Balas Review! :D

RosyMiranto18: Yah, sebenarnya karakter di fic ini berdasarkan yang ada pada char-ku di game LS (kecuali Naya dan Tsuchi yang belum punya Hero-nya), tapi mungkin dia bisa kumunculkan kalau kau mau... ^^a

Teiron: *merasakan firasat buruk.* "Kalau yang kayak gini, kayaknya gue nggak bakalan mau makan deh..." =w=

Kurasa kau harus minta izin ke Reha Squad dulu untuk itu, Zhunei... 'w'/

Alpha: "Aku terlalu bosan sampai nggak pengen main game, jadinya cuma bisa garuk-garuk tembok..." =w=/

Thanks for Review! :D

I'mYaoiChan: Ada yang kuat ada yang nggak, ehe... :V a Oh ya, semoga cepat sembuh dan terima kasih Review-nya! :D

Happy Reading! :D


Chapter 35: Sometimes Always Like That...


"Haaaah... Akhirnya sampe juga..." kata Lucy setelah sampai di depan markas.

"Iya... Ngomong-ngomong, hari ini dingin sekali ya?" tanya Naya dan Adelia sambil menggosokkan tangan masing-masing (padahal sama-sama pake syal).

"Masa? Kok gue nggak kedinginan ya?" tanya Alisa dan Elwa bersamaan.

"Itu karena lu berdua punya elemen api!" jawab Monika singkat.

"Eh, Kaichou-chan mana? Kok dari tadi nggak keliatan?" tanya Vivi.

"Oh iya ya... Dari tadi belum keliatan, padahal kuncinya sama dia kan?" Lisa nanya balik.

Webek, webek...

Emy memasang muka 'Yang bener lu?' yang dibalas dengan tatapan 'Beneran deh, suwer!' dari Lisa. Emy membalas dengan tatapan 'Ciyus? Miapah?' yang hanya dibalas dengan 'Jangan mulai alay deh!' dari Lisa.

"Yaaah... Nggak bisa masuk dong..." ujar Rina kecewa.

Webek, webek...

"DOBRAAAAK!"

Para perempuan (kecuali Naya) langsung menabrakkan badan mereka ke pintu markas. Girl-chan yang baru kembali langsung jawdrop melihat kelakuan mereka.

"WOOOOOOOY! Lu pada ngapain sih?! Sini gue bukain pintunya!" teriak Girl-chan sambil membuka kunci pintu markas.

CKLEK CKLEK!

"Eh?" Gadis itu memiringkan kepala sejenak.

"Kenapa, Kaichou-chan?" tanya Lisa.

"Kunci yang satu lagi di dalam, jadi nggak bisa dibuka dari sini..." jawab Girl-chan watados.

Webek, webek...

BUGH! BUGH! BUGH! BUGH! BUGH! BUGH! BUGH! BUGH!

"WOY, BUKA PINTUNYA! SIAPAPUN YANG DI DALAM! SOMEONE! BUKAIN DONG! HOOOOOY, KAU DENGAR APA YANG AKU TERIAKKAN?! PLIIIIIIISSS! YANG LAINNYA KASIHAN, BELUM PADA MAKAN (?)!" teriak Girl-chan sambil menggedor-gedor pintu dengan kedua tangannya secepat kilat (?).

Yang lainnya hanya bisa sweatdrop di tempat melihat kekonyolan si ketua squad.

"Iya iya, gue bu-"

BUK! BUK! BUK! BUK! DUAK!

Pemuda berambut beige yang membuka pintu dari dalam langsung bernasib naas karena mental oleh pukulan telak plus membabi-buta dari gadis itu.

Girl-chan yang merasakan sesuatu menghilang dari gedorannya berhenti sesaat dan mendapati pintu markas yang sudah terbuka beserta seorang pemuda berambut beige yang tersungkur di pojokan dengan wajah mengenaskan.

"Are?" Girl-chan hanya memasang wajah bingung.

Webek, webek...

Mau tau reaksinya melihat itu?

"YEEEY! TERNYATA GUE PUNYA KEKUATAN SUPER! YEEEY!" teriak si ketua squad sambil loncat-loncat kegirangan.

'Kaichou-chan lagi gila nih...' pikir para perempuan (kecuali Naya) sweatdrop.

'Aku tidak mengerti dengan apa yang terjadi di sini.' batin Naya bingung.


Di ruang tengah...

"Thias, kok muka lu kayak kambing sih?" tanya Maurice sambil memutar pedangnya.

"Itu karena gue kambing juga, ya nggak lha! Emangnya lu pikir gue ini kambing apaan?! Orang gue ganteng gini!" jawab Mathias sambil meneguk birnya.

Vience, Edgar, dan Salem langsung muntah berjamaah.

"Lha, lu sendiri ngapain makan pedang (?)?" tanya Mathias memergoki Maurice sedang mengemut pedangnya.

"E-eh, ini..." jawab Maurice sambil mengemut pedangnya dengan santai.

"Nggak bisa dimakan..." lanjutnya yang masih mengemut pedang.

"Huuh..." gerutu Mathias kesal.

"Oke, CUT! Rice, Thias! Kok lu berdua menghayati banget sih? Orang cuma RP juga!" tegur Rendy selaku sutradara dari adegan iklan barusan.

"Lho, emangnya kenapa? Bukannya menghayati itu bagus?" tanya Mathias berargumen.

"Yah bagus sih, tapi lantainya gimana?" balas Rendy sambil menunjuk lantai yang bernasib malang (?) tersebut.

Maurice, Mathias, dan para cowok lainnya langsung cengo melihat bekas muntahan dengan warna dan bau yang nggak karuan, kemudian mengalihkan pandangan ke arah Vience, Edgar, dan Salem yang merupakan pelaku perenggut kesucian lantai (?) tersebut. (Kenapa mesti ditulis 'perenggut kesucian' sih?! Apa nggak terlalu ambigu?!)

"Eh? Ehehehe..." Salem hanya bisa nyengir gaje.

"O-oke deh... Kita bersihin ya..." Edgar langsung ngacir keluar diikuti Salem dan Vience yang masih tertawa garing.

"Ck ck ck... Akting sih akting... Tapi ini keterlaluan..." komentar Tumma sambil menggelengkan kepala.

"Betul..." balas Luthias sambil memperhatikan 'genangan' itu dengan tatapan jijik.


Setengah jam kemudian...

"Vience, lu jualan telor dadar ya?" tanya Edgar.

"Iye dong!" balas Vience dengan smirk kecil, kemudian...

BYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAR!

"DIBELI DIBELI! TELUR DADAR BUAT PENGGANJEL PERUT! BELI TIGA POTONG GRATIS SEBOTOL BON CABE!"

"BELI DONG!"

"GUA JUGA!"

"VIENY, BIAR AKU BELI!"

"VIENCE, KAULAH PENYELAMAT KAMI!"

Alhasil, sebagian anak langsung membeli dagangan Vience.

Maklum, mereka lagi malas makan di luar. Apalagi Bibi Rilen sedang pergi latihan dan dapurnya direnovasi gara-gara diancurin Maurice yang melempar bom milik Monika ketika perang dengan Alpha. Saat itu juga Vience dielu-elukan sebagai penyelamat.

"Ya ampun..."

Sriiiiing...

Mereka semua langsung melirik ke arah pintu dan terlihat seorang pemuda berambut merah sedang menyandarkan punggung di pintu.

"Apa?" tanya pemuda itu.

"Bukan apa-apa kok!" balas Alpha sambil melirik Lisa dan menyikut lengannya.

"Kenapa, Kak Al?" tanya Lisa.

"TEIRON, LISA PENGEN NGOMONG SESUATU SAMA LU!" teriak Alpha.

"Hah?" Teiron yang kebingungan langsung melangkah masuk.

"NGGAK! AKU NGGAK NGOMONG APA-APA! ITU FITNAH!" sahut Lisa.

"Iye, aku percaya..." balas Teiron dengan tampang pokerface sambil mengeluarkan pocky rasa coklat dan memakannya.

CLING!

Sebuah bohlam langsung nongol di kepala Alpha.

"LISA PENGEN POCKY GAME SAMA LU!" pekik Alpha.

"ITU FITNAH, FITNAH!" bantah Lisa.

"Fitnah laris ye..." gumam Thundy sweatdrop.

"MASA LU NGGAK MAU SIH?" tanya Alpha.

"STOP DEH, KAK AL! TEI-KUN, KAMU PERCAYA SAMA AKU KAN?" tanya Lisa.

Teiron mengangguk dengan sweatdrop di kepalanya.

"AYOLAH RON, NANTI LU BISA DEKET SAMA LISA LHO!"

"JANGAN PERCAYA, TEI-KUN!"

"AYO!"

"JANGAN!"

"AYO!"

"JANGAN!"

KRAAAAAK!

Semua orang langsung diam karena sebuah pukulan yang melubangi tembok di sebelah pintu pun telah dihempaskan dengan tidak elitnya.

Ron, jangan lupa bayar ganti rugi ya! Betulin tembok tuh pake biaya lho!

"Tolong jangan ribut..." pinta Teiron dengan nada sadis serta diselimuti aura hitam di tubuhnya.

Semua orang hanya bisa menatap si rambut merah dengan tampang horror.


Di kamar Edgar pada malam hari...

"Gue nggak mau banyak cingcong, tapi intinya semoga lu bahagia selalu!" (Ikyo)

"Congrats Gar, akhirnya lu bisa hidup selama delapan belas tahun tanpa jadi gila! Traktirannya gue tunggu~" (Mathias)

"Gar, HBD ya!" (Salem dan Alpha)

"Selamat ya Gar, semoga gue langgeng sama Vivi-chan! Hahaha, bercanda! Yang penting, Wish You All The Best!" (Vience)

"Edgar, met ultah ya! Thun, mau ngomong nggak?" (Teiron)

"..." (Thundy diam, kamera mengarah ke Edward dan Naya)

"HBD, Kak Edgar!" (Edward)

"Semoga tetap bahagia dan... Love you." (Naya)

"CIE NAYA~"


Sudah lima puluh kali sang Hawkeye menonton video dua menit yang didapatnya seminggu lalu.


Di tempat lain, Emy menggigil sendirian di kamarnya.

Karena teman-temannya sudah tidur duluan, dia pun terpaksa mengambil obat demam sendirian di ruang tengah.


"Brrrr, dingin banget hari ini..." gumam Emy sambil memeluk diri sendiri dan membuka kotak P3K.

Sang Sorcerer mencari obat yang dimaksud. Setelah mendapatkan obatnya, dia langsung mengambil sebutir dan hendak meminumnya.

Tapi saat Emy hendak menaruh obat itu di mulutnya, dia melupakan sesuatu.

Dia lupa kalau air minum di markas habis dan baru akan diisi besok pagi.

Emy kebingungan dan berusaha mencari sesuatu untuk membantunya menenggak obat tersebut. Bodoh amat kalau efek obatnya berkurang, yang penting obat itu masuk dulu ke tubuh gadis berambut coklat twintail tersebut.


"Jiah, adanya jus lobak yang udah basi!" gerutu Emy sambil memegang sebotol jus lobak yang warnanya sudah mulai keungu-unguan.

"Oh iya, gue kan masih punya 'itu'..." gumam Emy sambil tepuk jidat.

Dia langsung menggeser isi kulkas dan mengambil sebuah botol yang diragukan isinya.

"Nah, selamat minum~" kata Emy sambil meminum cairan di botol tersebut.


Keesokan harinya, dia ditemukan pingsan di depan kulkas oleh Alisa.


Pesan Moral untuk Hari Ini: Jangan pernah menelan obat dengan minum sake jika kalian tidak mau bernasib sama seperti Emy!


Yah, setidaknya sampai sini dulu... -w-/


Bonus:

"Nah lho? Ada apa ini?" tanya Girl-chan kebingungan ketika mendapati Elwa dibawa pake tandu dalam keadaan basah kuyup.

"Dia meledak lagi, Kaichou..." jelas Lisa singkat.

"Oooh..." Si ketua squad langsung sweatdrop mendengarnya, kemudian berjalan pergi ke lantai atas.


Dia melihat pintu kamar seseorang yang terbuka dan masuk tanpa izin.

Kondisi kamar terlihat kosong, tapi gadis itu melihat sesuatu di atas kasur dan mengambilnya. "Benda apa ini?"


Beberapa menit setelahnya...

"Sal, bisa ngobrol sebentar?"

Salem yang terpanggil langsung menghampiri si ketua squad. "Ada apa?"

"Bisa jelaskan dari mana kau dapat benda ini?" Girl-chan memperlihatkan sepasang gelang yang dipegangnya.

"Errr, soal itu..." Salem mulai gugup. "Waktu kami mengunjungi Andre, kebetulan kakaknya, Ars, juga di sana, terus dia ngasih itu ke Kak Naya..."

"Sekarang kakakmu dimana?"

"Di depan..."

Gadis itu hanya mengangguk dan segera pergi ke tempat yang dimaksud.


"Nay, boleh aku bicara sebentar?"

Naya yang sedang duduk di teras sambil mengelus Mocha yang tidur di pangkuannya hanya mengangguk. "Tentu saja."

Gadis itu duduk di sebelah Naya. "Katanya kau dikasih gelang sama Ars ya?"

"Yah, dia bilang itu hadiah karena aku telah menghibur Andre."

"Kenapa tidak dipakai?"

"Aku tidak begitu menginginkannya."

Girl-chan hanya menghela nafas. "Nay, kau tau balas budi kan?"

Naya hanya mengangguk.

"Kupikir apa yang dilakukan Ars memang atas dasar balas budi... Bukannya kau juga begitu ketika diselamatkan Edgar?"

"Benar."

"Kalau begitu pakailah!" Si ketua squad meraih tangan Naya dan memakaikan gelang yang dibawanya. "Mungkin awalnya memang tidak suka, tapi lama-lama akan betah, jadi biasakanlah!"

Naya hanya tersenyum kecil. "Yah, kurasa kau benar juga."

Girl-chan ikut tersenyum, kemudian dia berjongkok di depan Naya dan berniat mengujinya. "Coba kau jelaskan penampilanku!"

Naya terdiam sejenak. Awalnya dia melihat sesuatu yang buram, tapi perlahan-lahan semakin jelas dan dia bisa melihat siapa yang berada di depannya. "Gadis berambut hitam dikuncir kuda, bermata hitam, berkulit kecoklatan, memakai baju putih, celana hitam, dan sendal jepit."

Si ketua squad kembali tersenyum. "Yap, sepertinya keputusan Ars membuatkan gelang itu untukmu memang sudah tepat!"

"EMY, CEPAT UNGSIKAN THUNDY SEKARANG!"

"Heh?" Mereka berdua itu menengok ketika mendapati...

Revan dan Emy (beserta Thundy yang digotong bridal style) sedang dikejar-kejar sesosok pria.

"Kenapa kalian bawa dia kabur?"

"AKU TIDAK AKAN MENYERAHKAN THUN-KUN PADAMU!"

"Mereka kenapa ya?" tanya keduanya dengan wajah bingung (Naya) dan sweatdrop (Girl-chan).

"Kaichou..." Seseorang menepuk pundak Girl-chan.

Yang bersangkutan menengok ke belakang. "Ada apa, Luthias?"

"Maurice, bermasalah..."

"HAH?! BERMASALAH GIMANA?!"


To Be Continue, bukan Tiap Biji Cemara (?)...


Yah, yang ini entahlah harus bilang apa... ^^a

Review! :D