Balas Review! :D
StrideRyuuki: Begitulah... :V / *plak!* Ini udah lanjut! :D
Note: Kalau mau main bareng, tunggu Sabtu atau Minggu sekitar jam setengah satu, biasanya aku main di warnet lho... -w-/
I'mYaoiChan: Buat aja, buat aja, biar bisa puas-puasin sekalian! :V / *dikeroyok.*
Alexia: "Nggak lucu!" =.="
Teiron: "Laknat amat..." =w="
Emy: "Sejauh ini belum ada tanda kok!" :3
Thundy: "Sorry ye, nggak sudi!" =_=/
Makasih Review-nya! :D
Note: Gue bayangin Nigou jadi manusia kayak bayangin Revan versi shota, apa perlu gue bikin screen-nya dua Chapter mendatang? :V / *dilempar granat.*
RosyMiranto18: Intro yang bagus... ^^ Tapi bicara soal Red, sepertinya butuh waktu lama sampai ingatannya bisa kembali... 'w'a
Primarin: "Boleh saja kalau tukar tanda tangan..."
Itu sengaja kubuat singkat karena sedikit bingung untuk menjelaskannya... 'w'a
Vience: *datang-datang udah gosong.* "Kenapa mesti 'Naga Indosiar'? Kalau itu aku nggak tau!" =.=a
Sebenarnya aku bisa saja bikin alternate screen dimana Rendy motong pohon pake tongkat, tapi dia malah ketiban pohonnya... :V a *ditebas.*
Teiron: "Hah? Kayaknya itu beda deh..." =w=a
Thanks for Review! :D
Happy Reading! :D
Chapter 49: More Member, More Absurdness
Mungkin judul ini nggak nyambung dengan isinya nanti, tapi lihat saja! ^^/
~Tragedi 'Es Serut'~
Biasanya di musim panas, ada beberapa cowok yang buka baju karena kepanasan.
"Paanaaaas, jadi pengen makan es serut deh..." keluh Tartagus yang telanjang dada di depan teras.
Waspada aja mas, 'roti sobek'-nya menggoda iman cewek lewat tuh! *nunjuk Iris.*
"Asal bukan Aniki aja yang beli, takutnya bakalan ada tragedi 'es serut' kedua entar..." gumam Luthias (yang pakai kaos lengan pendek putih gambar White Coffee Cat megang balon berbentuk kepala Luna Rose) mewanti-wanti.
"Emangnya abang lu ngapain? Kok bisa ada tragedi 'es serut'?" tanya Tartagus bingung.
"Soal itu..."
-Flashback-
"Wei, nih kita beliin es serut!" seru Mathias sambil membagikan es serut yang dibelinya bareng Luthias.
"Makasih Mathy, Luthy!"
"Sama-sama!"
Semuanya berjalan lancar, sampai tiba-tiba Silica merasa badannya jadi aneh.
"Oi, Silica, kau..."
"A-Alex... Jangan sentuh aku dulu." kata Silica dengan wajah blushing di depan Alex.
Alex yang melihat itu juga ikutan blushing dan saling bertatapan dengan Silica.
"S-Sialan k-k-kau, A-Alex!" seru Eudo sambil menyeret badan karena juga merasa aneh.
"Eu~ Do~" seru Eris yang meluk Eudo dari belakang.
"Tolong bantu aku melepaskan hasrat ini dong~ Dengan tubuhmu itu~" goda Eris sambil mengusap badan Eudo.
"Menjauh dari gue!"
"Ah jangan, bukan seperti itu, itu kurang bagus!" Alisa memotret dadanya sendiri.
"Thun-kun~ Ayo kita itu~" goda Emy.
"Ish! Pakai bikini-mu yang benar!" omel Thundy sambil memaksakan diri untuk mendekati Emy yang mulai membuka bikini-nya.
Tapi dia malah kepeleset di depan Emy dan mendarat di dadanya.
"Kyaa! Thun-kun no Ecchi! Nnh~"
"Kak Edgar~ Aku mau sama kakak sekarang~" goda Edward yang duduk di paha Edgar.
"Lepasin! Menjauh dari gue lu!" bentak Edgar sambil mendorong adiknya yang Incest itu.
"Re-chan~ Ini untuk- Eh~ Jangan ditahan~ Ini kan buat kamu~" goda Red yang mau membuka boxer-nya dan ditahan sama Revan.
"B-B-BakaJin! Kita ini di depan umum tau nggak!" bentak Revan sambil nahan boxer-nya Red.
"Re-chan~ Kamuh~ Kelihatannya enak dan siap disantap bersama aku dan Red~" goda Rone sambil memeluk Revan dari belakang dan mengusap badannya, kemudian tangannya mulai memasuki area sensitif Revan.
"Oi, Aniki... Kau, masukkan, obat, perangsang, ke, es serutnya, ya?" tanya Luthias (yang juga kena efek es serut itu) sambil menyeret badan ke kakaknya.
Mathias yang duduk sambil makan es serutnya malah nyengir tanpa dosa. "Ja, du har ret!"
"Sialan kau!" umpat Luthias.
-Flashback End-
"Pokoknya begitulah..." gumam Luthias datar.
Tartagus sendiri hanya bisa sweatdrop mendengar itu.
~Orang~
"Ron, orang apa yang dibacok nggak mempan?" tanya Alpha suatu hari.
Teiron yang sedang baca buku menjawab dengan nada tidak perduli. "Orang sakti?"
"Salah!" balas Alpha.
Teiron menutup buku dan menengok ke arah Alpha. "Terus apaan?"
"Orang nggak kena!"
Webek, webek...
PRAAAAAAAAANG!
"MATI AJA LU, KAMPRET!" bentak Teiron emosi sambil melempar Alpha keluar jendela.
"GYAAAAAAAAAAH!"
~Dandanan~
"Marin keren deh bisa dandanin orang!" ujar Adelia (yang pakai baju elf warna pink) kagum dan rambutnya sedang disisir Primarin.
"Hehehe, siapa dulu dong~" balas Primarin bangga.
"Oh iya, buat Kyo sama Giro juga udah kan?" tanya Adelia.
"Iya!" jawab Primarin singkat.
"Apaan ini?!"
"Sssst, berisik lu!"
Setelah diselidiki, tak taunya...
"Kalau tau kostumnya kayak gini mah ogah gue!" gerutu Giro yang rambutnya dikepang dua, kacamatanya dilepas, dan pakai baju maid warna hitam. "Gerah tau nggak?! Gue mau pulang!"
"Ih, jangan galak gitu atuh!" balas Ikyo yang rambutnya digerai dan pakai Chinese Costume cewek warna putih. "Oh em ji helooo, sayang bulu mata badai kita entar!"
"Marin..." Adelia hanya bisa sweatdrop melihat dandanan kedua cowok itu.
"Mereka cantik kan?" tanya Primarin watados.
Note: Kalau nggak bisa bayangin ya nggak usah, gue aja yang ngetik ini sampe nggak kuat nahan geli bayanginnya! :V / *dilempar biola.*
~Menjalin Hubungan~
"Haah... Aku benci dengan fakta kalau aku tidak bisa menjalin hubungan apapun yang kulakukan... Aku iri padamu, Lisa!" keluh Primarin sambil topang dagu.
"Apa yang kau bicarakan?" tanya Lisa yang sedang menyikat bulu Mocha.
"Kau dan Teiron pacaran ya? Bisa beri aku saran?" tanya Primarin penasaran.
"Eeeh?! Ma-maksudku, seperti itulah, yah... Kami hanya jarang kencan sa- Lupakan itu! Aku hanya ngomong sendiri, oke?" jelas Lisa gelagapan karena sebenarnya mereka memang pacaran. "Ja-jadi, bagaimana cara kau menjalin hubungan, Marin?"
"Well, aku sudah pernah menjalin beberapa hubungan sebelumnya, tapi malah berakhir putus yang aku tidak tau kenapa!"
"Hah? Memangnya apa alasan hubunganmu gagal?"
"Mereka memberikan alasan yang tidak jelas, biasanya tentang ketertarikan yang berbeda dan tidak kompatibel! Aku jadi depresi setelahnya dan memikirkan sesuatu yang salah dariku!"
"Malang sekali, tapi apa kau berpikir tentang apa yang kau lakukan sampai membuat hubunganmu berakhir?"
"Tidak terlalu, aku melakukan apa yang dilakukan pasangan normal lainnya! Aku pernah merayakan ulang tahun pacar pertamaku dengan kembang api dan ledakan untuk memeriahkan suasana, dan itu cukup menyenangkan selama sejam!" jelas Primarin panjang lebar. "Terakhir kali aku pacaran, aku membantu menghilangkan rasa takut pacarku dengan suara berisik karena dia ingin melihat konserku dulu, jadi aku memasang beberapa alarm kejutan di sekitar rumahnya untuk membuatnya terbiasa dengan suara itu!"
Lisa yang mendengar itu hanya bisa memasang wajah skeptis. "Baiklah, saran dariku: jangan ada ledakan lagi..."
~Jaga~
"Edward edan, gue mau udahan aja abis ini!" gerutu Rendy yang ngumpet bareng Salem dan Tumma di balik tumpukan pelampung.
"Berisik! Entar bisa ketauan, bego!" sembur Salem.
Tumma yang melihat bahaya segera ngumpet lagi, sementara kedua temannya terkena semprotan air dari...
"Ciluk ba, kalian jaga lagi ya!" seru Edward yang ternyata menggunakan dua pistol air.
"TIIIDAAAAAAAAAAK!"
"Edward hebat juga ya!" ujar Naya kagum sambil minum jus alpukat.
"..." Edgar hanya diam saja dengan wajah skeptis.
~Kenapa Bisa Lupa?~
Suatu hari, Tumma sedang dalam kondisi senang disertai aura bunga-bunga.
"Kenapa si Tumma senang begitu?" tanya Maurice bingung.
"Katanya mau makan lobak!" jawab Vience datar.
"Tapi bukannya udah dimakan sama Jeronium kemarin?"
"Benar juga ya!"
Tumma yang mendengar itu terdiam seketika dan langsung pundung dengan aura suram.
"Sepertinya dia baru ingat..." gumam Vience sweatdrop.
"Aku kira ada lagi..." timpal Maurice risih.
~Awal dan Akhir Bulan~
Ada dua efek saat awal dan akhir bulan:
Efek saat awal bulan: Sindrom Sultanisme.
"Yo! I'm rich af! Saya beli semuanya!"
Dan efek saat akhir bulan: Sindrom Bokekisme.
"Dary, lihat! Aku nemu duit seribuan! Rezeki nggak kemana ya! Aku mendengar nyanyian dari surga!" seru Saphire kegirangan dengan efek cahaya di depannya plus backsound nyanyian.
"Aku udah nggak paham lagi sama tuh orang..." gumam Daren sweatdrop. "Halusinasinya lebih parah dari nyimeng micin..."
~Sosok Mengerikan~
Suatu hari, Salem dan Rendy sedang menonton film horror.
"Ren, serem banget nih!"
"Lu mah penakut ah, volume-nya gue kecilin ya!"
Krieeeeeet!
Suara tadi sukses membuat mereka kaget dan...
"SAL, JANGAN TARIK SELIMUT GUE!"
"INI KAN KAMAR GUE, REN!"
Karena penasaran, mereka berdua mencoba mencari tau apa yang terjadi dan ketika melihat ke dapur...
"Ha-hantuuuuu!" Salem gemetar melihat sesosok makhluk tak jauh dari mereka.
"Jangan berisik, Sal!" nasihat Rendy. "Ayo kita kejutkan dia!"
Kemudian Rendy menyorotkan senter ke sosok itu. "Te-tertangkap kau, hantu!"
Tapi...
"Hah?!"
"I-I-"
Rupanya mereka menemukan sesuatu yang lebih menakutkan dari hantu, yaitu...
"Lu berdua ya! Udah tengah malem begini bikin ribut aja, pake ngatain hantu lagi!" bentak Ikyo panjang lebar.
~Giro's Secret Job~
Selain jadi tukang cat, Giro juga punya kerja sambilan yang sangat dirahasiakan.
Sejauh ini hanya Luthias, Mathias, dan si ketua squad yang tau pekerjaan rahasianya itu.
Semuanya berawal dari CitaCafé, saat itu beberapa anak Reha Squad sedang ngumpul di depan Café dan bertemu dengan...
"Ahoy, Luthy! Kau bawa siapa itu?" tanya Eris sambil menunjuk Giro di sebelah Luthias.
"Ini temanku, Giro!" Luthias menyikut lengan Giro. "Kenalan aja, mereka teman-teman dari squad sebelah!"
Giro menggaruk kepala dengan wajah gugup. "Sa-salam kenal..."
Setelah mengobrol sebentar, Giro dan Luthias memutuskan untuk pergi duluan.
"Kalian laper nggak? Makan dulu yuk!" ajak Lectro.
"Iyo aja deh!" balas Rone seadanya.
Para cowok Reha Squad masuk ke dalam Café dan duduk di tempat kosong, kemudian didatangi seorang gadis berambut hitam tergerai dengan mata coklat dan memakai baju maid.
"Entschuldigen Sie... Sie wollen?"
Mereka menyebutkan pesanan masing-masing dan gadis itu mencatat pesanan, kemudian pergi.
"Cantik juga ya pelayannya!" celetuk Ethan.
"Tapi kok mukanya mirip anak yang tadi sama Luthias ya?" tanya Eudo merasa janggal.
"Perasaan lu doang kali, Eu!" timpal Alex.
Di meja lain...
"Kenapa, Luth?" tanya Arie bingung karena melihat gelagat aneh Luthias yang seperti menahan senyum ketika menguping pembicaraan meja sebelah.
"Na-naamik!" Luthias buru-buru mengibaskan tangan.
'Mereka nggak tau aja kalau itu Giro yang nyamar jadi maid...' batin Luthias yang masih menahan senyum, bahkan sampai ingin menahan tawa.
Tapi sayangnya, semua itu akan terbongkar karena sebuah kejadian sepele!
~Ketauan~
"Ugh... Iris-pyon, aku nggak enak nih! Eudo-pyon masih marah nggak?"
"Yah, dia shock pas tau kamu yang kerja jadi maid di CitaCafé waktu lagi nggak pake kacamata!"
"A-aku nggak pake kacamata kalau lagi kerja di café, tidur, dan... Man-"
"Iya, dia nggak sengaja liat kamu lari nggak pake handuk abis numpang mandi di markas squad baru!" jelas Iris watados. "Ngomong-ngomong, bukain aja pintunya! Dia nggak marah kok!"
"APANYA YANG NGGAK MARAH?! DIA PAKE BAWA-BAWA BAZZOKA TAU! MAU BUNUH GUE ITU!" bentak Giro panik.
"Giro, main petasan yuk! Buka pintunya dong!" pinta Eudo yang sudah mengeluarkan dark aura.
~Hayoloh!~
Kejadian sebelumnya...
"Waduh, lupa bawa handuk! Harus balik ke mar-" Giro yang panik segera pergi keluar untuk mengambil handuk di markasnya, tapi...
Dia tak sengaja berpapasan dengan Eudo yang kebetulan lewat.
"Lho? Jadi selama ini kau yang kerja jadi maid di café itu?!"
Giro langsung panik seketika. "Tu-tunggu dulu! A-aku bisa jelas-"
"ITU 'ANU'-NYA TOLONG DIKONDISIKAN! ADA ANAK KECIL DI SINI!" pekik Eudo sambil menutup mata Mita yang berada di sebelahnya.
"Begitulah..." gumam Eudo datar sambil melipat tangan.
"Sabar ya, Kak Giro!" hibur Mita sambil menepuk punggung Giro yang pundung di pojokan.
~After Incident~
"Ada apa ini?" Luthias terheran-heran ketika melihat Teiron dan Maurice terdiam di depan kamar Giro yang mengeluarkan aura suram.
Maurice menengok dengan wajah takut. "Giro lagi ngamuk atau apa ya? Kok aura-nya serem amat?"
Luthias menghampiri pintu kamar dan membukanya, tapi...
"Min gud..."
Isinya hancur berantakan karena diobrak-abrik sang empunya sendiri.
Kedua orang lainnya langsung kicep melihat pemandangan itu.
Tiba-tiba sebuah botol parfum melayang dan sukses membuat ketiga orang itu segera menghindarinya.
"Giro beneran ngamuk!" pekik Teiron dan Maurice yang langsung kabur.
Luthias masih diam dan masuk ke dalam sambil menghindari setiap barang yang dilempar sang empunya kamar, kemudian dia berhasil mendekati Giro dan mengunci lengannya di belakang.
"Aku tau kau kesal karena kejadian itu, tapi tolong jangan seperti ini..." Tangannya mulai mengangkat wajah pemuda di depannya. "Lad mig underholde dig med min krop..."
Kemudian yang terjadi selanjutnya tidak mau dan tidak akan mau kujelaskan karena bisa membuat para Fujo heboh!
~Lagu~
Alexia sedang menyetel lagu di handphone dengan volume penuh.
Pabu- Pabu- Pabu 'tte GO! Fuisshu ando chippusu! Kirai na aitsu ni noroi wo kakete! Yousei-san, yousei-san! Aha-ha-ha-ha~! Ware wa yuku~!
"Oh... Mau nantang?" tanya Saphire yang sedang main laptop sambil pake headphone.
Kabel headphone dilepas dan Saphire langsung heboh. "ORESAMA SAIKOU! SAIKYOU! SAIGO NI WARAU NOWA JA! ORESAMA! KIMATTA ZE!"
Tapi tak taunya, mereka malah dikalahkan oleh...
VORWÄRTS MARSCH! VORWÄRTS MARSCH! KISOKU TADASHIKU! VORWÄRTS MARSCH! VORWÄRTS MARSCH! HOHABA SOROETE! VORWÄRTS MARSCH! VORWÄRTS MARSCH! KEWASHII MICHI WO! VORWÄRTS MARSCH! VORWÄRTS MARSCH! MUNE HATTE IKU ZO!
Thundy yang menyetel lagu dengan speaker full bass.
~Receh~
"Duuuh, bokek..." keluh Tartagus.
Cring!
"I-itu..."
BRAAAAAAK!
"Yeay, nemu receh!" seru Tartagus kegirangan setelah menjungkirbalikkan kursi karena menemukan sekeping uang logam.
Tapi dia tidak tau kalau ada...
"TARTAGUS BEGO! ASDFGHJKL!" umpat Edgar yang terjengkang dari kursi barusan.
~Di Kebun Binatang...~
"Ali-chan, liat-liat! Ada kedelai!" Rina menunjuk seekor keledai.
"Itu keledai, Rina!" ralat Alisa.
Di kandang komodo...
"Wah, kodomo!"
"Komodo!"
Di kandang gajah...
"Jerapah~"
"Ya Tuhan, dosa gue apa coba punya temen kayak gini?" gumam Alisa bete.
~Mode Lapar~
"Ron, kok mereka ngeliatinnya jutek gitu ya?" tanya Luthias bingung ketika diperhatikan dua orang cewek.
"Makan aja yuk, laper nih!" ajak Teiron.
"Ih, itu si kacamata merah masih aja kurus ya!" kata salah satu dari mereka diikuti tawa dari temannya.
Tiba-tiba Luthias nyamperin mereka sambil ngeluarin dark aura dan megangin baju cewek yang ngomong barusan. "Bacot! Heh cabe, gue lagi laper, jangan sampe lu yang gue jadiin sambel ya!"
"Ma-maaf, mas..." gumam cewek tadi ketakutan.
"Tahan mode laparnya oy!" pinta Teiron panik.
~Idol Costume~
"Kiriman paket!" seru seorang tukang pos di depan markas.
Pintu markas terbuka.
"Atas nama Edgar Razorfall Lammermoor?"
"Ya, saya sendiri!"
"Tanda tangan di sini!"
Setelah sebuah tanda tangan kemudian, tukang pos itu pergi dan Edgar membawa sebuah kotak ke dalam markas.
"Ini markas lagi kosong kan?" tanya Edgar sambil celingukan. "Oke sip!"
Dia menaruh kotak itu di atas meja ruang tengah dan membukanya, kemudian mengeluarkan sebuah baju biru, celana biru, sepatu putih, dan aksesoris sayap kecil (baju Hero Idol versi cowok). "Kostum pesenan cepet juga datengnya! Coba pake ah!"
Setelah ganti baju, dia memperhatikan diri di depan cermin dan bergaya sekeren mungkin.
"Hmm, cocok juga!"
Cekrek! Cekrek! Cekrek!
"Suara apa itu?"
Ketika melihat ke depan pintu...
GUBRAK!
Rupanya dia dilihat oleh tujuh orang dan tiga dari mereka bawa handphone buat motret Edgar.
"Waduh, si Edgar ya..." (Tumma)
"Wih, cakep banget!" (Arie)
"Wow, kostum idol..." (Primarin)
"Kak Edgar keren!" (Edward)
"Tampan..." (Naya)
"Mantap!" (Salem)
"Wah, wah..." (Rendy)
"UDAH, STOP WOY! JANGAN DIFOTO LAGI! GUE BISA JELASIN!" pekik Edgar yang udah malu tingkat dewa.
(Note: Versi Screenshot bisa liat di FB! :V / *ditendang Edgar.*)
~Cocok~
"Tum, menurutmu aku cocok nggak sama Adelia?" tanya Arie suatu hari.
Tumma yang mendengarnya hanya bingung. "Adelia? Emangnya kenapa?"
"Dia baik banget lho! Udah gitu imut juga pula!" jawab Arie.
"Dia mah emang baik ke semua orang, tapi sebaiknya kamu nyerah aja deh kalau mau dapetin perhatiannya!" usul Tumma datar.
"Eh? Kok nyerah?" tanya Arie kaget.
"Iya, soalnya ada satu hal yang nggak bakalan bisa bikin Adelia berpaling ke cowok lain!" jelas Tumma singkat.
"Emangnya apaan?" tanya Arie bingung.
"Liat aja sono!" Tumma menunjuk ke pojok ruang baca dengan jempol dimana...
"Kyo, daging kamu yang kemarin habis ya? Ini, aku baru beli buat kamu!" Adelia mendatangi Ikyo sambil membawa sebungkus plastik berisi beberapa potong daging mentah.
Yang didatangi langsung blushing. "E-eeeh? Tau dari mana?"
"Abis, muka kamu yang kelaperan itu gampang ditebak!"
"Kau itu tidak seperti Ikyo!" ujar Tumma.
~Puding~
"Ambil secukupnya aja!" kata Mathias ketika Tartagus ingin memakan puding buatannya.
Tapi dia malah memotongnya sedikit saja.
"Dikit amat! Katanya suka puding!"
"Hmm..."
Tak taunya...
"Yeay!"
Seloyang puding malah dibawa pergi sama Tartagus.
"NGGAK GITU JUGA KELES! BALIKIN!" bentak Mathias emosi.
"Sepupu lu tuh!" Edgar nunjuk kejadian barusan.
"..." Vience hanya bisa sweatdrop melihat kelakuan sepupunya.
~Fujodan in Nutshell~ (Judulnya kok nggak banget ya? :V)
Ada bagian tidak enaknya jika punya teman Fujodan!
Alexia juga pernah kena imbasnya.
Saat itu dia dipanggil Emy, tapi pas dateng malah dibungkus pake karung kayak korban penculikkan.
"Thun-kun, aku pergi ke rumah temen dulu ya!" ujar Emy yang berniat keluar.
"Mau ngapain? Rapat Fujo?" tanya Thundy datar sambil melipat tangan.
"Nggak juga ah, cuma ngumpul doang!" jawab Emy watados.
"Yakin? Terus yang lu bawa di dalam karung tuh apaan? Kok gerak-gerak?" tanya Thundy sambil menunjuk karung yang dibawa Emy.
"Cuma mainan doang kok! Please lha, Thun-kun! Bolehin ya? Ya? Ya?" Emy masang puppy eyes-nya.
Thundy hanya memutar mata dan menghela nafas, kemudian mengusap pipi gadis itu dan mencium keningnya. "Serah lu aja, yang penting jangan rusuh!"
"Yeay, makasih Thun-kun!" Emy langsung melesat keluar markas.
Thundy yang melihatnya hanya bisa sweatdrop. "Dasar aneh..."
Di sebuah rumah yang merupakan tempat perkumpulan rahasia para Fujodan...
BRAK!
"Maaf telat semuanya, soalnya abis memohon sama doi gue biar diizinin ke sini!" seru Emy yang baru datang sambil mendobrak pintu dengan nafas terengah-engah.
"Oi! Kenapa gue dibawa ke sini sih?!" bentak Alexia sambil keluar dari dalam karung setelah diturunkan di lantai.
"Katanya mau ketemu Sensei kerja! Ya udah, gue bawa lu ke rumah temen gue karena kita butuh bantuan lagi dari tenaga ahli (baca: kuli) karena Lectro sama Red ora iso dateng!" jawab Emy dengan cengiran di wajahnya.
"Yakin ini kalian mau ngerjain doujin semua?" tanya Alexia kurang percaya.
"Iye beneran! Makanya kita butuh bantuan lu, tapi pertama-tama lu harus pake baju yang diperlukan dulu!" jelas Terri sambil mengobrak-abrik lemarinya dan mengeluarkan sebuah baju.
Alexia menatap horror baju itu karena...
"Nah pakailah~"
Terri memberikan baju maid berwarna pink ke Alexia.
"A-apa nggak ada yang lain!?" tanya Alexia agak ketakutan melihat baju di tangan Terri.
Terri mengobrak-abrik lemarinya lagi dan menemukan baju sekolah berwarna kuning dengan bebek di atasnya dan juga baju kucing berwarna kuning untuk cewek. "Pilih salah satu! Jika tidak, kau akan dipaksa memakai baju maid pink itu!"
"Emm... Yang mana ya?"
"Sepuluh detik dari sekarang! Sembilan..."
"Hah!?"
"Delapan..."
"Yang mana ya!?"
"Tujuh... Enam... Lima..."
"Yang... Emm..."
"Empat... Tiga..."
"Kucing! Eh, sekolah aja!" pekik Alexia terpaksa.
Setidaknya itu lebih baik daripada memakai baju maid pink dan akan dibilang crossdress oleh orang banyak.
"Bagus! Ini pakailah~" kata Terri sambil menyodorkan baju sekolah bebek itu ke Alexia.
Beberapa saat kemudian...
"Aih, imutnya~ Sini foto dulu~" ujar Yukari sambil menarik tangan Alexia dan foto bareng.
"Gue juga!"
"Idem!"
"Mau dong!"
"Udah rame-rame aja! Katakan kejuuuuu!"
Di antara semua foto itu, ekspresi Alexia hanya manyun karena jadi korban para Fujo dan terus memasang ekspresi itu sampai pulang ke markas. :V *ditembak.*
Ada sih kejadian saat dia beneran dipakaikan baju maid pink itu, tapi lain kali saja ya! :V / *ditembak lagi.*
Special Bonus: Ulang Tahun Tartagus (Sebenarnya pernah post di FB, tapi sengaja post di sini karena sekarang tanggal sepuluh! :V / *plak!*)
Seorang pria sedang memperhatikan kalender bulan Agustus dengan tanggal 10 yang dilingkari.
"Hari itu, akhirnya telah tiba..." gumamnya.
Terdengar dering dari handphone seseorang dan sang empunya langsung mengangkatnya.
"Ah, halo?" sapa Mathias. "Oh, Tartagus!"
"Eh, ada sesuatu yang spesial hari ini?" tanya Mathias bingung. "Apa itu 'sesuatu yang spesial'?"
Tiba-tiba sambungan terputus.
"Eh, halo? Halo?" Mathias malah kebingungan. "Aneh sekali..."
DRAK!
Muncullah Tartagus di belakangnya dengan aura mengerikan plus sekop di tangannya.
"HYAAAAAAAAAAAAAH! ARWAH PEKERJA KONSTRUKSI TELAH DATANG!" teriak Mathias panik melihat sosok itu.
"Aku tidak mengira kau akan melakukan hal ini padaku! Betapa jahatnya dirimu! Katakan permintaan terakhirmu sebelum mati, atau haruskah aku memberimu kesempatan terakhir?!" seru Tartagus sambil menyerang Mathias.
"Aku tidak mengerti maksudnya! Siapapun, SIAPAPUN TOLONG AKU!" jerit Mathias histeris sambil menahan serangan pria di depannya.
DUAK!
Datanglah Vience yang langsung menghantam kepala Tartagus dengan palu Grand Templar (yang entah dapat dari mana).
"Mission Complete!" ujar Vience datar sambil menegakkan palunya.
Tartagus pun langsung tepar dengan kepala benjol plus nyawa yang keluar dari mulutnya.
"Apa itu tidak keterlaluan? Kau baik-baik saja, Tartagus?" tanya Mathias khawatir.
Beberapa menit kemudian...
"Nah, sekarang kau sudah lebih baik!" kata Ikyo setelah mengobati Tartagus.
"Terima kasih..." balas Tartagus.
"Maafkan aku, Tartagus!" ujar Mathias.
"Tidak, aku hanya terlalu berlebihan! Maafkan aku juga!" balas Tartagus sambil tersenyum miris.
"Oh ya! Vience, kau ingin mengatakan sesuatu?" tanya Mathias.
"Maaf ya! Tadi aku agak kesal, jadi-"
"Ah iya, hari ini ulang tahun Tartagus kan?" tanya Saphire memotong perkataan Vience. "Selamat ulang tahun! Selamat ulang tahun, Sepupu!"
"Terima kasih, Saphire-kun..." Tartagus langsung terharu.
"Maafkan kami, Tartagus! Kami, umm, anu, sedang menyiapkan sesuatu!" jelas Daren.
"Oooh, kalian sedang mengerjakan misi atau semacamnya?" tanya Tartagus.
"Tidak! Kami sedang membuat pesta kejutan untuk Ikyo!" jawab Vience datar.
"Tunggu dulu, Vie-nii! Jangan katakan sekarang!" seru Saphire yang sayangnya terlambat karena...
TENG!
"Aku mengerti... Kalian melupakan ulang tahunku, tapi mengingat ulang tahun si rubah..." gumam Tartagus sambil menunduk dengan aura suram. "Aku tau kalau aku ini masih anggota baru dan belum pantas menjadi bagian dari kalian..."
"Lihat, kau membuatnya sedih! Minta maaf sana!" perintah Saphire risih.
"Maafkan aku, karena telah membuatmu merasa berbeda..." ujar Vience tak membantu sama sekali.
"Seharusnya kau tidak katakan itu!" seru Saphire.
"Kenapa kau memperlakukanku seperti ini? Apa aku melakukan sesuatu yang salah padamu?" tanya Tartagus dengan wajah ngenes.
"Sesuatu? Bukan apa-apa..." jawab Vience tanpa ekspresi.
Tapi pikirannya terbayang suatu kejadian.
-Flashback-
Vience sedang memperhatikan diri di cermin.
"Awalnya aku pikir akan menjadi yang paling menarik dalam keluarga, tapi..."
"Pakaianku yang modis,"
"Tubuh gagahku,"
"Dan wajah tampanku,"
"Itu akan menjadi daya tarikku!"
Tapi begitu melihat Tartagus pada acara keluarga Andreas, dia menganalisa sesuatu.
Laki-laki.
Rambut coklat tua.
Gaya rambut sama persis.
Mata hitam.
Tampang lumayan.
Jaket coklat.
Kok bentuk badannya bagus banget?
Apa yang dia pegang itu... Sebuah sekop?
Vience langsung histeris seketika. "BETAPA KERENNYA DIA!"
-Flashback End-
"Hah, tidak ada yang salah dari itu..." gumam Vience sambil tersenyum sendiri.
"Vience? Hey, Vience! Apa yang kau lakukan sambil bicara sendiri?!" tanya Ikyo panik karena ternyata...
Vience mencekik Tartagus.
"Hah?"
Edgar langsung muncul di belakang Vience dan memukul kepalanya dengan harisen. (Harisen = Kipas Kertas. -cmiiw-)
Beberapa menit kemudian...
"Aaah, tadi itu aneh sekali..." gumam Tartagus dengan wajah ngenes.
"Hey, Tartagus!" panggil Ikyo di belakangnya.
"Hoyah, Ikyo-kun! Ada perlu apa?" tanya Tartagus.
"Hmm, sebenarnya..."
"Kenapa?"
"Nah, kau lupa membawa ini!" Rupanya Ikyo hanya mau mengembalikan sekop Tartagus yang ketinggalan.
"Terima kasih telah membawakannya..." balas Tartagus yang kembali memasang wajah ngenes.
To Be Continue, bukan Tuak Bir Champagne (?)...
Ehehe, yang empat drabble paling tengah itu rada nista ya sampai ke-post di FB... :V a *dilempar biola.*
Review! :D
