Balas Review! :D
Shoraiyume: Yah, tidak apa-apa... ^^/ Padahal peraturan itu kucoba bikin serius tanpa humor sama sekali, hmm... ._.a Oke, semoga terhibur! :D
I'mYaoiChan: Beda dikit... ._. Baiklah, makasih Review-nya! :D
RosyMiranto18: Yah, sebenarnya aku bisa saja sih bikin itu, tapi sedikit bingung untuk menjelaskan bagaimana screen-nya... .w.a Ngomong-ngomong, dia liat doujin dimana kakaknya jadi uke lho... :V / *dilempar kapak.*
Luthias: "Kalau Nokia mah nggak perduli, tapi kalau yang bisa meledak kayak HP itu... No way!" *angry react.*
Me: "Slow aja..." -w-"/
Tumma: "Mungkin akan kucoba lain kali... Tapi, kau salah nyebut namanya... Dia bukan (gula) aren..." ._./
Aku udah liat salah satu dan seperti yang pernah kubilang, lumayan cantik... Well, Thanks for Review! :D
Happy Reading! :D
Chapter 43: Happy (Touching) Birthday, Alpha!
Ada sesuatu yang aneh dari Alpha hari ini!
"Kok dia mendem di kamar mulu ya?" tanya Luthias bingung.
Teiron hanya angkat bahu. "Entahlah..."
Sebenarnya Lisa sudah tau kenapa 'kakak'-nya seperti itu, tapi dia tidak tau harus berbuat apa.
Kalau kalian tidak paham kenapa ada kata yang kukasih tanda kutip tadi, silakan baca ulang fic 'The Long Lost Big Sister'!
"Moncong-moncong, sekarang tanggal 10 kan?" tanya Emy.
Lisa mengangguk pelan. "Iya, dan hari ini ultah Kak Al..."
"Eh? Kakakmu ulang tahun?" tanya Naya.
Lisa kembali mengangguk. "Walaupun dia bukan kakak kandungku sih... Tapi aku sedikit kasihan..."
"Kasihan kenapa?" tanya Monika penasaran.
Lisa menghela nafas. "Saat Kak Al masih berumur 9 tahun, orang tua kandungnya meninggal dalam kecelakaan, dan itu tepat dua hari sebelum ulang tahunnya yang kesepuluh..."
Semua perempuan yang mendengar cerita barusan merasa prihatin mendengarnya.
"Aku turut berduka cita..." gumam Ashley yang baru bergabung dengan mereka dan sempat mendengar cerita barusan.
Mathias dan Vience yang kebetulan menguping di depan pintu ruang tengah saling berpandangan.
"Gue punya ide! Bikin pesta yuk!"
"Ayo!"
Di depan teras, Arie dan Tumma yang baru pulang langsung mangap begitu melihat Duo Pirang yang sedang mendekorasi.
"Ini mau ada pesta apa ya?" tanya Arie bingung.
"Oh, kalian nggak tau ya? Katanya hari ini Alpha ultah lho!" jelas Mathias.
"Jadi kami bikin pesta aja buat dia!" sambung Vience.
Para cowok lainnya langsung nongol. "Ikutan dong!"
"Boleh, tapi kasih tau yang lainnya juga!" usul Vience. "Terus harus ada yang manggil Alpha ke sini! Kasihan banget dia mendem di kamar terus!"
"Soal kue-nya?" tanya Tumma.
Giro angkat tangan. "Kemaren aku sempat manggang kue cokelat, tapi nggak ada yang makan, jadinya kusimpan di kulkas!"
"Tinggal dihias aja, Giro! Kebetulan di kulkas juga ada sisa krim karamel buatanku!" usul Luthias.
"Oke!" Giro segera pergi ke dapur.
"Aku saja yang panggil dia!" Teiron pergi ke lantai atas.
Pintu kamar Alpha terbuka ketika sang empunya kamar sedang meringkuk di pojokan.
"Hey Al!"
Yang bersangkutan mendongak dan mendapati Teiron di depannya. "Kenapa?"
"Ke bawah yuk! Yang lainnya udah nyiapin pesta buat lu!" ajak Teiron. "Oh iya, hapus tuh air mata! Harusnya lu tuh seneng kalau lagi ultah, bukannya nangis!"
Alpha hanya mengangguk dan berdiri sambil menghapus air matanya, kemudian berjalan mengikuti Teiron keluar kamar.
Di lantai bawah...
"Yang lagi ultah mana nih? Tiup lilinnya woy!" seru Elwa sambil menyalakan lilin yang dipasang di kue.
"Buruan, jangan lama-lama!" seru Alisa sambil menahan angin agar tidak mematikan api yang dinyalakan barusan.
"Oke, oke!" Alpha berlari kecil ke arah Lisa yang membawa kue ulang tahunnya.
Kue cokelat berbentuk lingkaran dilumuri krim caramel dan cokelat tabur plus tulisan dengan krim kue berwarna biru yang isinya 'Semoga tetap bahagia, Alphamaret! :v' beserta sebuah lilin kecil terlihat di atasnya.
'Ini pasti Mathias yang nulis!' batin Alpha yang agak gondok membaca tulisan barusan.
"Ayo ditiup lilinnya~" kata Rina sambil membawa piring kertas.
"Jangan lupa make a wish-nya, Al!" ujar Emy.
"Buruan ditiup lilinnya, Al! Nungguin apaan sih lu?" tanya Edgar.
"Iya tuh, kita kan juga pengen makan kue-nya!" sahut Teiron.
"Oke deh, gue tiup lilinnya!" seru Alpha bersemangat, kemudian dia mengucapkan harapannya dalam hati dan langsung meniup lilin yang disambut dengan sorakan gembira.
"Betewe, pisaunya mana?" tanya Giro.
"Bentar, gue cari dulu!" jawab Lucy sambil berjalan ke dapur dan menghampiri lemari piring. "Oy, pisau dapur nggak apa kan?"
"Udah, nggak apa! Udah kepepet nih!" sahut Monika. "Lis, lu taruh kue-nya dulu di meja!"
Kemudian Lucy mendatangi meja yang dipindahkan ke halaman depan (tempat Lisa menaruh kue ulang tahun 'kakak'-nya) sambil membawa pisau dapur.
"Buset, lu bawa pisau dapur buat apaan?!" tanya Rendy sambil membulatkan mata saat melihat Lucy membawa pisau dapur.
"Udahlah Ren, namanya juga kepepet..." timpal Adelia.
Alpha pun menghampiri kue-nya. "Pisaunya mana cuy?"
"Ini pisaunya!" seru Edward sambil menyerahkan pisau dapur.
"Kok pisau dapur? Emangnya nggak ada pisau kue?" tanya Alpha sedikit terkejut.
"Gue males nyari, lagian namanya juga sama-sama pisau..." jawab Lucy.
Alpha pun memotong kue diiringi paduan suara yang menyanyikan lagu 'Potong Kue' dengan Salem sebagai dirigennya.
"Piring kertasnya di sini~" ujar Rina sambil menaruh tumpukan piring kertas.
"SAATNYA HUJAN TEPUNG!" teriak Mathias dan Vience berbarengan sambil menuangkan sebungkus terigu di atas Alpha.
Rupanya mereka sengaja menghilang untuk menyiapkan kejutan tersebut.
"ARGH! SINI LU BERDUA, JANGAN LARI!" teriak Alpha sambil mengejar Mathias dan Vience yang tertawa bahagia.
"Oy! Makan kue-nya yuk, entar mubazir lho!" ajak Luthias sambil memotong kue.
Mereka pun segera menuju ke meja tempat kue diletakkan untuk memotong bagian kue masing-masing.
"Eit, lu mandi dulu kalau mau makan kue!" Ikyo menahan Alpha yang ingin makan kue dengan badan berbalut terigu.
"Iye iye..." Alpha segera pergi ke dalam markas.
Teiron dan Maurice saling berpandangan dengan seringai jahil saat melihat kesempatan barusan.
Beberapa menit kemudian...
"Al, nih kue lu!" Teiron nyodorin kue bagian Alpha yang (entah kenapa) terlihat ada kumpulan serbuk merah di atasnya.
"Makasih!" Alpha langsung melahap kue bagiannya, tapi tiba-tiba wajahnya mendadak merah. "Hah, hah, pedas! Dicampurin apaan sih?!"
"Kue-nya kutaburin 'Bon Cabe'..." jelas Teiron watados.
"Air mana air?!"
"Sirup aja nih!" Maurice ngasih segelas sirup ke Alpha yang segera meminumnya, tapi masalahnya...
"What the?! Ini mah 'Fanta'!"
"Tepat sekali!"
Alpha segera kabur mencari air ke dapur, Teiron dan Maurice langsung ngakak guling-guling karena sukses mengerjai Alpha, sementara yang lainnya hanya sweatdrop berjamaah.
Setelah itu...
"Hey Al, sini!" Tumma menarik tangan Alpha.
"Emangnya kenapa sih?"
"Entar juga tau!"
Tumma pun menggiringnya ke Citadel Cemetery.
"Ngapain ke sini sih?"
"Kudengar orang tuamu di sini kan?"
Alpha hanya mengangguk.
"Aku dan Arie sudah merencanakannya, jadi lihat saja!"
Kemudian Arie datang dan memasangkan sebuah kalung ke leher Alpha.
"Untuk apa?"
"Itu untuk melihat apa yang tidak bisa kau lihat! Gunakan itu jika kau ingin mengunjungi mereka!"
Alpha memilih untuk diam dan pergi ke makam orang tuanya. Dia melihat dua bayangan samar-samar di atas makam dan semakin jelas membentuk sosok yang sangat dia kenali.
"Ayah? Ibu?"
Seorang pria berambut pirang mendekatinya dan mengusap pipinya.
"Hay nak, kau sudah besar ya?"
Air mata mulai menetes di wajahnya dan seorang wanita berambut beige ikut menghampirinya.
"Kau sangat merindukan kami kan?"
Alpha hanya mengangguk pelan dan tersenyum kecil sambil menghapus air matanya.
"Iya, aku sangat merindukan kalian..."
Mereka berdua memeluk putra tunggal mereka yang masih hidup tersebut dan Alpha merasakan kehangatan yang sudah lama tidak pernah dirasakannya lagi tujuh tahun sebelumnya.
"Selamat ulang tahun, Alpha!"
"Terima kasih..."
Di sisi lain...
"Dia terlihat bahagia ya?" tanya Arie yang menaiki pohon yang tidak jauh dari tempat Alpha.
"Yah, aku terharu melihatnya..." balas Tumma yang bersender di pohon yang sama.
Sepulangnya...
"Moncong-moncong, kalian nggak punya kado ya?" tanya Alpha agak skeptis.
Mathias nyengir. "Kita juga nyiapin pestanya dadakan, Al, entar malem aja ya!"
Alpha hanya bisa sweatdrop. "Serah lu pada deh!"
Dan malam harinya, kamar Alpha sudah dibanjiri kumpulan hadiah dari teman-temannya.
"Dasar mereka itu!"
"Oy Al, lu udah buka kado-nya?" tanya Ikyo sambil duduk di samping Alpha yang duduk di ranjang dan memperhatikan kumpulan kado di depannya.
"Belum sih, kayaknya gue buka sekarang aja deh..." jawab Alpha agak ragu.
"Buka aja! Nih, dari adek lu dulu!" kata Ikyo sambil menyodorkan kado dari Lisa.
Alpha merobek pembungkusnya dan menemukan sebuah buku komik kesukaannya. "Yah, lumayan sih..."
"Terus dari Vience, tipis juga hadiahnya..."
Alpha membukanya dan mendapatkan...
Foto-foto saat dia dihujani terigu dan dikerjain pake 'kue rasa Bon Cabe' tadi siang.
"Mending dibuang aja, besok gue mau hajar tuh orang!" usul Alpha datar sambil menyingkirkan foto-foto itu.
"Ya udah! Nih, buka kado dari Duo Jabrik itu!"
Alpha membuka bungkusan tebal dari Mathias dan Luthias. Saat dirobek, di dalamnya ada bungkusan lagi. Dirobek lagi, bungkusan lagi. Gitu aja terus sampai sepuluh kali, dan akhirnya terlihat selembar kertas bergambar Juki 'Pacman Version' plus tulisan 'Cie di-troll!' di bawahnya beserta seekor ikan tuna segar.
"Demi Dewa! Ini pasti ulah Tapa- Eh, Mathias!" seru Alpha kaget.
"Lu cowok demen nonton Uttaran ye?" tanya Ikyo skeptis.
"Nggak, gue cuma ikut-ikutan doang!" balas Alpha datar.
Kemudian Alpha membuka kado dari Emy dan isinya...
"Anjrit! Emy!" pekik Alpha shock.
"Bazeng! Dikasih dua doujin Yaoi!" seru Ikyo ikutan shock.
"Buang, Kyo, buang! Bakar aja kalau bisa! Sekarang! Dua-duanya!" pinta Alpha sambil melempar doujin itu ke Ikyo.
"Oke!"
Sementara Ikyo pergi membuang kedua doujin itu, Alpha membuka kado lain yang tersisa dan ternyata isinya lebih normal.
Jaket baru dari Adelia, buku komik limited edition dari Giro, buku panduan tentang mesin dari Alisa dan Monika, headphone dari Lucy, action figure karakter favoritnya dari Edgar dan Edward, sebungkus snack dari Teiron (entah karena dia lagi tongkring atau nggak tau harus ngasih apa), wadah beranyaman bambu dari Salem dan Naya, lima botol minuman berenergi dari Maurice (sama aja kayak Teiron), serta masih banyak lagi.
Ketika Ikyo kembali, Alpha sudah selesai membuka semua kadonya.
"Udah beres?" tanya Ikyo.
Alpha hanya mengangguk. "Lu buang dimana doujin-nya?"
"Ada deh..." Ikyo memasang senyum tipis.
Meanwhile...
Thundy yang sedang tiduran di kamar merasakan sesuatu yang janggal di bawah bantalnya dan ketika diperiksa...
"What The?! Doujin dari mana ini?!"
To Be Continue, bukan Touching Birthday Cry (?)...
Yah, aku agak bingung mau gimana lagi untuk ini... Mungkin lebih banyak lucunya daripada bapernya... ^^a
Review! :D
