Balas Review! :D
RosyMiranto18: Yah, setidaknya dia berusaha... ^^a
Ikyo: =_= "Sebenarnya sebutan lain Gumiho itu 'Nine Tailed Fox'..."
Teiron: *merenggut.* "Jangan bahas soal 'crossdress' itu lagi!"
Edgar: "Bukan itu 'harta karun' yang dibahas..." =.=a
Negara Laron hanyalah perumpamaan dan aku rada begitu deh soal English... ^^a Well, Thanks for Review! :D
I'mYaoiChan: Soal bagian berkeluarga, ada sih fic tersendiri tentang itu, tapi entar post-nya di FB... ^^/ Sebenarnya aku nulis 'bobo ganteng' bukan karena tidur cantik itu mainstream, tapi karena Ikyo itu cowok... :V a *ditendang orangnya.* Yah, terima kasih Review-nya! :D
Happy Reading! :D
Chapter 16: Liburan dan Labirin
Suatu hari, beberapa anggota Garuchan Squad sedang berada di sebuah villa milik ayah Kidori dalam rangka liburan.
"Kidori-kyun~" panggil Vivi dengan wajah memelas.
Kidori yang mengetahui maksud dari 'wajah' itu hanya memutar mata dan berkata dengan malas, "Kebun buah dan sayuran di belakang villa sudah siap dipanen..."
Perkataan Kidori barusan sukses membuat semua orang di sana langsung menatapnya dengan mata berbinar seperti mengatakan 'bolehkah kami ke sana?'
Kidori kembali memutar mata, kemudian berjalan duluan sambil memberi isyarat 'Ikuti aku!' dan yang lainnya mengikuti dengan antusias, kecuali Thundy yang sibuk baca buku. (Betewe, dia bawa semua buku koleksinya beserta raknya, itupun rak portable! Pokoknya jangan ditanya aja deh alasannya!)
Tapi ketika Thundy baru saja selesai membaca buku dan melihat teman-temannya pergi bersama Kidori, mata biru itu langsung membulat begitu menyadari Kidori sedang menjebak mereka.
Di halaman belakang villa...
"Kidori-san, kebunnya dimana?" tanya Adelia.
"Aku sedang malas ke kebun, kalian ikuti saja jalan setelah gerbang itu!" jelas Kidori sambil menunjuk tepat di depan mereka dimana terdapat sebuah gerbang dengan sebuah ukiran aneh di atasnya.
|/| i ~| i d 4 _|
Sepertinya tidak ada yang mau ambil pusing mengenai ukiran itu.
"Kalau begitu ayo!" Seruan yang keluar entah dari siapa sukses membuat mereka langsung menyerbu gerbang itu dan meninggalkan Kidori yang sedang menyeringai.
"Wah wah wah! Sebuah permainan aneh untuk liburan ekstrim yang kau siapkan seorang diri itu tidak akan membuatku ikut terjebak, wahai Kidori Cherlin!"
Sebuah perkataan sinis yang keluar dari sang Lightning Mage sukses membuat orang yang bersangkutan langsung mematung. Apalagi ketika dia mendapati kilatan marah pada manik biru yang seolah ingin meminta penjelasan darinya.
"Tu-tunggu dulu, sebenarnya-"
"Kau pikir aku tidak bisa membaca tulisan di atas gerbang itu, hah?! Kau membuat teman-temanku tersesat di dalam labirin!" lanjut Thundy galak.
Kidori tersenyum mengejek. "Bukannya kalian butuh liburan? Jadi aku memberi kalian liburan yang berbeda dari biasanya, bukankah itu menarik?"
"Liburan yang berbeda dari biasanya?! Menarik?! Tapi kenapa kau malah MENYESATKAN TEMAN-TEMANKU KE DALAM LABIRIN?!" sembur Thundy dengan amarah yang meluap-luap.
Sekarang Kidori bergidik ngeri melihat perubahan sifat Thundy yang sekarang sudah seperti monster yang mengamuk karena kehilangan anaknya.
Well, sebenarnya Thundy sedang kehilangan teman-temannya...
"Aku hanya ingin menjahili mereka!"
"Tapi itu sudah keterlaluan! Mereka akan tersesat di dalam labirin itu!"
"Maafkan aku..."
Kidori tak menyangka kalau rencananya untuk menyesatkan para anggota Garuchan Squad akan berakhir seperti ini.
Sementara itu...
"Masih lama ya?" tanya Rina.
"Bisa jadi..." jawab Alisa yang terkapar di tanah bersama Lucy.
"Di sini terlalu gelap, aku takut!" seru Lisa bergidik ngeri.
Sebuah tangan menggenggam erat tangan Lisa dan membuatnya mendongak untuk melihat sang pemilik tangan, Alpha.
"Kau pegang saja tanganku kalau takut!" ujar Alpha santai.
Teiron mengangguk, kemudian berjalan di samping Lisa.
Sudah satu jam lebih mereka berputar-putar di dalam labirin perkarangan villa Kidori, dan bahkan tidak menyadarinya sama sekali.
"Hei, selfie yang ini bagus!" seru Vience girang saat melihat salah satu foto selfie-nya yang berada di depan gerbang.
Maurice mendekat untuk melihat foto yang dimaksud Vience. Dia pun langsung merebut HP Vience (dan tentu saja membuat yang bersangkutan agak kesal), kemudian memperlihatkannya kepada Emy yang sedang bercermin.
"Emy, lihat!" seru Maurice sambil memperlihatkan HP Vience.
Emy melirik malas ke arah HP itu melalui cermin yang sedang digenggamnya dan langsung memekik tertahan sampai membuat Edgar menghampirinya. "Kenapa?"
"Gar, Gar, lihat!" pekik Emy sambil menunjuk-nunjuk cermin, atau tepatnya pada pantulan foto gerbang menuju ke kebun tadi.
Edgar hanya menatapnya dengan malas. "Terus kenapa?"
"Apa kau tidak sadar? Tulisan aneh di atas gerbang itu membentuk sebuah kata jika kita melihatnya dari cermin!" jelas Emy sebal.
Ikyo yang menyadari arah pembicaraan mereka langsung merebut HP Vience beserta cermin Emy, kemudian memperhatikan dengan detail tulisan di atas gerbang yang terdapat di foto Vience. Setelah itu, dia langsung mengacak-ngacak rambut saljunya sambil menggerutu. "Argh! Sialan! Ternyata kita berputar-putar di dalam labirin!"
"Cih, kenapa hari ini semakin buruk saja?!" umpat Rendy kesal.
"Errr, sepertinya Thundy tidak ada di sini..." gumam Tumma yang sukses membuat suara jeritan alay bin lebay dari Alpha dan Salem langsung pecah tanpa bisa dicegah.
Back to Thundy and Kidori...
"APA?! Kenapa tidak bilang dari tadi?!" bentak Thundy galak dan sukses membuat Kidori langsung menciut karenanya.
"Kau kan tidak bertanya..." Perkataannya sukses dihadiahi jitakan maut dari si rambut biru.
"Dasar kau ini! Antar aku sekarang!" Thundy langsung menyeret Kidori tanpa memberinya kesempatan untuk berbicara lebih jauh.
Di dalam labirin...
Lelah, frustasi, lapar, semua bercampur menjadi satu. Apalagi ketika perdebatan terus terjadi di antara mereka sepanjang perjalanan.
"Jalan buntu!"
"Belok kiri!"
"BakAlpha, seharusnya belok kanan!"
"Harusnya lurus terus!"
Alhasil, mereka semua mulai muak dengan perdebatan yang tidak ada habisnya.
"Aku... sudah... tidak... kuat... lagi..." lirih Adelia yang jatuh terduduk.
Ikyo menggangguk setuju, kemudian menempatkan diri untuk duduk di samping Adelia.
"Kita istirahat dulu sebentar, oke?" pinta Teiron.
Mereka semua menggangguk setuju dan langsung duduk di tempat masing-masing.
Emy masih memasang wajah garang setelah mengetahui Thundy tidak ada di antara mereka. Rasa frustasi membuatnya kalut sampai akhirnya dia menendang batu besar di depannya dan sukses membuat gadis itu mengeluarkan berbagai macam sumpah serapah.
GREK!
"Gyaaaaaaaaah!" Salem yang duduk menyandar di dinding tiba-tiba langsung jatuh terjungkal ke belakang karena dinding yang disandarinya bergeser sampai menampilkan sebuah pintu rahasia.
"Ugh, sakit..." gumam Salem yang meringis kesakitan sambil mengelus punggungnya dan mencoba duduk, kemudian menatap tajam ke arah belakang.
Keheningan pun menyelimuti mereka yang saling melirik satu sama lain tanpa mengeluarkan sepatah kata pun dan sebuah senyuman lebar langsung mengembang di wajah mereka semua disusul oleh sorakan-sorakan gembira.
"Yeay! Kita selamat!"
Di Villa Kidori...
Thundy yang ngos-ngosan setelah berlari sambil menyeret Kidori melihat labirin yang terbuka dari balkon lantai dua villa itu, tapi dia tidak melihat salah satu temannya di sana.
"Thun, mereka sudah tidak ada!" seru Kidori panik.
Thundy yang kelelahan dengan sangat berat hati memaksa kakinya melangkah menuju ke ruang cctv. Ketika melihat layar monitor cctv labirin, dia langsung membulatkan mata dan bergegas kembali berlari menuju ke lantai satu, tepatnya ke gerbang menuju labirin yang membuat teman-temannya tersesat.
Thundy berhenti saat berada beberapa meter dari tempat teman-temannya yang sedang terkapar dengan wajah dibanjiri keringat dan tubuh gemetaran.
Tapi walaupun begitu, tetap saja dia sangat 'lega' melihat hal itu. "Teman-teman?"
Panggilan itu sukses mengalihkan perhatian para makhluk yang tengah terkapar tersebut.
"THUNDY!" seru mereka semua kompak sambil berdiri dan langsung memeluk Thundy dengan erat disertai isakan dari beberapa orang.
"Sudahlah, ayo masuk ke villa! Kalian pasti sangat lelah, bukan?" ajak Thundy.
"Tapi bagaimana dengan Kidori?" tanya Edgar.
"Tenang saja, aku tau hukuman yang bagus untuknya..." jawab Thundy berseringai.
Semua orang langsung bergidik ngeri dan segera berlari menuju villa untuk beristirahat (atau mungkin untuk menghindari seringai mengerikan barusan).
Keesokan harinya...
Hari sudah mulai pagi dan suara ayam jantan yang berkokok mulai terdengar nyaring untuk menyambut warna keemasan yang mulai menghiasi langit.
Para anggota Garuchan Squad bergegas untuk pulang dan ketika berjalan menuju ke garasi villa, mereka mendapati Kidori yang sedang menyiapkan mobil dan Thundy yang mengomel nggak jelas di belakang.
"Thun, ada apa ini?" tanya Tumma penasaran.
"Kita pulang naik kereta..." jelas Thundy datar. "Kidori yang akan mengantarkan kita ke stasiun, itu sebagai hukuman atas apa yang dilakukannya kemarin..."
Kidori mendengus kesal. "Bukankah itu menyenangkan?"
"APANYA YANG MENYENANGKAN?!" bentak semua orang yang sukses membuat Kidori langsung menciut di pojokan.
"Etto, ini sudah jam berapa?" tanya Rendy dan sukses membuat yang lainnya langsung panik.
"Tunggu apa lagi?! Ayo pergi!" seru Vivi sambil melayangkan tangannya yang terkepal dengan kuat dan mereka semua langsung sweatdrop seketika.
Setelah satu setengah jam kemudian...
Sang pemimpin Garuchan Squad tersenyum saat menyambut kepulangan para anggotanya dari liburan mereka.
"Selamat datang, apa perjalanan kalian menyenangkan?" tanya gadis itu ramah.
"Menyeramkan!" jawab Lisa.
"Menyakitkan!" timpal Alpha.
"Bikin pusing!" sahut Maurice.
"Gila!" lanjut Vience.
"Nyeret rak buku Thundy..." sambung Teiron yang langsung pingsan.
"Ini bukan liburan, tapi hukuman!" seru Ikyo sambil garuk-garuk tanah, sementara Adelia hanya mengangguk setuju.
Girl-chan langsung sweatdrop akut mendengar cerita mereka, kemudian hanya geleng-geleng. "Ya ampun, menyedihkan sekali..."
"Oh iya!" Girl-chan yang teringat sesuatu mengorek-ngorek saku celananya dan mengeluarkan banyak tiket.
"Apa itu?" tanya Thundy sambil menunjuk tiket yang dipegang pemimpin mereka.
"Minggu lalu squad kita memenangkan sebuah undian pergi liburan dan tempat liburannya dipenuhi labirin!" jelas Girl-chan watados.
Sontak, hal itu sukses membuat mereka semua langsung shock.
"AAAAAAAAAAARGH! JANGAN LAGIIIIIIIIIIII!" jerit seluruh anggota Garuchan Squad sambil kabur pontang-panting ke dalam markas sekaligus meninggalkan sang pemimpin squad yang cengo dengan ulah mereka.
"Rak bukunya ketinggalan!" seru Emy sambil kembali dan menyeret rak buku Thundy menuju ke dalam markas.
Girl-chan pun kembali sweatdrop. "Mereka semua kenapa ya?"
To Be Continue, bukan Time Back Crew (?)...
Well untuk Chiki-chan, maaf ya kalau OC-nya agak OOC... ^^/
Review! :D
