Balas Review! :D

Tsumitsuki: Masih main kok, add saja kalau mau, nick sudah tercantum di summary! ^^/ Ini udah lanjut! :D

Shoraiyume: Bukan Mathias namanya kalau nggak jahil! :V / Oke, makasih Review-nya! :D

RosyMiranto18: Salam kenal... ^^

Arie: "Aku tidak tau harus diapakan gula arennya, tapi kalau kastengel... Mungkin akan kubagi untuk yang mau makan saja..."

Luthias: *mengelap wajahnya yang terkena cat.* "Aku sengaja mengusulkan karamel karena warna rambutnya..."

Alpha: "Itu terdengar aneh bagiku..." =.=a "Oh, kurasa akan kupaku saja semua boneka itu di kamarnya saat dia pergi..."

Thanks for Review! :D

Happy Reading! :D


Chapter 44: Drabble Collections (Family Moment)


Mari kita lihat kegiatan sebagian anggota squad bersama keluarga mereka.


1. Chairone Family (Teiron, Tsuchi, Rilen, Teira, Carlina)

"Mama, kapan mereka datang?" keluh Teira sambil bertopang dagu di jendela.

"Sabarlah, Teira! Mereka pasti datang kok!" balas Carlina sambil menepuk pelan kepala putrinya.

Kemudian manik coklat Teira melihat sebuah bus turun di seberang jalan dan berjalan lagi meninggalkan dua penumpang yang baru turun.

"Mereka datang!" Teira langsung pergi keluar untuk menyambut mereka.

Carlina hanya geleng-geleng kepala dan menyusul putrinya.


"Teiron-nii~" Teira langsung menerjang kakaknya sampai jatuh.

"Aduh aduh, kau ini!" Teiron hanya mengusap kepala adiknya.

"Kak, siapa yang kau bawa di gendonganmu?" tanya Carlina sambil menunjuk anak kecil yang digendong Rilen di punggungnya.

"Oh, dia? Hanya kucing kecil kita!" jawab Rilen santai.

"Nyaaa..." Tsuchi mendengkur nyaman di gendongan Rilen.

"Ayo masuk!" ajak Carlina.

Mereka segera masuk ke dalam rumah.


"Tidurnya nyenyak sekali!" ujar Teira sambil memperhatikan Tsuchi yang tertidur di sofa.

"Dia sudah tidur sejak awal jalan..." gumam Teiron seadanya.

"Sudah sudah, biarkan saja dia! Ayo makan dulu!" ajak Rilen sambil menuntun kedua keponakannya pergi ke ruang makan.


Keempat orang itu sudah berada di meja makan dengan menu ikan goreng di atas meja.

"Nyaw?" Sepucuk kepala dengan telinga kucing nongol di sebelah Carlina.

"Tsuchi! Sejak kapan kau bangun?" tanya Teiron sedikit kaget.

"Hey, sedang apa kau di sini?" tanya Carlina sambil mengelus kepala Tsuchi.

"Kurasa dia juga lapar..." ujar Rilen.

Carlina tersenyum tipis. "Baiklah... Sepertinya ada sedikit sisa untukmu..."

"Nyaaaa~" Tsuchi mengeong antusias.

Carlina mengambil sebuah piring kecil dan menaruh beberapa potong ikan, kemudian memberikannya pada Tsuchi.

Tsuchi menerimanya dengan senang hati dan langsung duduk di lantai sambil melahap sedikit ikannya.

Teira tertawa kecil. "Dia lucu!"

Teiron hanya tersenyum tipis.


Setelah makan, Teira asik bermain dengan Tsuchi, Teiron membaca buku, Rilen mencuci piring, sementara Carlina sibuk merenung di depan jendela.

'Keluarga kecil ini akan lebih lengkap jika kau masih di sini, Mayganor...'

"Kau masih memikirkan dia?" tanya Rilen yang baru selesai cuci piring.

"Begitulah, Kak..." jawab Carlina. "Aku tidak tau sampai kapan mereka akan terus menunggu kapan ayahnya kembali..."

Rilen menepuk punggungnya. "Aku juga berpikir begitu, tapi kita harus bisa menjalani semuanya..."

Carlina mengangguk setuju. "Setidaknya sampai dia kembali..."

"Yah, masih ada harapan jika dia memang ingin kembali..."


Teiron memperhatikan ibu dan bibinya mengobrol di depan jendela.

'Sudah lama mereka tidak mengobrol seperti itu...' batin anak itu sambil menutup buku dan menopang dagu. 'Ibu dan Bibi Rilen itu saudara kembar yang beda 10 menit, tapi aku tidak mengerti kenapa Bibi Rilen yang lebih tua tidak punya kemampuan sihir sama sekali... Aku dan Teira juga kembar dan aku lebih tua sepuluh menit, tapi entah kenapa penampilan kami tidak mirip sama sekali...'

"Teiron-nii, tolongin dong! Tsuchi melompat ke atas tembok karena melihat cicak dan sekarang masih nempel di sana!"

Teiron yang mendengar itu langsung panik dan buru-buru menolong adik dan kucingnya.


2. Lammermoor Family (Edgar, Edward, Eugene, Elena) + Morihayashi Siblings (Salem, Naya)

Suatu hari, Eugene sedang berkunjung ke markas.

"Selamat datang, anda mencari siapa?" sapa Naya.

"Aku hanya ingin mengunjungi kedua anakku saja!" balas Eugene.

"Hay Ayah!" Tiba-tiba Edward nongol dan memeluk ayahnya.

"Ah, Eddie! Kamu rindu ayah ya?" Eugene membalas pelukan anak bungsunya.

"Ah maaf, aku tidak mau mengganggu kalian, permisi." Naya berniat pergi, tapi...

"Kak Naya jangan pergi, kenalan dulu sama Ayah! Kan Kak Naya mau menikah sama Kak Edgar!"

"Oy Edward, ngomong apa kau tadi?!" Edgar langsung muncul dari atas langit-langit (?). (Me: "Gar, lu lagi jadi Spiderman ya?"/Edgar: "BACOT!" *lempar Glaive ke arah Girl-chan.*)

"Tunggu dulu! Edgar, kamu beneran suka sama dia?" tanya Eugene sambil menunjuk Naya.

Kedua orang itu saling berpandangan sesaat dan langsung memalingkan wajah yang merona merah.

"Itu benar, Ayah..."

"Iya, aku memang menyukainya..."

Eugene hanya ber-'oh' ria. "Kalau begitu aku restui kalian! Sekarang kalian resmi tunangan ya!"

"HAH?!" Edgar langsung mangap lebar saking kagetnya.

"Be-benarkah?" tanya Naya sedikit ragu.

Eugene mengangguk. "Oh, dan satu lagi, kapan-kapan ajak dia ke rumah ya! Mungkin saja Ibu juga suka dengannya!"

Kemudian Eugene berjalan pergi ke ruang tengah.

Edgar langsung menatap tajam adiknya. "Edward, lu cerita apa aja sama Ayah soal Naya hah?!"

"Semuanya!" jawab Edward watados.

Naya sendiri hanya menahan tawa dan berjalan pergi.


Setelah itu...

"Oh Eugene, bagaimana harimu?" tanya Elena yang sedang menyapu halaman ketika mendapati suaminya baru pulang.

"Cukup baik, apalagi sebentar lagi kita akan punya menantu!" balas Eugene santai.

"Menantu?" Elena langsung bengong.

"Kau tidak tau ya? Edgar ternyata sudah punya kekasih!"

"Secepat itu? Oh Eugene, kau terlalu cepat merestui mereka!"

"Tidak apa-apa kan? Lagipula mereka saling menyukai kok!" Eugene berjalan memasuki rumah diikut Elena yang hanya geleng-geleng kepala.


Dua bulan kemudian...

"Gar, beneran nih ayah lu ngundang kita ke rumahnya?" tanya Salem agak risih.

Edgar hanya menghela nafas. "Mau gimana lagi? Dia ingin mengenal lebih dekat calon menantunya!"

"Terlalu cepat bagiku untuk jadi adik iparmu!" Salem mijit kening.

Edgar angkat bahu. "Terserah..."

Kemudian sebuah mobil berhenti di depan markas.

"Halo!" sapa Eugene dari dalam mobil. "Masuklah!"


"Kalian sudah berapa lama berhubungan?" tanya Eugene selagi menyetir.

"Sekitar lima bulan..." jawab Naya seadanya.

"Osoreirimasu, sumimasen!" Edward malah nyanyi di kursi belakang.

"Edward!" protes Edgar dari kursi depan.

"Maaf, Kak!"

Naya hanya menahan tawa dengan ulah Edward.

Salem sendiri memilih untuk diam. Dia tidak ingin tau apa yang akan terjadi jika mereka beneran menjadi bagian dari keluarga Lammermoor.


Setelah setengah jam perjalanan, akhirnya mereka tiba di rumah keluarga Lammermoor.

"Selamat datang!" sapa Elena yang menyambut mereka ketika turun dari mobil.


Di dalam rumah...

"Edward cerita banyak tentang kalian, kurasa tidak ada salahnya kalian menjadi bagian dari keluarga ini..." ujar Elena sambil menuang teh untuk semua orang di ruangan.

"Yah, terima kasih..." balas Naya.

"Kak Salem kenapa diam saja dari tadi?" tanya Edward bingung.

"Aku sedang malas bicara saat ini..." jawab Salem datar.

"Ngomong-ngomong, bagaimana dengan orang tua kalian?"

Naya terdiam sesaat. "Soal itu..."

"Mereka sudah tiada, lama sekali..." sambung Salem.

Elena sedikit prihatin. "Maaf ya..."

"Tapi kalian cukup kuat juga hanya hidup berdua, kalian beda berapa tahun?" tanya Eugene.

Salem memutar mata ke atas. "E-nam, tahun, kurasa..."

Dan obrolan terus berlanjut sampai akhirnya mereka berempat pulang ke markas pada sore hari.


Malam harinya...

"Kau terlihat murung, ada masalah?" tanya Naya sedikit bingung dengan sikap adiknya seharian ini.

"Yah... Aku hanya merasa tidak nyaman dengan Edgar... Kami tidak begitu akrab satu sama lain, terutama karena sifatnya yang tidak begitu menyukai hewan..." jelas Salem sambil memainkan jari.

Naya mengelus kepala adiknya. "Dia pasti akan berubah, hanya waktu saja yang bisa menjawabnya..."

Salem menghela nafas panjang. "Mungkin ada benarnya juga, Kak Naya..."

Kemudian mereka berdua beranjak tidur.


Di sisi lain...

"Kak Edgar? Kakak marah ya kalau aku menceritakan hubungan Kakak dengan Kak Naya?" tanya Edward sedikit bersalah.

"Tidak, sebaiknya kita tidur saja..." gumam Edgar sambil beranjak tidur.

Edward hanya bisa bingung dan memilih untuk ikut tidur.


3. Danish Family (Mathias, Luthias, Fiorel, Andersen, Margie, Victor, Aksel, Mathilda, Ema, 'Nuuk', 'Torshavn') + Giro (banyak amat ya!)

"Seriously, kenapa kalian mengajakku mengunjungi 'mereka'?" tanya Giro agak risih.

Sekarang dia, Luthias, dan Mathias sedang naik pesawat dalam perjalanan ke Denmark.

Oh iya, 'mereka' yang dimaksud adalah adik-adik Mathias yang lainnya.

"Nggak apa kan? Hitung-hitung kunjungan!" jawab Mathias watados.

Giro hanya memutar mata. "Terserah..."


Di bandara...

"Ayo cepat, dia pasti sudah menunggu!"

Begitu keluar bandara, mereka sudah disambut sebuah mobil berwarna merah yang dikemudikan Andersen. Mathias masuk ke kursi depan, sementara kedua orang lainnya masuk ke kursi belakang.


"Jalanan agak macet hari ini, soalnya ada kecelakaan kecil..."

"Giro, kau masih punya 'alat'-nya?" tanya Luthias mewanti-wanti.

Giro hanya mengangguk dan mengeluarkan sebuah MP3 Player beserta earphone dari saku jaketnya. Dia segera memakai earphone di kedua telinga dan menyalakan MP3 Player-nya.

"Kenapa dia pakai earphone?" tanya Andersen bingung ketika melihat kursi belakang dari kaca spion.

"Dia punya Ligyrophobia, jadi harus menyumbat telinga kalau terjebak di tengah kemacetan, dia nggak suka suara klakson!" jelas Luthias.

Andersen hanya ber-'oh' ria.


Setelah terjebak kemacetan selama setengah jam, akhirnya mereka sampai di rumah besar.

"Aku akan bawa barang-barang ke dalam, tolong bangunkan Giro ya!" ujar Luthias sambil pergi ke bagasi diikuti Andersen yang membantu membawa barang.

Mathias membangunkan Giro yang ketiduran di tengah jalan. "Giro, bangunlah! Kita sudah sampai!"

Anak itu terbangun sambil menguap lebar dan melepaskan earphone. "Hoaam, sudah sampai ya?"

"Yap, ayo masuk! Mereka sudah menunggu di dalam!"


Kedua orang itu masuk ke dalam rumah dan ketika berada di depan pintu, mereka disambut oleh...

"Yeay, Aniki pulang!" seru tiga orang anak yang langsung memeluk Mathias.

Mathias hanya mengelus kepala mereka satu per satu. "Haduh, haduh, kalian ini!"

Mereka melepaskan pelukan.

Mathilda tak sengaja melihat Giro. "Kakak siapa?"

"Dia hanya temannya Greeny kok!" jawab Mathias santai.

Giro membenarkan perkataan Mathias dengan anggukan kecil. "Mit navn er Giro..."

"Salam kenal Kak!" balas mereka bertiga yang langsung pergi.

Giro mulai celingukan karena sesuatu. "Luthias-pyon kemana?"

"Mungkin Greeny di dapur, coba kau cek saja! Dari sini tinggal lurus, lalu belok kiri!" jelas Mathias.

Giro segera pergi ke dapur.


Tapi begitu sampai, dia malah melihat...

"Ayo kita bertarung, Greeny!" seru Victor yang berlari dari koridor dapur dan langsung melompat ke arah Luthias.

Luthias yang sedang menuangkan minuman melepaskan gelasnya dan segera melancarkan berbagai pukulan DENGAN SATU TANGAN pada Victor.

"HIIIEEEEEEEEH?!" Giro yang melihatnya langsung shock.

Gelas yang melayang dan terisi penuh segera ditangkap sebelum jatuh ke lantai.

"Yo, mau minum dulu, Giro?" tanya Luthias dengan tangan kanan memegang gelas, tangan kiri memegang teko, dan kaki kanan terangkat untuk menopang Victor yang tepar digebukin barusan.

"Nein..."

(Note: Bagian itu terinspirasi dari episode 7 'Kekkai Sensen', maaf kalau nggak mirip... ^^/)


Setelah sebuah aksi spektakuler kemudian...

"Kakak teman dekat Greeny ya?" tanya seorang gadis berambut putih dengan telinga beruang di kepalanya, mata hitam, baju tebal serba putih, dan topi rajut.

Giro mengangguk.

"Aku Nuuk, human name Vinter Isbjørnen, salam kenal..."

"Hey! Hvussu gongur?" Seorang pemuda berambut coklat ikal dengan sepasang bagian rambut yang menyerupai tanduk domba, mata hijau, dan memakai sweater kuning, celana hitam, sepatu boot, serta syal abu-abu memeluk Giro dari belakang. "Eg eiti Torshavn, tapi panggil saja Froya! Stuttligt at hitta teg!"

"Ya ya ya, tapi bisa tolong lepaskan?" pinta Giro rada risih.

Froya melepaskan pelukan.

"Ayo semuanya, kita makan bersama!" ajak Margie dari ruang makan.

Giro berniat ke sana, tapi tiba-tiba dia malah ditarik seseorang.


Sebagian orang sudah berada di meja makan, tapi...

"Mana Faroe-chan?" tanya Margie celingukan karena menyadari ada yang tidak hadir di ruang makan.

"Kalian liat Bornholm nggak?" tanya Andersen yang baru datang.

"Kak Giro juga belum datang!" celetuk Ema.

Mathias dan Luthias saling berpandangan. 'Jangan-jangan...'

"Aku akan ke gudang sebentar!" Luthias langsung pergi keluar ruangan.


Meanwhile...

"Hey, hey, mau apa kau?!" protes Giro yang ditarik Victor ke dalam gudang dan langsung dipojokkan ke tembok dengan pose kabedon.

Victor menyeringai. "Kau tidak perlu tau, khukhukhu..."

Giro mulai merinding karena wajah mereka semakin dekat, semakin dekat, semakin de-

BLETAK!

"JANGAN COBA-COBA MELAKUKAN HAL TIDAK SENONOH PADANYA, BORNLOCK SIALAN!"

Sebuah pukulan tangan yang dilancarkan Luthias tepat di kepala sukses membuat Victor tersungkur sambil memegangi kepalanya.

Luthias menghampiri Giro dan menariknya menjauh dari Victor. "Kau tidak apa-apa?"

Giro hanya mengangguk dan segera pergi dari gudang.

"Aduh..." Victor berdiri dan terlihat bingung. "Kenapa aku di sini ya?"

"Hah? Apa maksudmu?" tanya Luthias heran.

"Perasaan tadi aku main sama Faroe-chan, kok bisa ke sini?"

"Sebentar, bisa jelaskan lebih detail?"

"Tadi Faroe-chan mengajakku main keluar, tapi aku agak bingung kenapa rambutnya berubah jadi coklat dan matanya jadi ungu, kupikir dia iseng mengecat rambut dan pakai softlens, kemudian dia memainkan pendulum di depan wajahku, setelah itu aku tidak ingat apa-apa..."

"Fiona..." gumam Luthias sedikit geram. "Sebaiknya kita kembali ke ruang makan!"


Setelah acara makan-makan yang kurang lengkap satu orang...

"Jadi Bornholm nyaris gituin Giro karena 'dia'?" tanya Mathias dengan wajah serius, walaupun agak shock mendengarnya.

Luthias mengangguk. "Setidaknya begitulah dugaanku..."

"Kita awasi saja dulu, akan lebih baik jika langsung bergerak kalau ada yang mencurigakan!"

"Baik!"


Tidak jauh dari mereka...

"Permisi!"

Giro menengok dan melihat seorang gadis berambut coklat twintail dengan mata ungu menghampirinya.

"Bisa ikut sebentar?" pinta gadis itu sambil berjalan pergi.

Giro hanya mengangguk dan mengikutinya tanpa curiga.


Luthias yang melihat mereka memberi kode. "Aniki!"

"Dimengerti!" Mathias segera membuntuti mereka diam-diam.


Di luar...

"Mau minum ini?" tawar gadis itu sambil menyodorkan segelas air yang warnanya diragukan.

Giro sedikit curiga, tapi entah kenapa dia merasa tidak enak hati. Dia mengambil gelas itu dan berniat meminu-

"Ada apa ini?"

Gelas itu langsung jatuh dan menumpahkan isinya.

"Mein Gott, kau mengagetkanku saja!" gerutu Giro.

Mathias nyengir watados. "Oh iya, aku mau bicara dengan gadis itu sebentar!"

"Oke..." Giro langsung pergi.

Gadis itu mendengus kesal, sementara Mathias menyeringai penuh kemenangan. "Apapun rencanamu, aku tidak akan membiarkanmu melakukannya! Dia sudah menjadi tanggung jawabku dan Greeny selama di sini, jadi kau tidak boleh macam-macam!"

Gadis melipat tangan. "Baiklah, kau menang! Sekarang pukul kepalaku jika kau ingin dia kembali!"

"Dengan senang hati!" Mathias memukul kepala gadis itu yang membuatnya langsung pingsan dan dia segera menangkap tubuh gadis itu, kemudian membawanya masuk.


Di dalam rumah, Mathias meletakkan gadis itu di atas sofa dan menunggunya sampai bangun.

Perlahan rambutnya berubah jadi pirang dan ketika matanya terbuka, terlihat sepasang manik hijau yang menatap si Danish.

"Aniki? Tadi aku kenapa?" tanya gadis itu sambil bangun dan duduk bersender di sofa.

"Tidak apa-apa kok, mungkin hanya kelelahan!" jawab Mathias seadanya.

Kemudian datanglah Luthias dan Giro.

"Hay Faroe-chan, bagaimana keadaanmu?" tanya Luthias dengan senyum kecil.

"Hmm, hmm..." Gadis itu memiringkan kepala. "Kurasa lumayan... Entah kenapa aku jadi lapar sekarang..."

"Mau ikut beli kue, Fiorel-pyon?" tawar Giro.

Fiorel langsung memasang wajah antusias dan segera berdiri. "Kue?! Mau, mau!"

"Ahaha, kau bersemangat sekali! Kalau begitu ayo!"

"Yeay!" Fiorel langsung melompat ke pelukan Luthias.

Kemudian mereka bertiga pergi keluar, Mathias yang melihat itu hanya tersenyum tipis. "Masalah selesai untuk sementara..."


Keesokan harinya...

"Hoaaaam..." Giro menguap lebar karena baru bangun.

"Selamat pagi, Giro! Bagaimana tidurmu?" tanya Luthias yang baru masuk kamar.

"Lumayan, walaupun semalam mimpi yang aneh-aneh..." jawab Giro sambil berdiri dan mengambil handuk. "Aku mau mandi..."


Ketika keluar kamar, mereka tak sengaja melihat Mathias yang agak semerawut.

"Aniki, kau kenapa?" tanya Luthias.

"Tidak apa-apa, hanya beres-beres saja kok!" balas Mathias santai.

Giro memilih untuk mengabaikan mereka dan pergi ke kamar mandi.


"Entah kenapa aku merasa sedikit tidak nya- HIIEEEEEH?!" Giro yang melewati ruang tengah langsung shock begitu melihat...

Victor digantung terbalik di langit-langit beserta Aksel, Ema, Mathilda, dan Fiorel yang mengecat seluruh badannya.

"Godmorgen Kak Giro, mau ikut mengecat badan orang?" tawar Aksel watados.

Giro hanya menggeleng dan berjalan pergi.


Saat melewati dapur, dia melihat Andersen memeluk Margie dari belakang dengan mesra dan langsung meninggalkan mereka tanpa banyak bertanya.


Ketika selesai mandi, Giro tak sengaja berpapasan dengan Froya yang memakai gaun coklat berenda bersama Vinter yang memakai gaun putih mengembang dan hanya bisa sweatdrop melihatnya.

"Mereka benar-benar keluarga yang aneh..." gumam Giro risih.


4. Mercowlya Siblings (Exoray, Lucy, Alexia)

"Nii-san, apa tidak apa-apa aku masuk squad itu?" tanya Alexia agak ragu.

Exoray hanya mengangguk.

"Tapi bagaimana dengan Nii-chan?" tanya Lucy khawatir.

"Aku bisa jaga diri, lagipula aku bisa berkunjung kapan saja jika rindu..."

Alexia hanya angkat bahu. "Well, terserah sih..."


Setelah itu...

Girl-chan sedang memeriksa kotak surat dan membaca sebuah surat dengan sampul coklat, kemudian tersenyum tipis.

"Menarik... Semakin lama akan semakin ramai..."


5. Wolvine Family (Maurice, Grayson) (Tenang saja, yang kali ini udah sembuh sebelum ulang tahun Alpha kok! ^^/)

"Ugh..." Maurice yang sedang duduk di sofa menggaruk kepalanya karena merasa gatal dan tidak nyaman.

"Kau kenapa, Maurice-pyon?" tanya Giro bingung.

"Kepalaku terasa gatal, dan juga, bagian belakangku terasa tidak nyaman..." jelas Maurice.

"Mau kugaruk?"

"Boleh..."

Giro mendekati Maurice dan menggaruk kepalanya.

"Sudah baikan?" tanya Giro.

Maurice hanya mengangguk.

"Eh sebentar..." Giro merasakan sesuatu di kepala Maurice dan ketika dilihat...

"Sejak kapan kau punya telinga hewan?"

Maurice langsung kaget dan meraba kepalanya.

'Jangan-jangan...'

Dia segera bangun dan mulai meraba bagian belakangnya dari dalam celana dan menarik...

"E-ekor?!"

"Ugh, sindromku, kambuh lagi, hmm..." Maurice semakin tidak nyaman dengan keadaannya dan mulai menggeram. "Grr, Giro..."

"Mein Gott, aku harus bagaimana?!"


Setelah sebuah kepanikan kemudian...

"Jadi..." Giro hanya bengong setelah mendengar penjelasan Luthias.

Luthias menepuk punggung Maurice yang memeluknya. "Yah, ini hanya Half Wolf Syndrome..."

"Aku tidak tau kalau Maurice-pyon itu Werewolf..."

"Yah, memang hanya sebagian orang yang tau... Tapi sindrom ini cukup berbahaya saat bulan purnama, dia pernah sampai melukai Alpha..."

Giro hanya bisa prihatin.


Setelah itu...

"Sindrommu kambuh lagi?" tanya Grayson sedikit terkejut begitu mendapati keponakannya memiliki telinga dan ekor untuk kedua kalinya.

Maurice hanya menunduk. "Begitulah..."

Grayson hanya menghela nafas. "Yah, baiklah... Bagaimana kalau jalan-jalan sebentar?"

Anak itu hanya mengangguk, kemudian mereka berdua pergi keluar.


"Apa di squad-mu masih ada tempat?"

"Entahlah, mungkin akan kutanyakan pada Kaichou... Tapi, memangnya kenapa, Paman?"

"Masa sewa kamar penginapan sudah hampir berakhir, jadi aku perlu mencari tempat tinggal baru..."

"Akan kutanyakan padanya saat pulang nanti..."


Sepulangnya...

"Kurasa tidak apa-apa jika pamanmu tinggal di sini..." ujar Girl-chan setelah mendengar penjelasan Maurice.

"Tapi, kau tidak merencanakan renovasi atau semacamnya? Rumah ini tidak cukup besar untuk menampung lebih banyak orang yang tinggal..."

Gadis itu memiringkan kepala. "Aku tidak yakin..."


Keesokan harinya...

"Dia mengizinkan?" tanya Grayson.

Maurice mengangguk. "Iya, tapi akan sedikit merepotkan karena tidak banyak kamar yang tersedia..."

"Baiklah..."


6. Kikuni Family (Lisa, Yato, Anisa) + Alpha -Sambungan Chapter sebelumnya setelah bagian di pemakaman-

"Makasih ya, Tum, Arie! Perasaanku jadi lebih baik!" ujar Alpha saat mereka bertiga keluar dari Citadel Cemetery.

"Sama-sama, nanti hadiah utamanya nyusul!" balas Arie sambil menepuk pundaknya.

"Sebaiknya kau kembali, mereka pasti menunggu!" usul Tumma.

Alpha hanya mengangguk dan segera pergi ke rumah 'keluarga'-nya.


"Selamat ulang tahun ya, Alpha!" ujar Anisa kepada putra angkatnya.

"Kak Al sudah lebih ceria sekarang!" timpa Lisa.

Alpha menggaruk kepala. "Tentu saja! Kalau sedih terus kasihan mereka!"

"Ah iya, aku ingat satu hal!" Yato pergi sebentar, kemudian kembali lagi dengan sebuah kotak besar. "Ini peninggalan ayahmu, mungkin sudah saatnya kau menyimpan benda ini!"

Alpha membuka kotak itu, kemudian mendapati sebuah palu dan beberapa peralatan (senjata Engineer FYI) di dalamnya.

"Peralatan Engineer Ayah..." gumamnya sambil mengeluarkan palu itu. "Dulu dia pernah bilang untuk mewariskan ini padaku, karena itu aku akan menjaganya baik-baik!"

"Bagus, nak!" Yato menepuk kepala Alpha. "Dia pasti bangga padamu!"

Dia hanya mengangguk kecil, kemudian mengembalikan palu itu ke dalam kotak dan menutupnya lagi. "Mungkin aku akan membawanya saat pulang ke markas nanti..."

"Ayo makan dulu!" ajak Anisa.

"Ibu, aku sudah makan..." keluh Alpha.

"Ayolah Kak, nggak mungkin bisa kenyang kalau cuma makan kue doang!" timpal Lisa.

Akhirnya mau tidak mau dia ikut makan juga.


Di meja makan, Anisa menaruh makanan yang ditutupi tudung saji di depan Alpha.

Entah kenapa dia curiga dengan makanan yang disediakan 'ibu'-nya, dan ketika dibuka...

Wajahnya langsung berubah ngeri, bahkan ahoge-nya sampai kusut saking ngerinya.

"IBUUUUU! LISAAA! KENAPA AKU DIBERI MAKANAN BERBENTUK COLOSSAL TITAN?!"

Anisa dan Lisa langsung cekikikan melihat reaksi Alpha, sementara Yato sendiri hanya bisa sweatdrop melihat hasil kejahilan istri dan putrinya kepada sang anak angkat.


7. 'Unname' Family (Alisa, Monika, Kivosya) -Sambungan dari Chapter 'Forbidden Questions'- (bingung gimana ngasih namanya, soalnya nama marga mereka beda semua... *plak!*)

"Monika sendiri mau milih siapa kalau jadi Alisa?" tanya Kivosya.

"Aku sih nyari yang rada pendekan!" jawab Monika.

"Lu punya fetish cowok pendek ya?" tanya Alisa risih.

"Emang nggak boleh?" Monika nanya balik.

"Udah udah!" lerai Kivosya. "Memangnya siapa yang pendek di sini?"

"Ada beberapa sih, tapi yang lebih menarik bagiku cuma si 'Kacamata'..."

"Yang pakai kacamata ada dua, lu pasti mau milih Maurice kan? Soalnya Teiron udah ada yang punya!"

"Ah, begitu..." Kivosya hanya mangut-mangut.


8. Avelon Family (Adelia, Jioru, empat character lain) + Ikyo

Di pojok dapur, ada si rubah yang dipojokkan oleh gadis yang (dirumorkan) merupakan pacarnya dengan pose kabedon.

"A-Adel, a-ayolah, aku tidak bisa!"

"Kumohon, Kyo... Aku sudah bilang pada mereka untuk membawamu ke Mansion..."

"Sudah kubilang aku tidak bisa, dan kenapa kau harus memojokkanku seperti ini?!"

"Aku mohon..." Adelia memasang wajah sedih.

Kalau sudah seperti itu, Ikyo pasti tidak tega melihatnya dan hanya bisa menghela nafas pasrah. "Baik, baik... Kita pergi..."


Setelah itu...

"Tidak beda jauh dengan markas..." gumam Ikyo saat tiba di depan Mansion Keluarga Avelon. "Tapi terkesan lebih antik..."

"Mansion ini sudah ditinggali keluarga kami secara turun-temurun..." jelas Adelia sambil menekan bel pintu gerbang.

Ting tong!

Beberapa saat kemudian, seorang wanita Terra berambut ungu membuka pintu gerbang. "Oh, kalian! Ayo masuk!"


Di dalam Mansion, tepatnya di sebuah kamar...

"Jadi, Jioru, katanya dia mau bawa 'pangeran'-nya ke sini ya?" tanya seorang pria Vampire berambut merah muda bermata merah darah yang duduk di atas tempat tidur.

Si Zeus pirang yang ditanya mengangguk. "Benar, Nii-sama..."

"Hooo, menarik..."

Kriieet!

Wanita tadi membuka pintu kamar. "Nii-sama, Adel-chan sudah pulang!"

Pria itu langsung berdiri. "Sudah pulang ya? Aku akan menemuinya!"


Di ruang tengah...

"Kau ini punya berapa banyak saudara sih?" tanya Ikyo yang duduk di sofa dengan Adelia.

"Satu kakak laki-laki dan empat kakak sepupu..." jawab Adelia singkat.

"Oh bagus, entah kenapa aku merasa tidak enak mendengarnya..." gumam Ikyo sedikit risih.

Kemudian pria tadi datang ke ruang tengah sambil melipat tangan di depan mereka. "Hmm, hmm, kau 'pangeran'-nya kan?"

"HEEEH?!" Ikyo langsung shock dengan pertanyaan dadakan itu, sampai-sampai telinga dan ekornya keluar tiba-tiba.

"Iya, Kak Eiuron..." jawab Adelia pelan.

Eiuron ber-'oh' ria. "Lumayan... Seleramu bagus juga punya pacar setengah hewan..."

"Halo!" Jioru muncul di antara mereka dari belakang dan sukses mengagetkan sepasang sejoli itu.

"Ternyata 'pangeran' Adel-chan tampan juga ya!" ujar seorang gadis Chain Mage berambut ungu dengan kulit biru muncul di sebelah Ikyo sambil mencolek telinga rubahnya.

"Jangan sentuh!" Ikyo menepis tangan yang mencolek telinganya.

"Kau sungguh beruntung, Adel-chan~" celetuk wanita Terra tadi di sebelah Adelia.

"Iih, Kak Eira!" balas Adelia sedikit risih.

"Kurasa Eira benar juga, kau sangat beruntung ya!" timpal gadis Chain Mage tadi.

"Kak Oberia!" Wajah Adelia mulai merona.

Seorang pemuda Magic Swordman berambut ungu muncul di sebelah Eiuron. "Jadi bagaimana, Nii-sama?"

Eiuron tersenyum. "Tentu saja kurestui mereka, Yorei! Mereka cukup serasi!"


"Aku tidak yakin apa bisa betah dengan mereka..." gumam Ikyo risih.

Sekarang mereka berdua sedang dalam perjalanan pulang ke markas setelah pembicaraan yang cukup panjang tentang kelanjutan hubungan mereka.

"Kalau dibiasakan pasti betah kok!" ujar Adelia dengan senyum manis.

Ikyo mijit kening dengan wajah skeptis. "Mudah mengatakannya, tapi melakukannya tidak semudah itu!"

Adelia hanya tertawa kecil.


9. Scorcas Siblings (Emy, Albert -dengan tambahan salah satu Hero Unique-) + Thundy

Hari ini Emy mengajak Thundy ke rumah kakaknya.

"Oh ayolah, Thun-kun! Jangan cemberut gitu, senyum dong!" pinta Emy sedikit risih.

Thundy masih manyun sejak awal jalan. "Ogah!"


Setelah beberapa menit berjalan, mereka sudah sampai di rumah Albert.

Tok tok tok!

"Sebentar!" Pintu terbuka dan terlihat seorang wanita Stranger berambut biru muda diikat ponytail. "Wah, Emy-chan! Kamu bawa teman ya? Masuk saja!"

"Dia siapa?" tanya Thundy.

"Kakak ipar!" jawab Emy watados.

Thundy langsung kaget. "Wait, jadi kakakmu sudah menikah?!"

"Yap, dan yap! Ayo masuk, Thun-kun!" Emy menarik tangan si rambut biru memasuki rumah.


Mereka bertiga duduk di sofa yang berseberangan, kemudian datanglah Albert.

"Hay Emy-chan, dan halo calon adik ipar!" sapa Albert iseng.

Thundy kembali manyun.

"Manyun terus, nanti gantengnya hilang lho!" ujar Albert.

"Biarin, lagi kesel!" gerutu Thundy ketus.

"Pacarmu lucu, Emy-chan!" celetuk wanita itu.

Emy nyengir lebar. "Tentu saja, Nee-chan~ Thun-kun yang terbaik~"

"Hey Izca, bukumu masih ada kan?" tanya Albert.

Izca mengeluarkan buku birunya, kemudian menggumamkan sesuatu yang tidak bisa didengar Thundy. Tapi yang jelas, pasti ada yang tidak beres.

Beberapa menit setelahnya, dia mulai merasakan sesuatu di bagian 'keramat'-nya dan berusaha menahannya. "Ugh... Hgh..."

Emy kembali nyengir sambil mengacungkan jempol. "Good job, Nee-chan!"

Dia langsung menyadari maksudnya. "Ka-li-an se-kong-kol un-tuk i-ni?!"

"Yap, dan yap! Sekarang mari kita mulai~" Emy menggendong si rambut biru dengan bridal style dan membawanya ke kamar.

Kejadian selanjutnya terpaksa dipotong karena membahayakan rating.


Keesokan harinya...

Thundy terbangun di sebuah ranjang dan memegangi kepala karena pusing dengan apa yang terjadi sebelumnya.

"Pagi, Thun-kun! Sehat?" sapa Emy yang masuk kamar.

"Setelah menyiksaku selama tiga ronde, kau malah bertanya sehat?!" tanya Thundy sewot.

"Ehehe..." Emy nyengir. "Mau ikut sarapan?"

"Bantu aku bangun dulu!" perintah Thundy.

"Oke, oke!" Emy segera membantu si rambut biru.


Setelah itu...

Mereka berempat sarapan bersama dengan suasana sedikit suram karena Thundy yang terus merenggut.


Dan ketika mereka berniat pulang ke markas, Emy menggendong Thundy (yang masih belum sanggup berjalan) di punggungnya dengan senang hati, walaupun harus mendengarkan omelan si rambut biru sepanjang perjalanan.


10. Andreas Family (Daren, Saphire, Vience, 'New Character')

Vience yang baru pulang ke markas langsung mangap lebar begitu melihat...

"Yo, Vieny!"

Seorang pria berambut Wild Ponytail coklat tua, bermata hitam, serta memakai jaket coklat tanpa kaos (alias bagian dadanya keliatan), kalung dengan liotin berbentuk tengkorak, celana jeans, sepatu hitam, dan sarung tangan coklat sedang duduk di sofa. (Note: Baju yang dipakainya itu sebenarnya 'Breaker Costume'.)

"Mau apa lu di sini?!"

"Ne? Aku hanya ingin mengunjungi sepupu kesayanganku, tidak boleh ya?"

Vience menggertakkan gigi dengan geram, tapi tiba-tiba teringat sesuatu. "Tunggu bentar, gimana lu bisa tau tempat ini? Perasaan gue nggak pernah cerita ke lu!"

"Oh, itu? Aku hanya iseng mengikuti mereka kok! Soalnya tadi aku dengar mereka mengunjungimu ke sini, jadi kuikuti saja!"

Vience bengong sesaat, tapi setelah menyadari kalau 'mereka' yang dimaksud adalah adik-adiknya, aura hitam langsung menguar dari tubuhnya.

KRETEK KRETEK!

"Oh gitu ya..." Vience menggertakkan tangan dengan senyum angker di wajahnya. "Sebagai ucapan selamat datang, bagaimana kalau kuhajar dulu wajahmu sampai bonyok?"

Alhasil, terjadilah kejar-kejaran keliling markas antara Vience dan orang itu sampai tak sengaja dilihat oleh dua orang yang sedang memberi makan Jeronium.

"Dary, sejak kapan Sepupu ke sini?" tanya Saphire sweatdrop.

"Entahlah, tapi sepertinya dia mengikuti kita deh..." balas Daren ikutan sweatdrop.

Vience berhasil menangkap orang itu dan langsung memberikan German Suplex padanya. Saphire dan Daren malah ngangkat papan bertuliskan angka 99,99 dan -999.

"Hey, tadi apa yang terja- di?" Si ketua squad langsung cengo begitu melihat pemandangan absurd di depannya.


Setelah itu...

"Jadi..." Girl-chan memperhatikan orang itu dari ujung kepala sampai ujung kaki. "Kau sepupu mereka?"

Orang itu mengangguk.

"Dan mau jadi bagian dari squad ini?"

Dia kembali mengangguk.

Si ketua squad berpikir sejenak. "Bukannya aku melarang atau gimana, tapi rumah ini tidak terlalu besar untuk menampung orang baru, bahkan ada yang harus numpang di kamar anggota lama..."

"Aku bisa tidur di tempat lain kok!" balasnya watados.

Girl-chan malah sweatdrop. "Kau mau menyamakan dirimu dengan Ikyo?"


Di sisi lain, Ikyo langsung bersin.

"Kau baik-baik saja, Kyo?" tanya Adelia.

Ikyo hanya menggeleng. "Tidak apa-apa..."


"Gue maunya Saphire sama Dary yang masuk squad ini, tapi malah dia yang curi start duluan!" gerutu Vience manyun.

"Lu kayaknya kesel banget sama dia, benci ya?" tanya Girl-chan risih.

Vience makin manyun. "Sangat!"

"Maaf ya, sebaiknya kami bawa dia dulu ke tempat lain..." Daren langsung mendorong kakak sulungnya pergi keluar ruangan diikuti Saphire.

Girl-chan hanya geleng-geleng kepala, kemudian kembali melirik pria di depannya sambil melipat tangan. "Baiklah, kau resmi jadi anggota! Tapi sebaiknya kau berhati-hatilah dengan Vience, sepertinya dia punya dendam kesumat padamu..."

"Tidak apa-apa, aku sudah terbiasa!" Dia tersenyum sambil mengulurkan tangan. "Namaku Tartagus Andreas, tolong bantuannya!"

Gadis itu ikut tersenyum sambil menjabat tangannya. "Ya, semoga kau terbiasa di sini!"


Meanwhile...

"Kau masih kesal dengan yang tadi?" tanya Daren.

Vience hanya mengangguk dengan wajah merenggut.

"Santai aja, entar kami nyusul kok!" ujar Saphire.

Vience mengangkat alis. "Serius nih?"

"Iye lha, masa bohong?" balas kedua adiknya bersamaan.

Vience hanya menghela nafas pasrah. "Yah, baiklah..."


To Be Continue, bukan Tina Brings Cola (?)...


Soal karakter baru di bagian akhir, Chapter depan bakalan dapet debut kok (sekalian beberapa character lain sih)! ^^/

Review! :D