Balas Review! :D
RosyMiranto18: Yang penting Malam Jumat... ^^/
Ikyo: "Terserah..." =_=
Tumma: "Itu bisa dipikirkan nanti..." ^^
Thanks for Review! :D
Happy Reading! :D
Special Chapter: Hidden Screen
Beberapa momen yang tidak sempat diceritakan dari Chapter-Chapter sebelumnya di GSS, cekidot! ^^/
Screen 1: Saat Tumma menjalankan Dare dari Lisa (Garuchan Squad and Truth or Dare)
Ketika Tumma baru saja keluar dan menutup pintu, tiba-tiba muncullah Ashley di depannya.
"Tumma, kamu ngapain keluar malam-malam begini?" tanya hantu itu bingung.
"Hmm, sebenarnya... Tadi Lisa memberiku Dare untuk bilang 'aku padamu' untukmu..." jelas Tumma seadanya.
"Begitu ya..." Ashley manggut-manggut. "Boleh saja..."
"Baiklah!" Tumma menarik nafas. "ASHLEY, ASHLEY, AKU PADAMU!"
Ashley tersenyum puas, kemudian melayang pergi. "Sampai jumpa!"
Setelah kepergian hantu itu, Tumma pun kembali memasuki markas.
Screen 2: Saat Ikyo dihukum karena muntah di kamar mandi (Atarashī menbā no debyū)
"Tuh cewek rese emang kampret banget, gue terpaksa harus bersihin ini!" gerutu Ikyo sambil membersihkan bekas muntahannya.
Yah, dia lagi ngomel gara-gara Emy menipunya dengan 'semur daging' yang ternyata malah mie.
Setelah selesai bersih-bersih, Ikyo berniat istirahat di pojok dapur ketika...
"HYAAAAAAAAAAAAAAA!"
Terdengar jeritan yang sangat dia kenal entah dari mana asalnya.
Ikyo hanya menghela nafas frustasi, kemudian dia berdiri dan berjalan pergi.
"Kyo!" panggil Mathias sambil melambaikan tangan dari ruang tengah. "Nonton film yuk! Ajak temen lu juga sekalian!"
Si rubah hanya mengangguk kecil dan melanjutkan jalannya.
Ketika sampai di depan markas, dia mendapati...
"BALIK LU KE SINI, BIAR GUE BISA BALAS DENDAM!"
"OGAH!"
Alpha dan Teiron yang sedang kejar-kejaran.
Selain itu, dia juga melihat Monika yang hanya bisa melongo melihat kelakuan mereka.
Ikyo kembali menghela nafas, kemudian dia teringat ajakan Mathias di ruang tengah. "Sudahlah, jangan bertengkar kalian! Lebih baik nonton film yuk!"
"Eh?" Kedua temannya yang sibuk adu gelut langsung berhenti ketika mendengar perkataannya barusan.
"Film apaan?" tanya Monika penasaran.
"Ikut aja sini!" Ikyo mengajak mereka bertiga masuk ke dalam markas.
Sesampainya di ruang tengah...
"Yo, duduk sini!" seru Emy saat melihat mereka berempat sambil menepuk lantai.
"Terima kasih..." Ikyo merenggut sebal sambil duduk agak jauh dari kerumunan.
Sepertinya dia masih marah dengan Emy gara-gara kejadian itu.
Screen 3: Saat sebagian cowok Garuchan Squad main futsal dengan sebagian cowok Kyou Squad (Observation Diary) *feat some character from Bigfoot's Fic.*
(Di sini ada tiga orang yang tidak muncul karena alasan khusus: Tumma berada di kamarnya, Thundy masih korslet, dan Ikyo sedang tidur di pohon.)
"Oy, ayo balik! Futsalnya udah kelar, kan?" ajak Edgar sambil menenteng sport bag-nya.
"Ayolah! Badan gue keringetan semua nih!" sahut Alpha sambil mengelap lehernya dengan sehelai handuk kecil yang mengalungi lehernya.
Yap, rupanya mereka baru aja selesai main futsal.
Berterima kasihlah kepada John D Hopper yang mengajak mereka bermain futsal di sport club dekat markas Kyou Squad, jadi mereka bermain futsal dengan serunya dan memutuskan untuk pulang saat petang.
"Pengen mandi gue, lengket banget nih badan~" ujar Yosuke sambil mengipasi badan dengan bagian bawah jersey-nya.
"Oy Sal, lu masih lama nggak beres-beresnya? Kita pengen balik nih!" tanya Park sambil menengok ke arah Salem yang berjongkok di depan sport bag-nya untuk membereskan barang-barang.
"Bentar lagi, nanggung!" jawab Salem sambil sibuk membereskan barang-barangnya sebelum...
"Bentar dulu deh, ini..." lanjutnya pelan sambil mengaduk-aduk isi tasnya dan terlihat jelas kalau wajahnya lagi pucat dan aura ungu mulai mengelilingi tubuhnya.
Pasti ada masalah!
"Lu kenapa, Sal?" tanya Vience yang sepertinya penasaran dengan raut wajah Salem yang mendadak memucat.
"Guys! Lu liat HP gue nggak?" tanya Salem sambil menunjukkan wajah pucatnya. "HP gue nggak ada di tas nih!"
Tuh kan!
"Lho, bukannya tadi HP-nya lu yang megang sendiri?" tanya Maurice yang mulai terbawa suasana dan panik.
"Demi Tuhan, HP gue nggak ada di tas!" jawab Salem yang mulai 'kebakaran jenggot' gara-gara HP-nya hilang tanpa sebab.
Sontak, mereka pun ikut-ikutan 'kebakaran jenggot'.
Mereka semua langsung panik, saudara-saudara!
"Min gud, Sal! Sini gue cariin!" seru Mathias sambil ikut berjongkok dekat tas Salem yang sibuk mencari HP-nya.
"Tuh kan, gue bilang juga apa! HP jangan ditaruh sembarangan!" ujar Rendy sambil berjongkok di dekat sobatnya.
"Selow, Sal! Selow aja nyarinya, jangan pake mulut!" ujar Pete sambil berjongkok di dekat Salem yang sekarang makin panik.
Wahai Pete, seandainya engkau ngerti betapa lemesnya Salem pas tau HP-nya raib.
"Ceroboh banget sih lu!" gerutu Alpha yang mulai kesal karena niatnya untuk pulang tertunda dan dalam hatinya udah berkoar-koar memekikkan 'GUE PENGEN MANDIIIIIIII!'
"Oy, mendingan kita misscall HP-nya Salem aja! Siapa tau aja ketemu!" usul Vience tenang.
"Oh iya! Ya udah, Vience! Gue pinjem HP lu!" sahut Ronnie sambil menengadahkan tangannya kepada Vience.
"Tapi gue nggak bawa HP!" jawab Vience datar. "Pake HP lu aja, Ron!"
"Ogah, entar pulsa gue abis!" tolak Ronnie. "Noh, Edgar aja tuh!"
"HP gue lowbatt, bego!" sembur Edgar.
"Ah, nggak elit banget! Gue bisa aja misscall, tapi HP gue lagi lowbatt!" timpal Mathias sambil terus membantu Salem mencari HP-nya.
"Sama aja, dogol!" celetuk Yosuke sambil jongkok. "Eh, coba pake HP-nya John!"
"Gue nggak bawa HP!" timpal John.
"Sama, gue juga nggak bawa!" lanjut Jack.
"Aish, semprul lu berdua!" gerutu Park.
"Halah! Memangnya lu sendiri bawa HP?!" tanya Alpha rada sewot.
"Nggak..." jawab Park datar.
Webek, webek...
Sepatu kuda mana sepatu kuda?!
"Lu yang lebih semprul!" bentak Alpha dan John bersamaan di depan Park.
"Coba pakai HP-nya Yosuke!" usul Jack.
"Gue juga nggak bawa HP, ketinggalan di markas!" timpal Yosuke.
"Harapan kita cuma Rendy, Pete, dan Maurice!" ujar Vience sambil menghela nafas.
"Bagus banget lu, Vience! Ceritanya lagi nggak mau jadi sukarelawan, hah?" tanya Salem setengah menyindir.
"Diem lu!"
"Gue bawa HP dan emang nggak lowbatt sih, cuma..." ujar Pete sambil memperhatikan layar HP-nya.
"Cuma apa?" tanya Ronnie.
"Pulsanya tinggal lima ratus perak!" jawab Pete sedikit frustasi dengan aura suram di tubuhnya.
"Ya elah, lima ratus perak ini! Bisalah buat misscall doang!" timpal John santai.
"Heh, sengklek! Lima ratus perak mana bisa buat nelpon?! Kalau SMS-an mah baru bisa!" sembur Edgar. "Ren, coba pake HP lu!"
"Nih HP-nya!" kata Rendy sambil menyerahkan HP-nya kepada Edgar yang langsung menghubungi HP Salem.
Bukannya mendapat konfirmasi dari HP Salem, tapi malah...
Maaf, sisa pulsa anda tidak mencukupi untuk melakukan pang-
Tut!
"Anjrit, pulsanya abis!" gerutu Edgar sambil menyerahkan HP Rendy kepada sang pemilik.
"Oh my god! Gue baru inget kalau pulsanya tadi tinggal dua ratus perak!" seru Rendy sambil menepuk jidatnya.
Ternyata keadaannya lebih ngenes dari Pete!
"Satu-satunya harapan kita cuma Maurice!" kata Alpha yang sukses membuat beberapa tatapan mata tertuju ke arah Maurice yang memasang tampang pokerface.
Kayaknya dia lagi bingung tuh!
"Rice, pinjem HP lu dong!"
Maurice pun langsung menyerahkan HP-nya kepada Alpha yang langsung menghubungi HP Salem.
"Al, percuma lu misscall HP gue! HP-nya lagi silent mode!" ujar Salem frustasi.
Webek, webek...
Sontak, Salem langsung dihadiahi tatapan tajam dari para cowok lainnya.
"KENAPA NGGAK BILANG DARI TADIIIIIIIII?!" teriak mereka semua kompak.
"Salah sendiri kenapa nggak nanya dulu sama gue!" sahut Salem datar.
"BANGKE! GUE KIRA HP LU NGGAK DI-SILENT, GOBLOK!" bentak Mathias sambil menjitak kepala Salem.
"Terpaksa kita harus nyari secara manual!" ujar Jack sambil menghela nafas.
Salem pun hanya mengangguk sambil mengaduk-aduk sport bag-nya, sampai tiba-tiba dia membulatkan mata begitu melihat...
Sebuah HP yang terbaring dengan tenangnya di sela-sela handuk dan tumbler hitamnya.
"Eh, ketemu deng! Ternyata HP gue nyelip, ehehehehe!" seru Salem senang sambil mengeluarkan HP-nya dari dalam tas tanpa memperdulikan serangan tatapan tajam yang kembali menghujaninya.
"Kenapa lu pada natap gue kayak gitu? Ada yang aneh dari gue?" tanya Salem polos dan tak menyadari kalau...
"HAJAR DIA!"
"GYAAAAAAAAAAAAA!"
Lemparan sepatu bola pun langsung menghujaninya.
Screen 4: Kejadian setelah Thundy menjelaskan umur aslinya (The Melancholy of Tumma-kun)
Sumpit pun dikocok dan mereka semua segera mengambil bagian.
"Siapa raja?" tanya Monika.
Emy angkat tangan. "Truth or Dare, Elwa?"
"Oke, Truth!" balas Elwa datar.
"Hmmm..." Wajah Emy langsung berubah mesum. "Berapa ukuran dada-mu?"
Sebuah buku sihir langsung melayang ke wajah Emy, dan Elwa dengan wajah yang luar biasa merah menjawab pelan, "Ukuran A plus..."
Gelak tawa langsung meledak dan Elwa berusaha mengabaikannya.
Mungkin dia bisa balas dendam kepada Emy lain kali.
"Lanjutkan!" ujar Rendy sambil mengocok sumpit.
"Oke, gue dapet raja!" seru Alpha seneng. "Truth or Dare, Lisa?"
"Dare..." jawab Lisa.
Seringai jahil muncul di wajah Alpha. "Coba ciuman sama Teiron!"
"Apa?!" Wajah Teiron langsung merah padam mendengarnya.
Sementara Lisa mendekati anak itu dengan wajah yang nggak kalah merahnya. "Maaf, Tei-kun..."
Setelah kalimat itu, sebuah ciuman langsung mendarat di bibir Teiron. Vivi, Emy, Lucy, dan Rina jerit-jerit, Alpha dan Vience segera memotret momen itu, sementara sisanya hanya terdiam.
Setelah semenit ciuman, Teiron langsung kabur ke pojokan buat jedukin kepala di sana.
'Ya elah...' batin beberapa orang sweatdrop.
"Al, iseng amat lu sama mereka..." gumam Ikyo sambil melirik Alpha yang udah nyengir kuda laut.
Setelah sepuluh menit kemudian...
"Siapa raja?" tanya Teiron dengan kepala yang diperban setelah acara jedukin kepala barusan.
Mereka semua hanya terdiam, sampai...
"Aku..." Ashley angkat tangan. "Truth or Dare, Master?"
"Truth!" balas Girl-chan singkat.
"Sejauh ini kami belum tau nama aslimu, bisa beritahu?" pinta Ashley.
GLEK!
"O-oh, begitu..." Gadis itu mulai gelagapan. "Kalau kalian mau tau, baiklah..."
Semua orang mulai pasang telinga.
"Jadi, nama asliku ini berawal dari huruf kedelapan belas, diakhiri dengan huruf pertama, dan diulang sekali!"
'Kok jadi main tebak-tebakan?' batin para cowok (kecuali Mathias dan Luthias) bengong.
Alhasil, mereka semua berpikir keras untuk menemukan jawabannya.
"Jadi intinya, huruf kedelapan belas adalah huruf 'R' dan huruf pertama adalah huruf 'A', benarkah begitu Ketua?" jelas Bibi Rilen dan yang bersangkutan mengangguk. "Kalau diulang sekali, berarti jadi..."
"Ra-ra?" tanya Salem menyimpulkan.
Gadis itu memasang senyum tertahan, sepertinya sedang menahan tawa.
"EEEEEEEH?! JADI NAMA ASLI KETUA TUH RARA?!" pekik semua orang (kecuali Bibi Rilen, Ashley, Girl-chan, Luthias, dan Mathias) shock berjamaah.
"Ehehe..." Sang pemimpin squad hanya tertawa garing sambil menunjuk Duo Jabrik di sebelahnya. "Kalau nggak percaya tanyalah mereka..."
"Tapi kalau dipikir-pikir, namamu bagus juga ya!" celetuk Bibi Rilen.
"Jangan terlalu memuji..." balas gadis itu sedikit tersipu. "Lagipula aku lebih suka pakai nama 'Girl-chan' sebagai samaran ketika berada di depan orang-orang..."
"Sudahlah, ayo kocok lagi sumpitnya!" ujar Vience dan mereka semua segera melanjutkan permainan.
"Siapa raja?" tanya Lucy.
Luthias yang melihat sumpitnya hanya tersenyum tipis.
Kejadian selanjutnya pasti udah tau sendiri deh...
Screen 5: Saat para cowok Reha Squad akan menginap di markas Garuchan Squad (Malam Jumat Para Cowok)
"Guys! Para cowok Reha Squad mau nginep di sini!"
Semua cowok di ruang tengah langsung melirik Teiron yang ngomong barusan.
"Tau dari mana?" tanya Vience sambil mengangkat alis.
"Tadi Ketua nelpon, katanya mereka mau dateng sekarang..."
Beberapa orang yang sedang makan atau minum langsung tersedak.
"Apa?! Sekarang?!" pekik mereka semua kaget.
"Udah gitu para cewek pergi semua lagi!" timpal Rendy.
"Ayo kita cepat beres-beres!" perintah Mathias.
"YOOOOOOOOO!" koor teman-temannya lantang.
Para cowok pun segera bersih-bersih sebisa mereka.
"Coba kalau para cewek masih di sini, lebih cepat selesai deh!" keluh Salem sambil mengelap jendela.
"Ya elah, biasa aja kale!" sindir Alpha yang menyapu di belakangnya.
Salem melempar kain lap-nya ke arah Alpha dan yang bersangkutan membalasnya dengan menyodok pakai sapu. Alhasil, keduanya langsung rusuh seketika.
Tapi...
BLETAK! BLETAK!
Mereka pun sukses dihantam batu bata dengan telak.
"Kerja lu berdua, jangan berantem!" perintah Teiron sangar dengan aura hitam di tubuhnya.
"Ba-baik, Teiron-sama!" Kedua orang itu segera melanjutkan pekerjaan mereka.
Yah, walaupun sempat ricuh karena ulah Alpha dan Salem barusan, tapi untungnya mereka berhasil membereskan markas sampai bersih dan rapi.
"Moncong-moncong, ini kan hari Kamis, sofa-nya udah dipindahin ke gudang?" tanya Rendy.
"Udah lha, orang dari awal udah inisiatif juga!" jawab Vience.
"Eh iya juga ya, entar malem kan Malam Jumat..." Maurice yang teringat sesuatu langsung merinding.
Ting tong!
"Kayaknya itu mereka..." Ikyo segera berlari untuk membuka pintu.
Ketika pintu terbuka, kerumunan orang pun mulai terlihat di depannya.
"Welcome to Youkoso Japari- Huwaaaaa!" Ikyo langsung ditonjok Teiron sampai mental keluar jendela dan sukses membuat kerumunan itu sweatdrop berjamaah.
"Rubah Kampret! Begini nih kalau kebanyakan nonton 'Kemono Friends'!" gerutu Teiron sebal. "Masuk aja gih!"
Mereka semua pun masuk ke dalam dan duduk di lantai ruang tengah yang cukup luas karena sofa-nya sudah dipindahkan ke gudang.
"Ngomong-ngomong, para cewek pada kemana ya?" tanya Eris.
"Pergi ke suatu tempat nan jauh di sana..." balas Alpha rada garing dan langsung dijitak Vience.
"Emangnya napa nanyain? Katanya ada yang mau seling- Gyaaah!" Rendy dan Salem langsung dicekik sama Thundy dan Red.
"Jangan bahas itu lagi!" bentak Red emosi.
"Gue bukannya nggak seneng denger itu, tapi gue cuma kesel aja tau nggak?!" sembur Thundy rada sewot.
"Le-lepasin!"
Kedua orang itu pun langsung dibanting ke lantai.
"ADAW, SAKIT!" jerit keduanya.
Thundy melipat tangan. "Lagian ngapain coba pake nanya yang nggak-nggak?"
"Oh iya, Tumma mana? Tumben nggak keliatan!" tanya Jung.
Edgar angkat bahu. "Entar juga ke sini, justru kita yang mau nanyain Alex!"
"Bukannya Alex masih belum balik ya?" tanya Mathias memastikan.
Rone mengangguk. "Iya! Kau benar, Mathias!"
Mathias manggut-manggut, kemudian teringat sesuatu. "Oh iya! Katanya Eudo punya adek bungsu, kok nggak diajak?"
"Jangan dulu deh, Mita kan masih baru..." jelas Eudo seadanya.
Mathias hanya angkat bahu. "Ya sudah!"
"Toilet dimana ya? Kebelet nih!" tanya Ethan yang sedang menahan 'hajatan'-nya.
"Dari sini, terus belok kiri!" jelas Luthias singkat.
"Makasih!" Ethan langsung kabur ke toilet.
Tapi begitu sampai di sana, dia malah melihat...
"GYAAAAAAA! ADA HULK NYASAR!"
Beberapa orang segera menghampiri TKP dimana Ethan lagi jerit-jerit gaje di sana.
Tapi di sisi lain...
Terlihat sesosok makhluk serba hijau yang menangis di dekat pintu toilet.
"Eh bego, itu Tumma tau! Dia lagi biasain diri tanpa kostum!" sembur Mathias.
"Kasihan dia, jadi nangis tuh!" sambung Red rada prihatin.
Luthias mendatangi Tumma dan menenangkan dia dengan menepuk punggungnya.
Para cowok Reha Squad (selain Red) langsung terbelalak. "Eh? Itu Tumma? Tapi kok tampilannya-"
"Jangan ditanya, terlalu menakutkan untuk dibahas..." potong Luthias sambil menuntun Tumma ke kamarnya.
Mereka semua langsung terdiam seketika.
"Oke, oke! Sekarang kita biarkan saja dia!" usul Rei.
Para cowok Garuchan Squad kembali ke kamar masing-masing, sementara para cowok Reha Squad memilih untuk main poker di ruang tengah.
To Be Continue, bukan Tambang Blue Coin (?)...
Udah, aku nggak tau harus ngomong gimana lagi... -w-/
Chapter depan akan ada karakter baru, yang sering pantengin FB-ku pasti udah tau lha! :V /
Review! :D
