Balas Review! :D
RosyMiranto18: Yah nggak apa sih... ^^/
Ikyo: =_= "Nggak kepikiran sampe situ..."
Edgar: "Yah, kalau Edward udah kambuh kayak gitu deh..." =_=
Thundy: *men-charge listrik di tangan dengan evil smile.* "Kau yang akan jadi korban selanjutnya jika berani macam-macam..."
Me: "Woah, calm down Thun!"
Edgar: "Selain itu, aku alergi dengan ikan fermentasi, lebih baik kasih saja ke Mathias!" =_=/
Mathias: "Sayangnya aku sedang tidak berminat dengan itu, terutama surstromming. Aku sedang tidak ingin mengingat 'dia' sekarang ini..." =w=
Luthias: "Boleh bagi Hakarl-nya? Aku ingin tau seperti apa rasa hiu fermentasi..." (Kalau emang Hakarl itu terbuat dari ikan hiu...)
Well, Thanks for Review! :D
I'mYaoiChan: Yah, karena Mathias berasal dari salah satu negara Nordic, jadi dia tau beberapa jenis ikan fermentasi! :V /
Teiron: *manyun.* "Jangan bahas itu lagi!"
Tumma: "Tidak perlu repot-repot menggantinya, setidaknya aku cukup senang jika ada yang mau makan kue buatanku..." ^^
Yah, makasih Review-nya! :D
Happy Reading! :D
Chapter 22: Squadlicious Day
Para anggota Garuchan Squad mulai berdatangan ke ruang makan untuk mengambil jatah sarapan mereka.
"Oh iya, ada yang liat Tumma nggak?" tanya Luthias celingukan sambil menghabiskan sup lobaknya.
"Nggak tau, kayaknya tadi masih di kamar!" jawab Rina sambil mengunyah roti isinya.
"Tapi pas selesai mandi udah nggak ada orangnya! Aku pikir udah di bawah, eh nggak ada juga!" balas Luthias yang masih celingukan.
BRAK!
"Selamat pagi!" sapa Girl-chan sambil mendobrak pintu yang tidak bersalah.
"Ah, Ketua rupanya..." balas Lucy yang sama sekali nggak keliatan ekspresi kagetnya.
"Oh iya, Ketua! Kalau boleh tau, Tumma dimana?" tanya Luthias.
"Tumma? Oh, dia lagi di depan kok!" jawab Girl-chan santai.
Luthias pun hanya mengangguk paham, kemudian berdiri dan berjalan pergi. "Aku mau ke toilet..."
Pintu pun ditutup, tapi beberapa saat kemudian...
BRAK!
Tiba-tiba pintu kembali didobrak, kali ini oleh Emy yang terlihat pucat. "Ketua, ini gawat! Anak baru itu bermasalah!"
Webek, webek...
"Edward, bermasalah?! Bermasalah gimana?!" tanya Girl-chan panik.
"Udah, ayo cepat!" Emy segera menarik sang pemimpin squad keluar ruangan.
Ketika sampai di ruang baca, mereka mendapati Edward sedang mojokin Edgar di ujung rak buku.
"E-Edward, lepasin nggak?!"
"Nggak bisa~ Aku nggak bakalan biarin Kak Edgar kabur~"
"Ya ampun, dia beneran incest parah..." komentar Girl-chan sambil facepalm.
"Kita harus menghentikannya!" Emy segera berlari menerjang mereka sebelum...
"Tunggu, Emy! Jangan bertindak gega-"
DUAAAAAAK!
"Bah..."
Rupanya Emy udah mental duluan ditonjok Edward dan sukses membuat Girl-chan hanya bisa sweatdrop melihatnya.
"Ada apa ini?" tanya Thundy yang baru muncul.
Girl-chan menengok dengan tampang risih. "Edward kambuh..."
Thundy malah mangap. "Hah? Kambuh gimana?"
Gadis itu mijit kening. "Edgar nggak cerita ya kalau adeknya tuh incest?"
Si rambut biru langsung terbelalak. "Incest?! Waduh, bahaya banget tuh!"
"Makanya itu, kita harus tolongin Edgar! Tuh, liat aja sendiri!" Girl-chan nunjuk Edgar yang masih dipojokin adiknya.
"Oke!" Thundy langsung teleport ke belakang Edward tanpa disadari olehnya. "Chain Spark!"
Edward yang tersetrum langsung pingsan di tempat dan tubuhnya segera ditangkap Edgar sebelum jatuh ke lantai.
Thundy menghela nafas risih. "Maaf Gar, kalau nggak digituin entar bakalan kebablasan..."
"Nggak apa dah, gue mau bawa dia ke kamar dulu..." Edgar menggendong adiknya dan pergi dari situ.
Sekarang kita lihat seseorang yang lagi baca puisi di halaman depan!
Iwak teri-ku
Pagi ini aku makan iwak teri
Teri enak, dagingnya empuk
Lahap, aku makan lahap sekali
Tambah enak pake krupuk
Iwak teri-ku
Kini kau tinggal tulang belulang
Dan aku kini terlilit utang
Karena nekat membeli kamu hanya dengan modal kantong tipis nan amat kering
Entahlah, mungkin karena aku segitu laparnya sampai otakku rada miring
Sehingga dirimu terlihat bagai iwak ayam, seakan mataku lagi juling
Tanpa sadar aku melahapmu dan tiba-tiba yang tersisa hanyalah piring
Oh, iwak teri-ku sayang
Kubeli dengan semua yang ada di kantong
Oh, iwak teri-ku malang
Kini kau tinggal puing-puing jerangkong
Ihik, kucoba hapus air mataku
Meratapi kepergianmu itu
Yang tercinta Iwak teri-ku
Rest in peace di perutku
"Tumma, itu puisi apaan sih?"
Tumma yang membaca puisi barusan langsung menengok ke belakang hanya untuk mendapati Monika dan Alisa yang berdiri tidak jauh darinya sambil memasang tampang skeptis.
"Heeeh?! Bukan apa-apa!" balas Tumma gelagapan sambil menyembunyikan puisi yang dibacanya karena tak menyadari ada yang memperhatikannya dari tadi.
"Apa yang kau sembunyikan?" tanya Alisa saat melihat sesuatu yang disembunyikan pemuda itu.
"Dibilangin bukan apa-apa juga!" jawab Tumma sambil ngacir secepat kilat dan sukses membuat kedua gadis yang melihatnya hanya bisa sweatdrop.
Di sisi lain, Luthias yang baru selesai 'hajatan' langsung disambut oleh lemparan kue coklat saat ingin memasuki ruang tengah. Pemuda jabrik itu mengelap wajahnya dan menjilati krim kue itu.
"Hmm, chokoladekage... Pasti ini bikinan Lisa..." gumamnya.
Di ruang tengah...
"Kue-nya tadi meleset kemana ya?" tanya Salem bingung.
"Lu sih, Sal! Lain kali lemparnya jangan ke pintu!" nasihat Elwa.
"Kayaknya tadi ada orang di sana deh!" seru Vivi yang hendak melempar kue ke arah Salem.
"Benarkah?" tanya Elwa.
"Aku kan bilang 'kayaknya', tapi nggak tau lagi deh!" jawab Vivi sambil melempar sepotong kue. "Hyaah, terima lemparan kue dariku!"
Kue itu pun melesat ke arah Salem, tapi dia berhasil merunduk dan malah mengenai Maurice yang kebetulan lewat di belakangnya.
Maurice pun langsung emosi dan menyiapkan kaos kaki miliknya. "I WANT REVENGE!"
"Gawat!" seru Salem dan Vivi ketakutan sambil pelukan kayak Teletubbies.
"Jangan takut ya! ANE AKAN MELEMPAR MY LOVELY STOCKING!"
"Eeh, tunggu! Ada yang bilang 'stocking'?" tanya Vience yang langsung menonton adegan aneh tersebut.
"Aku juga nonton ah!" seru Rendy sambil ikutan nonton.
"HYAAAAAAAAAAAAAAAT!"
Kaos kaki itu pun terlempar dengan mulusnya. Tapi sayangnya, tiba-tiba Vivi dan Salem malah ngilang ke sudut lain ruangan.
"Eh, tunggu..." seru Rendy sambil menunjuk sesuatu. "Apa itu?"
Vience pun melihatnya dan langsung kaget karena yang akan berhadapan dengan kaos kaki itu adalah...
"AWAS, SEPERTINYA ITU LUTHIAS!"
Vivi dan Salem yang baru tau keadaan langsung ikutan kaget, Maurice nggak tau sama sekali, Elwa dan Rendy panik, sementara Lisa hanya duduk tenang di sofa karena nggak mau ikut campur. (Padahal kue itu buatannya lho! -_-)
"MINGGIR, MINGGIR! LUTHIAS, GET OUT!" seru Elwa.
Tapi...
DUAK!
Terlambat! Luthias sudah terkena lemparan kaos kaki tersebut tepat di wajahnya.
"Aduh, apaan nih?!" tanya Luthias sambil memegang kaos kaki tersebut.
Kelima orang itu langsung duduk di lantai dengan setengah merinding, sementara Luthias hanya memasang tampang miris.
"Siapa yang nyuruh kalian lempar-lemparan, hah?!" tanya Luthias ganas mode on.
"Maaf! Tadi Lisa abis bagi kue, terus gue sama Salem main lempar-lemparan pake kue bikinan dia!" jelas Vivi.
"Dan nggak sengaja kena Maurice yang langsung melempar kaos kakinya!" lanjut Salem.
Setelah mendengar hal itu, pemuda jabrik itu langsung ngeluarin aura mengerikan. "Kimi-tachi..."
'Waduh, mampus nih kita!' batin Vience ketakutan.
Tapi sebelum Luthias ngamuk, tiba-tiba terdengar suara dua orang yang sangat familiar mengobrol di halaman belakang.
"Hey, masih sakit?"
"Iya nih!"
"Pahanya masih sakit ya? Makanya gue bilang pelan-pelan!"
Semua orang yang mendengar percakapan kedua orang tersebut memikirkan pertanyaan yang sama: "Kok ambigu ya?"
"Pegel banget, tau!"
"Hmmm... Makanya pemanasan dulu dong!"
Mereka semua udah langsung ber-'WTF' ria mendengarnya.
"Tapi pemanasan nggak enak!"
"Yah, tapi setidaknya lebih aman! Nggak terlalu boros tenaga! Masa segitu aja udah capek?"
Seisi ruangan langsung cengo mendengarnya.
"Tapi pemanasan merepotkan!"
"Tapi harus! Aku udah nyoba pelan-pelan, tapi karena nggak pemanasan jadinya begitu!"
'Harus menyegarkan pikiran!' batin mereka semua sambil berusaha untuk tidak berpikiran yang menjurus ke 'iykwim'.
"Tetap aja sakit!"
"Namanya juga pertama, nanti juga terbiasa! Gue juga udah pelan-pelan!"
"Sekarang malah punggung yang pegel!"
"Kebanyakan nekuk atau tegang kali! Masih muda tenaganya kan gede, masa baru bentar aja udah langsung capek?"
"Tetap aja capek, stamina gue kan dikit!"
"Badan lu pendek sih!"
"Nusuk tau, nusuk!"
"Ya memang harus begitu, kan? Mau gimana lagi?"
"Tapi kan-"
"Minum jus aja, lumayan lho!"
"Eh? Benarkah?"
"Yup, seger!"
"Mereka abis ngapain sih?" tanya seisi ruangan pelan plus bersamaan.
"Makanya kalau lay up basket tuh pelan-pelan, Teiron! Udah tau badan lu pendek!"
"Aku nggak pendek, Alpha!"
"Tetap aja! Udah gitu pemanasan kurang lagi! Gue kan udah jelasin pelan-pelan!"
Sontak, seisi ruangan langsung hening seketika.
"Jadi kalian abis latihan lay up basket?" tanya Ikyo cengo saat mengecek keadaan halaman belakang, kemudian dibalas anggukan dari Alpha dan Teiron.
Sementara di belakang kedua orang itu, terlihat Emy yang langsung mendarat dengan ngenesnya akibat mental ditonjok Edward barusan.
"BISA NGGAK NGOMONG DENGAN CARA YANG NORMAL DAN BUKAN DENGAN CARA YANG AMBIGU?!" teriak Mathias emosi. (Nongol dari mana coba nih orang?)
To Be Continue, bukan Tiara Bunga Cempaka (?)...
Biarlah absurd, yang penting lanjut... -w-/
Review! :D
