Balas Review! :D

I'mYaoiChan: Yah, dia bisa cengeng di saat tertentu, jadi maklumi saja... 'w'/

Salem: "Masih untung aku tidak melukainya..." =w="/

Yah, makasih Review-nya! :D

RosyMiranto18: Aku nggak ngerti otomotif sama sekali, jadi tidak yakin untuk bikin itu... .w.a Dan ngomong-ngomong, namanya Purno, bukan Purwo!

Mathias: "Purnomo?" owo

Me: "Yah, namanya emang terinspirasi dari Tukang Ojek Pengkolan sih..." .w.a

Mathias: "Kalau boleh tau, Greeny mana ya?"

Me: *nunjuk ke atas.*

Mathias: *mendongak ke atas dan langsung mangap.*

Luthias: *nemplok di lampu gantung.* "Mau mercon kek, mau dinamit kek, mau petasan kek, jangan dilempar please!"

Tumma: "Ngomong-ngomong, Arie itu bukan sepenuhnya Succubus (walaupun sayapnya emang nunjukin setengahnya sih)... Tanduknya merah runcing kalau dibandingkan dengan tanduk Succubus yang melengkung ke bawah..."

Sebenarnya yang pakai nama Kirana sebagai OC Indo nggak banyak sih, cuma aku bingung mau gimana lagi jelasinnya... .w.a Thanks for Review! :D

Happy Reading! :D


Kejadian sebelumnya:

"Jadi, boleh aku tinggal di sini?" pinta Arie tiba-tiba.

"Hah? Tinggal?" Semua orang langsung kaget.

Arie mengangguk. "Aku sudah lama mencari Tumma sejak dia menghilang dari perkemahan dan begitu tau dia di sini, aku... Entah harus bilang apa, tapi aku tidak ingin berpisah dengannya lagi..."

Gadis itu berpikir sejenak. "Kalau begitu... Baiklah, aku izinkan..."

Arie langsung terbelalak. "Serius?"

Girl-chan mengangguk. "Yah, rasanya tidak tega juga kalau kau sampai tidak melihat teman lamamu lagi... Soalnya di sini ada yang pernah kehilangan kakaknya sampai dua tahun..."

Salem langsung tertohok mendengar dirinya disinggung.

Arie menjabat tangan gadis itu. "Oh terima kasih banyak, Rara-sama! Aku janji akan bersikap baik di sini!"

"Sama-sama... Tapi jangan memanggilku seperti itu, Arie... Itu terlalu formal..." balas Girl-chan agak risih. "Dan jangan pakai '-san' juga, aku lebih muda darimu..."

Arie memiringkan kepala. "Lalu, aku harus panggil apa?"

"Kaichou saja, atau Rara-chan juga tidak apa-apa!" balas gadis itu sambil tersenyum manis.

Arie sedikit blushing melihat senyum manis itu dan tanpa sengaja berceletuk, "Mau jadi istriku?"

"Hah?!" Para cowok (kecuali Edward) langsung jawdrop, bahkan Mathias sampai shock berat mendengarnya.

Girl-chan langsung sweatdrop. "Tidak terima kasih, aku tidak berminat punya pacar..."

Arie hanya ber-'oh' ria, sementara Mathias diam-diam menghela nafas lega.


Chapter 42: The Devil in Squad


"Tapi sebelum masuk, kau harus sembunyikan tanduk dan sayapmu dulu!"

"Oke, itu bisa diatur!" Arie menjentikkan jari, kemudian tanduk dan sayapnya menghilang seketika.

Girl-chan menghela nafas lega. "Baguslah!"


Setelah itu...

"Tidak ada kamar kosong saat ini, jadi kau harus menumpang di kamar orang untuk sementara..." ujar Girl-chan.

"Aku bisa numpang di kamar Tumma, jika tidak keberatan..."

"Tidak apa-apa, aku tidak keberatan!"

"Benarkah?" tanya Arie agak ragu dan Tumma hanya mengangguk. "Hmm, oke..."

"Temui aku di ruang baca jika sudah selesai!" Girl-chan berjalan pergi ke lantai dasar.

"Baiklah, Kaichou!"


Di kamar Tumma...

"Aku tidak yakin apa kau mau tidur di lantai, dan juga aku sedikit risih kalau harus tidur satu ranjang denganmu, takutnya ada fujo ngintip..." jelas Tumma sedikit tidak nyaman.

"Memangnya tidak ada yang punya kasur gantung?" tanya Arie.

Tumma angkat bahu. "Entahlah, sepertinya tidak ada yang kepikiran..."

"Kalau begitu akan kulakukan!" Arie mengeluarkan sebuah benda dari dalam tasnya dan mulai melakukan sesuatu di salah satu sudut kamar.

Setengah menit kemudian, sebuah kasur gantung pun sudah tersedia di sana.

Iye, setengah MENIT (sengaja ditekankan lho)! Cepet kan?

"Hebat..." gumam Tumma kagum.

"Dengan begini problem solved kan?" tanya Arie sambil meletakkan tasnya di atas kasur gantung itu. "Udah ya, aku harus menemui gadis itu dulu!"

Mari kita lihat keseharian Arie pada hari pertamanya di Garuchan Squad!


~Rule~

"Karena sekarang kau sudah resmi menjadi anggota, aku ingin kau mematuhi beberapa peraturan di sini!" Girl-chan menyerahkan sebuah kertas. "Nah, baca ini!"

Arie mengambil kertas itu dan membaca isinya.


Peraturan resmi Garuchan Squad

Pertama: Salah satu dari anggota cowok punya masalah dengan penampilan, jadi jangan kaget bahkan takut melihatnya atau dia bakalan nangis!

Kedua: Jangan mempertanyakan beberapa hal atau hasilnya akan buruk!

Ketiga: Jangan memperlakukan hewan dengan kasar, karena di sini kami punya tiga ekor kucing, seekor musang, seekor naga, dan beberapa ekor Cerberus!


"Sebenarnya masih banyak lagi yang lainnya, tapi tiga poin itu sangat penting untuk dipatuhi! Ada pertanyaan?"

"Entah kenapa bagian pertamanya mengingatkanku pada Tumma..." gumam Arie sedikit risih.

"Yah, poin pertama itu dibuat karena belakangan ini Tumma sering nangis... Hampir setiap bulan dia nangis, berapa banyaknya tergantung berapa kali dia bertemu orang asing yang kaget atau takut melihatnya..." jelas Girl-chan seadanya.

Arie langsung sweatdrop mendengar hal itu. 'Ternyata dia masih saja melankolis seperti dulu...'

"Kalau soal poin kedua?"

"Salah satunya itu!" Girl-chan menunjuk Naya yang sedang mengobrol dengan Ashley. "Jika kau bertanya tentang matanya yang diperban, aku tidak akan menjamin kau bisa selamat dari adiknya nanti!"

Arie hanya mangut-mangut.

"Kaichou!" Seseorang menepuk pundak Girl-chan.

Yang bersangkutan menengok. "Kenapa, Rendy?"

"Boleh kupinjam Arie sebentar?"

"Silakan, kebetulan aku sudah selesai dengannya!" Girl-chan melirik Arie sesaat ketika akan pergi. "Aku tinggalkan dengan Rendy ya! Silakan tanyakan apa saja padanya, atau mungkin kau bisa menjawab apa yang ingin dia tanyakan!"

Gadis itu pun keluar dari ruang baca.


~Devil Race~

"Jadi, Arie..." Rendy memasang tampang berpikir. "Aku penasaran denganmu!"

Arie memiringkan kepala. "Penasaran kenapa?"

"Kau ini iblis jenis apa sih? Tandukmu merah runcing, tapi sayapmu ungu-hitam!"

Arie hanya ber-'oh' ria. "Aku ini, ras campuran..."

"Hah?"

"Iya, ras campuran... Ayahku iblis murni, ibuku Succubus..." jelas Arie singkat.

Rendy melirik Vience yang (kebetulan) berada di sebelahnya dengan tatapan 'Sepertinya kita harus hati-hati dengan orang ini!' dan Vience mengangguk setuju, sementara Arie sendiri hanya memasang wajah bingung dan berjalan pergi.


~Gangrim~

Arie yang berniat keluar berpapasan dengan Giro yang baru pulang sambil membawa kuas-nya. (Note: Dia biasa bawa kuas-nya kalau lagi kerja!)

"Ma-maaf, kau ini... Gangrim ya?"

"Hmm, ya! Ada apa ya?"

Tapi tanpa diduga...

GREEEEK!

"Aaaaaah! Si-a-pa-pun, to-to-long..."

Mathias yang melihat kejadian itu segera bertindak dengan menjitak kepala Arie.

"Jangan sakiti dia!"

Giro berhasil dilepaskan dan dia jatuh terduduk sambil terbatuk-batuk.

"Ke-kenapa?!" tanya Arie sedikit tidak terima.

"Dia anggota sini juga!" balas Mathias datar.

"Ya ampun, Giro!" Bibi Rilen yang melihat kondisinya langsung panik dan menghampiri anak itu. "Kamu tidak apa-apa?"

Giro hanya mengangguk dan Bibi Rilen membantunya berdiri. "Tadi apa yang terjadi, Mathias?"

"Barusan Arie, mencekik Giro..." jelas Mathias singkat.

"Ma-maaf, a-aku tidak tau dia anggota sini juga... Tadi pas liat dia bawa kuas dan tau dia tuh Gangrim, entah kenapa aku jadi ingin membu-"

"Kau punya kebencian khusus dengan Gangrim?" potong Giro dengan suara serak.

Arie hanya menunduk takut. "Begitulah..."

"That's okay..." Giro terbatuk sesaat. "Sepertinya aku perlu air putih..."

Bibi Rilen mengantarkan Giro ke ruang tengah dan mendudukkannya di sofa, kemudian pergi ke dapur untuk mengambil air putih.


Setelah itu...

"Aku mengerti, Arie, tidak perlu merasa bersalah seperti itu..." Girl-chan menepuk punggung Arie.

Arie hanya mengangguk kecil. "Terima kasih..."


~Arie's Catlicious~

Arie sangat bosan.

Tumma sedang pergi belanja dengan Bibi Rilen, dan dia tidak begitu kenal anggota squad lainnya. Apalagi Arie masih merasa bersalah setelah apa yang dia lakukan pada Giro sebelumnya.

Dia hanya bisa memperhatikan Flore yang sedang asik memainkan bola benang.

Flore yang merasa diperhatikan mengabaikan bola benangnya dan mendatangi Arie.

"Miaw?"

Arie berjongkok untuk memperhatikan Flore lebih dekat dan menatap intens Flore yang ikut menatapnya dengan penasaran. Kucing kecil itu berdiri dan meletakkan kaki depannya di lutut Arie yang hanya tersenyum kecil sambil mengusap kepala Flore.

"Kau suka kucing juga ya?"

Arie mendongak dan melihat Luthias berdiri di depannya sambil menggendong Kopen.

"Hmm, ya... Begitulah..."

Luthias menaruh Kopen di lantai, kemudian menghampiri Arie dan berjongkok di sebelahnya. "Apa kau juga punya kucing sebelumnya?"

"Yah, namanya Marlie, seekor Scottish Fold..."

Luthias hanya ber-'oh' ria.

Arie mengubah posisinya menjadi duduk bersila dan Flore melompat ke pangkuannya. Luthias juga ikut duduk dan memangku Kopen.

"Kucingmu bagus..." ujar Arie.

Luthias tersenyum kecil. "Yah, aku sudah lama merawatnya..."

Dan mereka pun terus mengobrol tentang kucing seharian.


~Visit Reha Squad~

"Kau pernah dengar tentang Reha Squad, Arie?" tanya Tumma yang main catur dengan Arie.

Arie memutar mata ke atas, kemudian memindahkan bidak caturnya. "Pernah sih, tapi aku kurang tau tentang mereka, kenapa ya?"

Tumma memindahkan bidak caturnya. "Squad kami menjalin hubungan baik dengan mereka, dan saling mengunjungi secara bergantian!"

"Tapi, apa mereka tidak takut dengan penampilanmu?" tanya Arie sedikit tidak enak hati.

"Awalnya memang takut, tapi setelah itu mereka mengerti kok!" balas Tumma dengan senyum tipis.

"Apa aku boleh berkunjung ke sana?"

"Kenapa tidak?"


Setelah itu...

"Mereka orang-orang baik kok, tapi walaupun kami berhubungan baik, terkadang selalu muncul kejadian a-"

"GYAAAAAAAAAAAAH!"

"Neh..." Tumma hanya memasang wajah skeptis.


Di seberang jalan sana, terlihat Teiron yang nemplok di tiang lampu dan diperhatikan Hato.

"Teiwoof, ayo turun!"

"OGAH! PERGI NGGAK LU?! JANGAN SAMPE GUE LEMPAR BATU BATA YA!"


"Mereka siapa?" tanya Arie sambil menunjuk ke seberang jalan.

Tumma menengok ke arah yang ditunjuk. "Yang nemplok di atas itu temanku, Teiron! Yang di bawahnya salah satu dari mereka, Hato!"

"Kenapa Teiron seperti itu ke Hato?"

"Hato itu aslinya seekor anjing, dan Teiron punya Cynophobia, jadi maklumi saja!"

Arie hanya ber-'oh' ria.


Beberapa menit kemudian, mereka pun sampai di depan markas Reha Squad.

Tapi begitu memasuki perkarangan...

PLOK!

"Huwaaa! Arie, kau baik-baik saja?!"

Sebagian cowok di sana langsung kaget melihat Arie yang pingsan karena terkena lemparan (entah benda apa dan dari siapa) di bagian wajah beserta Tumma yang panik.

"Cepat bawa dia ke ruang farmasi!"

Arie pun langsung digotong ke dalam markas Reha Squad.


Beberapa menit kemudian...

"Ugh..." Arie terbangun sambil memegangi wajahnya.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Yuki yang sejak tadi berada di sebelahnya.

"Hmm, selain merasakan wajahku yang ringsek, aku baik-baik saja..." balas Arie rada garing. "Tumma mana?"

"Di luar, sedang main dengan Nigou!" jelas Yuki singkat.

Arie hanya ber-'oh' ria.

Kemudian masuklah Tumma yang membawa Nigou. "Sudah bangun?"

"Nggak, masih mimpi..." balas Arie rada garing (lagi).

Tumma menghampiri Arie dan menaruh Nigou di lantai, kemudian...

Puk!

"Aduh!" Arie menjerit kesakitan saat tangan Tumma menepuk wajahnya yang diperban dan dia segera memegangi bagian yang sakit tersebut.

"Maaf..." Tumma menyingkirkan tangannya dari wajah Arie.


Di sisi lain, ternyata ada yang diem-diem ngintip.

"Hmm, mereka terlihat akrab sekali! Cocok jadi bahan doujin!"

Sepertinya jangan ditanya siapa sang pengintip itu...


~Kue Beracun~

"Kami pulang!"

"Ah, selamat da- Wajahmu kenapa, Arie?" tanya Mathias agak terkejut melihat wajah Arie yang diperban.

"Tadi dia nggak sengaja kena lemparan seseorang..." jelas Tumma risih.

Mathias hanya ber-'oh' ria dengan sweatdrop di kepalanya.

"Yo!" Teiron nongol dari belakang Tumma sambil membawa sebuah kotak.

"Hej, kau bawa apa?" tanya Mathias penasaran.

"Kue dari Red, katanya buat kita berdua!"

Gue curiga kalau Red ngasih sesuatu, pasti ada yang nggak beres! =w="a

Mathias kembali ber-'oh' ria. "Kebetulan gue lagi laper, ayo makan!"

Mereka berdua segera pergi ke ruang makan.

'Kok firasatku buruk ya?' batin Tumma rada cemas. "Arie, kita ke kamar saja yuk!"

Arie hanya mengangguk dan mengikuti Tumma ke lantai atas.


Teiron membuka kotak itu dan mengeluarkan kue di dalamnya, kemudian meletakkannya di atas meja. Mathias mengambil dua sendok dan memberikan salah satu ke Teiron, kemudian mereka langsung memotong sedikit kue itu dan memakannya.

Tapi...

GLEK!

"Ugh..."

BRUK!

Nah kan! Kubilang juga apa, pasti ada yang nggak beres! =w="a


Di sisi lain...

"Apa yang kau cemaskan?" tanya Arie yang sempat melihat ekspresi Tumma.

"Sebenarnya..."

"WOY, LU BERDUA KENAPA PINGSAN?!"

Mereka berdua segera bergegas ke ruang makan dimana...

Di lantai...

Teiron dan Mathias...

Pingsan...

Dengan mulut berbusa...

Arie langsung mangap melihat kejadian itu, sementara Tumma menghampiri kue di atas meja dan mencicipinya sedikit.

"Yuck!" Tumma langsung eneg setelah mencicipi kue itu. "Kue beracun, pantesan..."

Alpha sibuk menepuk-nepuk wajah Teiron dengan panik, kemudian datanglah dua orang lainnya.

"Mereka kenapa?" tanya Ikyo kaget.

"Karena mereka makan ini..." Tumma nunjuk kue di atas meja.

"Tau dari mana?" tanya Edgar.

"Tadi kucicipi sedikit dan rasanya kacau banget, terus mulut mereka udah berbusa gitu..." jelas Tumma datar.

'Kebal juga dia...' batin mereka berdua kagum.

"Errr, terus mereka gimana? Apa perlu dibawa ke tempat lain?" tanya Arie meminta saran.

Tumma melirik temannya. "Kau benar juga, Arie!"

"Baiklah, kita bawa saja mereka!"

Kedua orang itu langsung dibawa ke kamar masing-masing. Mathias digotong Ikyo dan Edgar, sementara Teiron digendong Alpha.

"Aku akan buang kue-nya, kau jalan-jalan saja dulu!" usul Tumma sambil membawa kue itu untuk dibuang agar tidak ada korban lain yang berjatuhan.

Arie hanya mengangguk dan berjalan pergi.


~E-mail Misterius~

"Tadi apa yang terjadi?" tanya Luthias sambil mengerjakan sesuatu di laptop saat melirik Arie yang mendatanginya.

"Ada yang pingsan karena kue beracun..." jelas Arie risih.

Luthias hanya ber-'oh' ria dengan sweatdrop di kepalanya.

"Ngomong-ngomong, kau sedang apa?" tanya Arie penasaran.

"Bantuin makalah kerja Aniki, kebetulan aku lagi pake laptop-nya!" jelas Luthias yang kembali fokus ke layar laptop.

Arie mengerutkan kening. "Memangnya kau sendiri tidak punya?"

"Punya sih, tapi lagi dibajak sama dia!" Luthias menunjuk Maurice yang berada di pojokan sambil menonton sesuatu di laptop Luthias.

Tapi Arie melihat sesuatu yang aneh dari Maurice.

"Sejak kapan dia punya telinga dan ekor?" tanya Arie bingung.

"Soal itu... Dia punya 'Half Wolf Syndrome', gejala langka yang hanya dialami oleh keturunan Werewolf... Sebenarnya dia sudah mengalaminya sekitar dua bulan yang lalu, tapi aku tidak tau kenapa bisa kambuh lagi... Kalau udah kayak gitu, dia nggak bisa ngomong ke orang lain, kecuali pamannya..."

Arie langsung terdiam mendengar penjelasan panjang lebar itu karena bingung mau bilang apa, sementara Luthias meneruskan pekerjaannya sampai tak sengaja mendapati sesuatu. "Eh, ada e-mail masuk!"

Ketika Luthias membukanya...

"Link apa ini?"

Dia pun meng-klik link itu dan menyelusurinya setelah selesai loading. Tapi...

"GYAAAAAH!"

Laptop kakaknya nyaris terbanting ke lantai.

"Ke-kenapa?" tanya Arie sedikit terkejut.

Luthias menggeleng cepat sambil menutup laptop. "Ne-nej, aku hanya kaget!"

Arie hanya ber-'oh' ria dan berjalan pergi.

Luthias membuka kembali laptop dan buru-buru menghapus e-mail itu beserta link di history.


~Tragedi di Gudang~

"Kalian liat Emy nggak?" tanya Monika.

"Maaf Nik, kita dari tadi juga lagi nyari Thundy!" balas Tumma.

"Kok mereka bisa ngilang barengan ya?" tanya Red yang gendong pacarnya dengan bridal style.

Wait, tadi itu... Beneran Revan yang digendong kan?

"Nggak tau, dan bisa nggak lu turunin gue?!" sembur Revan sebal.

"Nggak mau, abisnya gendong Re-chan enak banget sih!"

"Oy, gue bukan boneka yang bisa lu gendong seenaknya!"

Abaikan saja mereka berdua!

"Apa jangan-jangan mereka di gudang ya?"

Webek, webek...

'Kenapa kita nggak kepikiran ya?' batin mereka semua setelah mendengar perkataan Arie barusan.

"Ada yang punya senter nggak? Soalnya lampu gudang lagi mati dan belum diganti!" tanya Girl-chan.

"Aku bawa!" Adelia menunjukkan senter di tangannya.

"Baguslah, ayo cek ke sana!"


Setelah sampai di gudang, Girl-chan membuka pintu dan menyinari daerah yang gelap dengan senter.

Tapi yang mereka lihat adalah...

"Eh buset, Thundy menggerayangi Emy!"

"Gile, tsundere gitu bisa juga dia! Re-chan, kamu bisa kayak gitu nggak?"

"Lu mau dijejelin granat hah?!"

"Tumma, aku malu..."

"Aku iri..."

"Ah maaf ya, sepertinya kami datang di saat yang kurang tepat..."

Suasana mulai hening ketika kedua orang yang dicari tengah disinari cahaya senter dari si ketua squad dan ditonton oleh beberapa orang lainnya yang mangap selebar-lebarnya, kecuali Adelia yang terdiam tanpa ekspresi.

Tunggu, apa tadi yang mengaliri hidung Adelia itu... Darah?

Demi ekor Ikyo yang dipotong untuk dijadikan syal oleh Chiki, bahkan sampai Adelia mimisan melihat mereka?

"Ahaha... Jadi, umm... Enaknya lanjutin dimana ya?" tanya Emy yang tertawa gugup karena kehabisan kata-kata.

Wajah Thundy memerah seketika karena murka dan dia langsung berdiri sambil mengeluarkan dark aura plus Dual Gun yang entah dapat dari mana.

Mereka semua, termasuk Emy, langsung bungkam begitu melihat senjata api tersebut.

"LUPAKAN APA YANG BARU SAJA KALIAN LIHAAAAAAT!"


"Berisik sekali!" gerutu Alisa sambil menumpuk kumpulan domino menjadi piramida.

Dia bisa mendengar suara teriakan dari kejauhan dan juga... Apa yang barusan itu suara tembakan?

Ah, hanya orang kelewat paranoid yang cukup sinting untuk membawa senjata api!

BRAK!

Suara pintu dibanting sukses meruntuhkan piramida itu.

Alisa yang kesal melirik sepupunya yang bersender di depan pintu kamarnya dengan tampang sedikit pucat dan terengah-engah.

"Oy Nik, lu kenapa sih?"

Yang ditanya hanya menutup pintu perlahan dan tampak malu karena tadi sempat lepas kendali sesaat.

"Tidak apa-apa!" Gadis itu berusaha menyembunyikan bercak cat yang menodai lengan siku bajunya.

Untung saja Thundy masih cukup waras untuk hanya mengisi pistolnya dengan peluru cat. Kalau sampai peluru beneran, pasti nyawa Red sudah melayang karena kena tembak tepat di jidat (sampai membuatnya jatuh terjengkang bersama Revan dan berakhir dengan posisi... Silakan bayangkan sendiri!) dan Tumma yang terkena di 'bagian yang sangat menyakitkan bagi kaum pria'.


~Tumma's Nightmare~

Dia terbangun dalam keadaan terikat.

"Minum!"

Dia dipaksa meminum ramuan itu.

"Lepaskan dia!"

Setelah ikatannya dilepas, perlahan seluruh tubuhnya berubah jadi hijau.

"Sekarang kau jadi budak kami!"

Dia tidak mau dan berusaha melawan, tapi dua orang yang lebih besar darinya menahan tangannya agar tidak kabur, kemudian sebuah bara api diarahkan ke punggungnya dan...


"AAAAAH!"

Tumma langsung bangun dengan wajah pucat dan nafas tersenggal-senggal.

"Tumma?"

Dia menengok dan mendapati Arie yang ikut terbangun karena teriakannya tadi.

"A-aku tidak apa-apa..."

Arie menghampirinya dan menaruh punggung tangannya di atas kening Tumma. "Kau terlihat pucat, mimpi buruk ya?"

Tumma hanya diam. Arie memilih untuk tidak bertanya lebih lanjut tentang mimpi buruk yang dialami temannya.

"Kau mau kutemani tidur?"

Tumma menggeleng pelan.

"Baiklah, sepertinya kau perlu menenangkan diri dulu untuk sementara... Aku akan kembali tidur..."

Arie kembali ke tempatnya dan tidur lagi. Tumma berdiri dari tempat tidurnya dan pergi keluar kamar.


Di dapur, dia mengambil air putih dari dispenser. Setelah minum, dia mulai merasa tidak nyaman untuk kembali ke kamar dan malah meringkuk di pojokan sambil menangis sesegukan.

"Tumma?"

Dia mendongak, rupanya Arie masih belum tidur.

Dia berjongkok di depan Tumma. "Masih belum tenang?"

Tumma masih diam dan air mata terus mengalir di wajahnya.

Arie mengelap air matanya. "Tidak apa-apa, aku mengerti..."

Tumma langsung memeluk erat temannya. "Hiks... Terima kasih, Arie..."


~Comeback to Old Home~

"Mereka apa kabar ya?"

Arie yang melihat Tumma sedang merenung tentang keluarganya menepuk pundak anak itu. "Mau mengunjungi mereka?"

"Kau yakin? Apa itu tidak merepotkanmu?"

"Kalau kau yang meminta aku tidak keberatan, tapi sebelumnya kita kunjungi orang tuaku dulu!"

Tumma hanya menghela nafas pasrah. "Baiklah..."


Setelah itu...

"Arie, apa harus seperti ini caranya?"

"Hmm, mau gimana lagi ya? Aku tidak punya ide..."

Tebak apa yang terjadi?

Tidak? Baiklah!

Soalnya...

Arie...

Terbang...

Sambil gotong Tumma...

Dengan bridal style...

Tolong kontrol hasrat kalian, wahai para fujo!


"Ah, hampir sampai!"

Kemudian mereka turun di depan sebuah rumah besar.

"Tidak banyak berubah ya..." gumam Tumma ketika diturunkan Arie.

Arie terbang ke depan pintu dan menekan bel disusul Tumma yang berjalan di sebelahnya.

Beberapa saat kemudian, seorang pelayan wanita membuka pintunya.

"Selamat datang! Wah, Tuan Muda! Silakan masuk!"

"Terima kasih, Yima!"

Mereka berdua memasuki rumah.


Tumma duduk di sofa selagi menunggu Arie menyiapkan kudapan.

"Meong!"

Seekor kucing Scottish Fold datang menghampiri dan mengusel kepala di kakinya. Tumma hanya tersenyum tipis dan mengangkat kucing itu.

"Halo Marlie, kau sudah besar ya..."

Dia meletakkan kembali kucing itu di lantai dan Marlie pergi ke tempat lain.

Kemudian datanglah seorang pria berambut pirang lemon panjang dengan tanduk merah dan sayap kelelawar.

"Hoyah? Kamu Tumma kan? Sepertinya kamu banyak berubah sekarang!" kata pria itu.

"Begitulah, Paman..." balas Tumma pelan.

"Femuto, apa tadi aku dengar suara Tumma?" tanya seorang wanita.

"Ah, tentu saja, Gluaria! Kemarilah!"

Kemudian seorang wanita Succubus berambut hitam menghampiri mereka.

"Hay, Tante..." sapa Tumma.

"Hay juga nak, dimana Arie? Kamu bersamanya kan?" tanya Gluaria.

"Aku di sini, Bu!" Arie muncul sambil membawa nampan berisi dua cangkir teh dan sepiring Cinnamon Roll.


"Aku turut prihatin dengan apa yang terjadi padamu dulu..."

"Terima kasih..."

"Dan bicara soal kejadian itu, ada kabar buruk untukmu..."

"Orang tuamu sudah lama pindah ke kota lain setelah kamu menghilang dari perkemahan dan tidak terdengar lagi kabarnya..."

"Mereka meninggalkan rumah beserta barang-barang milikmu di sana..."

"Dan yang lebih buruk, rumah itu akan digusur minggu depan..."

Tumma cukup shock mendengar apa yang terjadi saat itu tepat setelah kabar menghilangnya dia dari perkemahan akibat kejadian itu.

"Arie... Boleh aku pergi ke sana untuk terakhir kalinya?" pinta Tumma lirih.

Arie mengangguk. "Baiklah, jika itu keinginanmu..."


Kemudian mereka berdua pergi ke rumah lama Tumma.

"Yah, tidak banyak berubah..."

Mereka masuk ke dalam dan menyelusuri isi rumah, sampai akhirnya tiba di sebuah kamar.

"Mungkin aku akan mengambil sebagian barang dan membiarkan sisanya hancur bersama rumah ini..."

Tumma mengambil sebuah tas besar dari dalam lemari pakaian dan memasukkan beberapa pakaian (dia hanya berharap itu masih muat di badannya), tiga album foto, dan juga sebuah busur.

"Untuk apa busur itu?" tanya Arie.

Tumma tersenyum tipis. "Ayahku dulu menghadiahkan ini pada ulang tahunku yang ketujuh, saat itu aku suka membaca buku tentang Robin Hood dan ingin sekali memanah... Sepertinya aku perlu berlatih lagi saat kembali ke markas..."

Setelah selesai berkemas, mereka segera kembali ke rumah Arie.


"Kamu sudah mengambil semuanya?" tanya Femuto.

Tumma hanya mengangguk. "Sepertinya kami harus kembali ke markas..."

"Oh iya, aku lupa bilang kalau sekarang kami tinggal di Garuchan Squad!" jelas Arie.

"Begitu ya... Kapan-kapan kami akan berkunjung ke saja!" ujar Gluaria.

"Akan kutunggu!"


Sepulangnya...

"Hay Tum, tadi dari ma- Eh, sejak kapan kau bawa tas besar itu?" tanya Rendy agak bingung.

"Ada deh!" balas Tumma watados sambil berjalan pergi diikuti Arie yang melayang rendah di belakangnya.

Tunggu bentar! Barusan Rendy nggak salah lihat kan?

Tadi Arie... Melayang rendah?

"GYAAAAAAAAAAAAH!" Rendy langsung kabur tunggang-langgang.


Di lantai atas...

"Arie..." Tumma melirik temannya dengan wajah skeptis.

Arie malah nyengir. "Maaf, abisnya nggak enak kalau jalan kaki terus..."


Bonus:

"Ahn, AAAAAH!"

"Buset, siapa yang nyetel bokep siang bolong begini?!" tanya Vience kaget.

"Nggak tau dan nggak mau tau!" balas Edgar sambil menutup telinga adiknya yang masih perawan.

"Itu ada yang nyetel video bokep, atau ada yang numpang 'nganu' di sini?" tanya Lucy bingung.

"Heh, yang bener aja lu!" Monika langsung menjitak kepala Lucy.

Giro hanya menggelengkan kepala dengan keributan di dekatnya dan berusaha memfokuskan diri pada buku bacaannya, walaupun dia sendiri juga terganggu dengan suara aneh itu.


Di sisi lain...

"Thun, ayo jalan-jalan kemana gitu! Ke kolam renang, ke gunung, ke laut, ke pulau, ke negara lain, ke Jerman! Gue mau pergi dulu buat penghilang stress!" ajak Revan.

"Main ke Taman Tivoli aja, sekalian palak Mathias!" usul Thundy.

"Oke, ayo potong tabungan si Kambing!"

"Ayo!"


Meanwhile...

"Aku punya firasat buruk! Sorry Aniki, aku pergi dulu!" Luthias langsung kabur.

Mathias langsung kaget melihat adiknya kabur. "Eh? Mau kemana?"

Tiba-tiba Revan nyamperin dengan seringai licik. "Oy Kambing! Jajanin kita berdua, atau lu gue kutuk jadi uke Alucard selamanya!"

"HAH?!" Mathias langsung shock.

"Ayolah..." Thundy ikutan masang seringai licik.

Mathias terpaksa menurut. "Hmm, oke..."

"Yey! Oke, gue hanya mau jamur truffle langka itu doang kok! Mumpung katanya murah dan enak dimakan, apalagi Alex katanya bisa masaknya! Sama ini deh, beliin gue lobster! Itu doang, murah juga kok!" jelas Revan yang masih berseringai licik.

"Sekalian beberapa kue enak di tempatmu!" timpal Thundy.

"Hmm..." Mathias sibuk mencatat pesanan mereka berdua, tapi di hatinya, dia udah mau nangis sambil membatin: 'Poor my wallet...'


Di sisi lain...

"Ewaw, ternyata mereka bisa jadi sangat matre ya!"

"Kau salah! Revan sama Thundy tuh nggak matre, hanya saja mereka ingin menghabiskan uang si Kambing!"

"Hooh! Kalau dengan pacar mereka mah mana mau?"

"Siapa 'Kambing' itu?"

"Lihat si pria pirang jabrik itu? Dia namanya Mathias, tapi dipanggilnya 'Kambing'!"

"Hoo..."


'Perasaanku nggak enak...' batin Mathias rada cemas. "Baiklah..."


Sepulangnya...

"Muka lu kok gitu sih?" tanya Vience bingung saat mendapati Mathias baru datang dengan muka ketekuk.

"Tabungan gue abis dirampok sama dua bocah Tsundere itu!" sembur Mathias sebal sambil berjalan pergi ke kamarnya.

Vience langsung sweatdrop mendengarnya ketika menatap kepergian si jabrik.


Special Bonus: Alpha and His Memorial Parents

Pada suatu musim gugur, Alpha pergi ke Citadel Cemetery.

"Sudah tujuh tahun ya..." gumamnya sambil menghampiri dua makam yang bersebelahan di dekat pohon oak dan menaruh dua tangkai bunga anyelir di atas masing-masing makam.

"Hay Ayah, Ibu, apa kabar? Kalian baik-baik saja kan?"

"Aku baik-baik saja! Mereka juga kok, terutama Lisa!"

"Selama mereka mengasuhku, aku bertemu teman-teman yang baik! Setidaknya itu membuatku lebih bahagia tanpa kalian!"

"Tapi aku hanya berharap kalian masih hidup..."

Ujung matanya mulai terlihat cairan bening dan dia berusaha menahannya agar tidak menetes.

"Aku janji tidak akan menangis di depan kalian..."

"Sepertinya aku harus pergi, aku akan datang lagi bulan depan..."

"Iya, aku akan jaga diri..."

"Selamat tinggal..."

Dia meninggalkan kedua makam itu dan keluar dari Citadel Cemetery.


Sepulangnya, dia langsung masuk kamar dan mengunci pintu.

"Lis, kakakmu kenapa?" tanya Teiron yang kebingungan melihatnya.

Lisa yang juga melihatnya memasang wajah khawatir. "Sepertinya dia baru saja mengunjungi makam orang tuanya..."

"Hah?" Teiron makin bingung mendengar hal itu.

"Begini... Kak Alpha itu, orang tua kandungnya sudah meninggal tujuh tahun yang lalu..." jelas Lisa sedikit tidak enak hati.

Teiron hanya ber-'oh' ria dengan wajah prihatin.


Di dalam kamar, dia tengah memperhatikan foto masa kecilnya dan air mata terlihat menetes di ujung matanya. Dia memeluk foto itu dan menangis sesegukan.

"Ayah... Ibu..."


To Be Continue, bukan Thailand Belanda China (?)...


Arie Feuerpfeil (Devil Ranger): Teman lama Tumma sejak TK. Sebenarnya merupakan seorang iblis yang menyamar sebagai manusia. Mudah akrab dengan siapa saja, tapi lebih dekat ke Tumma.


Soal penjelasan Arie tentang ras campuran itu, bayangin aja Male Devil dan Female Succubus menikah dan lahirlah Devil Ranger kayak dia! :V /

Sangat panjang dan agak baper di bagian akhir, tapi nggak yakin juga sih seberapa bapernya... .w.a

Review! :D