurice.

Maurice hanya mengangguk. "Aneh, dia kenapa ya?"

"Ke depan aja yuk, entar juga orangnya keluar!" ajak Alpha sambil berjalan pergi dan Maurice pun mengikutinya.


Di ruang tengah...

"Sebenarnya aku mau tanya, si Teiron kenapa sih?" tanya Vience mengawali pembicaraan.

"Katanya Tsuchi-tan menghilang sejak ditinggalkan di sofa..." jelas Rendy.

"Baguslah kalau dia hilang!"

Mereka semua langsung melirik Edgar yang dari tadi hanya baca novel.

"Apa maksudmu, Gar?" tanya Salem bingung.

"Biarkan saja kucing itu hilang, seharusnya dia tidak boleh dibiarkan berada di sini!" jawab Edgar tanpa ekspresi.

"Tidak bisa begitu, Gar!" balas Alpha. "Memangnya kau sendiri tidak panik saat peliharaanmu menghilang begitu saja?

Edgar malah menutup telinga. "Aku tidak perduli karena aku memang tidak pernah punya peliharaan!"

Tumma yang dari tadi diam berniat mengatakan sesuatu. "A-anu..."

"Edgar, aku tanya sama kau! Apa yang akan kau lakukan jika berada di posisi Teiron?" tanya Thundy.

"Melupakannya!" jawab Edgar singkat dan tegas.

Ikyo yang mendengarnya merasa emosi. "Jawaban seperti itu hanya untuk orang yang sangat membenci hewan peliharaan!"

"Iya, aku juga tidak mau dipaksa melupakan Jeronium jika dia menghilang begitu saja!" timpal Vience juga ikut emosi.

Edgar terlihat tidak perduli. "Kalau begitu bukan urusanku, lagipula itu juga salahnya sendiri membiarkan kucing itu hilang!"

"Aku punya firasat buruk soal ini..." gumam Maurice sedikit risih.

'Aku harus bisa memancing Edgar agar dia jujur mengatakan apa yang telah diperbuatnya!' batin Tumma yang langsung berceletuk, "Kau bersikap seperti itu karena tidak ingin dicurigai kan?"

"Memangnya kenapa? Seharusnya kucing sialan itu tidak pantas berada di sini, jadi kubuang sa-" Edgar segera menutup mulutnya begitu menyadari rahasianya terbongkar.

'Bebek sialan!' umpatnya dalam hati.

Dia tidak sempat menarik kembali perkataannya karena mereka semua langsung kaget mendengar hal itu, bahkan yang lebih mengejutkan...

Edgar tak tau kalau Teiron sudah berdiri di belakangnya dengan tampang sangat shock.

"E-Edgar... J-jadi..." Anak itu jatuh berlutut dan kemudian langsung nangis kejer.

"Huweeeeeeeeee!"


Bersamaan dengan suara tangisan itu, tiba-tiba seisi markas dilanda gempa bumi.

"A-ada apa ini?!" tanya Rina panik.

"Ayo kita cari tau!" usul Alisa mengajak teman-temannya yang lain keluar kamar.


"Ce-cepat cari cara menghentikan tangisan anak itu!" usul Rendy panik.

Tiba-tiba di tengah gempa bumi lokal itu, Ikyo langsung menarik kerah baju Edgar dan menyeretnya keluar.

"Kyo, mau kau apakan Edgar?!" tanya Alpha kaget begitu melihat apa yang dilakukan sahabatnya.

"Biarkan saja, yang penting kita harus menenangkan Teiron!" usul Vience.

Para cewek yang baru tiba langsung terkejut melihat Teiron yang menangis beserta para cowok lainnya (kecuali Ikyo dan Edgar) yang tiarap di lantai.

"Apa yang sebenarnya terjadi di sini, dan kenapa Teiron menangis?" tanya Adelia bingung.

"Ceritanya panjang, tapi yang penting cari cara tenangkan dia!" balas Maurice was-was.


Hujan mulai turun di tempat pembangunan yang terbengkalai itu dan Tsuchi-tan segera mencari tempat berteduh, sampai akhirnya dia menemukan sebuah pipa raksasa dan masuk ke dalamnya. Kucing malang itu membaringkan diri dan menangis membayangkan sosok papanya, seolah takut dia tidak disayangi lagi dan dibuang begitu saja.


Di sisi lain...

Tanpa memperdulikan hujan dan gempa bumi lokal akibat tangisan Teiron, Ikyo yang masih menyeret Edgar segera mendorong kasar tubuhnya ke arah pohon dan mencengkeram erat pundaknya.

"Sekarang katakan, apa tujuanmu membuang Tsuchi-tan hah?!"

"Sudah kubilang dia tidak pantas berada di sini!"

"Tapi kau juga harus memikirkan perasaan Teiron!"

"Persetan dengan perasaan, memangnya apa yang kau tau dari kucing sialan itu?! Dia kan hanya kucing jalanan yang dipungut!"

"Jangan sampai cakarku merusak wajahmu ya!"

"Lakukan saja, aku tidak takut!"

Cakar si rubah pun mulai diarahkan ke wajah Edgar, tapi sayangnya ada tangan lain yang mencegah hal itu dan ternyata dia adalah...

"Bibi Rilen?"

"Tolong jangan melakukan sesuatu karena emosi!"

Ikyo pun terpaksa melepaskan Edgar.

"Sebenarnya apa yang terjadi, dan kenapa markas kita seperti dilanda gempa bumi lokal begini?" tanya Girl-chan ketika mendapati kondisi markas mereka.

"Ini semua salahnya!" Ikyo menunjuk Edgar. "Perbuatannya yang tidak keperikehewanan yang menyebabkan semua ini!"

Bibi Rilen terlihat bingung. "Memangnya apa salah Edgar?"

"Dia membuang Tsuchi-tan!"

Bibi Rilen menutup mulut karena kaget, sementara Girl-chan sedikit terbelalak.

"Yang lebih parah lagi, Teiron menangis setelah mendengar hal itu dan inilah yang terjadi sekarang!"

Edgar yang tidak pernah merasa bersalah hanya membuang muka.

"Lebih baik kita masuk dulu!" usul Girl-chan.


Di dalam markas, Teiron masih menangis dan teman-temannya berusaha menenangkan anak itu dengan segala cara yang mereka bisa, tapi sayangnya tidak berhasil dan kemudian masuklah keempat orang tadi.

"Teiron..." Bibi Rilen menghampiri sang keponakan dan berjongkok di depannya.

"Hiks..." Teiron mendongak sedikit.

Sang bibi memeluk keponakannya dan membelai rambut merah anak itu. "Jangan menangis, sayang... Bagaimana kalau kami bantu mencari Tsuchi-tan?"

"Aku tidak ma- Hmmph!" Ikyo segera membungkam Edgar sebelum dia membuat suasana bertambah runyam.

"Diam atau cakarku mendarat di wajahmu!" bisik si rubah setengah mengancam.

Anak itu memasang tampang memelas. "Hiks hiks... Kumohon, temukan, dia..."

"Ayo cepat!" Ikyo kembali menyeret Edgar diikuti beberapa temannya.


Di luar markas...

"Sekarang beritahu kami! Dimana kau membuang Tsuchi-tan?!"

Edgar tidak bisa melawan karena cakar Ikyo sudah mengarah tepat di depan wajahnya dan juga Glaive-nya terlanjur disita Rendy.

"Patuhi saja Edgar, kalau kau tidak mau bernasib sama seperti kucing yang kau buang!" timpal Girl-chan tegas.

"Geez, baiklah! Cari saja di tempat pembangunan terbengkalai!"

"Sepertinya aku tau tempat yang dimaksud!" Vience menjentikkan jarinya. "Aku pernah melewatinya dengan Jeronium!"

Sang pemimpin squad pun memberi komando, "Antarkan kami ke sana!"

Vience bersiul dan datanglah Jeronium di depan mereka. Dia pun menaiki naganya dan berjalan pergi diikuti para cowok lainnya beserta Girl-chan.


Di tempat pembangunan terbengkalai...

"Kalian cari ke setiap sudut, beritahu jika sudah ketemu!" perintah Girl-chan.

"Baik!"

Para cowok langsung berpencar di sekitar tempat itu untuk mencari Tsuchi-tan.

Rendy yang melihat ke arah pipa raksasa segera mendatangi pipa itu dan ketika mengintip ke dalamnya, dia mendapati sesosok makhluk berbulu kecoklatan yang berbaring di sana.

"Teiron, cepat ke sini! Tsuchi-tan ketemu nih!"

"Nyaw?" Makhluk itu pun langsung keluar dari dalam pipa itu dan ternyata dia memang Tsuchi-tan.

"Tsuchi-tan!" Teiron berlari ke arah pipa itu, kemudian dia mengangkat dan memeluk kucing kesayangannya sambil menangis. "Hiks, maafkan aku... Seharusnya aku tak meninggalkanmu sendirian... Aku takut kau kenapa-napa, hiks..."

"Nyaw..."

Pemandangan itu membuat mereka semua terharu (kecuali Edgar yang egonya lebih besar daripada perasaannya).


Beberapa hari kemudian...

"Salem, kudengar kau tidak suka kucing ya? Apa kau akan membuang Tsuchi-tan seperti kejadian waktu itu?" tanya Maurice ketika mengobrol dengan Salem di ruang tengah.

Teiron yang sedang mengelus Tsuchi-tan terlihat tidak senang mendengar percakapan mereka, raut wajahnya berubah masam dan dia langsung memeluk kucing kesayangannya dengan erat seolah tidak mau dia pergi lagi seperti kejadian itu.

"Yah aku memang tidak suka sih, tapi aku janji tidak akan membuang Tsuchi-tan, dan tolong jangan tatap aku seperti itu, Teiron!" jawab Salem yang risih melihat ekspresi Teiron.

Teiron hanya bisa menghela nafas dan melepaskan pelukannya, kemudian kembali mengelus punggung Tsuchi-tan. "Setidaknya kau menepati janjimu..."

"Nyaw!" timpal Tsuchi-tan.

Salem memperlihatkan kedua jarinya. "Tentu saja aku janji!"

Yah, semoga saja kejadian itu tidak terulang lagi!


To Be Continue, bukan Tukang Bakar Cengkeh (?)...


Ini sedikit nyambung dengan fic 'The Story of Tsuchi-tan', jadi ya begitulah... ^^/

Entah kenapa penggambaran sifat yang 11-12 mirip si 'gurita egois tetangga si kuning' itu terasa sangat cocok untuk Edgar, ngehehe... :V a

Review! :D