Balas Review! :D
RosyMiranto18: Well, sejujurnya hanya Maurice saja yang benar-benar werewolf (walaupun di saat tertentu sih)... ^^a
Mathias: *nyengir.* "Boleh saja!"
Yah, terima kasih telah me-Review! :D
Happy Reading! :D
Chapter 10: Mini Complication Season 2
1. Festival di Mikawa (Permintaan dari Rosy-san)
Sebulan sebelum insiden 'Pesta Piyama', sang ketua Garuchan Squad beserta beberapa anggotanya (Teiron, Alpha, Ikyo, Thundy, Maurice, Vience, Adelia, Lisa, dan Elemy) sedang berada di Mikawa untuk menghadiri sebuah festival atas undangan dari 'seseorang'.
"Jadi ini yang namanya festival..." gumam Ikyo di tengah keramaian itu. "Aku belum pernah melihat festival sebelumnya..."
"Memangnya di tempat asalmu nggak ada festival?" tanya Maurice penasaran.
Ikyo hanya membalasnya dengan gelengan pelan. "Oy Vience, kau yakin dia ada di sekitar sini?"
"Seharusnya!" Vience terus mencari ke setiap sudut, sampai akhirnya melihat seseorang dan segera menunjuk ke arah yang dimaksud. "Ah, itu dia!"
Thundy memicingkan mata untuk melihat lebih jelas. "Itu bukannya... Danmark?"
"Hay!" Seorang pria berambut pirang jabrik datang menghampiri mereka.
"Mathy!" Girl-chan langsung berlari dan memeluk pria itu.
Teiron memiringkan kepala melihat kejadian itu. "Mereka saling kenal ya?"
Teman-temannya langsung sweatdrop akut dengan tingkah bodoh anak itu.
"Ah iya, mari ikut aku!"
Mereka pun mengikuti orang itu.
Setelah beberapa saat, rombongan itu pun sampai di depan sebuah kastil dimana seseorang menunggu mereka.
"Selamat datang di Festival Mikawa ini!" sapa seorang pemuda berambut coklat dengan kimono kuning menyambut mereka.
"Terima kasih, Yasu!" Mathias menepuk pundak orang itu.
"Dia siapa?" tanya Adelia setengah berbisik.
"Katanya pemimpin daerah sini..." balas Lisa pelan.
"Ah iya, aku lupa memperkenalkan diri!" Orang itu menggaruk kepalanya.
"Namaku Tokugawa Ieyasu, salam kenal!" lanjut orang itu sambil membungkuk ke arah Teiron.
"E-eh?" Anak berkacamata itu langsung gelagapan, kemudian ikut membungkuk dengan tampang gugup. "Sa-salam kenal juga!"
Ieyasu hanya tertawa dan menepuk pelan pundak Teiron untuk menenangkan anak itu. "Jangan terlalu gugup, nikmati saja festival ini!"
"I-iya, terima kasih..."
"Sebagai tamu istimewa, aku sangat tersanjung!" Girl-chan nyengir watados.
"Tidak usah sungkan!" balas Ieyasu ramah. "Silakan berkeliling sesuka kalian!"
Setelah mengobrol beberapa saat, mereka pun berpencar ke beberapa penjuru.
"Ron, enaknya kita beli apa ya?" tanya Maurice di sebelah Teiron.
Teiron berpikir sejenak. "Hmm, mau coba takoyaki? Kayaknya enak..."
"Boleh juga tuh!" balas Maurice.
"Gue juga ikut dong!" seru Alpha tiba-tiba.
Teiron hanya angkat bahu. "Ayo aja!"
Ketiga orang itu pun segera pergi ke tempat penjual takoyaki. Begitu selesai membeli, mereka tak sengaja melihat...
Elemy yang sedang minum sake sampai mabuk.
"Hwaaaaah~ Tolong tambah ya~" pinta gadis itu sambil menyodorkan gelasnya.
"Ron, apa Ketua nggak nyadar tuh?" bisik Alpha.
Teiron menunjuk ke arah sang pemimpin squad yang malah mesra-mesraan makan ramen dengan Mathias, dan kedua temannya langsung sweatdrop melihat pemandangan absurd itu.
"Terus gimana?" tanya Maurice meminta saran.
"Gue panggil Thundy aja deh!" Teiron segera berlari mencari temannya.
Ketika dia melihat si rambut biru sedang mencoba menangkap ikan, anak itu segera menghampirinya dengan panik. "Thun, Thun, gawat Thun!"
"Ada apaan?" tanya Thundy bingung.
"Dia mabok tuh!" Teiron langsung kabur dan Thundy langsung menyusulnya tanpa banyak bicara.
Begitu mereka berdua tiba di TKP...
"What the?!"
Rupanya si pelaku yang mabuk tengah menari-nari di tengah lapangan luas (yang seharusnya untuk arena sumo) sambil nyanyi dengan lirik yang kacau.
"Bokura wa aruku, oretachi no nijichou, watashi mo kyou, kimi o aishite~"
Teiron langsung mangap lebar melihat pemandangan nista itu, sementara Thundy hanya bisa tepuk jidat.
"Terus kenapa minta bantuan sama gue? Sama Ketua aja sono!" seru Thundy ketus sambil melipat tangan.
Teiron yang tersentak mendengar perkataan temannya menunjuk ke arah sebuah pemandangan absurd dimana sepasang kekasih saling suap-suapan dengan ramen. Alhasil, Thundy langsung dibuat speechless melihatnya.
"Dasar geblek!" umpat si rambut biru sebelum akhirnya segera berjalan mendekati gadis ehemmerangkap kekasihnyaehem itu.
Kejadian selanjutnya sangat tidak lulus sensor!
Akhirnya setelah setengah jam kemudian, mereka semua pun memilih untuk pulang karena malu dengan kelakuan Elemy.
"Lain kali jangan biarkan dia minum sake!" nasihat Thundy sambil menyeret sang Sorcerer yang tepar entah karena efek alkohol atau dipukuli benda keras.
"Terima kasih nasihatnya, Thun!" balas Girl-chan agak risih.
2. Mimpi
Thundy terbangun dengan gelisah. Dia bermimpi melihat Elemy berlumuran cokelat. Tapi sebelum dia sempat menyentuh kulit mulus itu, alam bawah sadarnya tidak mengizinkan.
Sayangnya hari sudah pagi dan seseorang akan datang karena tuntutan jadwal untuk membangunkan para anggota squad.
Terkadang berkah dan musibah bisa berselisih tipis.
"Thun, bangun! Waktunya sara- ASTAGA KAMBING! TEMAN-TEMAN, CEPAT KE SINI! THUNDY NGOMPOL!"
"VERDAMMT (1)! JANGAN LARI KAU, SALEM!"
3. Touch
Terkadang Teiron selalu berpikir, bagaimana bisa dia jatuh cinta dengan seorang gadis seperti Lisa.
Fisik? Dia bukan penganut cinta primitif, walaupun tak dapat dipungkiri kalau penampilan di balik baju maid (2) itu cukup seksi.
Wajah? Bahkan pemuda yang dikenal ceroboh itu tidak akan tahan melihat pesona berupa rambut pirang lurus panjang disertai manik seindah topas dan bibir mungil semerah delima itu.
Cara bicara? Terkesan pemalu dan sopan, tipikal idaman, tapi bukan itu intinya.
Sikap? Sulit dijelaskan, apalagi jika membahas kakaknya yang sangat berbeda jauh.
Lalu apa?
Sentuhan.
Sentuhannya begitu hangat dan lembut, apalagi ketika saat ini Lisa sedang mengelus kepala Teiron seperti mengelus anak kucing.
4. Toilet
Suatu hari, Lucy, Rina, dan Vivi sedang berada di sebuah tempat makan.
"Ini dia!" kata salah satu pelayan di sana sambil menaruh tiga piring ayam bakar dari nampan ke atas meja.
"Wah~ Kelihatannya enak! Aku rindu banget gara-gara tempat ini tutup seminggu pas ada Undead nyasar! Pake saus yang banyak ah!" Vivi pun melampiaskan kerinduannya dengan menuangkan BANYAAAAAAK sekali saus ke ayamnya.
"Vivi-chan, hati-hati! Entar sakit perut lho!" nasihat Lucy.
"Tenang aja!" balas Vivi santai sambil memakan ayamnya.
Tapi beberapa menit kemudian...
"Aduh, sakit perut! Bentar ya, aku mau cari toilet dulu!" ujar Vivi yang langsung kabur terbirit-birit.
Vivi melihat sekitarnya dan mendapati satu toilet perempuan yang antriannya nauzubillah.
Toilet laki-laki? Iiih, jijik! (Begitulah menurutnya.)
Kemudian matanya mendapati sebuah toilet perempuan yang kosong.
"Waaah, akhirnyaaaaa!" teriaknya sambil menangis bahagia.
Sampai tiba-tiba toilet itu berubah menjadi monster raksasa (3).
"Hah?! Apa-apaan ini?! Sialan!" umpat Vivi.
"Vivi-chan!" Kedua temannya datang menghampiri.
"Lucy-chan, Rina-chan!"
Mereka bertiga pun segera menyiapkan senjata untuk menghadapi monster itu.
Tiba-tiba...
PREEEEEEEEEEEEET!
Lucy pingsan, Rina juga pingsan, bahkan monsternya pun ikut pingsan. Hanya Vivi sendiri yang terlihat memasang tampang bodoh di wajahnya.
"Y-yang kentut... Aku ya?"
5. Unexpected
Dia menatap wajah Thundy begitu lama dan entah kenapa, Elemy selalu merasa kalau wajah itu terlalu tampan.
Apalagi ketika dia sedang bermain dengan Tsuchi-tan sekarang ini. Kucing itu melompat ke pangkuan Thundy dan pemuda itu mengelusnya serta membiarkan kucing itu menggigiti tangannya dengan manja.
"Ahaha, hentikan!"
Perlahan Elemy mendekati sang pujaan hati yang sepertinya tidak tau kalau dia ada di sana.
Oke, sepertinya memang harus diingatkan!
"Thun-kun..."
"Hah, ada apa? Sejak kapan ka-"
Cup!
"KURANG AJAR!"
PLAK!
Thundy pun langsung pergi dengan kesal meninggalkan Elemy yang masih duduk sambil tersenyum puas.
Dan menariknya, wajah mereka sama-sama merah sekarang.
6. Ambush Attack
Suatu hari, Mathias dan Alpha sedang mengendap-endap untuk melancarkan serangan dadakan dari belakang ke arah Teiron yang sedang membaca.
"Sekarang!"
"Oke!"
Mereka berdua langsung menyerang, tapi...
Sriiiiing!
"A-apa?"
Tring! Tring!
Kedua orang itu langsung terdorong ke belakang.
"Ba-bagaimana bisa?"
"Wah, sayang sekali! Gerakan kalian masih lambat ya!" ujar Teiron yang entah sejak kapan sudah memegang sepasang kapak (4) di tangannya.
"Eh sebentar..." Alpha yang menyadari sesuatu langsung bangun dengan wajah kesal. "Woy Ron, sejak kapan lu bisa pake kapak itu?!"
"Eh, sejak kapan ya? Lupa aku! Etto..." Anak berkacamata itu malah berpikir sambil memiringkan kepala.
7. Mesum
Saat ini Elemy sedang mesum-mesumnya. Lihat saja cara dia memeluk Thundy yang sibuk memasak dan hampir saja terkena pukulan di wajahnya.
"Lepaskan aku, bodoh!"
Tapi gadis itu pura-pura tidak mendengar dan mencium lehernya.
"Bisa tolong dihentikan?" tanya Thundy dengan aura gelap di tubuhnya serta menggenggam pisau dapur.
Hal itu pun sukses membuat Elemy menelan ludah.
8. Rebutan
"Minggir! Adelia itu milikku!" Alisa mengarahkan Iron Stick-nya ke arah Rina dan Vivi yang menempel di tangan Adelia.
"Adel-chan punyaku!" ujar Rina setengah berteriak.
"Siapa bilang?" Vivi mempererat pelukannya di tangan Adelia.
"Aku mau bantalan di Adel-chan!" Lucy mendekati kaki Adelia dan mengambil posisi ternyamannya, kemudian memejamkan mata.
"Bersebelahan dengan Adel-chan membuatku senang!" Lisa memiringkan badannya ke arah Adelia (yang sayangnya dihalangi Vivi).
"Oh ayolah kalian! Aku ini bukan barang yang bisa dibagi lima!"
Adelia selaku korban hanya bisa frustasi selagi pasrah ditempeli kelima temannya yang menjadi korban ramuan percobaan Elemy dan sampai sekarang masih belum ada penawarnya.
9. A bit Romantic Screen with KyoAdel
"Kyo, apa kau mau segelas kopi? Kurasa aku tidak bisa menghabiskannya..." tawar Adelia ramah.
"Aku tidak suka kopi (5)..." tolak yang bersangkutan datar sambil berjalan pergi.
Tap beberapa saat kemudian...
"Adelia, kau masih punya kopi?" tanya Ikyo yang entah datang dari mana.
Yang dipanggil hanya menghentikan kegiatan baca bukunya sebentar dan menoleh ke arah si Gumiho.
"Maaf Kyo, aku baru saja menghabiskannya... Tapi aku yakin masih banyak sisa yang menempel di bibir dan lidahku, mau mencobanya?" balas Adelia sambil tersenyum misterius.
Balasan itu pun sontak membuat Ikyo salah tingkah dan rona merah mulai muncul di pipinya, kemudian kembali meninggalkan Adelia dengan sedikit menggerutu. Gadis Hades itu hanya tersenyum puas dengan keberhasilannya menggoda si Gumiho.
Adelia mungkin memang seorang jenius, tapi dia tidak tau kalau Ikyo mengetahui tatapan matanya yang tak lepas dari rubah berambut putih itu.
Si Gumiho akan membalasnya dengan sedikit tatapan tajam sebelum akhirnya meninggalkan tempat dia biasa tidur (dan tentunya tempat dimana dia terus diperhatikan oleh sepasang mata itu).
Skor 1-1 untuk Ikyo.
Saat Ikyo tertidur pulas dan teman-temannya tidak bisa membangunkannya, Adelia punya cara ampuh untuk membangunkannya.
"Cerberus, jilati dia!"
Dengan begitu, si Gumiho akan terbangun dengan tampang sebal.
"Apa maumu, hah?!"
Sekali lagi, 2-1 untuk Adelia.
Rambut salju milik Ikyo kadang membuatnya menjadi bahan ejekan orang-orang (seperti Alpha dan Salem misalnya), tapi hal itu malah membuat Adelia semakin menikmati sensasi di saat membelai rambut Ikyo yang sedang tertidur.
"Hey, apa-apaan kau membelai rambut orang saat tidur hah?!" seru Ikyo kesal.
Ups, keceplosan! Semua temannya tau apa yang dilakukannya saat hanya berdua dengan Adelia.
Ikyo langsung memalingkan wajahnya yang memerah disertai lipatan di telinga rubahnya. "Maaf, kutarik kata-kataku... Lupakan saja..."
10. ThunEmy Poetry Editon
Mari kita lihat pasangan sejoli yang sedang membaca puisi karangan masing-masing.
-Elemy Part-
Apa artinya harta dan tahta jika gebetan tersayang tak kunjung melirik.
Apa artinya wajah cantik kalau yang dipandang langsung membuang muka.
Apa artinya menjadi Sorcerer bila tak mampu menarik hati sang pujaan yang galak tapi diam-diam berhati lembut.
Apa artinya ratu tanpa raja?
"Kalau kau ngelantur sekali lagi, akan kubuang kau ke Volcano dalam keadaan terikat!"
"Maaf..."
-Thundy Part-
Apa artinya sepiring kue tanpa ada teh atau kopi yang menemani.
Apa artinya umur seabad lebih jika tampang masih seperti remaja.
Apa artinya sebuah Thunderbolt bila terus digoda oleh seorang gadis biadab.
Apa artinya raja tanpa ra- Oh tunggu, itu tidak masalah! Mana ada raja yang butuh ratu arogan?
"Err, Thun-kun... Buatanmu tidak romantis sama sekali..."
"Memang TIDAK!"
End of Story!
11. Useless? (Sebenarnya ini sedikit sarkasme untuk diri sendiri... ^^a)
"Menurutku Hero Mage itu sangat tidak berguna!"
Rendy yang sedang membaca koran hanya mengangkat alis mendengar perkataan Edgar barusan. "Apa maksudmu, Gar?"
"Aku tanya padamu, Ren, berapa banyak Hero Mage di sini? Lima orang (6)! Kau harus tau ya, aku pernah dengar dari sebuah grup kalau Hero Mage paling tidak berguna di dunia LS ini adalah Lightning Mage, dan satu-satunya yang cocok dengan kategori itu adalah Thundy!"
Thundy langsung bersin di kamarnya.
"Oh iya, bukannya Teiron sering menjadi andalan Ketua dalam battle? Menurutku dia nggak cocok untuk pertarungan satu lawan satu! Hero Mage bukan spesialis 'Solo Battle', apalagi stat-nya sangat rendah dan badannya sangat kurus ('Apa hubungannya ya?' batin Rendy yang berusaha untuk tidak sweatdrop.), jadi aku yakin dia pasti sering kalah dalam Ladder!"
Rendy hanya memutar mata dengan penjelasan panjang lebar itu. "Ya ya ya, tapi kau harus tau kalau Earth Mage yang mengamuk lebih mengerikan daripada sayap Mephisto yang belum di-nerf!"
"Apa maksudmu?" Edgar mengerutkan kening.
"Kau akan mengetahuinya jika menengok ke belakang!"
Begitu Edgar menengok, dia mendapati...
"Halo Edgar, boleh kuikat dirimu untuk dijadikan bahan percobaan bumerang Alpha?"
Teiron yang menggertakkan tangannya dengan senyum angker plus aura mengerikan di tubuhnya.
"Dia tidak bercanda kan?" Edgar yang berniat melirik Rendy langsung shock, karena rupanya yang bersangkutan udah kabur.
Oke Edgar, selamat menempuh perjalanan ke alam sana ya!
12. Gender
Sesekali terbesit rasa jahil sekaligus penasaran dalam diri sang pengguna Twin Blade itu tentang si Earth Mage.
Kelihatan seperti perempuan yang sedang... Anu. Ya, anu!
Kalau Teiron perempuan, mungkin sangat cocok jika disamakan dengan kepribadiannya: Sensitif, ceroboh, pemalu, tapi kadang murah senyum.
Tapi bukan berarti dia tidak tau kalau mata si Saladin diam-diam meliriknya.
"Apa yang kau lihat?" tanya Teiron sedikit bingung disertai alis berkerut.
"Kau ini... Perempuan ya?"
Bodoh!
Salahkan mulut Salem yang lepas kendali.
Perempatan pun langsung muncul di sudut kepala anak berkacamata itu.
"ERUPTION!"
Baiklah Salem, ucapkan selamat tinggal kepada dunia!
13. Cahaya Misterius
Pada suatu malam, Mathias dan Edgar sedang tertidur lelap ketika...
Sriiiiiiing!
"Argh, apa-apaan ini?! Mataku! Mataku terbakar!" gerutu Mathias.
"Ini masih belum pagi!" keluh Edgar. "Dari mana datangnya cahaya ini?"
"Datangnya dari luar! Terang sekali!"
"Apa kita sedang diserang atau semacamnya?"
"Entahlah... Aku melihat seseorang di luar... Itu Alisa! Ayo Gar, kita lihat apa yang terjadi!"
Di luar markas...
"Tidak, tidak, Rina, itu terlalu terang!" seru Alisa.
"Cahaya apa itu?! Apa ada yang menyerang kita?" tanya Mathias yang membawa kapaknya. "Kapakku sudah siap!"
"Alisa, apa yang terjadi?" tanya Edgar.
"Oh maaf, kawan! Ini bukan serangan dari siapapun kok!" jelas Alisa. "Ini hanya aku dan Rina yang sedang menyusun dekorasi taman saja!"
"Bagaimana dengan yang ini, Alisa?" tanya Rina.
"Apa itu?" tanya Mathias penasaran.
"Oh, hanya sesuatu yang kami temukan di Alola..." jawab Alisa seadanya. "Kami pikir dia cukup sempurna untuk hiasan di pohon!"
"Yang ini bagaimana, Alisa?" tanya Rina di atas sebuah pohon dengan sesosok makhluk bercahaya di dekatnya.
"Hampir! Hey, Xurkitree, sekarang cobalah lebih terang! Sedikit saja!" perintah Alisa.
"Kalau boleh tau, kenapa kau selalu bawa kapak?" tanya Edgar penasaran.
"Aku selalu menyimpannya di ruanganku, karena terlalu berbahaya jika tidak ada senjata di kamar untuk perlindungan atau latihan!" jelas Mathias.
"Lalu kenapa ada tanda bertuliskan nama Ketua di kapak itu?" tanya Alisa melihat sesuatu di gagang kapak yang dipegang Mathias.
Mathias yang melihat kembali kapaknya langsung gelagapan. "Oh nej, aku mengambil kapak yang salah! Sebenarnya kapak ini mau kujadikan kado untuk Kaichou-chan yang ultah beberapa bulan lagi!"
"Sebuah kapak? Yang benar saja?" Edgar hanya memasang tampang skeptis.
14. Cerberus Incident (A part from 'The Story of Tsuchi-tan' with normal POV)
"Tsuchi-tan, mau main denganku?" tanya Rina kepada Tsuchi-tan yang sedang bermalas-malasan di sofa.
"Nyaw!" Tsuchi-tan membolehkan, kemudian gadis itu pun menggendongnya dan membawanya keluar.
Ketika berada di depan markas, mereka bertemu dengan Adelia.
"Halo Adel-chan!" sapa Rina.
"Oh, Rina-chan!" balas Adelia. "Mau kemana?"
"Main~" jawab Rina.
"Oooh..." Gadis itu meninggalkan mereka, kemudian kembali lagi dengan peliharaannya. "Mau sekalian sama Cerberus?"
"Nyaaaaaaaaaw!" Tsuchi-tan langsung memberontak dari gendongan Rina dan pergi sejauh mungkin.
"Tsuchi-tan!" pekik Rina kaget.
"Guk guk guk!" Cerberus pun berlari mengejarnya.
"Cerberus, kembali!" seru Adelia.
Kucing itu terus berlari menghindari Cerberus, sampai dia melihat Teiron sedang menyiram tanaman sambil mengobrol dengan Lisa.
"Nyaaaaaaaaaw!"
"Eh, Tsuchi-tan?"
Tsuchi-tan segera melompat ke arah Teiron, kemudian memanjat tubuhnya dan ketika mencapai kepalanya, dia segera mencengkeram rambut papanya.
"Tei-kun, kucingmu kenapa?" tanya Lisa.
"Aku juga tidak tau, Lisa..." Teiron mengangkat tangannya untuk melepaskan Tsuchi-tan dari kepalanya. "Sebenarnya apa yang tadi kau lihat, Tsuchi-tan?"
"Nyaw, nyaw nyaw nyaw!" jelas kucing itu ketakutan.
"Guk guk guk!"
"A-ah..."
Teiron langsung merinding ketakutan begitu mendengar suara tadi, dan ketika menengok ke arah suara itu...
"CERBERUS!" jerit Teiron yang langsung kabur dengan Tsuchi-tan di atas kepalanya.
Teiron berlari ke pohon terdekat dan segera memanjatnya, kemudian dia bergelantungan di salah satu dahan pohon itu ditemani Tsuchi-tan yang ikut gelantungan di atas kepalanya.
"Lisa, itu tadi siapa yang teriak sih?" tanya Alisa sambil menghampiri Lisa.
Ketika dia menengadah ke atas pohon, gadis itu hanya menggelengkan kepalanya. "Kucing dan majikan kelakuannya sama saja!"
"Jangan bilang begitu ke Tei-kun dan Tsuchi-tan, Alisa!" nasihat Lisa.
"Cerberus!" Adelia mendatangi mereka bersama Rina.
"Oh, Adelia!" Alisa menengok ke arah kedua gadis itu. "Cerberus-mu membuat masalah lagi?"
Adelia hanya menggaruk kepalanya. "Maaf maaf, padahal aku hanya ingin mengajak Tsuchi-tan dan Cerberus main bareng..."
"Justru yang kau lakukan tadi membuatnya ketakutan, liat aja tuh! Dia sampai ikut gelantungan bareng majikannya!" Alisa menunjuk Teiron dan Tsuchi-tan yang masih gelantungan.
Adelia hanya menghela nafas. "Iya iya..."
Adelia bersiul dan Cerberus menghampirinya, kemudian mereka berdua pergi dari situ.
"Turunlah, Teiron! Cerberus-nya sudah pergi!" seru Rina dari bawah.
Perlahan Teiron mulai merangkak turun dari atas pohon dan setelah dia turun, Tsuchi-tan pun ikut turun dari kepalanya.
BRUK!
"Nyaw!" pekik Tsuchi-tan kaget karena ternyata Teiron jatuh pingsan.
"Tei-kun!" Lisa juga sama kagetnya.
"Biar aku saja yang bawa Teiron masuk!" Alisa langsung mengangkat tubuh anak itu dengan satu tangan sampai berada di atas kepalanya dan membawanya masuk ke dalam.
Sebenarnya Teiron itu cukup ringan, jadi jangan heran kalau dia bisa diangkat dengan satu tangan.
Tsuchi-tan, Lisa, dan Rina segera mengikuti Alisa dan ketika mereka tiba di ruang tengah, Alisa langsung melempar Teiron ke sofa dan sukses menimpa Edgar yang sedang baca novel sambil tiduran.
"Woy, kalau mau lempar bilang-bilang dong!" sembur Edgar kesal. "Udah gitu yang dilempar orang pingsan pula!"
"Siapa suruh tiduran di situ?" balas Alisa ketus sambil pergi meninggalkan ketiga makhluk (kedua gadis dan satu kucing) itu.
Edgar segera bangun dan menjatuhkan tubuh Teiron ke lantai, kemudian ikut pergi ke arah lain.
"Nyaw nyaw?" tanya Tsuchi-tan cemas.
Lisa hanya menghela nafas, kemudian menghampiri Teiron dan menaikkan tubuhnya ke atas sofa.
"Aku akan ambilkan kotak P3K!" Rina langsung pergi meninggalkan mereka.
Lisa mengelus kepala Teiron dan Tsuchi-tan hanya bisa memperhatikannya. Tidak lama kemudian, Rina pun kembali dengan membawa kotak P3K.
"Tsuchi-tan, waktunya makan!" Terdengar suara Bibi Rilen memanggil kucing itu.
"Nyaw, nyaw nyaw nyaw?" tanya Tsuchi-tan khawatir.
Rina mengelus kepala kucing itu. "Tenang saja, kami akan menjaganya!"
Tsuchi-tan hanya mengangguk dan segera berlari ke arah dapur untuk memenuhi panggilan itu.
15. Go Go Mario GGS Version (Joke lama yang terinspirasi dari video 'Vocaloid Petit Drama'... ^^a)
"Surat!"
"Terima kasih!"
"Ah, ini dari Ali-hime! Apa ya isinya?" tanya Maurice sambil melihat isi surat itu.
Halo semuanya, apa kabar kalian? Aku ingin mengundang kalian makan kue, harap datang ya!
Alisa
"Kue, ya?"
"Oy, Rice! Ada apa? Surat dari siapa itu?" tanya Vience.
Maurice segera menyembunyikan surat itu di belakang punggungnya. "A-ah, bukan apa-apa kok! Hanya surat tidak penting! Aku ada urusan, jadi aku pergi dulu ya!"
"Oh, selamat bersenang-senang!" balas Vience agak bingung saat melihat Maurice pergi perlahan.
Tanpa Maurice sadari, surat di tangannya terlepas dan jatuh.
Di tempat Alisa...
"Hime~"
"Wah, Maurice! Terima kasih telah datang!" kata Alisa senang.
"Hime, aku senang sekali bisa menerima-" ujar Maurice yang terpotong karena...
"Eeeeeeeeeeeeeeeeeeeeh?!"
Dia melihat Alpha yang sudah duduk di kursi tamu sambil bergumam, "Kue, kue~"
"Oy, Alpha! Apa yang kau lakukan di sini?!" tanya Maurice kaget.
"Eh, sejak kapan dia di situ?" tanya Alisa heran.
"Memangnya aku hanya diam saja mendengar Ali-chan membuat kue yang enak itu?" tanya Alpha dengan mulut terbuka yang memperlihatkan gigi-giginya plus air liur yang menetes.
"Jangan bersikap sok keren, lihat saja mulutmu!" balas Maurice yang agak jijik dengan hal itu. "Tetap saja, kau tidak boleh memakan kue Ali-hime! Aku tidak akan membiarkanmu!"
"Apa kau bilang?! Baik, aku akan membuatmu menyesalinya!"
Alhasil, mereka berdua pun langsung berantem dengan hebohnya dan setelah beberapa menit kemudian...
"Hahaha, keadilan selalu menang!" kata Maurice dengan sedikit babak belur setelah berhasil menghajar Alpha.
"Kuso..." umpat Alpha yang udah tepar digebukin Maurice lengkap dengan Wolf Sword yang menancap di kepalanya.
"Nah, nah, sekarang saatnya makan kue bua- Hieaaaaaaaaaah?!"
Maurice langsung cengo begitu melihat kue-nya sudah dihabiskan oleh Vience, Thundy, dan Teiron. Sementara Alisa, dia hanya bisa sweatdrop melihat pemandangan itu.
"Ah, kenyangnya! Kue-nya enak sekali!" kata Teiron senang.
"Jangan bilang kalau kue-nya enak! Betapa teganya kalian menghabiskan kue itu tanpa menyisakannya untukku!" bentak Maurice nggak nyelow.
"Kau tidak bilang kalau kita diundang Alisa, dasar kejam!" seru Vience emosi.
"Vience?"
"Benar, benar! Kau mau menghabiskan kue itu sendirian, ya?!" timpal Thundy kesal.
"Geez... Dari mana kalian tau hal itu?" tanya Maurice yang langsung tertohok seketika.
"Kau menjatuhkan ini, bukan?" tanya Teiron sambil memegang sebuah surat.
"A-aku minta maaf!"
"Aaaah, aku dapat balasannya! Tapi aku masih mau makan kue itu!" gumam Maurice dengan tampang ngenes.
"Maurice-kun, apa kau mau makan kue buatanku?" tanya Rina (yang muncul entah dari mana) di belakangnya.
"Ah, Rina-hime! Betapa baiknya dirimu!" balas Maurice yang kembali bersemangat.
Tapi beberapa saat kemudian...
JRENG JRENG JRENG! TRENG TRENG TERERERERENG!
Suara backsound aneh itu pun mengiringi suasana horror yang dialami Maurice saat melihat kue buatan Rina yang dipenuh oleh berbagai macam benda aneh di dalamnya.
"Nah, silakan dimakan!" ujar Rina.
"Hieeeeeeeeh! Ada banyak sekali benda yang seharusnya tidak boleh berada di dalam kueeeeee!" seru Maurice merinding.
"Ah, Rina-hime! Aku ada urusan di suatu tempat, jadi aku harus segera pergi!" Maurice berniat kabur sebelum...
KREEET!
"Woah?!" Maurice langsung kaget karena dicegat dari belakang sama Alpha.
"Yokatta na, Maurice-kun! Akhirnya kau bisa makan kue buatan Rina!" ujar Alpha dengan dark aura.
"Alpha kisamaaaa!" umpat Maurice kesal.
"Baik, buka mulut~" kata Rina sambil memberikan sesendok kue dengan sebuah baut (?) di atasnya.
"Hieeeeeeeeh! Berikan bagian apa saja, asal jangan yang itu!" seru Maurice yang sayangnya tidak dihiraukan karena dipaksakan oleh Rina.
"Buka mulut~"
"Buka mulut~"
"Buka mulut~"
"Apa kau tidak ingin memakan kue buatanku?!" tanya Rina marah dengan aura mengerikan di tubuhnya plus background api di belakangnya.
"Bukan begitu, tapi bentuknya tidak terlihat seperti kue!" bantah Maurice gelagapan.
"Diam kau! Rendy!" seru Rina memanggil pelayannya.
"Ha'i?" Rendy langsung muncul di belakang Rina.
"Cepat buat mulut Maurice terbuka!" perintah Rina.
"Siap laksanakan!" balas Rendy tegas.
"Hieeeh! Rendy, kenapa kau lakukan ini padaku?!" tanya Maurice ketakutan.
"Maaf ya, tapi aku hanya seorang pelayan!" balas Rendy dengan tampang miris.
"GYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!"
To Be Continue, bukan Tebang Bayangan Curang (?)...
Indeks:
(1): Salah satu umpatan dalam bahasa Jerman, yah anggaplah Thundy itu keturunan German. ^^/
(2): Well, aslinya Maid Dress itu 'Costume' sih... ^^a
(3): Monster seperti apa silakan bayangkan sendiri... ^^/
(4): Kapak Barbarian untuk lebih jelasnya, mungkin dia belajar dari Natalia... :V a *plak!*
(5): Sebenarnya perut Gumiho tidak toleran dengan minuman dan makanan apapun (selain daging), tapi Ikyo tidak keberatan jika meminum jenis teh tertentu. (Tehnya yang tawar lho ya, soalnya dia tidak suka gula!)
(6): Teiron, Lisa, Thundy, Elemy, dan Tumma adalah Hero Mage di squad ini.
Yap, sepertinya ini sedikit absurd ya... ^^/
Review! :D
