Balas Review! :D
I'mYaoiChan: Ahaha, bersiaplah melihat kenistaan mereka! :V / *ditendang Edgar.* Yah, makasih Review-nya! :D
Happy Reading! :D
Chapter 21: ERL Double Activity
(Peringatan: Chapter ini terjadi seminggu setelah 'Kemunculan Adik Edgar' di note FB-ku... ^^/)
Pagi ini cukup damai di Garuchan Squad. Well, walaupun ujung-ujungnya pasti ada yang nggak beres sih...
Buppanashite sakende tondetta, aware na himei no dangan wa.
Dokka douke butte butsukatte, kietettanda.
Yukai na DEAD LINE CIRCUS, fuzaketa yume ni tandeki shiyou ka.
Detarame na, yoru o utae!
Nah kan!
"Hmm..." Manik rubi seorang Edgar Razorfall Lammermoor mulai terbuka setelah mendengar bunyi yang entah datang dari mana.
Dia pun terbangun dan mendapati HP-nya bergetar di atas meja sambil melantunkan musik dari lagu 'Dead Line Circus'. (Ternyata seleranya Edgar begituan ya! :V *ditendang Edgar.*)
Dia segera mengambil HP-nya untuk mengecek kenapa benda itu berbunyi.
Edward calling...
"Cih..." Edgar mengangkat panggilan. "Ada apa?"
"Kak Edgar, alamat markasnya dimana ya? Aku nyasar nih!" tanya seseorang di seberang sana.
"Mau tau aja atau mau tau banget?!" balas Edgar ketus.
"Kak Edgar kok gitu sih?" tanya orang itu lagi.
"Cari aja sendiri, ogah gue kasih tau lu!" Edgar segera memutuskan panggilan dan pergi keluar kamar.
Ketika dia pergi ke dapur untuk menanyakan menu sarapan, dia malah mendapati Mathias di sana.
"Mathias? Bibi Rilen kemana? Kok jadi lu yang masak?" tanya Edgar bingung.
"Oooh, itu? Katanya Bibi Rilen mau bawa Teiron ke dokter!" jawab Mathias.
Edgar mengerutkan kening. "Ngapain? Emangnya dia sakit apa?"
Pria jabrik itu memutar mata. "Well, hanya sekedar pemeriksaan gula darah... Dia takut keponakannya kena diabetes dini... Lu kan tau sendiri Teiron tuh kayak gimana..."
"Oh..." Edgar hanya memasang tampang skeptis. "Terus, lu lagi masak apa?"
"Ikan fermentasi?" Edgar yang mendengarnya langsung jijik. "Bercanda deng, orang gue bikin smørrebrød!"
Edgar langsung bengong. "Smo- Apa?"
"Smørrebrød, open-faced sandwich yang terdiri dari selembar roti yang diberi potongan seafood dan sayur. Terdengar biasa sih, tapi makanan khas Denmark ini memiliki variasi dalam kombinasi isi lho!" jelas Mathias sambil tersenyum lebar.
"Ya sudah..." Edgar pun duduk di meja makan sambil menunggu makanannya disiapkan.
Sementara itu...
Seorang pria pirang dengan baju besi dan topi koboi tak sengaja melihat seorang anak berambut coklat yang celingukan di depan markas Kyou Squad. Dia pun menghampiri anak itu dan menepuk pundaknya. "Hey nak, apa yang sedang kau cari?"
"A-ah!" Anak itu langsung kaget. "A-aku sedang mencari markas Garuchan Squad!"
Pria itu mengerutkan kening. "Garuchan Squad? Setauku tidak jauh dari sini... Coba cari rumah tingkat dua bercat kuning, di situlah tempatnya!"
"Terima kasih!" Anak itu segera membuka sebuah portal dan masuk ke dalamnya.
"Tu-tunggu!" Pria itu terlambat mencegahnya karena portal buatan anak itu sudah menghilang begitu saja dan dia pun hanya bisa menggaruk kepala. "Aneh! Untuk apa dia ke sana? Emangnya dia anggota baru squad itu?"
Anak itu berhasil sampai di markas Garuchan Squad dengan selamat, walaupun...
GEDUBRAK!
"UHUAAAAAAAAAAAAAAAKH!"
Dia sempat membuat kecelakaan kecil dengan menimpa badan Vience yang tiduran di atas rumput. (Vience: "Kecelakaan kecil endasmu?!")
Anak itu segera bangun dan berdiri dengan panik. "Ma-maaf Kak, kau baik-baik saja?"
"Ugh..." Vience ikut bangun dan duduk sambil mengelus punggung dengan sedikit menggerutu. "Heh, kau ini gima- Lho? Bukannya kau anak yang waktu itu, adeknya Edgar?"
"I-iya Kak!"
Di dalam markas...
"Tadi kayaknya gue denger Vience teriak deh..." gumam Edgar sambil menghabiskan smørrebrød buatan Mathias.
"Hmm, benar juga..." Mathias langsung berdiri dari tempat duduknya. "Mau liatin nggak?"
Edgar mengangguk dan ikut berdiri, kemudian mereka berdua segera pergi ke halaman depan markas.
Ketika sampai di sana, mereka melihat Vience sedang menceramahi anak tadi.
"Cepet amat sampenya..." gumam Edgar yang tiba-tiba lemes.
Anak itu menengok ke arah kedua orang yang berada tak jauh dari tempatnya dan mengenali salah satu dari mereka.
"Kak Edgar~"
"Woy, aku belum selesai ngomong!"
Anak itu segera berlari ke arah Edgar yang langsung menghindar ke samping dan dia tak menyadari kalau...
DUAK!
Di depannya terdapat sebuah pohon, dan anak itu sukses menabraknya dengan wajah menempel duluan.
"Aw, itu pasti sakit!" celetuk Mathias prihatin.
"Ugh, Kak Edgar jahat!" keluh anak itu sambil mengelus wajahnya yang ringsek akibat tertabrak pohon barusan.
Edgar melipat tangan. "Lain kali jangan main peluk sembarangan lagi, Edward!"
Edward langsung mencembungkan pipi, sementara Edgar hanya menghela nafas. "Sudahlah, jangan merajuk begitu! Ayo peluk sini!"
"Yeay!" Edward langsung memeluk kakaknya dengan senang.
"Lho? Ada apa ini? Drama?" tanya seseorang yang baru nongol sambil berdiri di dekat Vience.
Vience menengok dan sedikit terkejut. "Lho, Alex? Tumben, ada angin apaan?"
"Yah, hanya ingin berkunjung saja..." Alex menggaruk kepala, kemudian menunjuk ke arah Edward. "Ngomong-ngomong, dia siapa ya?"
"Adeknya Edgar!" jawab Mathias watados.
"Diem lu!" sembur Edgar sebal dan menengok ke arah Alex. "Oh iya, kok lu pake penutup mata?"
"Ah nggak udah dipikirin, mendingan masuk aja yuk!" ajak Alex.
Mereka berlima pun berjalan memasuki markas Garuchan Squad.
"Gue mau ngajak Edward jalan-jalan keliling markas dulu, kalian ke ruang tengah saja!" ujar Edgar sambil menuntun adiknya pergi.
Ketika Mathias, Vience, dan Alex duduk di sofa, tiba-tiba Teiron langsung nongol dengan wajah cemberut.
"Lha, lu kenapa Ron?" tanya Alex heran.
Mathias yang teringat sesuatu memberanikan diri bertanya. "Ron, hasil tes lu gimana?"
Teiron tidak menjawab, dia malah makin cemberut dengan pipi yang mengembung kayak ikan kembung. (Kok gue bayanginnya rada geli gitu ya? :V *dilempar batu bata.*)
Mathias hanya bisa geleng-geleng. "Kalau nggak mau bilang ya nggak apa-apa sih..."
Anak itu langsung pergi meninggalkan mereka.
"Thias, tadi tes yang lu tanyain tuh tes apaan?" tanya Vience.
"Tes kadar gula darah, gue berani taruhan Teiron pasti bakalan disuruh diet rendah gula besok..." jelas Mathias rada risih.
Alex mengangkat alis. "Tau dari mana?"
Mathias menghela nafas. "Tadi Bibi Rilen nyuruh gue gantiin dia masak sarapan buat nganter keponakannya ke dokter..."
Alex hanya ber-'oh' ria mendengarnya, kemudian teringat sesuatu. "Eh iya, Tumma mana ya?"
"Ngapain nanyain di- Oh, gue tau! Lu pasti belum liat wajah aslinya kan?" terka Vience dan Alex membalasnya dengan anggukan.
"Dia lagi manggang kue sama Gre- Maksud gue Luthias!" jelas Mathias.
Alex mengangkat alis lagi. "Tadi lu mau ngomong Gre apa?"
"Dia suka manggil adeknya 'Greeny'!" timpal Vience. "Tapi pertanyaan gue, Luthias kan Skadi dan warna dasar Skadi tuh biru, masa dipanggil 'Greeny'?"
Mathias memutar mata. "Lu lupa ya? Bukannya Rara-chan udah ngasih tau waktu itu?"
Vience mengerutkan kening. "Tapi gue masih nggak ngerti!"
"Lu berdua bikin gue bingung deh!" sela Alex. "Bisa jelasin intinya?"
Mathias menggaruk kepala. "Kalau mau tau, gini aja deh! Skadi kan 'Dewa Es', nah sekarang gue tanya, negara mana yang sering tertutup es?"
Vience dan Alex berpikir sejenak. "Kutub Utara, Kutub Selatan, Antartika, Alaska... Greenland?"
Mathias tersenyum lebar. "Yap, Greenland!"
"Jadi 'Greeny' singkatan dari Greenland, terus apa hubungannya dengan Luthias?" tanya Alex masih bingung.
"Dia itu orang Greenland, dan alasan kenapa dia milih jadi Skadi karena rindu kampung halamannya yang tertutup es..." jelas Mathias yang masih tersenyum lebar.
Keduanya pun manggut-manggut. "Begitu, pantesan..."
"Oh iya, gue mau ngasih makan Jeronium dulu! Bye!" Vience langsung melompat keluar jendela dan sukses membuat kedua orang lainnya sweatdrop.
Mathias yang teringat sesuatu langsung berdiri. "Ah iya, gue juga ada urusan! Lu nggak apa kan ditinggalin di sini, Lex?"
Alex hanya angkat bahu. "Nggak apa-apa sih..."
"Ya sudah..." Mathias pun berjalan pergi.
Mari kita lihat kondisi Edgar dan Edward!
"Nah, di sini kamarnya!" Edgar membuka pintu kamarnya. "Karena tidak ada kamar kosong, jadi Ketua memintaku untuk menempatkanmu berdua denganku! Masuklah dan jangan pergi kemana-mana, aku akan kembali nanti!"
"Iya Kak Edgar!" Edward memasuki kamar dan menutup pintu, sementara Edgar pergi ke lantai dasar.
Di dapur...
"Wah, akhirnya jadi juga~" seru Tumma setelah mengangkat kue buatannya dari panggangan.
Luthias hanya mengangguk kecil. "Oh iya, Aniki bilang di depan ada tamu! Kau saja yang bawa kue-nya ke sana!"
"Baik!" Tumma pun membawa kue itu ke ruang tengah.
Edgar yang baru nongol dan melihat Tumma keluar barusan tiba-tiba teringat sesuatu. "Luthias!"
Yang bersangkutan menengok. "Iya?"
"I-itu, si Tumma, bawa kue ke ruang tengah?" tanya Edgar sedikit khawatir.
Luthias mengangguk dengan wajah bingung. "Iya, memangnya kenapa?"
"S-soalnya, d-di ruang tengah, a-ada..."
Sementara itu, Tumma sedang membawa kue dengan senyum manis dan aura bunga-bunga. (Kok gue bayanginnya rada geli gitu ya? :V *dilempar sepatu.*)
Tapi ketika sampai di ruang tengah...
"HUWAAAAAA! SIAPA KAU?!"
Sebuah teriakan sukses membuat Tumma kaget sampai-sampai nampan yang dibawanya jatuh ke lantai, dan di depannya terdapat Alex yang berdiri sambil menunjuknya dengan wajah shock.
"A-Alex?" Tumma gemetaran dan air mata mulai menggenangi manik amethyst-nya. "A-aku minta maaf, a-aku tidak tau kau berkunjung ke sini, a-aku..."
"Eh?" Alex langsung cengo seketika.
Back to the kitchen...
"Itu yang teriak siapa?" tanya Luthias yang kaget mendengar teriakan barusan.
'Sudah kuduga...' batin Edgar risih. "Lebih baik kita liatin saja!"
Kedua orang itu segera pergi ke ruang tengah dan mendapati...
Alex yang terdiam di tempatnya, dan juga Tumma yang gemetaran dengan nampan yang tergeletak di lantai disertai kue-kue yang berserakkan di depan anak itu.
Luthias mendekati Tumma dan berusaha menenangkannya, sementara Edgar mendekati Alex untuk menjelaskan apa yang terjadi.
"Tenanglah Tumma, dia hanya belum tau saja..." hibur Luthias sambil memeluk Tumma dan menepuk pelan punggungnya.
"Maaf Lex... Kami lupa bilang kalau Tumma memiliki sedikit masalah dengan penampilannya, sepertinya teman-temanmu tidak ada yang cerita soal itu..." jelas Edgar sambil menepuk pundak Alex dengan wajah risih.
"Ma-maaf, Tumma... Gue nggak tau lu punya masalah kayak gitu, sumpah!" ujar Alex sedikit iba.
"Tidak apa-apa..." Tumma menghapus air matanya dan tersenyum kecil. "Aku sudah terbiasa dengan keadaanku sekarang..."
"Sebaiknya kau ke kamar saja, biar aku yang membereskan kue-nya!" usul Luthias sambil berjongkok dan memunggut nampan.
"Ba-baiklah..." Tumma pun pergi meninggalkan tempat itu.
Luthias yang melihat kepergian Tumma hanya menghela nafas sambil menaruh nampan di atas meja, kemudian duduk di sofa diikuti Alex dan Edgar.
"Luthias, itu kue apa?" tanya Edgar.
"Cinnamon Roll..." jawab Luthias singkat.
Alex mengambil sebuah dan mencicipinya. "Hmm, rasanya lumayan juga! Ternyata kau bisa masak juga ya!"
Luthias menunduk sedih. "Sebenarnya, itu buatan Tumma... Aku hanya mengajarinya sedikit..."
"Oooh..."
Setelah memakan tujuh potong Cinnamon Roll, Alex pun kembali ke markas Reha Squad. "Gue balik dulu ya! Nitip salam buat Tumma, kue buatannya lumayan enak!"
Di ruang baca...
Rendy sedikit heran melihat Teiron yang dari tadi manyun di pojokan.
"Dia kenapa coba?" tanya Rendy bingung.
"Belakangan ini Bibi Rilen khawatir keponakannya kena diabet, jadi dia membawanya ke dokter... Hasilnya, dia harus diet rendah gula selama dua minggu..." jelas Thundy yang baru nongol di sebelah Rendy.
"Oooh..." Rendy langsung sweatdrop mendengarnya, kemudian tak sengaja melihat seseorang yang lewat di depan pintu. "Tumma!"
Yang bersangkutan menghampiri mereka. "Ada apa?"
Rendy menggeleng. "Hanya manggil saja..."
Tumma mengalihkan pandangan ke arah lain dan mendapati Teiron yang masih manyun. "Ada apa dengannya?"
"Diet rendah gula..." balas Thundy singkat.
Tumma malah tertawa kecil. "Hanya itu? Aku jadi ingat sesuatu!"
-Flashback-
Tumma yang saat itu masih memakai kostumnya sedang jalan-jalan di koridor lantai atas ketika melihat salah satu pintu kamar yang terbuka. Anak itu masuk ke dalam dan mendapati Teiron sedang memperhatikan diri di depan cermin dengan wajah cemberut.
"Teiron? Apa yang kau lakukan?"
Anak itu menengok ke arahnya. "Oh, hay! Menurutmu aku kurus banget ya?"
Tumma memperhatikan Teiron dari ujung kepala sampai ujung kaki. "Hmm, tidak terlalu! Memangnya kenapa?"
Si rambut merah mencembungkan pipinya. "Berat badanku nggak pernah naik dari angka 34, padahal sudah makan banyak!"
'Ringan amat! Itu berat badan atau ukuran sepatu?' batin Tumma sweatdrop. "Begitu... Sayangnya aku nggak bisa bantu, maaf ya..."
"Nggak apa..." Teiron tersenyum tipis. "Yah, sepertinya aku harus makan lebih banyak lagi..."
"Aku pergi dulu ya..."
"Oh, oke!"
Tumma pun keluar dari kamar Teiron sambil menutup pintu.
-Flashback End-
"Se-segitunya?" tanya Thundy dan Rendy cengo.
Tumma hanya angkat bahu. "Yah begitulah..."
Webek, webek...
Suasana mulai hening beberapa saat, sampai akhirnya Emy muncul dan memeluk kekasihnya si rambut biru. Tapi...
GEDUBRAK!
Thundy yang emosi langsung membanting Emy ke belakang, sementara Tumma dan Rendy malah ngangkat papan bertuliskan 88 dan 95.
"Thun, suplex lu greget banget ya!" celetuk Rendy watados.
"Sialan lu, Rendy!" umpat Thundy sebal dan pergi meninggalkan Emy yang sekarat.
"Aku ke kamar dulu ya..." gumam Tumma sambil berjalan pergi.
"Oh oke, sampai nanti!" balas Rendy sambil melambaikan tangan.
Di sudut lain ruangan, Vience sedang membaca sebuah buku sambil berdiri dan di depannya terdapat Salem yang sedang mengusap hidung. Tapi...
"Haa, haa, HAATCHIUUU!"
SYUUUNG!
"Huwaaaaaaaaaaa!"
GEDUBRAK!
Bad Luck Vience, abis ketiban Edward malah mental kena bersin Salem! :V *digigit Jeronium.*
"Vience, lu nggak apa kan?" tanya Lucy sambil menghampiri Vience yang udah jungkir balik ketiban buku-buku yang berjatuhan dari tempatnya.
Vience memunculkan kepala dari tumpukan buku dan menggeleng cepat. "Ya ya, gue nggak apa-apa... Geez, bersinnya kuat sekali..."
"Ma-maaf Vience..." gumam Salem risih.
"Udahlah, nggak usah dipikirin!" Vience menyingkirkan buku-buku yang menghalanginya untuk bangun, kemudian berdiri sambil membersihkan badan.
"Yo minna, kita karaoke di luar yuk!" ajak Alpha yang baru masuk ke ruangan itu.
"Ayo ayo!" seru beberapa cewek serentak.
Alpha melirik Teiron yang masih manyun sampai sekarang. "Dia kenapa ya?"
"Jangan ditanya, entar dia ngamuk!" balas Vience sambil menarik kerah baju Alpha dan menyeretnya pergi.
Beberapa orang lainnya pun mengikuti mereka, meninggalkan Teiron sendirian di ruangan itu.
Setengah jam kemudian, sepuluh cowok dan sembilan cewek Garuchan Squad sudah berada di dalam sebuah tempat karaoke yang jaraknya agak jauh dari markas.
"Kalian udah ngasih tau Ketua belum?" tanya Adelia rada cemas.
"Gue udah SMS dia dan bilang kita bakalan pulang jam sepuluh!" balas Mathias. "Oke, siapa yang mau nyanyi pertama?"
"Undi lha!" usul Vivi sambil menaruh sebuah toples berisi banyak sumpit di atas meja.
Semua orang mengambil sumpit masing-masing dan hasilnya...
"Yes, gue pertama!" seru Rendy seneng dan langsung kabur ke dalam ruang karaoke.
"Hmm, nyanyi apa ya?" Rendy melihat daftar lagu dan matanya berbinar ketika melihat sebuah judul. "Ah, ini aja deh!"
Musik pun mulai terdengar, dan entah kenapa para cowok yang mendengarnya langsung merinding.
"La-lagu ini kan..." gumam Salem yang nyadar duluan.
"Tuh anak udah gila kali ya nyanyi lagu itu?" gerutu Thundy.
fukai fukai, kiri no naka youen ni hibiku koe
oide oide, kono mori no motto okufukaku made
hayaku hayaku, isogiashi de dekiru dake chikaku ni
oide oide, saa tanoshii
asobi wo hajimeyou
SHINAMONSUTIKKU (Cinnamon Stick) wa mahou no SUTEKKI (Stick)
hitofuri suru dakede SHIROPPU (Syrup) ga fueru
nigasa sae wasurete, amai yume no naka
tengai ni mamorarete
nemuri ni ochiru
gensou no saimin ni oboreta mama de ii
mekakushi wo hazushicha, omoshiroku nai desho
ashimoto gochuui, sono te wa boku ga hiku kara
sono mi wo ima sugu ni
yudanenasai, saa
"Entah kenapa gue jadi ikut merinding nih..." celetuk Monika agak merinding.
"Sama..." timpal Alisa ikutan merinding.
"Lain kali jangan pernah biarin Rendy nyanyi lagu horor, bikin takut nih!" nasihat Luthias yang berusaha untuk tidak ketakutan.
itsukaraka, ginen no ha ga miegakure suru
ai to iu, menzaifu nado wa sonzai shinai to
mekakushi no, sukima kara nozokimita RANTAN (Lantern) ga
utsushi dashita, kage ni omowazu
mi no ke ga yodatta
oya oya warui ko, mou omezame desu ka?
mekakushi ga toketa nara, moumoku ni shiyou ka?
hora hora warainasai, kawaii okao de
kegawa wo mata kabutte
shibai ni modoru
"...Nee, choudai?"
doushita no sonna me de, karada wo furuwasete
atatakai MIRUKU (Milk) de motenashite hoshii no?
saa naka ni ohairi, koko wa totemo atatakai
mikaeri wa POKETTO (Pocket) no nakami de ii kara
choudai, hayaku hayaku
nee hora, ima sugu ni
nisha takuitsu no gensoku wo kanagurisute
mayakashi de motenashite amai mitsu wo sutte
choudai, yokose, hora, ima sugu ni
choudai
Setelah lagu selesai, Rendy keluar dan langsung tercengang melihat teman-temannya mengeluarkan aura suram. "Ka-kalian kenapa?"
"Nggak usah nanya!" balas para cowok.
"Gu-gue masuk ya..." ujar Ikyo sambil masuk ke dalam.
Tapi baru semenit, Ikyo malah keluar lagi. "Oy, ada yang mau nemenin nggak? Lagunya butuh dua orang nih!"
"Emangnya lagunya apaan?" tanya Elwa.
Ikyo menengok ke arah Elwa dengan wajah datar. "Happy Synthesizer..."
"Sama Adelia aja sana!" seru para cowok jahil.
"Woy, gue lagi nggak minat sama di- A-a-ah..." Ikyo langsung merinding ketika mendapati Adelia memeluknya dari belakang. "A-Adelia... Tolong, menjauhlah, dariku..."
"Udahlah, nyanyi aja sama dia!" sorak para cowok makin jahil.
"Ba-baiklah..." Kedua orang itu langsung masuk ke dalam.
(Adelia) happii shinsesaiza kimi no mune no oku made
todoku youna merodei kanaderuyo
"Kyaaaaaaaaa!" Para cewek langsung jejeritan, sementara para cowok hanya bisa sweatdrop.
(Adelia) hakanaku chitta awai kataomoi
waraibanashi dane ima tonareba
miru mono subete kagayaite mieta
ano hibi ga kirei ni waratteruyo
(Ikyo) gaman suru koto dake oboe nakyaikenaino?
"otona ninatte choudaine?" naranakute iiyo
shiranai koto bakari shira nainante ie nakute
"taihen o niai de" usotsuite gomenne
(Both) happii shinsesaiza kimi no mune no oku made
todoku youna merodei kanaderuyo
tsumaranai "tatemae" ya ya na koto zenbu
keshite agerukara kono oto de
(Ikyo) nanno torie mo nai boku ni tada hitotsu
sukoshi dakedo dekiru koto
kokoro odoraseru kazaranai kotoba
denshion de tsutaeruyo
suki ninaru koto rikutsu nankajanakute
"kojitsuke" nante iranainjanai?
jidai noseito akirametara sokomade
fumidasa nakucha nanimo hajimaranai
(Adelia) "gomenne yoruosokuneru to korodattadesho?"
"odoroita watashi mo kakeyoutoshiteta"
kokoro no uragawa wo kusugurareteru youna
hikareau futari ni shiawasena oto wo
(Both) happii shinsesaiza horane tanoshi kunaruyo
namida nuguu merodei kanaderuyo
tsuyogaranakutatte iinjanai? betsuni
jibun ni sunao ninarebaii
(Ikyo) nanno torie mo nai boku ni tada hitotsu
sukoshi dakedo dekiru koto
(Adelia) chotto tereruyouna tanjunna kimochi
denshion de tsutaeruyo
"Well, harus kuakui kalau suara Ikyo lumayan juga!" celetuk Mathias.
(Both) happii shinsesaiza kimi no mune no oku made
todoku youna merodei kanaderuyo
tsumaranai "tatemae" ya ya na koto zenbu
keshite agerukara kono oto de
(Adelia) nanno torie mo nai boku ni tada hitotsu
sukoshi dakedo dekiru koto
(Ikyo) kokoro odora serukazaranai kotoba
denshion de tsutaeruyo
(Both) happii shinsesaiza horane tanoshi kunaruyo
namida nuguu merodei kanaderuyo
tsuyogaranakutatte iinjanai? betsuni
jibun ni sunao ninarebaii
(Ikyo) nanno torie mo nai boku ni tada hitotsu
sukoshi dakedo dekiru koto
(Adelia) chotto tereruyouna tanjunna kimochi
denshion de tsutaeruyo
Setelah lagu selesai, Ikyo keluar ruangan dengan wajah merah padam serta aksen-nya yang keluar tiba-tiba (dari tadi dia ngumpetin aksen-nya lho). Kemudian dia pergi ke pojokan dan jedukin kepala di sana.
"Ya elah..." Para cowok langsung sweatdrop berjamaah melihat kelakuan konyol Ikyo barusan.
"Del, tadi kamu apain dia?" tanya Lisa kepada Adelia yang baru keluar.
"A-aku nggak sengaja cium pipinya..." jawab Adelia yang sukses membuat para cowok sweatdrop kuadrat.
Tanpa diduga, terdengar musik yang rupanya berasal dari ruangan itu pertanda ada orang di dalamnya.
haizai ni PAIPU (Pipe) sabita sharin
meimei ni kurutta kaiga no ichi
kiiroi DAATSUban ni chuusha no hari to
HOOMU BEESU (Home Base) ni houshi no te
o-komari naraba aitsu o yobe
soudentou ga kakomu GURANDO (Grand)
shirokuro aimai na seigi no HIIROO (Hero)
hidarite ni wa kinzoku BATTO (Bat)
"I-itu yang nyanyi Edgar kan?" tanya Rina.
"Kayaknya..." balas Maurice.
NOIZU (Noise) dake haite inu RAJIO (Radio)
FURAFURA ni NEON BANII GAARU (Bunny Girl)
souba wa OPIUMU (Opium) no tane hitotsubu
oku no hou ni nomarete'ku
"hitotsu tanomu ze, onegai da"
KARAKARA no ringo sashidashite
nan de mo nai you na koe de guzutte
saa doko ni mo ikenai na
PAPPAPPARAP-PAPAPARAPA
kemuru jouki kensou no me
PAPPAPPARAP-PAPAPARAPA
koko de toujou PINCHI HITTAA (Pinch Hitter)
PAPPAPPARAP-PAPAPARAPA
are wa kitto PANDA HIIROO
PAPPAPPARAP-PAPAPARAPA
saraba ototoi satsujin RAINAA (Liner)
"Ternyata dia punya bakat juga ya!" celetuk Vience watados.
KANIBARIZUMU (Canibalisme) to kotoba dake
utau ANDOROIDO (Android) to asonde'ru
kitto kirawarete'n da waga HIIROO
kitto nozomarete'n da hora HIIROO
KANIBARIZUMU to kotoba dake
utau ANDOROIDO to asonde'ru
kitto kirawarete'n da waga HIIROO
kitto nozomarete'n da hora HIIROO
PAPPAPPARAP-PAPAPARAPA
nerai kuramu san'yuukan
PAPPAPPARAP-PAPAPARAPA
koko de toujou PINCHI RANNAA (Pinch Runner)
PAPPAPPARAP-PAPAPARAPA
tsumari niten BIHAINDO (Behind)
PAPPAPPARAP-PAPAPARAPA
umaku ikanai kanjou seigen
kanjou seigen, kanjou seigen, kanjou seigen
"Lagunya boleh juga sih!" ujar Alpha.
BAKETSU (Bucket) kabutta neko ga naku
hitori mata hitori kiete yuku
imasara dou shiyou mo nai kono GEEMU (Game)
saa doko ni mo ikenai na
PAPPAPPARAP-PAPAPARAPA
ganaru baita bougen no me
PAPPAPPARAP-PAPAPARAPA
BUZAA (Buzzer) kumo no ko keihoutou
PAPPAPPARAP-PAPAPARAPA
are wa kitto PANDA HIIROO
PAPPAPPARAP-PAPAPARAPA
saraba ototoi satsujin RAINAA
kowashite maware BURAUNkan
saraba ototoi satsujin RAINAA
"Ternyata selera Edgar Gumi toh!" celetuk Salem watados saat Edgar keluar ruangan.
"Masbuloh?" balas Edgar sinis sambil pergi mengambil minuman dari vending machine. (Yang nggak tau silakan goggling! :V / *plak!*)
Tiba-tiba muncul Emy yang keluar dari ruangan dan menyeret Lisa. "Lis, gantian ya! Gue nemu lagu kesukaan pacar lu nih!"
"La-lagu apa?" tanya Lisa gelagapan karena ditarik tiba-tiba.
"Shuumatsu no Shounen Hänsel, udah masuk sana!" Emy mendorong Lisa masuk ke dalam.
BIIKAA (Beaker) no naka de ugomeita, chicchana chicchana akui no tane
Umareta kataware no hitotsu, sono na mo HENZERU (Hänsel)
Tatoe sono mi ga kuchiyou to, nando demo kurikaesu tensei
Sore wa kami no shogyou sashite, akuma no itazura
Aru toki wa mori ni sumu kikori no ko, warui majo o kamado ni hourikome
Aru toki wa akujiki no meshitsukai, atama no warui kachiku sewa gakari
Mata aru toki wa gobanme no PIERO (Pierrot), idai na SANTAKUROUSU (Santa Claus) no musuko
Soshite sono shoutai wa seitou naru, shuumatsu no shito
Mangetsu no kagayaku yoru, HENZERU wa arawareru
Hikari obita kyouki o, sono te ni mochi
Sore wa gin no NAIFU (Knife) ka, aruiha GARASU (Glass) no kobin ka wa
Kare no me no mae ni tatsu, anata shidai
"Thun, bisa jelaskan maksud Emy tadi?" tanya Luthias.
"Aku sering dengar Teiron nyanyi ini setiap kali masak di dapur, jadi aku sudah menduga maksud si bodoh itu barusan!" jelas Thundy.
Shichyu no kami ni tsukurareta, chicchana chicchana kono sekai
Akui o haijo shita hazu no, sen nen oukoku
RUURU (Rule) no naka de youisareta, yottsu no kotonaru ENDINGU (Ending)
Shounen o te ni shita mono ga, sore o erabu darou
Hakaba no nushi wa shi o motarasu, subete no mono wa nushi no ibukuro ni
Houtei no nushi wa shinpan o motarasu, subete no mono wa sabaki o ukeru
Meikai no nushi wa jigoku o motarasu, subete no mono wa towa ni yurusarenai
Tenkai no nushi wa shokuzai o motarashi, YUUTOPIA (Utopia) kedo michibiku darou
Izureka no shuumatsu ga, sekai ni otozureru
Sore o sakeru koto wa kesshite dekinai
Sadamerareta ketsumatsu ka, yugamerareta IREGYURAA (Irregular) ka
Batsu wa hitoshiku mina ni, kudasareru
"Sayang orangnya lagi nggak ada, kalau iya gimana reaksinya tuh!" celetuk Emy jahil.
"Jangan ditanya deh, pasti udah merah banget tuh!" timpal Alpha.
"Entah kenapa rasanya aku ingin sekali menyetrum kedua orang itu..." gumam Thundy.
Sen nen no toki o koe, HENZERU wa arawareru
Mizukara no shukumei o, shiranu mama ni
Kare o tenshi ni suru ka, kyouki no tsukai ma ni suru ka wa
Kare no me no mae ni tatsu, anata shidai
Lisa keluar ruangan bersamaan dengan Mathias yang masuk ke dalam.
"Gar Gar, katanya lu punya adek ya? Kapan diajak ke markas?" tanya Monika menepuk keras punggung Edgar yang sedang minum.
"Uhuk, uhuk, uhuk! Edgar pun langsung tersedak.
Tapi bukan hanya itu yang membuatnya kaget.
Edgar segera pergi sambil menepuk-nepuk dada-nya dan setelah berhenti tersedak, dia langsung tepuk jidat. "Demi dewa, gue lupa!"
"Kenapa, Gar?" tanya Vience yang menghampiri Edgar diikuti Luthias.
Edgar menengok dengan wajah pucat. "E-Edward, gue tinggal di kamar, dan di markas masih ada Tumma! Lu kan tau sendiri gimana reaksi orang yang baru ngeliat dia nanti!"
"Tapi, bukannya di markas ada Teiron juga?" tanya Luthias memastikan.
"Sayangnya dia kalau udah ngambek nggak bakalan keluar kamar selama berminggu-minggu!" jelas Vience risih.
"Hah? Ngambek soal apa?" tanya Luthias bingung.
"Terlalu rumit untuk diceritakan..." balas Vience makin risih.
Edgar menempelkan kepala di tembok terdekat dengan wajah frustasi. "Gue udah jadi kakak yang buruk buat Edward, ninggalin dia sama orang yang akan dikiranya 'monster'..."
Sekarang kita liat kondisi Edward di markas!
"Kak Edgar kenapa lama sekali?" tanya Edward yang mulai bosan dan memilih untuk pergi keluar kamar.
Tapi ketika baru membuka pintu, dia malah melihat...
"Aaaaaaaaaaaaaah! Monster!"
Tumma yang berdiri di depan kamar hanya memakai celana motif belang harimau.
Edward langsung kabur ke pojok kamar dengan wajah ketakutan. "Pergi, menjauh dariku!"
Tumma yang dari tadi hanya diam memasang wajah sedih dan air mata mulai membasahi manik amethyst-nya. Anak itu berlutut dan menutup wajahnya. "Hiks, hiks... Maaf..."
Edward yang awalnya ketakutan mulai tidak enak hati melihat Tumma menangis. Tiba-tiba dia merasakan HP-nya bergetar dan mengeceknya, rupanya panggilan dari Edgar. "Kak Edgar dimana? Di depanku ada monster mengerikan! Cepat kembali, aku ta-"
"Edward, tenanglah! Dengarkan aku dulu!" potong Edgar di seberang sana. "Aku tau kau takut dengannya, tapi kau harus tau kalau, 'monster' itu temanku..."
Edward langsung terdiam.
"Mungkin penampilannya memang mengerikan, tapi sebenarnya dia orang yang baik... Hanya saja dia memiliki masalah dengan itu dan butuh sedikit dorongan untuk beradaptasi..." jelas Edgar sambil menghela nafas. "Sekarang kau mengerti kan?"
"I-iya... Tapi, aku harus bagaimana?"
"Hiburlah dia, minta maaflah padanya, itu bisa sedikit membantu..."
"Ba-baik... Ngomong-ngomong, Kak Edgar dimana?"
"Aku sedang ngumpul dengan kawan-kawan yang lain, kemungkinan pulang malam... Nanti akan aku jelaskan setelah pulang, tapi jika aku masih belum pulang, kau bisa meminta dia menyanyikan lagu untukmu..."
"Jaga diri Kak Edgar ya..."
"Jangan lupa dirimu juga..."
Edward menutup panggilan dan mendekati Tumma yang baru berhenti menangis. "Ma-maaf Kak, aku tidak tau... Aku hanya kaget melihatmu tadi..."
Tumma menggeleng pelan, kemudian mengangkat tangan untuk mengusap kepala Edward. "Aku mengerti, semua orang yang melihatku juga bersikap seperti itu setelah mengetahui yang sebenarnya..."
"Ah iya Kak, namaku-"
"Aku tau, kau Edward kan?" potong Tumma sambil tersenyum kecil. "Nama lengkapku sedikit panjang, jadi panggil saja aku Tumma..."
"Baiklah..."
Sementara itu, Edgar kembali ke rombongan setelah selesai menelpon Edward.
"Abis nelpon siapa, Gar? Kok mukanya cemas gitu?" tanya Lucy jahil.
"Bukan urusanmu!" balas Edgar ketus.
"Guys! Kayaknya kita mesti balik deh, udah setengah sebelas nih!" ujar Maurice yang sukses membuat mereka semua panik.
"Kenapa nggak bilang dari tadi?!" koor yang lainnya serentak.
Alhasil, mereka semua buru-buru merapikan tempat itu, kemudian langsung bergegas kembali ke markas.
Back to Edward and Tumma...
"Kak Tumma..." panggil Edward yang sedang duduk di kasur kamar Edgar.
Tumma yang duduk di sebelahnya menengok. "Iya?"
"Bisa nyanyikan lagu tidur untukku?" pinta Edward.
"Tapi, aku tidak tau lagu apa yang biasa dinyanyikan Edgar untukmu..."
"Lagu yang Kak Tumma tau juga tidak apa-apa, yang penting aku bisa tidur sampai Kak Edgar kembali..."
Tumma tersenyum kecil dan mengusap lembut kepala Edward. "Baiklah..."
Edward pun berbaring di atas kasur, sementara Tumma kembali mengusap kepalanya sambil menyanyikan sebuah lagu.
Kono heya no naka ni wa, anata to watashi dake
Futari de uta o utai tsuzukemashou
Soto no sekai nante, shiranakute ii
Anata ga sore o nozomu nara
Di sisi lain...
"Mampus, kita tiba jam setengah dua belas! Entar bakalan digeplak Ketua nih!" seru Salem panik.
"Tenanglah, paling tuh anak udah ti-"
SYUUUUNG! BLETAK! BRAK! DUAK! GEDUBRAK! GROMPYANG! TOWEWEWEW!
Sebuah lemparan sepatu yang mendarat di wajah Mathias saat membuka pintu sukses membuatnya terjungkal ke belakang sampai orang-orang di belakangnya ikut terjungkal dengan efek domino (kecuali Ikyo yang berhasil menghindar ke samping karena berada paling belakang).
Lebih parahnya lagi, terdapat sang pemimpin squad yang melipat tangan sambil berdiri di depan mereka dengan memakai baju merah dan celana ungu bergambar Hello Kitty berkostum kelinci serta aura hitam pekat yang menyelimuti tubuhnya.
"KENAPA KALIAN BARU PULANG SEKARANG?!" omel gadis itu sangar.
"A-ampuni kami, Ketua! Kami nggak bakalan ngulang lagi!" seru mereka semua panik sambil sujud sembah.
Girl-chan hanya menghela nafas pasrah. "Sudahlah, cepat masuk!"
Mereka semua berebut masuk dan Girl-chan yang sedang menghitung jumlah anggota yang ada langsung terheran-heran. "Lho? Teiron mana?
"Lagi ngambek!" koor beberapa cowok sambil ngacir ke lantai atas.
"Ketua, kenapa jam segini belum tidur?" tanya Adelia.
"Seharusnya aku tidur jam sembilan, tapi malah nggak bisa tidur gara-gara kalian!" jawab Girl-chan sambil menyusul para cowok ke lantai atas dan para cewek mengikutinya sambil jaga jarak.
Edgar segera bergegas ke kamarnya dan begitu sampai di sana dengan ngos-ngosan, dia mendapati Tumma sedang mengusap kepala Edward yang tidur di kasurnya.
Tumma yang menyadari kedatangan Edgar menengok dengan senyum tipis. "Hay Gar, aku iri padamu deh!"
Edgar menghampiri dengan wajah bingung. "Iri kenapa?"
"Aku sangat ingin punya adik, tapi sayangnya orang tuaku tidak menginginkannya..." jelas Tumma sambil berdiri. "Aku balik dulu ya, Gar!"
"Oh, baiklah! Dan terima kasih telah menjaga Edward..."
Tumma mengangguk pelan dan pergi meninggalkan mereka.
Edgar memperhatikan adiknya sebentar dan mulai menguap lebar, kemudian dia mengambil selimut dari lemari kecil di samping kasur dan tidur di lantai.
Keesokan paginya, Edward terbangun dari tidurnya sambil mengucek mata. Tapi...
"Grooooook! Zzzzzz..."
Anak itu menengok ke bawah kasur hanya untuk mendapati Edgar yang tidur di lantai dengan selimut abu-abu menutupi tubuhnya.
Edward turun dari kasur dan menghampiri sang kakak, kemudian mengguncang tubuhnya perlahan. "Kak Edgar..."
"Hmm..." Edgar membuka mata dan mulai bangun sambil menguap lebar. "Ah, selamat pagi Edward... Maafkan aku ya..."
"Soal apa?"
"Soal yang kemarin, aku tidak memberitahumu tentang Tumma dan kemana aku pergi sampai malam..."
"Kak Edgar tidak perlu minta maaf..." Edward menaruh kepala di atas dada kakaknya.
Edgar hanya tersenyum tipis dan mengusap pelan kepala adiknya.
JEPRET!
Kedua orang itu menengok ke arah pintu dan mendapati Alpha memotret mereka barusan.
"Ternyata diem-diem Edgar sayang adek ya!" celetuk Alpha sambil cengengesan.
"Eh kampret, sini lu!" Edgar langsung berdiri dan mengejar Alpha yang udah kabur duluan.
"WOY SEMUANYA, BREAKING NEWS! TERNYATA EDGAR DIEM-DIEM SAYANG ADEK!"
"ALPHA SIALAN, NGGAK USAH DISEBAR JUGA KALE!"
"Kak Edgar..." Edward yang melihat itu hanya geleng-geleng dengan senyum tipis di wajahnya.
Yah, kehidupan kakak-beradik Lammermoor di Garuchan Squad baru saja dimulai!
Bonus:
Setelah sarapan di ruang tengah, para cewek terlihat mengerumuni Edward dengan wajah penasaran.
"Woah, jadi ini adiknya Edgar ya?" tanya Emy sambil memperhatikan Edward dengan antusias.
"Ternyata dia imut juga ya~" celetuk Vivi sambil mencubit pipi Edward.
"Setidaknya dia tidak segalak kakaknya..." gumam Elwa watados.
"Aaah, aku jadi iri~ Coba Otou-chan masuk squad juga!" keluh Lucy sambil manyun.
Adelia dan Lisa terlihat mengelus rambut Edward bergantian, Alisa dan Monika menoel pipinya dengan gemas, sementara Rina memeluknya dengan erat.
Edward yang merasa risih dengan perlakuan para cewek tidak bisa apa-apa dan hanya diam saja. "Su-sudahlah..."
"Aku udah nggak ngerti lagi dengan mereka..." gumam Edgar sedikit risih melihat adiknya dikerumuni para cewek seperti itu.
"Cewek-cewek emang gitu ya, ada yang imut dikit dikerubutin!" timpal Salem di sebelahnya.
"Minna, ada yang mau Cinnamon Roll?" tawar Tumma sambil membawa sebuah nampan dan menaruhnya di atas meja.
Para cewek segera berkumpul untuk mengambil kue bagian masing-masing dan mencicipinya.
"Kak Tumma bikin sendiri?" tanya Edward.
Tumma mengangguk kecil. "Iya, makanlah!"
Anak itu mengambil sepotong dan mencobanya. "Hmhmm, enak sekali!"
"Tumma-kun, aku baru tau kalau kau bisa masak kue seenak ini!" celetuk Rina mengambil sepotong kue lagi.
"Iya, ini enak banget lho!" timpal Salem setelah makan satu.
"Ah, itu bukan seberapa... Sebenarnya aku masih belajar..." balas Tumma agak tersipu.
Edgar hanya tersenyum tipis sambil mengambil sepotong kue untuk dirinya.
To Be Continue, bukan Tembak Benda Challenge (?)...
Yah, terserah mau bilang apa untuk ini, yang penting jadi! :V /
Judulnya absurd ya? Entah kenapa iseng aja judulnya pake inisial nama biar greget! :V a
Review! :D
