Balas Review! :D

I'mYaoiChan: Cocok juga! :V b *plak!*

Tumma: "Pelesetan macam apa itu?" -w-"

Giro: "Oh no!" *langsung kabur.*

Tartagus: "Kutunggu, sayang~" :*

Vience: "Astaga..." *tepuk jidat.*

Makasih Review-nya! :D

StrideRyuuki: Yah, sekitar jam setengah satu dan biasanya selama dua sampai tiga jam... ^^a Oke, ini udah lanjut! :D

RosyMiranto18: Si pembuat ide sengaja misahin es serutnya yang nggak dikasih obat itu biar nggak kena! :V /

Edgar: "JANGAN DIFOTO LAGI!" *ngumpet di bawah meja.*

Primarin: *baru balik setelah tukeran tanda tangan.* "Yah, bisa dibilang begitu..."

Mathias: "Dia itu nyolong terang-terangan, bukan nyuri diam-diam!" =w="

Thanks for Review! :D

Happy Reading! :D


Chapter 50: The Story of He and She


Di ruang tengah, Grayson sedang membaca koran di atas sofa ditemani secangkir kopi.

Tidak jauh dari situ, Alpha dan Saphire sedang balapan skor di game 'entah apa itu aku tidak mau tau' disertai sorakan dari Musket, Edward, dan Salem.

"Dasar anak-anak..." gumam Grayson yang mengintip keramaian di sudut lain ruangan dari balik koran.

"Paman, apa di koran ada jadwal penerbangan?" tanya Tumma yang muncul dari belakang.

Grayson menengok sambil mengerutkan kening. "Untuk apa?"

Anak itu hanya menggaruk kepala. "Hanya ingin melihatnya saja..."

Grayson melepas salah satu lembaran koran dan menyodorkannya ke Tumma. "Ini..."

"Terima kasih..." Tumma langsung pergi membawa lembaran koran itu.


"Ron, kayaknya bibi lu cocok sama Paman Grayson deh! Mending nikahin aja mereka, biar lu sama Maurice bisa jadi saudara!" celetuk Emy tiba-tiba.

"Jangan harap..." balas Teiron dengan wajah datar dan menutup buku bacaannya, kemudian menabok wajah Emy dengan buku itu.


"Hmm... Pesawat yang terbang dari Mesir akan mendarat di Citadel Airport pada pukul-"

"Tumma!"

SREEEEET!

Koran pun terbelah menjadi dua. (Kalau tersobek mah nggak enak bacanya!)

"Ugh, Arie..." Tumma menengok ke belakang dengan tampang frustasi. "Bisa nggak manggilnya nggak usah pake ngagetin segala?"

"Ehehehe... Maaf..." Arie malah ngancungin tanda 'peace'. "Lagian tadi kamu ngapain sih? Tumben ngeliat koran!"

"Hanya melihat jadwal penerbangan... Kebetulan ada teman dari luar negeri yang mau berkunjung ke sini, jadi aku sedang mencari tau kapan pesawatnya akan mendarat agar bisa jemput..." jelas Tumma.

"Heee..." Arie memiringkan kepala.

"Lagipula sudah ketemu kok! Siang ini, jam setengah dua!"

"Ini baru jam setengah satu, apa mau berangkat sekarang?"

"Baiklah, tapi kau yang nyetir motornya!"


Kemudian mereka berdua berniat pergi ke Citadel Airport dengan motor si ketua squad. (Yang nggak tau dari mana dapetnya coba ingat-ingat lagi beberapa Chapter sebelumnya!)

"Apa kau yakin dia punya surat perlengkapan untuk motor itu?" tanya Arie sedikit ragu.

"Entahlah... Soalnya waktu Kaichou dikasih ini, motornya malah dipake buat nyiksa Vi- Aduh!" Tiba-tiba kepala Tumma ditimpuk batu.

"Kalian mau kemana?" tanya Girl-chan sang pelempar batu tadi.

"Ke bandara!"

"Hah? Ngapain?"

Tumma mendekati gadis itu dan membisikkan sesuatu, sementara Arie terlihat bingung dan bertanya-tanya dalam hati.

"Oke, akan kuizinkan jika aku ikut!" Si ketua squad nunjukin kunci motor di tangannya.

Tumma menghela nafas pasrah. "Baiklah, Kaichou... Terserah padamu..."

"Tapi masalahnya, siapa yang mau nyetir? Emangnya Arie bisa nyetir?"

Arie malah nyengir. "Kalau nyetir BomBomCar sih bisa..."

Girl-chan hanya tepuk jidat. "Sebenarnya aku mau minta bantuan Mathias atau Vience, tapi sayangnya mereka sibuk (entah mau ngapain) dan kita nggak bisa boncengan lebih dari tiga orang!"

Arie angkat bahu dengan senyum miris. "Yah, setidaknya coba aja deh..."


Saat ini Iris sedang berkunjung dan disajikan beberapa makanan yang dibuat Tartagus.

"Hmm, enak juga! Kau selalu membuat makanan ini setiap kali aku berkunjung!" komentar Iris.

"Kau tau, kalau kau menikah denganku, kau bisa mendapatkan makanan seperti ini setiap hari!" ujar Tartagus bangga.

Webek, webek...

Keheningan berlangsung cukup lama di antara mereka, sampai akhirnya Tartagus menggaruk kepala dengan tangan kiri dan mengibaskan tangan kanannya untuk memecah keheningan. "Ahaha, aku hanya bercanda! Jangan terlalu dianggap serius!"


Setelah cukup kenyang, Iris pamitan untuk pulang.

"Aku harus membuat yang lebih enak lain kali!" ujarnya bersemangat.

Tapi tiba-tiba dia langsung blushing karena melihat ketiga sepupunya ngintip dari balik pintu.

"Jadi kau sengaja membuat makanan itu untuk menarik perhatiannya?" tanya Daren.

"Aku mendukungmu, Sepupu!" ujar Saphire watados.

Vience sendiri hanya bisa mewanti-wanti agar sepupunya yang rada sableng itu tidak menjadi korban doujin dari coretpacarnyacoret si Iris.


Kita lihat kembali tiga orang yang pergi ke bandara, yah walaupun mereka sempat digandrungi hal-hal aneh di perjalanan.


Misalnya:

Nyaris diserempet cabe-cabean.

"Woah, woah, woah!" Arie nyaris kehilangan keseimbangan karena disalip tiga cewek yang boncengan dalam satu motor.

"Woy cabe, kalau ketemu lagi gue jadiin sambel lu!"

Oke, sepertinya mendengar Tumma marah-marah merupakan hal yang paling langka.


Berhenti di depan gerobak penjual ketoprak.

"BERHENTIIIIII!"

CRIIIIT!

Arie segera ngerem mendadak dan membuat penumpang lainnya nyaris terjungkal. Girl-chan segera turun dan menghampiri sebuah gerobak di seberang jalan, kemudian yang terjadi selanjutnya adalah...

"Bang, ketoprak satu ya, dibungkus, jangan pedes, terus lontongnya banyakin, nggak usah pake kerupuk!"

GUBRAK!

Tumma dan Arie langsung ber-gubrak ria mendengarnya.


Setelah agak lama, si ketua squad kembali lagi dengan ketopraknya.

"Bilang kek kalau lagi laper..." gumam Tumma sweatdrop.


Sampai pengen ditilang tapi nggak jadi hanya karena Arie tak sengaja mengeluarkan aksen iblisnya dan membuat polantas yang mau menilang mereka malah kabur ketakutan.

"AWAS POLISI!"

CRIIIIIIIIIT!

Arie ngerem mendadak (lagi) tepat di depan seorang polantas sampai Tumma dan Girl-chan terjengkang ke belakang plus jatuh dari motor.

"A-ada apa ya, pak?" tanya Arie watados tanpa menyadari aksen iblisnya yang keluar.

Entah kenapa sang polantas malah kaget melihat aksen iblis Arie.

"SETAAAAAAN!"

Arie yang melihat polantas itu kabur malah memiringkan kepala.


Setibanya di depan bandara...

"Oke, yang tadi itu emang gila..." gumam Tumma sambil turun dari motor dan mijit kening karena teringat kejadian Arie bikin takut polantas dengan aksen iblisnya. "Sekarang jam berapa?"

Girl-chan memeriksa handphone. "Jam satu lewat tiga puluh dua! Cuma telat dua menit doang kan? Masuk aja, kali aja dia nungguin!"


Tumma masuk duluan ke dalam bandara dan mencari seseorang di tengah kerumunan, sampai...

"Tumma-kun!"

Seorang gadis berambut biru pendek melambaikan tangan di tempat yang agak jauh darinya.

"Yubi!"

Dia menghampirinya dan mereka berpelukan dengan erat.

"Aku kangen padamu, Yubi!"

"Aku juga! Bagaimana keadaan squad-mu?"

"Cukup baik, banyak teman baru kok!"

"Oh iya, tadi kamu jemput pake apa?" tanya Yubi.

Tumma mijit kening. "Pake motor, walaupun dipinjem sih, cuma Kaichou (yang punya motor) sama salah satu temenku pengen ikut, jadinya boncengan bertiga..."

Yubi hanya ber-'oh' ria.


Di sisi lain...

Ting tong!

Pintu pun terbuka dan...

"Iya, ada a-"

GEDUBRAK!

Rendy langsung pingsan begitu melihat...

"Errr... Ashley-pyon, dia baik-baik saja kan? Dan siapa yang di belakangmu itu?" tanya Giro risih.

"Kurasa..." Ashley hanya menatap prihatin Rendy yang tergeletak dengan tidak elit di depannya. "Oh, ini Alfred-san, dan dia juga hantu..."

Giro hanya ber-'oh' ria (walaupun agak takut juga sih). "Salam kenal... Alfred-pyon..."

Alfred hanya mengangguk dengan wajah datar.

"Master dimana ya?" tanya Ashley.

"Entahlah, coba tanya yang lain!" usul Giro sambil menyeret Rendy pergi.


Kedua hantu itu masuk ke dalam dan...

GEDUBRAK!

"Huwaaaa! Salem, kau baik-baik saja dayo?!" tanya Musket panik.

"Kayaknya dia kambuh lagi deh..." gumam Alpha sweatdrop.

"Kambuh apanya, dayo?" tanya Musket bingung.

"Tuh!" Alpha nunjuk Ashley dan Alfred dengan jempol.

"Kalian liat Master nggak?" tanya Ashley.

"Katanya Kak Rara pergi sama Kak Tumma dan Kak Arie, tapi nggak tau kemana... Tapi tadi kulihat mereka naik motor..." jelas Edward.

"Sejak kapan dia punya motor?" tanya Saphire sambil melirik Alpha.

"Ceritanya panjang..." balas Alpha datar.


Back to Airport...

"Kaichou, kau itu pemilih ya?" tanya Arie agak skeptis karena Girl-chan cuma makan lontong dan bumbu di ketopraknya, sementara tahu, bihun, dan toge-nya malah dibiarkan begitu saja (walaupun ada yang dimakan sedikit).

"Kenapa? Emangnya lu mau abisin sisa gue?" tanya si ketua squad.

"Ogah gue makan bekas orang!" tolak Arie sinis.

"Terserah, entar juga gue buang kok!"

"Nggak mubazir?"

"Katanya ogah makan bekas orang!"

"Tapi setidaknya kasih ke orang lain gitu!"

Kemudian datanglah Tumma dan Yubi.

"Eh? Dia siapa?" tanya Arie yang baru pertama kali melihat Yubi.

Gadis biru itu membungkuk sopan. "Yubi Canisaba Egypti, baru datang dari Mesir!"

Arie hanya ber-'oh' ria.

"Sekarang gimana? Nggak mungkin kan boncengan berempat?" tanya Girl-chan sedikit tidak enak hati.

"Yubi dan aku akan pulang naik taksi, kalian duluan saja!" usul Tumma.

"Ngomong-ngomong, kalian mau makan ini nggak?" Girl-chan nyodorin bungkusan ketopraknya. "Bekas sih (soalnya cuma makan lontong doang), tapi sayang-sayang kalau dibuang!"

Tumma hanya bisa sweatdrop dan mengambil bungkusan itu. "Iyain aja!"


"Aku bingung deh, kok Tumma bisa kenal dia?" tanya Arie selagi menyetir kepada Girl-chan yang duduk di belakangnya.

"Ceritanya cukup panjang, tapi intinya hampir sama seperti biasanya..." jawab Girl-chan singkat.


Sementara kedua orang lainnya sudah naik taksi.

"Cowok yang tadi siapa ya?" tanya Yubi.

"Itu Arie, teman lamaku!" jelas Tumma singkat sambil membuka bungkusan tadi, tapi setelahnya memasang wajah skeptis. "Astaga, Kaichou emang cuma ninggalin bekas doang!"

"Ninggalin apa?"

"Tahu, bihun, dan toge, sama bumbu dikit!"

"Aku mau deh!" Yubi mengambil bungkusan itu dan memakan tahu-nya.

Tumma sendiri memilih untuk memakan sedikit bihun yang ada.


Irama lagu upbeat menyelimuti suasana kamar yang dipenuhi berbagai macam peralatan canggih dan Ikyo sibuk menggoyangkan pinggulnya sesuai irama lagu milik seorang artis berinisial JT yang berjudul 'Sexyback'.

Mengingat Alpha yang notabene adalah penunggu kamar tersebut menitipkan barang-barangnya karena sedang absen ke toilet untuk melaksanakan 'kewajiban makhluk hidup setiap hari', Ikyo memanfaatkan komputer canggih di sana hanya untuk sekedar memutar lagu dengan sound system mantap.

Tapi serius lho! Kenapa Alpha bisa punya sound system super keren di kamarnya?

Mari bertanya kepada Strider yang bergoyang! (?)

Tanpa disadari, ternyata Lucy dan Adelia memperhatikannya dari pintu sejak semenit yang lalu.

Menyadari telah diperhatikan, Ikyo segera menghentikan goyangan aduhai-nya dan menatap mereka dengan wajah merah padam, entah karena malu, marah, atau gabungan dari keduanya.

"Wow, Kyo! Yang tadi itu luar biasa!" seru Lucy watados.

"APA-APAAN KALIAN?! Sejak kapan kalian di situ?!" tanya Ikyo sewot.

"Errr, tidak lama... Tapi kau tau? Goyanganmu bagus juga lho!" celetuk Adelia dengan senyum tipis.

"Ba-bagus apanya?! Yang tadi itu cuma-"

"Ada apa ini? Berisik sekali!"

Tidak ada yang berani menjawab pertanyaan tadi dan ketiga orang yang berada di kamar itu melirik sang pemilik suara dengan tatapan awas.

Edgar melangkah masuk ke dalam ruangan dengan suara dentuman sepatunya yang menyaingi suara bass dari lagu yang masih berputar plus tampang datar yang membuat ketiga orang itu sedikit merinding melihatnya.

"Kalau mau mencari lagu yang bagus, seharusnya pakai lagu 'SEXY AND I KNOW IT'!"


"Akhirnya pulang juga kalian!" sapa Thundy saat menyambut Arie dan Girl-chan. "Kaichou, kau dicari Ashley lho! Ditunggu di dalam!"

"Oke oke!" Si ketua squad segera masuk ke dalam.

Thundy yang merasa ada yang aneh bertanya ke Arie. "Ngomong-ngomong, Tumma mana ya? Perasaan tadi perginya bertiga deh!"

"Dia naik taksi sama temennya yang dari Mesir!" jawab Arie.

Thundy hanya ber-'oh' ria.


Saat ini Girl-chan sedang minum air putih di dapur mengingat dia lupa beli minuman setelah makan (lontong) ketoprak.

"Master!" Tiba-Tiba Ashley melayang ke arahnya.

"Oh, Ash-chan! Thundy bilang kau mencariku, mau bicara soal proses ekspansi ya?" tanya gadis itu menerka maksud gadis hantu di depannya.

Ashley mengangguk. "Iya, tapi..."

Si ketua squad mengangkat alis. "Kenapa?"

"Entah aku harus bilang ini kabar baik atau kabar buruk... Tapi katanya markas kita tidak hanya diperluas, tapi dirombak menjadi bangunan seperti kastil tujuh lantai..."

BRUUUUUUUUUSH!

"Kastil tujuh lantai?!" pekik Girl-chan setelah menyemburkan airnya, kemudian menaruh gelas di atas meja dan mijit kening. "Geez... Aku bukannya gimana, tapi kalau kamarnya di lantai atas, aku bisa gempor naik tangga, dan juga aku agak takut naik lift... Entah apa mereka mau menyediakan eskalator, tapi repot juga kalau harus sediakan dua eskalator (seperti yang pernah kulihat di Mall) pada setiap lantai..."

"Tapi ngomong-ngomong, tadi pas aku ke sini, Rendy pingsan di depan pintu..." ujar Ashley mengalihkan topik.

Girl-chan mengerutkan kening. "Kau tidak menakutinya kan?"

Ashley menggeleng. "Tidak, tapi aku bawa Alfred-san ke sini..."

Si ketua squad malah sweatdrop. "Sama aja itu mah..."


Sebuah taksi berhenti di depan Mansion tempat para anggota Gaurchan Squad menetap sementara.

"Markas kami sedang diperluas, jadinya kami pindah ke sini..." jelas Tumma setelah turun dari taksi.

"Nyaaaw!" sapa Tsuchi yang berlari ke arah mereka.

"Oh, Tsuchi!" Tumma menyambut si kucing yang segera memeluknya.

Yubi sedikit heran melihat Tsuchi. "Apa dia itu... Kucing?"

"Iya, kucing... Tapi penjelasannya nanti saja!" balas Tumma singkat.

Mereka bertiga berniat masuk ke dalam. Tapi begitu melihat Maurice keluar sambil membawa sebuah sikat, Tsuchi malah kabur.

"Tsuchi, jangan lari! Kamu harus mandi!"

"Nyaaaaaaaaaa!"

"Dia kenapa ya?" tanya Eris yang baru nongol dari dalam portal.

"Tsuchi selalu menolak mandi, yah tau sendiri deh..." jawab Tumma seadanya. "Oh iya, Eris, sejak kapan kau di sini?"

"Barusan... Soalnya lagi nyari Alfred, katanya dia ke sini..." balas Eris datar dan Tumma hanya ber-'oh' ria. "Tapi Tum, lu sejak kapan ya punya temen cewek?"

"Aaah, entar aja bahasnya, mending masuk yuk!" ajak Tumma yang buru-buru masuk sambil menarik Yubi diikuti Eris.


Di dalam, sebagian orang terkejut melihat Yubi.

"Siapa dia?" tanya Daren bisik-bisik.

"Entahlah, aku juga baru lihat..." jawab Primarin pelan.

"Dia pacar Kak Tumma?" tanya Edward yang sukses membuat seisi ruangan sweatdrop akut mendengarnya.

"Naluara..." jawab Tumma watados.

Edward hanya ber-'oh' ria, walaupun dia nggak ngerti artinya. Sementara yang lainnya hanya bisa bengong.

Oh iya, Luthias sendiri tidak terlalu sering pakai bahasa negaranya dan lebih sering menggunakan bahasa Denmark (wong dulu dia tuh koloni kakaknya). Sekalipun ngomong satu-dua kata dalam bahasa negaranya, nggak ada yang ngerti sama sekali karena jarang dikenal, bahkan gue sendiri terpaksa harus nyari kamusnya di Google. *jangan curhat!* *ini kenapa malah jadi bahas Luthias sama bahasa Greenland woy?!*

Oke, harap abaikan saja paragraf random tadi!

"Itu artinya apa?" tanya Yubi yang nggak paham sama sekali.

Tumma malah nyengir. "Aku tidak tau~"


Momen langka Garuchan Squad nomor sekian: Tumma nge-troll!


"Oke..." Yubi memilih untuk tidak bertanya lebih lanjut.

Kemudian datanglah Girl-chan yang muncul dari dapur.

"Ah, halo Yubi!"

"Halo juga, Kaichou-san!"

Si ketua squad hanya geleng-geleng dengan wajah risih. "Jangan pakai '-san', aku lebih muda darimu..."

Yubi agak bingung. "Lalu?"

"Hanya 'Kaichou', itu saja! Atau kalau kau mau manggil dengan nama asli, akan kuberitahu nanti!"

Yubi hanya ber-'oh' ria.

"Ngomong-ngomong, bagaimana keadaanmu selama di sana?"

"Cukup baik!"

Kedua gadis itu terus mengobrol tanpa duduk sama sekali.


"Oy Tum!" Alexia mencolek pundak Tumma dan yang bersangkutan menengok. "Kok dia bisa akrab begitu sih?"

"Dia sudah kenal squad ini sejak lama, sebelum ada kalian..." balas Tumma dengan senyum tipis.

"Dan pada akhirnya, aku memutuskan akan masuk squad ini sebagai hadiah pelepas rindu!" ujar Yubi.

Tiba-tiba wajah Tumma langsung merona. "A-apa?!"

"Kenapa? Bukannya kau merindukanku?" tanya Yubi bingung.

Wajah Tumma semakin merona. "Errr, iya sih... Tapi..."

"Ngaku aja udah!" Alexia menepuk punggung Tumma dan berjalan pergi.

"Tidak apa-apa kok!" Girl-chan tersenyum ramah. "Selamat datang di squad ya!"

Setelah itu Tumma dan Yubi langsung di-'cie cie'-in seisi ruangan.


Vience sedang mendengarkan sebuah lagu di handphone via headset di koridor.

Mau tau lagu apa yang didengarnya?

"Despa-"

"ETA TERANGKANLAH~"

Tiba-tiba pas pengen nyanyi malah diganggu sama Mathias yang heboh sendiri sambil joget-joget nggak jelas, bahkan beberapa orang ikut joget juga, termasuk seseorang yang mirip Revan versi shota.

Wait, Revan versi shota?

Vience yang menyadari keberadaan anak itu langsung kaget. "KAU SIAPA?!"


To Be Continue, bukan Teddy Bear Cute (?)...


Yubi Canisaba Egypti (Anubis): Gadis yang berstatus sebagai teman ehemsekaliguspacarehem Tumma. Bergabung ke squad setelah kembali dari Mesir selama beberapa bulan. Paling senang mempelajari mitologi dari berbagai negara (terutama Yunani dan Mesir).


Entah kenapa belakangan ini judul agak nggak nyambung sama isi cerita, tapi biarlah... .w./

Gimana caranya Tumma kenal Yubi akan kujelaskan di fic spin-off (di FB pernah publish summary cerita dan penampilan Yubi), tapi agak lama lho ya karena masih kurang ide plus ada fic lain yang belum dikerjakan... -w-/

Review! :D