Balas Review! :D

StrideRyuuki: Benar sekali! :V b Dan ngomong-ngomong, aku ngambil bagian bonus itu dari salah satu video Persona Q di YT... ^^/

Ikyo: "Gue belum mati oy!" =_="

Ini sudah lanjut! :D

RosyMiranto18: Yah, mungkin dia kurang tau sejarah... 'w'a

Ikyo: "Nggak tau..." =_=

Alpha: "Support? Sebenarnya bisa saja sih... Soalnya aku bisa menghentikan pergerakan musuh dengan mengarahkan tangan ke depannya..." .w./

Thanks for Review! :D

I'mYaoiChan: Angka macam apa itu? =w="

Thundy: "Yah, sepertinya Greif tidak akan bisa mendekatinya dalam waktu dekat..." ._.

Emy: "Oooh..." *menyeringai.*

Salem: "Terserah... Gue udah pasrah kena sial terus..." TwT/

Makasih Review-nya! :D

Happy Reading! :D


Chapter 71: Balapan Bajaj ala Garuchan


Hari ini terlihat dua belas makhluk yang sedang berkumpul untuk pergi ke suatu tempat.

"Kita naik apaan nih?" tanya Raimundo.

"Apa aja kek yang lewat!" jawab Salem.

"Di sini kagak ada AC ya?" tanya Primarin kagak nyambung.

'Mana ada AC di sini, Marin? Kalau ada mah paling cuma AC alami alias angin!' batin mereka semua (min Primarin dan Naya) sweatdrop.

"Udah deh! Daripada kelamaan, panggilin aja kendaraannya!" usul Zen yang langsung disetujui oleh mereka semua.

"Bang! Bajaj empat, bang!" teriak Edgar cuek.

Beberapa menit kemudian, empat bajaj sudah berada di hadapan mereka.

"Mau kemana, neng?" tanya salah satu abang bajaj kepada Yubi.

"Mau ke rumah temen, bang! Lokasinya di jalan Volcano Nomor 666 ya, bang!" jawab gadis itu sopan.

Tanpa banyak ngomong, mereka pun langsung menaiki bajaj tersebut.


Urutannya seperti ini:

Bajaj 1: Salem, Rendy, Edgar

Bajaj 2: Zen, Rina, Primarin

Bajaj 3: Naya, Edward, Raimundo

Bajaj 4: Yubi, Tumma, Arie


Bajaj pertama mulai jalan duluan. Selang beberapa menit, bajaj kedua juga mulai melesat. Kedua bajaj lainnya juga tidak mau kalah.

Di perjalanan, Rendy melihat bajaj Zen berada di depan mereka.

"Hei, itu bajaj Zen di depan!" kata Rendy sambil menunjuk bajaj yang berada di depan. "Bang! Kejar bajaj di depan ya, bang!"

Tidak lama kemudian, bajaj mereka sudah melewati bajaj itu.

"Dadah, Zen!" kata Rendy sambil melambaikan tangan kepada bajaj di belakang yang sukses membuat Zen emosi.

"Wah, kita dibalap! Bang, kejar bang!" perintah Rina sambil menepuk punggung abang bajaj di depannya.

"Siap, neng!" jawab si abang bajaj dengan semangat Medan Area (?).

Terjadilah kejar-kejaran antara kedua bajaj itu.


Mari kita lihat keadaan kedua bajaj lainnya.

"Tum, ayo kita kejar bajaj mereka! Bang! Tolong kejar bajaj yang di depan itu ya, bang!" pinta Yubi yang sukses membuat Tumma dan Arie hanya bisa geleng-geleng kepala mendengarnya.

Di bajaj yang satunya sih anteng-anteng aja, tapi sedetik kemudian...

CLING!

Mata Raimundo mulai berkilat dan senyumnya langsung berubah menjadi seringai.

WUUUSSSSSH!

Bajaj itu melesat dengan kecepatan kilat meninggalkan bajaj lainnya di belakang dan sukses membuat mereka semua langsung bengong melihat kejadian tersebut.

Zen mulai tersadar dari lamunannya dan...

"Wah, kagak bisa dibiarin! Minggir, bang!" seru Zen kayak preman pasar sambil menggeser si abang bajaj ke belakang dan mengambil alih kemudi bajaj-nya.

Rina dan Primarin langsung sweatdrop melihatnya.

Zen mengendarai bajaj-nya dengan brutal dan sepuluh detik kemudian, dia sudah membalap yang lainnya.

"Duluan ya, minna!" ejek Zen penuh seringai.

"Mas Jumrah, duluan ya!" canda Primarin ke Salem.

NGEK!

Aura hitam langsung menyelimuti tubuh Salem yang mulai geram. "Jumrah?!"

"Waduh, dia ngamuk! Bakalan gawat nih!" seru Rendy panik.

"Udah, biarin aja! Kayaknya bakalan menarik nih!" balas Edgar santai.

"JANGAN MEMANGGILKU JUMRAH! AWAS KAU!" teriak Salem sambil menguasai setir bajaj-nya.

WUSSSH!

Sepersekian detik kemudian, Salem sudah berada di garis depan.

"Wah, pembalap kagak jadi kayak gini nih!" komentar Edgar datar.

"Ngajak ribut?! Oke!" balas Zen sambil menambah kecepatan bajaj-nya.

Para abang bajaj pun komat-kamit agar bajaj mereka selamat.

"Oh Jashin-sama, lindungi kami!" jerit si abang bajaj yang salah fandom.


Di tengah balapan yang menantang maut, tiba-tiba ada sebuah bajaj yang melewati mereka semua.

Bukan, bukan salah satu dari bajaj mereka. Terus siapa dong?

"Minna, duluan ya! Bye!"

Setelah berkata begitu, sang bajaj pun sudah tidak terlihat lagi.

"Bu-bukannya itu Teiron, Tsuchi, dan Flore?" tanya Naya heran.

Yang lainnya pun langsung sweatdrop.


Beberapa jam kemudian, kedua belas makhluk sarap itu sudah sampai di depan tempat tujuan alias rumah orangtua Arie.

"Makasih ya, bang! Ini ongkosnya!" kata Edward sambil memberikan uang yang disambut dengan tangan gemetar oleh para abang bajaj.

Sabar ya, wahai para abang bajaj!

"Lho, ada Teiron, Tsuchi, sama Flore! Berarti yang tadi itu beneran kalian ya?" tanya Yubi yang melihat ketiga makhluk itu di depan rumah itu.

"Hehehe, iya!" jawab Teiron sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Ting tong!

Arie menekan bel pintu rumahnya.

"Iya, tunggu sebentar!"

Beberapa saat kemudian, terlihat sang tuan rumah di depan pintu.

"Lho, kenapa kalian keringetan begitu?" tanya Femuto heran.

"Nggak kenapa-napa, tadi abis adu adrenalin aja kok..." jawab Tumma tenang, padahal udah kecapean.

"Eh?" Dia semakin bingung mendengar jawaban itu.

"Kita nggak dikasih masuk nih?" tanya Salem yang dari tadi kegerahan di luar.

"Iya iya, ayo masuk!" ajak Femuto.


Sore harinya...

"Ayo kita mulai balapan ronde kedua!" tantang Salem.

"Siapa takut?" jawab Zen.

"Balapan?" tanya Femuto heran.

"Bang! Bajaj lima, bang!" panggil Raimundo.

Kenapa lima? Karena itu tambahan buat Teiron, Tsuchi, dan Flore.

Saat para abang bajaj menoleh untuk melihat siapa penumpangnya, mereka langsung shock berat.

"Jiah, mereka lagi! Apa salah saya sampe dapet penumpang kayak mereka?" keluh mereka semua sambil nangis.

Ternyata mereka adalah abang bajaj yang tadi.

"Let's party, guys!" teriak Edgar yang copas kalimat seseorang di fandom sebelah.

Balapan ronde kedua pun tidak terelakkan lagi dengan lagu 'Night on Fire' (cmiiw) sebagai BGM balapan mereka.


Bonus:

"Apa nanti kita akan merayakan Halloween?" tanya Rinona.

"Nggak tau, tapi aku berharap si Kaichou rese itu nggak dandan jadi makhluk aneh lagi kayak waktu itu..." balas Edgar risih.

"Makhluk aneh apa?"

"Ehm, ceritanya cukup panjang..."

Tiba-tiba terdengar dering dari handphone Edgar dan dia segera mengangkatnya. "Ya?"


"Kau yakin kalian akan segera menikah?" tanya Salem agak ragu mengingat kakaknya menyimpan bunga yang didapat dari pernikahan Alex dan Silica.

"Tidak ada yang tau nasib kita selanjutnya, tapi mungkin saja itu bisa terjadi." balas Naya.

Salem hanya angkat bahu. "Yah, kalau memang itu benar... Selamat aja deh!"

"Kau tidak mencari pasangan untukmu sendiri?" tanya Naya.

Salem menggaruk kepala. "Aku bisa memikirkannya nanti, Kak! Tapi untuk sekarang, aku harus mencari cara agar bisa menjauh dari si kepala buntung (dan juga anak) itu dulu!"

Tiba-tiba Edgar menghampiri mereka. "Ada berita penting!"


To Be Continue, bukan Treadmill Burning Car (?)...


Remake dari salah satu Chapter di fic lama, aku nggak tau harus bilang apa... :V /

Review! :D